1. Infeksi Virus pada Saraf (dr.Saktivi): ENSEFALITIS VIRUS, POLIOMYELITIS, RABIES
ENSEFALITIS VIRUS Definisi : proses inflamasi akut pada jaringan otak, dan bias mengenai jaringan otak (meningoencephalitis) Etiologi : herpes virus (HSV-1, HSV-2), HIV, EBV (DNA Virus), Rhabdovirus-Rabies , Arbovirus-ensephalitis, togavirus, flavirus Patofisiologi : virus menginfeksi (Invasi, Replikasi, Penyebaran) Ensefalitis Difusa mengenai secara menyeluruh bagian otak, ciri : Demam, Nyeri Kepala, Fotofobia, Penurunan Kesadaran, Kejang Umum Ensefalitis Fokal menginvasi sel otak pada bagian tertentu (kerusakan hanya pada area kecil otak), Ciri : Gangguan Berbicara/afasia saja, pergerakan, perubahan tingkah laku Diagnosis : dari anamnesis (riwayat tergigit binatang, keluhan awal, imunisasi, berpergian ke tempat endemis) Pemeriksaan Fisik : demam, peningkatan TIK : nyeri kepala hebat, muntah, kejang, penurunan kesadaran, cushing reflex : penurunan nadi, tekanan darah naik, penurunan kesadaran, tanda herniasi serebri. Pemeriksaan Penunjang : DL, Urin, Feses, CSS (glukosa normal, protein meningkat), ELISA, PCR, Biopsi Otak- Gold Rabies ditemukan negri bodies EEG (gelombang otak), CT-Scan, MRI Terapi : Antiviral (Acyclovir 10mg/Kg tiap 8 jam intavena, Antikejang (diazepam), Antiepilepsi (Fenobarbitan), Sedatif (pada TIK yang naik), Steroid diguankan untuk penurunan kesadaran, untuk mengurangi inflamasi, tetapi menurunkan imun tubuh. Prognosis : ringan sembuh sempurna, berat sembuh, tapi dapat mengalami kerusakan permanen pada system saraf, pengobatan awal prognosis lebih baik HSV (Herpes Simplex Virus) - Dorman di ganglion gasseri, suka menyerang bagian temporal otak dan system limbic tapi kadang juga menyeluruh - HSV-1 oral herpes, pemeriksaan : demam, lesi mukosa buccal dan gingiva - HSV-2 herpes genital, bisa di transmisi melalui secret genitalia - Melalui akson nervus V dan dapat melalui tractus olfaktorius - Gejala : demam, nyeri kepala, kejang, gangguan memori dan tingkah laku, hemiparesis (kelemahan pada bagian tubuh tertentu) Arbovirus melalui nyamuk, gray matter, batang otak, nuclei thalamus Togavirus, Bunyaviridiae, Flafivirus JE Virus, WNV,EEE gangglia basalis, thalamus, POLIOMYELITIS, (virus RNA, Genus Enterovirus) Definisi : human poliovirus dengan Akut Paralisis tipe Flaksid (LMN) Etiologi : 3 tipe 1) Brunhilde-luas, ganas, banyak di temukan; 2) Lansing; 3) Leon Patofisiologi : melalui fecal-oral, oral-oral, batuk/droplet Gejala : inkubasi (7-14 hari) 1) ASIMTOMATIK (88%) : tidak ditemukan virus, tapi titer antibody meningkat meningkat 2) INFEKSI ABORTIF : “minor illness” demam, malaise, nyeri kepala, nyeri abdominal, kostipasi atau diare 3) NON PARALITIK : gejala awal mirip infeksi abortif (1-2 hari) mual muntah lebih berat, tanda tripod (menyangga tubuh waktu bangun), head drop 4) PARALITIK :4 bentuk (Spinal, Bulbar, Bulbospinal, ensefalitis) flaksid paralisis asimetris (kedua tungkai beda ), psrslisis kantung kemih Terapi : tidak ada yang spesifik, suportif Pencegahan : Imunisasi (IPV) virus yang mati, OPV virus dilemahkan, murah, ketahanan alami RABIES (Rhabdovirus) Patofisiologi : virus masuk melalui gigitan bereplikasi di otot (berikatan dengan nicotinic asetilcolin reseptor di neuromuscular junction virus naik ke SSP melalui akson (naik secara sentripetal retrograde) sampai di otak (bereplikasi besar-besaran) turun secara sentrifugas menuju kelenjar air liur dan organ lainnya. inkubasi bervariasi tergantung : - Jarak gigitan - Derajat keparahan luka - Jumlah virus yang masuk - Status imunitas Gejala : kesadaran berubah – ubah, muncul berbagai phobia (hydrophobia, fotophofia, sensitive) Stadium Prodormal : panas, mual, muntah, nyeri tenggorokan Stadium Sensoris : kesemutan, panas, nyeri di daerah luka, irritable terhadap sentuhan Stadium Eksitasi : hyperhidrosis, hipersalivasi, hiperlakrimasi, muncul berbagai fobia [biasanya pasien meninggal pada stadium ini] Stadium Paralisis : paralisis otot pernafasan Pemeriksaan Antemortem : Corneal smear, skin biopsy, saliva Pemeriksaan Postmortem : Biopsy otak anjing/manusia ditemukan negri bodies Pencegahan Pre-Exposure : Vaksinasi VAR : diberikan hari ke-0 ; hari ke-28 ; diulang 1 tahun setelah pemberian, di ulang lagi tiap 3 bulan Pencegahan Post Exposure : VAR Diberikan pada hari ke-0, hari ke 7, hari ke 21 Pencegahan Post Exposure : VAR dan SAR Diberikan hari ke-0 (VAR dan SAR ), hari ke-7 (VAR), hari ke 21 (VAR), Hari ke-21 (VAR) dan di ulangi hari ke- 90 (VAR) Pencegahan Post Exposure : SAR Dilihat 10 tahunan, klo udh di beri VAR dan dalam jangka waktu 10 tahun itu di gigit anjing = diberi SAR. Klo lebih dari 10 tahun diberikan VAR dan SAR Prognosis : selalu diakhiri kematian bila sudah menunjukan gejala klinis 100%
HIV retrovirus; gp120(melekat pada CD4); gp 41 (CCR5); Integrase; Reverese Transkriptase ; Protease Definisi :Tipe 1 (Sering), Tipe 2 (Afrika) Patofisiologi : 1) Virus menempel pd reseptor CD4 gp 120; 2) Uncoating melepas RNA virus ke dalam sel (Reverse Transkriptase diubah RNA virus jadi DNA) ; 3) DNA di sisipkan pada host menggunakan Integrase (HIV lolos dari system imun tubuh) 4) Membentuk RNA dan protein baru virus menggunakan host dan menyusun isi virus Protease 5) Mengambil bagian lemak dan membentuk dirinya sendiri (Budding) Gejala : Gejala utama (2) : 1) demam berkepanjangan lebih dari 3 bulan; 2)diare kronis lebih dari 1 bulan; 3) penurunan berat badan lebih dari 10% dalam 3 bulan Gejala Minor (1) : 1) Batuk kronis lebih dari 1 bulan; 2) Infeksi candida albicans pada mulut dan tenggorokan; 3)pembesaran kelenjar getah bening yang menetap; 4) Herpes Zooster berulang Pemeriksaan Fisik : BB Menurun >10% Wasting Syndrome ; Panas > 1 bulan; diare >1bulan; Batuk>1bulan; Gejala IO; TBC;Pneumoni; Indentifikasi Faktor Resiko Pecandu, pekerja seks, transfuse darah. Pemeriksaan Penunjang : ELISA deteksi antibody – Rapid Test (2-3 bulan) kalau hasil negative ulangi 3 bulan berikutnya; Biakan Virus jarang & mahal; PCR baru bisa dideteksi 5 hari setelah tertular; VCT Setelah menentukan diagnosis HIV/tidak mencari Stadium HIV Stadium HIV (dilihat dari gejala klinis) : 1 tidak ada gejala, limfadenopati; 2 penurunan berat badan>10%, herpes zoster, ulkus mulut yg berulang; dermatitis seboroik; jamur pada kuku; heilitis angularis; 3 penurunan berat badan >10%, diare kronis>1bulan, demam menetap, kandidiasis mulut, TB paru, Anemia, netropeni, trombositopeni, indeksi bakteri berat (pnemoni, meningitis, bakteraemia, inflamsi panggul); 4 Wasting Syndrome, herpes simplex kronis, kandidiasis oroesofageal, TB ekstraparu, Sarkoma Kaposi, Ensefalopati HIV. Klasifikasi HIV dilihat dari CD4: 1) RIngan 350-499; 2) Sedang 200-349; 3) Berat <200 Terapi : ARV diberikan bila CD4<350 tanpa IO, jika ada IO tangani IO terlebih dahulu, Ibu hamil HIV (langsung diberikan ARV pada usia kehamilan berapapun) Pilihan ARV : Lini 1 [NRti(2)+NNRti(1)] : menghambat kerja Reverse Transkriptase TDF (Tenovofir) + 3TC (Lamivudine) + EFV (Efavirenz) bentuknya 1 tablet diminum 1xsehari pada malam hari (bentuk yang sering diberikan di Indonesia) AZT (Zidovudine) + 3TC (Lamivudine) + EFV (Efavirenz) pilihan jika TDF tidak bisa diberikan TDF tidak boleh diberikan pada pasien DM, Hipertensi, Gagal Ginjal AZT tidak boleh diberikan pada pasien anemia Lini 2 [PI] menghambat di protease : NFV (Nelfinavir), SQV (Saquinavir), RTV (Ritonavir) #pokoknya belakangnya -vir Lini 3 [Fushion Inhibitor] obat baru, mencegah di saat attachment virus DENGUE (2) Demam Dengue, Demam Berdarah Dengue RNA virus; DENV1-4, nyamuk aides Patofisiologi : Incubation (3-14 hari, biasanya 4-7 hari); Febrile Phase(3-5hari) Viremia, bagus dilakukan cek NS1; Critical Phase (1-3 hari) Demam turun, tapi terjadi kebocoran plasma paling berat kalau tidak ditangani dapat menyebabkan syok; Convalenscent (3-5hari) vase penyembuhan Pemeriksaan Penunjang : NS1, PCR, IgM, IgG, DL Terapi : terapi suportif Pasien dipulangkan jika jumlah platelet diata 50rb CHIKUNGUNYA nyamuk aedes Gejala : demam, Arthragia, arthritis, conjungtivitis, limfadenopathy Pemeriksaan Fisik : Pemeriksaan Penunjang : IgM anti CHIKV, isolasi virus, PCR Terapi : Analgesic, NSAID, MTX 3. Hepatitis Viral Infection (dr.Masyeni): Hepatitis A RNA Virus (PICORNA) Penularan lewat fecal-oral Sering mengenai anak-anak TIdak bisa menjadi Kronis Jarang menimbulkan komlikasi berat : Fulminant Hepatitis (kerusakan hari yang berat); Cholestiatic Hepatitis (Bendungan pada hepatosit) feses sepeti dempul (putih), gatal2 Gejala hepatitis akut : demam subfebril, icterus, hepatomegaly, kencing seperti teh Diagnosis : untuk menentukan akut dan kronis dilakukan pemeriksaan AST:ALT; akut ALT/SGDT tinggi (karena terletak di sitoplasma); kronis AST/SGOT tinggi (karena terletak di mitokondria Terapi suportif, pada cholestasis : ursodioksikolic acid, kolestiramin obat gatal2 Hepatitis B DNA Virus Penularan lewat darah dan cairan tubuh, bisa ditularkan dari ibu ke anak Bisa menjadi kronis - HBsAG (+) dan setelah 6 bulan periksa ulang hasilnya (+) = kronis Hepatitis B surface antigen (HBsAg) is the first serologic marker to appear after infection. Hepatitis B ‘‘e’’ antigen (HBeAg) indicates active viral replication, which makes a patient highly contagious. Hepatitis B core antibody (HBcAb) appears next and implies an acute or chronic state or early recovery period. Hepatitis B surface antibody (HBsAb) is the last to appear and implies recovery, immunity, or the post-vaccine state. Pada saat virus mask ke sel hari dan sel imun dapat menghasilkan HBsAg tetapi virus tidak ada,maka test HBsAg tidak bisa dijadikan patokan untuk menentukan terkena Hepatitis, dan harus dilakukan test konfirmasi 6 bulan berikutnya, karena tubuh dapat membentuk HBsAg walaupun tidak terinfeksi virus hepatitis. Untuk pemeriksaan pasti digunakan pemeriksaan HBV (mencek HbsAg dan HbcAg) (+) dapat didiagnosis terkena hepatitis bukan virus lain Treatment : untuk hepatitis kronik aktif diberika obat-obatan seperti : Interferon alfa, lamivudine, adefovir Menentukan aktif /tidak di lihat dari cek HBeAg Vaksin : diberikan sebanyak 3X bulan ke-0, 1 dan 6 bulan berikutnya, sebelum diberikan vaksin dicek apakah sudah memiliki kekebalan (HBsAb) VAKSIN : Anti HBc, Anti HBs post vaksin evaluation dilihat setelah vaksin jika salah satu (+) sudah pnya kekebalan tdk perlu di vaksin Booster : sebelum diberikan dicek dulu titer Anti-HBs, jika kadarnya diatas 10 tidak perlu vaksin lagi, kalau di bawah 10 perlu di booster Hepatitis C DNA Virus Bisa menyebabnya hepatitis akut dan kronis Di sebarkan melalui darah, suntikan, seksual Sreening anti-HCV Terapi : DAA protease inhibitor : BOC (BOceprevir, telaprevir (TVR)
4. Influenza, Avian Flu,Swine Flu dan Pneumonia (dr.Budiana):
INFLUENZA RNA Virus Definisi : Infeksi virus influenza A (infeksi sedang hingga parah; menginfeksi manusia dan hewan),B ( infeksi yang lebih mild, hanya pada manusia) ,C(jarang infeksi pada manusia); INFLUENZA A Haemaglutinin (H) dan Neuraminidase (N), H1N1 Flu Babi; H5N1 Flu Burung Transmisi : ditularkan dari orang ke orang (batuk, bersin, sentuhan) Gejala : demam, sakit kepala, sakit tenggorok, batuk, hidung berair Terapi : demam, sakit kepala paracetamol; influenza oseltamivir, zanamivir AVIAN FLU/FLU BURUNG/H5N1 Etiologi : disebabkan oleh Virus Influenza tipe A Masa Inkubasi : Unggas 1 minggu; manusia 1-3 hari Gejala : demam tinggi sekitar 40C, batuk, peradangan selaput mata; mencret, muntah pd anak2 Faringitis, Tonsilitis, Amandel, sesak nafas Transmisi: kontak langsung dari ungags yang terinfeksi; anak2 rentan terinfeksi Terapi : Belum ada pengobatan yang efektif; Oksigen sesak nafas; Hidrasi cairan; Obat anti virus Oseltamivir 75mg; anti replikasi neuramidase Tamiflu dan Zanamivir; Amantadin diberi pada awal infeksi 48 jam pertama, selama 3-5 hari SWINE FLU/FLU BABI/H1N1 Transmisi : dari kontak dengan babi yang sakit; manusia ke manusia batuk/bersin, menyentuh virus dan masuk ke mulut, mata, hidung Gejala : demam mendadak >38C; batuk; pilek; sakit tenggorokan Muntah, diare parah, penurunan berat badan yang signifikan Terapi : Obat flu efektif jika br dua hari; Oseltamivir (Tamiflu), Zanamivir PNEMONIA VIRUS ?????
5. EMERGING DAN RE-EMERGING VIRUS (dr.MASYENI):
EBOLA Definisi : Virus RNA; VP24 Etiologi : endemis di daerah afrika timur ( Sierra Leone, Guinea, Liberia ) Transmisi : Dari Fruit Bat, Gorila manusia memakan daging hwan yang terinfeksi Patofisiologi : virus masuk ke sel host menggunakan makropinositosis[TAM] Replikasi Budding Akibat kebocoran plasma virus membelah diri di hati tidak terbentuk factor koagulasi pendarahan EBOLA Menghindari system imun dengan 4 cara : 1) VP 24 menghambat produksi interferon (tubuh tidak mampu menetralisir virus) 2) Cytokins/Chemoline Strom badai sitokin mengakibatkan kerusakan pada endotel plasma leakage 3) Menyebabkan dendritic sel gagal menjadi mature tidak bisa mengenali 4) NK cell Apoptosis menghalangi NK cell membunuh virus secara langsung Gejala :Demam yang tinggi tiba2; pendarahan dari bnyak tempat; sakit dada, sakit kepala, diare, sakit tenggorok, batuk, makropapul rash Pemeriksaan Penunjang : DL trombositopenia, neutophilia; PCR biosafety lvl 4; ELISA Terapi : LASSA FEVER RNA VIRUS Definisi : Viral Hemorrage Fever; Emerging virus; Endemis di Negara afrika barat (Sierra Lionne, Nigeria, Liberia) Etiologi :berasal dari RAT (Tikus) ke human kontak dengan urine, secret, konsumsi daging RAT Patofisiologi : endositosis (masuk ke host) replikasi budding Gejala : KHAS Swelling neck 1) Stage 1 (1-3 hari ) kelemahan umum, malaise, demam 39C 2) Stage 2 (4-7 hari) sakit tenggorok, sakit kepala, abdominal pain, muntah, diare, konjungtivitis 3) Stage 3 (> 7 hari) face swelling, kejang, mukosa bleeding, disorientasi 4) Stage 4 (14 hari) koma, meninggal Pemeriksaan Penunjang : DL; Isolasi virus, PCR, ELISA Terapi : MERS DAN SARS corona virus Definisi : SARS endemis di China, Taiwan, Hongkong; MERS endemis di Arab Saudi Gejala : ISPA, Pnemonia Pemeriksaan Fisik : Demam, Takipnea, Flu, gambaran toraks pneumonia, rhonki Pemeriksaan Penunjang : IgM SARS ELISA; PCR; DL; Sputum; Rontgen Thorax Terapi : Oksigen, Bila berat : Ventilator, Antivirus ZIKA Definisi : genus Flaviridae, RNA virus Etiologi : penyebaran virus brazil, amerika; disebarkan melalui nyamuk aedes; dari ibu ke anak (intra uterine) microcephali anak Gejala : makulopapular rash, demam, arthiritis, konjungtivitis, myalgia, nyeri retroorbita, udem, muntah Kompilakasi : Sindrom Guilain Barre kelainan neurologi, kelumpuhan otot ekstimitas sampai otot saluran nafas; meningoensefalitis; myelitis akut Pemeriksaan Penunjang : Serologi, Saliva, Cairan Amnion, ELISA; deteksi microcehpali 18-20 minggu kehamilan Terapi :