Anda di halaman 1dari 26

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Ketidakpatuhan

1. Pengertian ketidakpatuhan

Ketidakpatuhan adalah perilaku individu atau pemberi asuhan yang

tidak sesuai dengan rencana promosi kesehatan atau terapeutik yang

ditetapkan oleh individu (dan atau keluarga dan atau komunitas) serta

professional pelayanan kesehatan. Perilaku pemberi asuhan atau

individu yang tidak mematuhi ketetapan, rencana promosi kesehatan

atau terapeutik secara keseluruhan atau sebagian dapat menyebabkan

hasil akhir yang tidak efektif atau sebaagian tidak efektif secara klinis

(Herdman, Kamitsuru, 2015).

2. Batasan karakteristik

Batasan karakteristik pada ketidakpatuhan meliputi eksaserbasi

gejala, gagal mencapai hasil, komplikasi terkait perkembangan,

mengingkari perjanjian, dan perilaku tidak taat (Herdman, Kamitsuru,

2015).

3. Faktor yang berhubungan

Faktor yang berhubungan dengan ketidakpatuhan antara lain :

a. Rencana pelayanan kesehatan : biaya, durasi pengobatan.

b. Faktor individu : pengetahuan dan keterampilan yang relevan

dengan perilaku regimen, kekuatan motivasi.


c. Sistem kesehatan : memiliki akses terhadap dan puas dengan

perawatan, keterampilan penyuluhan dan komunikasi pemberi

layanan, kontinuitas dan tindak lanjut yang teratur dari pemberi

layanan.

d. Jaringan : keterlibatan anggota-anggota dalam perencanaan

kesehatan.

4. Pengelolaan

Kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat dapat diukur

menggunakan berbagai metode, salah satu metode yang dapat

digunakan adalah skala MMAS-8 (Morisky Medication Adherence

Scale) yang terdiri dari tiga aspek yaitu frekuensi kelupaan dalam

mengonsumsi obat, sengaja berhenti dalam mengonsumsi obat tanpa

diketahui oleh tim medis, dan kemampuan mengendalikan diri untuk

tetap mengonsumsi obat (Morisky & Munter, 2009, dalam Evadewi &

Sukmayanti, 2013)

B. Konsep Hipertensi

1. Definisi

Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari

140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua

kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup

istirahat/tenang (Kementerian Kesehatan RI, 2014).


2. Klasifikasi

Menurut Wahdah (2011) klasifikasi tekanan darah orang dewasa

berusia 18 tahun ke atas yaitu :

Table 2.1

Klasifikasi Tekanan Darah

Kategori Sistolik, mmHg Diastolik, mmHg

Normal <130 >85

Normal tinggi 130-139 85-89

Hipertensi

Stadium 1 140-159 90-99

Stdium 2 160-179 100-109

Stadium 3 180-209 110-119

Stadium 4 ≥ 210 ≥ 120

3. Etiologi

Menurut Savitri (2017) ada 2 golongan penyebab hipertensi yaitu :

a. Hipertensi primer/hipertensi esensial

Hipertensi ini bersifat idiopatik karena belum terdeteksi

penyebabnya. Penyebab yang belum diketahui sering dikaitkan

dengan faktor gaya hidup yang kurang sehat.


b. Hipertensi sekunder/hipertensi nonesensial

Hipertensi ini merupakan hipertensi yang disebabkan oleh penyakit

lain seperti penyakit ginjal, kelainan hormonal, atau penggunaan

obat tertentu.

4. Faktor Resiko

Menurut Baradero, Dayrit, Siswandi (2008) ada beberapa faktor resiko

terjadinya hipertensi antara lain :

a. Umur (lebih lanjut).

b. Jenis kelamin (pria).

c. Riwayat keluarga mengalami hipertensi.

d. Obesitas yang dikaitkan dengan peningkatan volume intravaskuler

e. Aterosklerosis (penyempitan arteria-arteria dapat membuat tekanan

darah meningkat).

f. Merokok (nikotin dapat membuat pembuluh darah menyempit).

g. Kadar garam tinggi (natrium membuat retensi air yang dapat

menyebabkan volume darah meningkat).

h. Konsumsi alkohol dapat meningkatkan plasma katekolamin.

i. Stress emosi yang dapat merangsang sistem saraf simpatis.

5. Manifestasi klinis

Menurut Nurafif & Kusuma (2015) tanda dan gejala hipertensi

dibedakan menjadi :
a. Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan

peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh

dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan

pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terkur.

b. Gejala yang lazim

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi

meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini

merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang

mencari pertolongan medis.

Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :

- Mengeluh sakit kepala, pusing

- Lemas, kelelahan

- Sesak nafas

- Gelisah

- Mual muntah

- Epistaksis

- Kesadaran menurun

6. Patofisiologi

Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan tahanan perifer.

Tubuh mempunyai sistem yang berfungsi mencegah perubahan tekanan

darah secara akut. Sistem tersebut ada yang bereaksi ketika terjadi

perubahan tekanan darah dan ada juga yang bereaksi ketika terjadi
perubahan tekanan darah secara akut. Kejadian hipertensi dimulai

dengan adanya atherosclerosis yang merupakan bentuk dari

arteriosclerosis (pengerasan arteri). Atherosclerosis ditandai oleh

penimbunan lemak yang progresif pada dinding arteri dan penurunan

elastisitas arteri sehingga tidak dapat mengatur tekanan darah kemudian

mengakibatkan hipertensi. Kekakuan atreri dan kelambanan aliran darah

menyebabkan beban jantung bertambah berat yang dimanifestasikan

dalam bentuk hipertrofi ventrikel kiri (HVK) dan gangguan fungsi

diastolic karena gangguan relaksasi ventrikel kiri sehingga

mengakibatkan peningkatan tekanan darah dalam sistem sirkulasi

(Bustan, 2007, dalam, Saputri 2016)

7. Pathway

Faktor predisposisi : jenis kelamin, merokok, stress, kurang


olahraga, genetik, alcohol, konsentrasi garam, obesitas

Hipertensi

Terapi farmakologis dan non farmakologis


yang dipengaruhi oleh :

Faktor eksternal :
↓↓↓
Pendidikan ↓, hubungan pasien dengan tenaga kesehatan ↓, dukungan
lingkungan sosial & keluarga ↓
Faktor internal :
Usia ↑, latar belakang, sikap, emosi dan kepribadian pasien
Ketidakpatuhan

Sumber : Nurafif & Kusuma (2015), Anggina., dkk (2010) dalam

Evadewi & Sukmayanti (2013)

8. Komplikasi

Menurut Sutanto (2010) ada beberapa komplikasi yang mungkin

terjadi pada penderita hipertensi, antara lain:

a. Otak : gangguan pada otak biasanya berakibat rusaknya pembuluh

darah sehingga menyebabkan stroke.

b. Mata : gangguan pada mata biasanya menyebabkan kerusakan sel-

sel retina sehingga jika sangat parah dapat menimbulkan kebutaan.

c. Jantung : gangguan jantung sebagai organ pemompa darah

menyebabkan penyakit jantung coroner dan gagal jantung.

d. Ginjal : menyebabkan penyakit ginjal kronik, gagal ginjal terminal.

9. Penatalaksanaan

a. Farmakologi

Menurut Nurafif & Kusuma (2015) penatalaksanaan

farmakologi yang bisa diberikan pada penderita hipertensi yaitu

dengan memberikan obat anti hipertensi seperti diuretic, EKA,

ARB, penyekat β, antagonis Ca, sesuai yang diperlukan.


b. Nonfarmakologi

Menurut Ardiansyah (2012) langkah awal biasanya adalah

dengan mengubah pola hidup penderita, yakni dengan cara :

1) Menurunkan berat badan sampai batas ideal.

2) Mengubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan,

atau kada kolesterol tinggi.

3) Mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram

natrium atau 6 gram natrium klorida setiap harinya (disertai

degan asupan kalsium, magnesium, dan kalium yang cukup).

4) Mengurangi konsumsi alkohol.

5) Berhenti merokok

6) Olahraga aerobik yang tidak terlalu berat (penderita hipertensi

esensial tidak perlu membatasi aktivitasnya selama tekanan

darahnya terkendali).

10. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Nurafif & Kusuma (2015) ada beberapa pemeriksaan

penunjang yang dapat dilakukan untuk penderita hipertensi antara lain:

a. Pemeriksaan Laboratorium

1) Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume

cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko

seperti hipokoaguabilitas, anemia.

2) BUN/kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi

ginjal.
3) Glukosa : hiperglikemi ( DM adalah pencetus hipertensi) dapat

diakibatkan oleh pengeluaran kadar katekolamin.

4) Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi

ginjal dan ada DM.

b. CT Scan : mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.

c. EKG : dapat menunjukkan pola regangan, dimana luas, peninggian

gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung

hipertensi.

d. IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : batu ginjal,

perbaikan ginjal.

e. Photo dada : menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup,

pembesaran jantung.

C. Ketidakpatuhan pada Pasien Hipertensi

Keberhasilan pengobatan pada pasien hipertensi dipengaruhi oleh

beberapa faktor, salah satu diantaranya adalah kepatuhan dalam

mengonsumsi obat, sehingga pasien hipertensi dapat mengendalikan

tekanan darah dalam batas normal. Angina., dkk (2010) dalam Evadewi &

Sukmayanti (2013) menyebutkan bahwa terdapat faktor internal dan

eksternal yang mempengaruhi kepatuhan minum obat pada pasien

hipertensi. Faktor eksternal meliputi dampak pendidikan dan kesehatan,

hubungan antara pasien dengan petugas kesehatan setra dukungan dari

lingkungan social dan keluarga. Sedangkan faktor internal meliputi usia,


latar belakang, sikap dan emosi yang disebabkan oleh penyakit yang

diderita, dan kepribadian pasien. Adapun aspek-aspek yang mencakup

kepatuhan pasien dalam mengonsumsi obat yaitu : (1) frekuensi kelupaan

pasien dalam mengonsumsi obat; (2) kesengajaan pasien hipertensi berhenti

mengonsumsi obat tanpa diketahui oleh tim medis; (3) kemampuan

mengontrol diri untuk tetap mengonsumsi obat.

Pasien yang mengalami hipertensi selama satu hingga lima tahun

cenderung lebih mematuhi proses dalam mengonsumsi obat karena adanya

rasa ingin tahu yang besar dan keinginan untuk sembuh besar, sedangkan

pasien yang telah mengalami hipertensi enam hingga sepuluh tahun

memiliki kecenderungan memiliki kepatuhan mengonsumsi obat yang lebih

buruk. Hal ini dikarenakan pengalaman pasien yang lebih banyak, dimana

pasien yang telah mematuhi proses pengobatan tetapi hasil yang didapatkan

tidak memuaskan, sehingga pasien cenderung pasrah dan tidak mematuhi

proses pengobatan yang dijalani (Ramadona, 2011).

D. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan

Ketidakpatuhan Minum Obat pada Hipertensi

Asuhan keperawatan keluarga adalah proses yang kompleks dengan

menggunakan pendekatan sistemik untuk bekerjasama dengan keluarga dan

individu sebagai anggota keluarga. Langkah-langkah proses keperawatan

yang ada dalam asuhan keperawatan keluarga pada umumnya meliputi


pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi

dan evaluasi.

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan suatu tahapan saat seorang perawat

mengambil informasi terhadap anggota keluarga yang dibinanya.

Pengkajian merupakan syarat utama untuk mengidentifikasi masalah.

Pengkajian keperawatan bersifat dinamis, interaktif dan fleksibel. Data

dikumpulkan secara sistematis dan terus menerus menggunakan alat

pengkajian. Pengkajian keperawatan keluarga dapat menggunakan

metode observasi, wawancara dan pemeriksaan fisik (Maglaya, 2009,

dalam Riasmini dkk, 2017).

Menurut Riasmini dkk (2017) Pengkajian keperawatan dalam

keluarga memiliki dua tahapan. Pengkajian tahap satu berfokus pada

masalah kesehatan keluarga. Pengkajian tahap dua menyajikan

kemampuan keluarga dalam melakukan lima tugas kesehatan keluarga.

Namun dalam pelaksanaannya dua tahap ini dilakukan secara

bersamaan.

Pengkajian pada penderita hipertensi dapat diukur melalui

pemeriksaan tekanan darah, kebiasaan mengkonsumsi sayuran, tanda

dan gejala yang dirasakan serta kepatuhan dalam minum obat. Perilaku

yang menunjukkan ketidakpatuhan dilihat dari perilaku yang tidak taat,

mengingkari perjanjian, gagal mencapai hasil (Herdman & Kamitsuru,

2015). Salah satu metode yang dapat digunakan untuk melihat


kepatuhan pasien dalam mengonsumsi obat adalah skala MMAS-8

(Morisky Medication Adherence Scale) yang terdiri dari tiga aspek yaitu

frekuensi kelupaan dalam mengonsumsi obat, sengaja berhenti dalam

mengonsumsi obat tanpa diketahui oleh tim medis, dan kemampuan

mengendalikan diri untuk tetap mengonsumsi obat (Morisky & Munter,

2009, dalam Evadewi & Sukmayanti, 2013).

Berikut ini penjelasan mengenai masing-masing tahap pengkajian.

Variable data dalam pengkajian keperawatan keluarga mencakup :

a. Data umum/identitas keluarga mencakup nama kepala keluarga,

komposisi anggota keluarga, alamat, agama, suku, Bahasa sehari-

hari, jarak pelayanan kesehatan terdekat dan alat transportasi.

b. Kondisi kesehatan semua anggota keluarga terdiri dari nama,

hubungan dengan keluarga, umur, jenis kelamin, pendidikan

terakhir, pekerjaan saat ini, status gizi, tanda-tanda vital, status

imunisasi dasar, dan penggunaan alat bantu atau protesa serta status

kesehatan anggota keluarga saat ini meliputi keadaan umum,

riwayat penyakit/alergi.

c. Data pengkajian individu yang mengalami masalah kesehatan (saat

ini sedang sakit) meliputi nama individu yang sakit, diagnosis

medis, rujukan dokter atau rumah sakit, keadaan umum, sirkulasi,

cairan, perkemihan, pernafasan, musculoskeletal, neurosensory,

kulit, istirahat dan tidur, status mental, komunikasi dan budaya,


kebersihan diri, perawatan diri sehari-hari, dan data penunjang

medis individu yang sakit (lab, radiologi, EKG, USG).

d. Data kesehatan lingkungan mencakup sanitasi lingkungan

pemukiman antara lain ventilasi, penerangan, kondisi lantai, tempat

pembuangan sampah dll.

e. Struktur keluarga; struktur keluarga mencakup struktur peran, nilai,

komunikasi, kekuatan. Komponen struktur keluarga ini akan

menjawab pertanyaan tentang siapa anggota keluarga, bagaimana

hubungan diantara anggota keluarga.

f. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga. Variable perkembangan

keluarga ini akan menjawab tahap perkembangan keluarga, tugas

perkembangan keluarga.

g. Fungsi keluarga. Fungsi keluarga terdiri dari aspek instrumental dan

ekspresif. Aspek instrumental fungsi keluarga adalah aktivitas hidup

sehari-hari seperti makan, tidur, pemeliharaan kesehatan. aspek

ekspresif fungsi keluarga adalah fungsi emosi, komunikasi,

pemecahan masalah, keyakinan dan lain-lain. Pengkajian variable

fungsi keluarga mencakup kemampuan keluarga dalam melakukan

tugas kesehatan keluarga, meliputi kemampuan mengenal masalah

kesehatan, mengambil keputusan mengenai tindakan keperawatan

yang tepat, merawat anggota keluarga yang sakit, memelihara

lingkungan rumah yang sehat dan menggunakan fasilitas/pelayanan

kesehatan di masyarakat.
Sumber data dalam pengkajian keperawatan keluarga meliputi :

a. Sumber data dalam pengkajian keperawatan keluarga dapat

diperoleh dari wawancara dengan kien berkaitan dengan kejadian

sebelumnya dan kejadian sekarang, penilaian subyektif misalnya

pengalaman setiap anggota keluarga, maupun temuan yang obyektif

misalnya hasil observasi berbagai fasilitas yang ada dirumah

keluarga.

b. Sumber data keluarga dapat juga diperoleh dari informasi yang

tertulis atau lisan dari berbagai agensi yang berhubungan atau

bekerjasama dengan keluarga, atau informasi dari anggota tim

kesehatan lain.

2. Diagnosis Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis mengenai

individu, keluarga atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses

pengumpulan data dan analisa secara cermat memberikan dasar untuk

menetapkan tindakan-tindakan dimana perawat bertanggungjawab

untuk melaksanakannya. Diagnosa keperawatan keluarga dianalisis dari

hasil pengkajian terhadap masalah dalam tahap perkembangan keluarga,

koping keluarga, baik yang bersifat aktual, resiko, maupun sejahtera

dimana perawat memiliki kewenangan dan tanggungjawab untuk

melakukan tindakan keperawatan bersama-sama dengan keluarga

berdasarkan kemampuan dan sumber daya keluarga (Harmoko, 2012).


Dalam menetapkan masalah/diagnosa keperawatan keluarga

terlebih dahulu kita harus menetapkan prioritas masalah dengan

menggunakan skala menyusun prioritas dari Maglaya (2009).

Tabel 2.1

No. Kriteria Skor Bobot


1. Sifat masalah
Skala:
Wellness 3
Aktual 3 1
Resiko 2
Potensial 1

2. Kemungkinan masalah
dapat diubah
Skala :
Mudah 2
Sebagian 1 2
Tidak dapat 0

3. Potensi masalah untuk


dicegah
Skala :
Tinggi 3
Cukup 2 1
Rendah 1

4. Menonjolnya masalah
Skala :
Segera 2
Tidak perlu 1 1
Tidak dirasakan 0

Cara skoring :

1. Tentukan skor untuk setiap kriteria.

2. Skor dibagi dengan makna tertinggi dan kalikanlah dengan bobot.

Skor
X bobot
Angka tertinggi
3. Jumlahkanlah skor untuk semua kriteria.

Penentuan prioritas masalah didasarkan dari empat kriteria yaitu

sifat masalah, kemungkinan masalah dapat diubah, potensi masalah

untuk dicegah dan menonjolnya masalah.

Diagnosa yang muncul pada pasien Hipertensi antara lain :

penurunan curah jantung, nyeri akut, kelebihan volume cairan, resiko

ketidakefektifan perfusi jaringan otak, resiko cidera (Nurafif & Kusuma,

2015), dan diagnosa ketidakpatuhan (Herdman, 2015).

Ketidakpatuhan merupakan perilaku individu atau pemberi asuhan

yang tidak sesuai dengan rencana promosi kesehatan atau terapeutik

yang ditetapkan oleh individu, keluarga atau komunitas setra

professional pelayanan kesehatan (Herdman, 2015).

3. Intervensi

Apabila masalah kesehatan maupun masalah keperawatan telah

teridentifikasi,maka langkah selanjutnya adalah penyusunan rencana

keperawatan sesuai dengan urutan prioritas masalahnya. Rencana

keperawatan keluarga merupakan kumpulan tindakan yang

direncanakan perawat untuk dilaksanakan dalam penyelesaian atau

mengatasi masalah kesehatan yang telah teridentifikasi (Harmoko,

2012).

Dalam melakukan tindakan perencanaan keperawatan keluarga

mencakup 5 tugas keluarga dalam bidang kesehatan, meliputi :

a. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya


Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara

tidak langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga,

maka apabila menyadari adanya perubahan perlu segera dicatat

kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan seberapa besar

perubahannya.

b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi

keluarga

Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari

pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan

pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan

memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga maka segera

melakukan tindakan yang tepat agar masalah kesehatan dapat

dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai

keterbatasan seyoganya meminta bantuan orang lain dilingkungan

sekitar keluarga.

c. Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit tidak dapat

membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu

muda

Perawatan ini dapat dilakukan di rumah apabila keluarga memiliki

kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama atau

kepelayanan kesehatan untuk memperoleh tindakan lanjut agar

masalah yang lebih parah tidak terjadi.


d. Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan

dan perkembangan kepribadian anggota keluarga

e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan

lembaga-lembaga kesehatan (pemanfaatkan fasilitas kesehatan yang

ada) (Friedman dalam Setiawan 2016).

Nursing Outcomes Classification (NOC) menurut Moorhead, dkk (2016)

dari diagnosa ketidakpatuhan sebagai berikut:

a. Pengetahun: proses penyakit (1803)

INDIKATOR AWAL TUJUAN


1. Karakter spesifik penyakit - 5
2. Strategi untuk meminimalkan - 5
perkembangan penyakit
3. efek psikososial penyakit pada individu - 5
4. efek psikososial penyakit pada keluarga - 5
5. kelompok dukungan yang tersedia - 5

Keterangan:

1. Tidak ada pengetahuan

2. Pengetahuan terbatas

3. Pengetahuan sedang

4. Pengetahuan banyak

5. Pengetahuan sangat banyak

b. Kontrol resiko: hipertensi (1928)

INDIKATOR AWAL TUJU AN


1. Mencari informasi terkait hipertensi - 5
2. Memeriksakan tekanan darah sesuai - 5
anjuran
3. Memonitor perubahan status kesehatan - 5
4. Memanfaatkan dukungan personal - 5
untuk memodifikasi gaya hidup
5. Memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk - 5
skrinning hipertensi

Keterangan:

1. Tidak pernah menunjukkan

2. Jarang menunjukkan

3. Kadang-kadang menunjukkan

4. Sering menunjukkan

5. Secara konsisten menunjukkan

c. Perilaku patuh pengobatan yang disarankan (1623)

INDIKATOR AWAL TUJUAN


1. Membuat daftar semua obat-obatan - 5
dengan dosis dan frekuensi pemberian
2. Memperoleh obat yang dibutuhkan - 5
3. Mengonsumsi semua obat sesuai - 5
interval yang ditentukan
4. Minum obat sesuai dosis - 5
5. Melaporkan efek terapi kepada - 5
profesional kesehatan

Keterangan:

1. Tidak pernah menunjukkan

2. Jarang menunjukkan

3. Kadang-kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan

5. Secara konsisten menunjukkan

d. Motivasi (1209)

INDIKATOR AWAL TUJUAN


1. Rencana untuk masa depan - 5
2. Mengungkapkan niat untuk bertindak - 5
3. Memperoleh dukungan yang diperlukan - 5
4. Mengungkapkan keyakinan dan - 5
kemampuan untuk melakukan tindakan
5. Memulai perilaku mencapai target yang - 5
diarahkan dari diri sendiri

Keterangan:

1. Tidak pernah menunjukkan

2. Jarang menunjukkan

3. Kadang-kadang menunjukkan

4. Sering menunjukkan

5. Secara konsisten menunjukkan

e. Manajemen diri: hipertensi (3107)

INDIKATOR AWAL TUJUAN


1. Memantau tekanan darah menggunakan - 5
obat-obatan sesuai resep
2. Menggunakan obat-obatan sesuai resep - 5
3. Menggunakan kelompok pendukung - 5
4. Menggunakan buku harian untuk - 5
memantau tekanan darah dari waktu ke
waktu
5. Menghubungi pelayanan kesehatan bila - 5
tidak dalam rentang target
Keterangan:

1. Tidak pernah menunjukkan

2. Jarang menunjukkan

3. Kadang-kadang menunjukkan

4. Sering menunjukkan

5. Secara konsisten menunjukkan

Menurut Bulecheck, dkk (2016) NIC dari ketidakpatuhan keluarga yaitu:

a. Pengajaran proses penyakit (5602)

1) Kaji tingkat pengetahuan pasien terkait dengan proses penyakit

2) Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk

mencegah komplikasi dimasa yang akan datang dan/ atau

mengkontrol proses penyakit

3) Edukasi pasien mengenai tindakan untuk mengkontrol/meminimalkan

gejala, sesuai kebutuhan

4) Eksplorasi sumber-sumber dukungan yang ada, sesuai kebutuhan

5) Edukasi pasien mengenai tanda dan gejala yang harus dilaporkan

kepada petugas kesehatan, sesuai kebutuhan

b. Bantuan modifikasi diri (4470)

1) Dorong pasien untuk mengkaji nilai-nilai dan keyakinan pribadi serta

kepuasan pasien terhadap hal tersebut

2) Bantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku-perilaku sasaran yang

perlu diubah untuk mencapai tujuan yang diinginkan


3) Puji lingkungan fisik dan lingkungan sosial pasien terkait dengan

dukungan terhadap perilaku yang diinginkan

4) Identifikasi bersama pasien mengenai strategi yang paling efektif

terkait perubahan perilaku

5) Jelaskan kepada pasien mengenai pentingnya monitor diri dalam

usaha untuk merubah perilaku

c. Pendidikan kesehatan (5510)

1) Identifikasi faktor internal dan eksternal yang dapat meningkatkan

atau mengurangi motivasi untuk berperilaku sehat

2) Bantu individu, keluarga, dan masyarakat untuk memperjelas

keyakinan dan nilai-nilai kesehatan

3) Rumuskan tujuan dalam pendidikan kesehatan

4) Libatkan individu, keluarga, dan kelompok dalam perencanaan dan

tencana implementasi gaya hidup atau modifikasi perilaku kesehatan

5) Manfaatkan sistem dukungan sosial dan keluarga untuk menigkatkan

efektifitas gaya hidup dan modifikasi perilaku kesehatan

d. Peningkatan sistem dukungan (5440)

1) Identifkasi tingkat dukungan keluarga, dukungan keuangan, dan

sumber daya lainnya

2) Anjurkan pasien untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan

masyarakat

3) Libatkan keluarga, orang terdekat, dan teman-teman dalam perawatan

dan perencanaan
4) Identifikasi sumber daya lain yang tersedia terkait dengan dukungan

pemberi perawatan

e. Manajemen obat (2380)

1) tentukan obat apa yang diperlukan, dan kelola menurut resep dan/atau

protokol

2) pertimbangkan pengetahuan pasien mengenai obat-obatan

3) pantau kepatuhan mengenai regimen obat

4) kembangkan strategi bersama pasien untuk meningkatkan kepatuhan

mengenai regimen obat

4. Implementasi

Implementasi pada asuhan keperawatan keluarga dapat dilakukan

pada individu dalam keluarga dan pada anggota keluarga lainnya.

Implementasi yang ditujukan pada individu meliputi :

a. Tindakan keperawatan langsung

b. Tindakan kolaboratif dan pengobatan dasar

c. Tindakan observasi

d. Tindakan pendidikan kesehatan

Implementasi yang ditujukan kepada keluarga meliputi :

a. Meningkatkan kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai

masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara memberikan

informasi, mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang

kesehatan, mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah.


b. Membantu keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat

untuk individu dengan cara mengidentifikasi konsekuensi jika tidak

melakukan tindakan, mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki

keluarga, mendiskusikan tentang konsekuensi tiap tindakan.

c. Memberikan kepeercayaan diri dalam merawat anggota keluaga

yang sakit dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan,

menggunakan alatdan fasilitas yang ada dirumah, mengawasi

keluarga melakukan perawatan.

d. Membantu keluarga menemukan cara bagaimana membuat

lingkungan menjadi sehat, dengan cara menemukan sumber-sumber

yang dapat digunakan keluarga, melakukan perubahan lingkungan

keluarga seoptimal mungkin.

e. Memotivasi keluarga untuk memnafaatkan fasilitas kesehatan yang

ada dengan cara mengenalkan fasilitas yang ada di lingkungan

keluarga, membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan

yang ada (Riasmini, dkk, 2017).

Penulis akan melakukan semua implementasi berdasarkan dari tindakan

yang sudah direncanakan berupa pendidikan kesehatan untuk klien dan

keluarga mengenai penyakit hipertensi, membantu klien dan keluarga

dalam mengambil keputusan tindakan, membantu klien dan keluarga

dalam perawaan kesehatan, menganjurkan klien untuk patuh dalam

minum obat, membantu memodifikasi lingkungan yang terapeutik, dan


menginformasikan kepada klien dan keluarga mengenai sumber-sumber

pelayanan kesehatan.

5. Evaluasi

Sesuai dengan rencana yang telah diberikan, penilaian dan evaluasi

digunakan untuk melihat keberhasilan. Bila tidak atau belum berhasil,

perlu disusun rencana baru yang sesuai. Semua tindakan keperawatan

mungkin tidak dapat dilaksanakan dalam satu kali kunjungan keluaraga,

untuk itu dapat dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan waktu dan

kesedaan klien/keluarga. Tahapan evaluasi dapat dilakukan selama

proses asuhan keperawatan atau pada akhir pemberian asuhan. Perawat

bertanggungjawab untuk mengevaluasi status dan kemajuan klien dan

keluarga terhadap pencapaian hasil dari tujuan keperawatan yang telah

ditetapkan sebelumnya. Kegiatan evaluasi meliputi mengkaji kemajuan

status kesehatan individu dalam konteks keluarga, membandingkan

respon individu dan keluarga dengan kriteria hasil dan menyimpulkan

hasil kemajuan masalah serta kemajuan pencapaian tujuan keperawatan

(Riasmini, dkk, 2017).

Dengan dilakukannya tindakan pendidikan kesehatan mengenai

pentingnya minum obat pada pasien hipertensi dengan ketidakpatuhan

minum obat diharapkan masalah ketidakpatuhan dapat diatasi

dibuktikan dengan kriteria hasil evaluasi menurut Moorhead, dkk

(2016).

Indikator outcome: Perilaku patuh pengobatan yang disarankan (1623)


INDIKATOR AWAL TUJUAN HASIL
1. Membuat daftar semua obat-obatan - 5 5
dengan dosis dan frekuensi
pemberian
2. Memperoleh obat yang dibutuhkan - 5 5
3. Mengonsumsi semua obat sesuai - 5 5
interval yang ditentukan
4. Minum obat sesuai dosis - 5 5
5. Melaporkan efek terapi kepada - 5 5
profesional kesehatan

Keterangan:

1. Tidak pernah menunjukkan

2. Jarang menunjukkan

3. Kadang-kadang menunjukkan

4. Sering menunjukkan

5. Secara konsisten menunjukkan

Anda mungkin juga menyukai