Anda di halaman 1dari 21

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sistem pelayanan kedaruratan medik merupakan respon kedaruratan
untuk warga yang cedera atau sakit. Salah satu kedaruratan yang harus diatasi
adalah syok. Syok adalah kondisi kritis akibat penurunan mendadak aliran
darah didalam tubuh. Kegagalan aliran darah untuk mempertahankan aliran
darah yang memadai sehingga aliran darah ke organ terhambat.
Penanganan syok harus segera diberikan karena dapat mengakibatkan
kematian. Dalam makalah ini penulis akan membahas tentang syok. Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah patofisiologi.

B. TUJUAN
1. Mengetahui definisi syok.
2. Mengetahui dan menjabarkan jenis-jenis syok.
3. Mengetahui dan menjabarkan mekanisme terjadinya syok.
4. Mengetahui dan menjabarkan tanda-tanda syok.
5. Mengetahui dan menjabarkan pengobatan segera.
6. Mengetahui pakaian anti syok.
7. Mengetahui pemantauan penderita syok.
8. Mengetahui contoh kasus syok

1
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS

A. Syok
Seorang penderita dikatakan syok, karena terdapat ketidakcukupan
perfusi oksigen dan zat gizi ke sel-sel tubuh. Kegagalan memberbaiki perfusi
menyebabkan kematian sel yang progresif, gangguan fungsi organ dan
akhirnya kematian penderita.
B. Jenis-Jenis Syok
1. Syok Hipovolemik
Disebabkan oleh penurunan volume darah efektif. Kekurangan volume
darah sekitar 15-25% biasanya akan menyebabkan penurunan tekanan
darah sistolik, sedangkan defisit volume darah lebih dari 45% umumnya
fatal. Syok setelah trauma biasanya jenis hipovolemik, yang disebabkan
oleh perdarahan (internal atau eksternal )atau karena kehilangan cairan
kedalam jaringan kontusio atau ke usus yang mengembang kerusakan
jantung dan paru dapat juga menyokong masalah ini secara bermakna.
Syok akibat kehilangan cairan berlebihan bisa juga timbul pada pasien
luka bakar yang luas.
2. Syok Kardiogenik
Disebabkan oleh gangguan fungsi jantung sebagai pompa seperti pada
infark miokardium akut, tamponade jantung atau emboli pulmoner atau
setelah operasi jantung terbuka. Aritmia dapat juga banyak menurunkan
curah jantung dan tekanan darah.
3. Syok Septik akibat infeksi
Jenis hiperdinamik, yang curah jantungnya normal atau meningkat,
terjadi bila volume darah cukup tetapi infeksi mengganggu metabolisme
sel sehinggga sel jaringan tidak dapat menggunakan glukosa dan oksigen
yang diangkut darah padanya secara adekuat. Pada tipe Hipodinamik,

2
penderita menjadi hivolemik, biasanya karena kebocoran cairan dari
kapiler keruangan interstinal. Kadang-kadang volume darah normal, tetapi
kapasitas vaskuler meningkat, yang menyebabkan hovolemik relatif.
4. Syok Neurogenik
Disebabkan oleh gangguan susunan saraf simpatis, yang menyebabkan
dilatasi arteriola dan kenaikan kapasitas vaskular. Tekanan darah sistolik
biasanya akan turun hingga dibawah 80-90 mmHg walaupun curah
jantung normal atau meningkat. Pingsan yang biasa menrupakan contoh
syok neurogenik sementara. Kerusakan medula spinalis servikalis
merupakan sebab tersering syok neurogenik traumatik.
Trauma pada otak sendiri hampir tidak pernah menyebabkan syok.
Kenyataannya ia hampir selalu menimbulkan kenaikan tekanana darah.
Biasanya trauma kepala parah meningkatkan tekanan intra kranial dan
mengurangi perfusi serebral. Secara reflektorik ia merangsang pusat
vasomotor untuk meningkatkan vasokontriksi perifer dan meningkatkan
tekanan darah. Pada tahap kematian otak yang sangat lanjut, bisa terjadi
hipotensi karena disfungsi pusat vasomotor dalam medula oblongata,
tetapi hanya terjadi setelah pernapasan spontan berhenti.
5. Syok anafilaktik
Disebabkan oleh pelepasan masif histamin dan bahan vasoaktif dari
sel yang telah tersensitisasi sebelumnya terhadap zat spesifik seperti
penisilin, sengatan lebah atau kerang. Kolaps kardiovaskuler mendadak
dengan atau tanpa disfungsi pernapasan atau obstruksi jalan pernapasan
karena bronkokonstriksi, edema, angioneuretik, atau urtikaria pada saluran
pernapasan, jarang terjadi.
6. Jenis syok penting lainnya
Meliputi yang karena penggunaan obat berlebih atau hipoglikemi.
Kelebihan dosis barbiturat lebih menyebabkan hipotensi dan depresi
pernapasan. Hipotensi disebabkan oleh hivolemia relatif akibat

3
peningkatan kapasitas dan pada kasus-kasus yang berat mungkin ada
supresi miokardium. Walaupun tekanan darah rendah,tampaknya perfusi
kulit adekuat karena pembulu darah kulit berdilatasi.
7. Syok hipoglikemik atau insulin
Harus selalu dipikirkan pada penderita yang syok, tetapi tidak jelas
masuk dalam kategori lain terutama jika ada kecurigaan bahwa pasien
menderita diabetes. Mula-mula penderita dapat sangat konfusi dan
cenderung mempunyai kulit yang basah dingin serta takikardi. Pemberian
glukosa segera menghasilkan perbaikan besar.

C. Tanda-Tanda Syok
Pada penderita syok umumnya pernapasan cepat. Karena penurunan
jantung dan vasokontriksi, biasanya kulit pucat dan dingin, tetapi membran
mukosa dan palung kuku mungkin sianosis. Rangsangan simpatis berlebihan
menyebabkan sekresi keringat, yang menyebabkan kulit basah. Denyutan nadi
umumnya lemah dan cepat, sering hampir tak terba. Tekanan darah sistolik
biasanya rendah dan dalam kasus syok berat sering tidak dapat teraba sama
sekali. Bila penderita dibaringkan, tekanan darah cenderung sedikit membaik
dan memburuk bila penderita yang berbaring didudukan. Tekanan nadi
arterial (sistolik-diastolik) mencerminkan perubahan isi sekuncup dan
biasanya turun jauh sebelum tekanan sistolik turun. Kesadaran menjadi
berkabut sangat dini, penderita ini konfusi, dan gelisah. Lazim terdapat rasa
haus, khususnya bila ditanyakan ke pasien.
Pada syok septik hiperdinamik, syok neurogenik dan syok barbiturat
serta kadang- kadang pada pasien infark miokardium akut, kulit dapat kering
dan hangat.
Pada syok neurogenik dan kadang-kadang syok infark miokardium
akuta, denyut nadi bisa relatif lambat.

4
D. Mekanisme Terjadinya Shock
Mekanisme terjadinya shock, terjadi dalam 3 tahap:
1. Tahap nonprogresif
Mekanisme neurohormonal membantu mempertahankan curah jantung
dan tekanan darah. Meliputi refleks baroreseptor, pelepasan katekolamin,
aktivasi poros rennin-angiotensin, pelepasan hormonan antidiuretik dan
perangsangan simpatis umum. Efek akhirnya adalah takikardi,
vasokontriksi perifer dan pemeliharaan cairan ginjal. Pembuluh darah
jantung dan otak kurang sensitive terhadap respon simpatis tersebut
sehingga akan mempertahankan diameter pembuluh darah, aliran darah
dan pengiriman oksigen yang relative normal ke setiap organ vitalnya.
2. Tahap progresif
Jika penyebab shock yang mendasar tidak diperbaiki, shock secara
tidak terduga akan berlanjut ke tahap progresif. Pada keadaan kekurangan
oksigen yang menetap, respirasi aerobic intrasel digantikan oleh glikolisis
anaerobik disertai dengan produksi asam laktat yang berlebihan. Asidosis
laktat metabolic yang diakibatkannnya menurunkan pH jaringan dan
menumpulkan respon vasomotor, arteriol berdilatasi dan darah mulai
mengumpul dalam mikrosirulasi. Pegumpulan perifer tersebut tidak hanya
akan memperburuk curah jantung, tetapi sel endotel juga berisiko
mengalami cedera anoksia yang selanjutnya disertai DIC. Dengan
hipoksia jaringan yang meluas, organ vital akan terserang dan mulai
mengalami kegagalan. Secara klinis penderita mengalami kebingungan
dan pengeluaran urine menurun.
3. Tahap irreversible
Jika tidak dilakukan intervensi, proses tersebut akhirnya memasuki
tahap irreversible. Jejas sel yang meluas tercermin oleh adanya kebocoran
enzim lisososm, yang semakin memperberat keadaan syok. Fungsi
kontraksi miokard akan memburuk yang sebagiannya disebabkan oleh

5
sintesis nitrit oksida. Pada tahap ini, klien mempunyai ginjal yang sama
sekali tidak berfungsi akibat nekrosis tubular akut dan meskipun
dilakukan upaya yang hebat, kemunduran klinis yang terus terjadi hamper
secara pasti menimbulkan kematian.
E. Pengobatan Segera
1. Amankan saluran pernapasan yang adekuat dan mulai memberikan
oksigen 3-5 liter/menit. Pastikan pentilasi permenit normal atau
meningkat.
2. Amati TTV dan mulai pencatatan tentang hal ini, waktu pemberian cairan,
obat-obatan dan terapi lainnya.
3. Bila penderita hipovolemik, tinggikan tungkai sampai sudut 45 derajat
untuk mendapatkan aliran balik darah vena yang cepat dan tungkai ke
jantung. Bila cairan tak dapat segera diberikan pada penderita hipotensif
berat, maka naikkan tungkai hingga sudut 90 derajat untuk lebih
meningkatkan aliran balik vena. Kepala dan dada harus direndahkan kalau
tidak visera akan tertekan ke diafragma dan mengganggu pernapasan.
Aliran balik darah vena yang lebih baik tercapai dengan penggunaan bidai
udara atau pakaian anti syok.
4. Mulai infus cepat cairan cairan Ringer laktat atau ‘saline’ normal dengan
mempergunakan satu atau dua jarum kateter intravena berukuran 18 atau
lebih. Bila orang dewasa jelas jelas hovolemi maka biasanya dapat
diberikan 1000-2000 ml cairan dalam waktu 20-40 menit dengan aman.
Pada anak-anak dorongan intravena 10 mlper pon biasanya aman.
5. Bila mungkin, harus dipasanga sadapan kardioskopi ke pasien untuk
mendapatkan rekaman EKG yang kontinu.
6. Paramedik EMT yang terlatih akan memasang kateter urina ‘indwelling’,
bila perjalana kebagian gawat darurat akan memerlukan waktu lebih 2 jam
7. Pada keadaan tertentu dan atas perintah dokter, paramedik EMT yang
bermutu dapat memberikan obat tertentu seperti glukosa bagi tersangka

6
hipoglikemi, lidokain, untuk kontstaksi petrikel prematur yang sering
terjadi atau takikardia ventrikel atau epineprin bagi tersangka syiok
anafilatik
8. Pakaian antisyok (MAST) dapat sangat berguna pada penderita
hipovolemi yang harus di angkut untuk jarak jauh.

F. Pakaian Anti Syok


Pakaian antisyok terdiri dari unit-unit yang dapat dikembungakan
untuk memeberikan tekanan pada ekstremitas bawah dan abdomen, yang
mendorong darah ke sirkulasi jantung, otak, dan paru untuk penatalaksanaan
awal syok hopovolemik. Ia juga berguna pada penatalaksanaan pendarahan
pendarahan dan fraktura.
Pada syok hipovolemik, cairan yang tak mencukupi diberi ke jantung
untuk perfusi keseluruh jaringan, yang membawa oksigen dan zat gizi ke sel.
Pakaian anti syok memberikan tekanan pada ekstremitas bawah sehingga
mengurangi ukuran wadah (volume pembuluh darah) dan menaikkan tahanan
perifer. Sehingga darah yang tersedia dipintas keastas untuk menyokong
organ yang lebih sensitif terhadap oksigen-jantung, otak, dan paru. Jadi
dengan cara autotransfusi ini dapat terjadi relokasi darah sehingga 2000 ml.
Indikasi absolut pemakaian perangkat antisyok pada syok hipovolemik
adalah tekanan darah sistolik kurang dari 80 mmHg. Indikasi relatif adalah
tekanan darah kurang dari 100 mmHg. Perbedaannya tergantung atas umur,
jenis kelamin dan ukuran badan penderita. Penderita yang berusia lanjut
khususnya wanita tua yang berbadan kecil dapat memberikan tekanan darah
sistolik normal antara 80 hingga 100 mmHg. Akan tidak bijaksana
mempergunakan pakaian antisyok pada penderita tersebut, apalagi bila tanda
dan gejala syok tidak ada.

7
G. Pemantauan
Pemantauan tekanan darah, frekuensi, denyut jantung, irama jantung
serta frekuensi dan kedalaman pernapasan harus diteruskan.
Perubahan tekanan nadimencerminkan perubahan isi sekuncup jantung
sehingga merupakan indikator aliran darah yang lebih baikdaripada tekanan
sistolik. Bila kulit penderita dingin dan basah, umumnya dapat dianggap
bahwa curah jantungnya rendah dan tahanan vaskular perifernya tinggi.
Kesadaran berkabut merupan bukti perfusi jari ngan yang jelek. Bila
pengeluaran urina rendah, dan menurun, dapat dianggap bahwa perfusi ginjal
kurang atau tak mencukupi untuk fungsi ginjal yang tepat.
Pengeluaran urina paling sedikit tiap jam oleh EMT jika waktu hantar
kebagian gawat darurat akan lebih dari dua jam. Dirumah sakit, kateter
intraarteri dapat digunakan untuk mengukur tekanan darah, tekana vena
sentral dan harus dilakukan penentuan gas darah berseri.
Dasar pemantauan ini adalah adanya lembaran catatan dengan
petunjuk yang tepat bagi semua tanda-tanda vital dan terapi.

8
Asuhan keperawatan pada Ny. R
Dengan Syok Hipovolemik P.O pyelolitomy
Di ruang ICU
RSUD Dr. H Abdul Moeloek
Bandar Lampung

A. Pengkajian
1. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. R
Umur : 48Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Tgl Masuk RS : 13-01-2014
Tanggal Pengkajian : 22-01-2014
No Register : 110097
Diagnosa Medis : P.O Pyelolitomy
Alamat : Tanggamus

2. RIWATAT KESEHATAN
a. Keluhan utama
Nyeri luka post operasi pyelolitomi
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada saat melakukan pengkajian pada tanggal 21-01-2014
keluarga klien mengatakan klien masuk RSAM pada tanggal 13-01-
2014 engan keluhan nyeri pada pinggang kiri, warna BAK merah
disertai mual.Kemudian klien masuk ke ruangan mawar pada tanggal
14–01-2014 untuk menunggu rencana operasi yang akan dilakukan
pada tanggal 20-01-2014. Pada tanggal 20-01-2014 klien melakukan

9
operasi pada pukul 09.30 – 10.30 WIB. Dan pada tanggal 21-01-2014
klien masuk ICU pada pukul 09.30 WIB. Klien mengatakan nyeri pada
luka operasi. Nyeri timbul spontan, terutama saat klien melakukan
pergerakan dan berkurang saat klien istirahat (tidur).Nyeri dirasakan ±
1 menit, nyeri timbul tidak tentu. K/u lemah, kesadaran
Composmentis, TD : 57/31 mmHg, S : 36o C , RR : 12 x/menit, N : 109
x
/menit.
c. Riwayat penyakit dahulu
Keluarga mengatakan sebelumnya klien tidak pernah masuk
rumah sakit, Klien tidak memiliki riwayat penyakit menular ataupun
menurun. Klien hanya mengalami sakit biasa seperti batuk, flu, dan
berobat ke puskesmas.
d. Riwayat penyakit keluarga
Keluarga mengatakan tidak ada di dalam anggota keluarga
yang mengalami Penyakit yang sama seperti klien.
e. Riwayat Kebiasaan
Keluarga klien mengatakan kebiasaan klien sering tidur malam
f. Riwayat Alergi
Keluarga klien mengatakan klien tidak mempunyai riwayat
alergi terhadap makanan, minuman ataupun obat-obatan.
g. Riwayat Kesehatan lain
Klien tidak mempunya riwayat kesehatan lain

10
3. PENGKAJIAN BERDASARKAN RESPONS

a. Kesadaran : Composmentis, GCS 15 (E4, V5, M6 )


b. Keadaan Umum : Klien tampak lemah, sesak dan gelisah
c. TTV : TD : 88/45 mmHg, N : 109 x/menit, RR : 36 x/menit, S : 35,9o C
d. Oksigenisasi
Respon : Sesak Nafas
L
Hasil : Pasien terpasang 02 10 /menit dengan face mask, RR
36x/menit
e. Nutrisi
Respon : -
Hasil : Cairan lambung hitam, klien terpasang NGT, turgor kulit
kurang elastis, mukosa bibir kering
f. Cairan dan elektrolit
Respon : -
Hasil : Terpasang RL 500cc
g. Eliminasi
Respon : Klien terpasang kateter
Hasil : Warna urine merah, output 1100 cc
h. Personal Hygiene
Respon : Klien lemah dan bedrest
Hasil : Klien dimandikan pada pagi dan sore hari.
i. Aktivitas
Respon : Klien lemah dan gelisah
Hasil : Segala keperluan pasien dibantu perawat
j. Istirahat dan tidur
Respon : Klien gelisah
Hasil : Klien dapat tidur

11
k. Kenyamanan
Respon : Klien gelisah
Hasil : Klien sesak

4. PENGKAJIAN PRIMER
a. Airway
1) Tidak ada sumbatan jalan nafas
2) Pola nafas tidak efektif
3) Reflek Batuk baik
4) Reflek menelan baik
b. Breathing
1) Sesak nafas
2) RR 36 x/menit
3) Terpasang O2 10 L/Menit
4) Pernafasan cepat dan dangkal
5) Terpasang NGT
c. Circulation
1) Pucat / sianosis
2) TD 88/45 mmHg
3) T : 35, 9 o C
4) Nyeri luka post operasi
5) Akral dingin
6) Terdapat selang drain
7) CRT 4 detik
8) TTV : TD : 88/45 mmHg
9) S : 35,9 x/menit
10) HR : 109
HB :10,8 gr/dl x/menit
11) Disability

12
12) Kesadaran Composmentis
13) GCS 15 (E4, V5, M6)
14) Keadaan umum lemah
15) Pupil isokor diameter
16) Reflek cahaya +/+
17) Gelisah

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hematologi Tanggal 21-01-2014
Pemeriksaan Hasil Normal / Satuan
Lk : 13,5 – 18.0 gr/dl
Hemoglobin 10,8
wn : 12 -16.0 gr/dl

Lk ; 40 – 54 %
LED 5
Wn : 0 – 20 mm/jam

Trombosit 67.000 150.000 – 400.000 / ul


Leukosit 18.100 4500 – 10.700 / ul
Hitung jenis
. Basophil 0 0 -1 %
. Eosinopil 0 1–3%
. Batang 0 2-6 %
. Segmen 69 50 – 70 %
. Limposit 6 20 – 40 %
. Monosit 1 2–8%

6. Terapi Medis
Dopamin
. Lasix
. Ceftriaxone

13
. Ketorolac
Ranitidin
. Vit K
. Ca Glukonas
. Dexamethason 1 amp 5 mg / 1 ml iv
RL makro infus set 20 tetes / menit
Nacl makro infus 20 tetes/ menit
Pemberian oksigen menggunakan face mask Sebanyak 10 L/menit

14
ANALISA DATA

NO Data Masalah Etiologi


Ds
1 : Klien mengatakan sesak. Gangguan pola nafas Penurunan ekspansi
Do : paru
Klien tampak sesak
RR : 36 x/menit
Retraksi dinding dada (+)
Terpasang O2 face mask 10
l/menit
Pernafasan cepat dan
dangkal
Klien tampak gelisah
Klien tampak pucat
2Ds : Klien mengatakan lemas Gangguan perfusi Perdarahan luka
jaringan perifer drain
Do :
Klien tampak lemah
Anemis (+)
CRT 4 detik
HB : 10,8 gr/dl
Sianosis (+)
Pucat
TD : 88/45
S : 35,9 o C
HR : 109 x/menit

Ds : Klien mengatakan nyeri

15
Do :
3 - Klien tampak meringis Nyeri
- Skala nyeri 6 Luka post operasi
- Terdapat luka post op. pyelolitomy
pyelolitomy
- Panjang luka 15 cm
- Luka tampak kering
- Terapat selang drain pada
abdomen kiri

Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan pola nafas penurunan ekspansi paru.

2. Gangguan perfusi jaringan perifer b.d perdarahan luka drain.

3. Nyeri b.d luka post operasi pyelolitomy.

16
Rencana Asuhan Keperawatan

No Dx Keperawatan Tujuan & KH Intervensi


1 Gangguan pola nafas Setelah dilakukan 1. Awasi frekuensi
berhubungan dengan asuhan keperwatan dan kedalaman
penurunan ekspansi masalah gangguan pola pernafasan
paru nafas teratasi dengan 2. Tinggikan kepala
kriteria hasil : tempat tidur 30
- sesak nafas (-) derajat
- RR normal 16- 3. Dorong latihan
24 x/ menit nafas dalam
- Tidak terpasang 4. Beri bantalan pada
o2 pagar tempat tidur
- pucat (-) u/ mengistirahatkan
tangan
5. Kolaborasi
pemberian O2,
sesuai indikasi
2 Gangguan perfusi Setelah dilakukan 1. Lihat pucat,
jaringan perifer b.d keperawatan gangguan sianosis, belang,
perdarahan luka drain perfusi jaringan dapat kulit dingin, atau
teratasi dengan KH : lembab. Catat
. RR 16-24 x/menit kekuatan nadi
- HB 12- 16 gr/dl perifer.
- sianosis (-) 2. Dorong latihan
- TD 120/80 kaki aktif atau
mmHg pasif, hindari
latihan isometrik

17
3. Kalaborasi Pantau
data
laboratorium,conto
h : GBA, BUN,
creatinin, dan
elektrolit
4. Beri obat sesuai
indikasi: heparin
atau natrium
warfarin
(coumadin)

3. Nyeri b.d luka post Setelah diberikan 1. Pantau atau catat


operasi pyelolitomy. asuhan keperawatan karekteristik nyeri,
selama 3x24 jam, catat laporan
diharapkan pasien verbal, petunjuk
merasa nyaman non verbal dan
Kriteria Hasil : repon
- Tidak ada nyeri hemodinamik (
- Tidak ada contoh: meringis,
dispnea menangis, gelisah,
- Klien tidak berkeringat,
gelisah mengcengkram
- Klien tidak dada, napas cepat,
meringis TD/frekwensi
jantung berubah)
2. Bantu melakukan
teknik relaksasi,

18
misalnya napas
dalam perlahan,
perilaku diskraksi,
visualisasi,
bimbingan
imajinasi
3. Kalaborasi
Berikan obat sesuai
indikasi, contoh:
analgesik, misalnya
morfin, meperidin
(demerol)

19
BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan
Syok adalah penurunan perfusi oksigen didalam darah dan zat gizi
dalam sel-sel tubuh. Syok terdiri dari beberapa jenis yaitu syok hipovolemik,
syok kardiogenik, syok septik akibat infeksi, syok neurogenik, syok anafilatik,
Jenis syok penting lainnya seperti penggunaan obat berlebihan, hipoglikemi,
syok insulin.
Tanda-tanda syok adalah pernapasan cepat, kulit pucat dingin,
membran mukosa serta palung kuku mungkin sinosis, kulit basah, denyut nadi
lemah dan cepat sering hampir tidak teraba, kesadaran menjadi berkabut,
penderita konfusi serta gelisah. Terkadang pasien merasa haus.
Mekanisme terjadinya shock yaitu tahap progresif, tahap progresif,
tahap irreversible. Penderita syok harus mendapatkan pengobatan segera
seperti amankan saluran pernapasan yang adekuat , amati TTV, jika penderita
hipovolemik tinggikan tungkai sampai sudut 45 derajat untuk mendapatkan
aliran balik darah vena yang cepat dan tungkai ke jantung, mulai infus cepat
cairan, pasangkan sadapan kardioskopi ke pasien, memasang kateter urina dan
pakaian antisyok. Pemantauan tekanan darah, frekuensi, denyut jantung, irama
jantung serta frekuensi dan kedalaman pernapasan harus diteruskan.

20
DAFTAR PUSTAKA

Boswick, John A. 1988. Perawatan Gawat Darurat. Jakarta : EGC


Robbins, dkk. 2007.Buku Ajar Patologi Vol.1, 7th edition. (Hal.111)

21

Anda mungkin juga menyukai