Anda di halaman 1dari 7

LP DAN ASKEP KLIEN DENGAN CORPUS

ALIENUM
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi

Corpus Alienum adalah benda, baik tajam atau tumpul, atau makanan yang tersangkut
dan terjepit di esophagus karena tertelan, baik secara sengaja maupun tidak sengaj ( Kapita
Selekta Editor Mansjoer Arif Edisi 3, 1999 ).
Corpus Alienum adalah terdapatnya suatu benda asing di dalam rongga mulut baik tajam
maupun tumpul atau makanan yang tersangkut dan terjepit di esophagus karena tertelan, baik
secara sengaja maupun tidak sengaja.

B. Etiologi

 Pada anak penyababnya antara lain anomaly congenital, termasuk stenosis congenital, web,
fistel trakeoesofagus dan pelebaran pembuluh darah.
 Pada orang dewasa sering terjadi akibat mabuk, pemakai gigi palsu yang telah kehilangan
sensasi rasa palatum, gangguan mental dan psikosis.

C. Patofisiologi

Benda asing baik itu benda mati, hidup ataupun komponen tubuh dapat masuk ke rongga
mulut karen faktor kesengajaan, kecerobohan maupun faktor kebutuhan. Ketika benda asing
tersebut tertelan dan masuk ke esophagus yang menyebabkan tersangkutnya benda itu, maka
akan dilakukan ekstraksi untuk menghindari komplikasi yang lebih lanjut. Ekstraksi tersebut
dapat menimbulkan lesi pada esophagus sehingga akan terasa nyeri jika digunakan untuk
menelan.

D. Klasifikasi

1.Corpus alienum esophagus


Banyak terjadi pada anak – anak. Hal ini disebabkan anak – anak mempunyai kebiasaan
sering memasukkan sesuatu ke dalam mulutnya. Pada umumnya benda asing yang tertelan
berupa uang logam, peniti, tutup bollpoin dan lain – lain. Pada orang tua hal ini juga dapat
terjadi, kebanyakan terjadi pada golongan lansia yang giginya sudahj habis sehingga makanan
tidak dapat dikunyah dengan baik. Benda yang tertelan biasanya daging yang liat, bakso, abon,
tulang ayam/bebek, paku, jarum, kawat gigi palsu dan lain – lain.
2 . Corpus alienum di trakea-bronkus

Benda asing yang masuk ke trakea atau bronkus kebanyakan karena terhirup. Banyak
terjadi pada anak kecil karena gigi gerahamnya belum tumbuh sehingga makanan tidak dapat
dikunyah dengan baik. Secara tidak sadar karena menangis, berteriak atau terjatuh makanan akan
terhirup dan masuk ke jalan nafas. Benda yang terhirup pada umumnya adalah makanan
misalnya kacang, nasi dan lain – lain. Pada orang dewasa hal ini juga dapat terjadi terutama saat
bekerja. Benda yang terhirup misalnya jarum pentul, paku.

E. Manifestasi Klinis

Gejala sumbatan tergantung pada ukuran, bentuk dan jenis benda asing, lokasi
tersangkutnya, komplikasi yang timbul dan lama tertelan.
1. Nyeri di daerah leher.
2. Rasa tidak enak di daerah substernal atau nyeri di punggung.
3. Rasa tercekik.
4. Rasa tersumbat di tenggorokan.
5. Batuk, muntah, disfagia.
6. BB turun.
7. Regurgitasi.
8. Gangguan nafas.
9. Ronchi/mengi.
10. Demam.
11. Abses leher.
12. Emfisema subkutan.
13. Gangguan pertumbuhan.
14. Obstruksi saluran nafas.

F. Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi berupa foto polos esophagus servikal dan torakal anteroposterior
dan lateral harus dilakukan pada semua pasien yang diduga tertelan benda asing. Bila benda
asing radioopak mudah diketahui lokasinya, sedangkan bila radiolusen dapat diketahui tanda
inflamasi periesofagus atau hiperinflamasi hipofaring dan esophagus bagian proksimal.
Esofagogram dilakukan untuk benda asing radiolusen, yang akan memperlihatkan filling detect
persisten. Dapat dilakukan MRI dan tomografis computer.
Tindakan endoskopi dilakukan untuk tujuan diagnostik dan terapi.

G. Penatalaksanaan

Pasien dirujuk ke rumah sakit untuk dilakukan esofaguskopi dengan menamai cunam
yang sesuai agar benda asing tersebut dapat dikeluarkan. Kemudian dilakukan esofagoskopi
ulang untuk menilai kelainan – kelainan esophagus yang telah ada sebelumnya.
Untuk benda asing tajam yang tidak bisa dikeluarkan dengan esophagus harus segera
dilakukan pembedahan sesuai lokasi benda asing tersebut. Bila dicurigai adanya perforasi kecil,
segera dipasang pipa nasogaster agar pasien tidak menelan dan diberikan antibiotik berspektrum
luas selama 7 – 10 hari agar tidak terjadi sepsis. Bila letak benda asing menetap selama 2 kali 24
jam maka benda asing tersebut harus dikeluarkan secara pembedahan.
H. Komplikasi

Benda asing dapat menimbulkan laserasi mukosa, pedarahan, perforasi lokal dengan
akses leher atau mediastinistis. Perforasi esofagus dapat menimbulkan selulitis lokal, fistel
trakeoesofagus. Benda asing bulat atau tumpul dapat juga menimbulkan perforasi, sebagai akibat
sekunder dari inflamasi kronik dan erosi. Jaringan granulasi disekitar benda asing timbul bila
benda asing berada diesofagus dalaam waktu yang lama.
Gajala dan tanda perforasi esofagus servikal dan torakal oleh karena benda asing atau alat, antara
lain emfisema subkutis atau mediatinum, krepitasi kulit didaerah leher atau dada, pembengkakan
leher, kaku leher, demam dan menggigil, gelisah, nadi dan nafas cepet, nyeri yang menjalar
kepunggung, retrostenalndan epigastrium. Bila terjadi perforasi ke pleura dapat timbul
pneumotoraks atau pyotoraks.
ASUHAN KEPERAWATAN
Corpus Alineum

A. Pengkajian
1.Anamnesa
1. Kesukaran dalam menelan (disfagia) makanan padat atau cairan.
2. Sumbatan komplit (ketidakmampuan untuk menelan).
3. Rasa tidak nyaman dalam menelan (odinofagia).
4. Regurgitasi dari makanan yang belum dicerna.
5. Hematemesis.
6. Sensasi benda asing.
7. Sumbatan pada tenggorokan.
8. Rasa panas dalam perut.
9. Penurunan berat badan.
10. Suara serak
11. Sensitivitas terhadap makanan dingin atau panas.

2 Pemeriksaan fisik
1. Pada pemeriksaan esophagus dengan endoskopi ditemukan adanya benda asing, lesi atau
mungkin hematom.
2. Pada leher mungkin ada abses leher (pada anak – anak).
3. Pada pemeriksaan paru ditemukan suara nafas tambahan seperti ronchi/mengi.
4. Adanya gangguan pertumbuhan pada anak – anak.
5. Jika terjadi obstruksi saluran nafas pasien bisa cyianosis dan takipnea.
6. Suhu tubuh demam dan BB turun.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan nyaman nyeri (akut).
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan
3. Risiko tinggi terjadi infeksi

C. Intervensi

1. Dx : Diagnosa keperawatan : gangguan nyaman nyeri (akut).


Tujuan : Nyeri berkurang/hilang.
Kriteria hasil : Melaporkan/menunjukkan nyeri hilang/terkontrol.
Menunjukkan nyeri hilang/ketidaknyamanan dengan menurunnya tegangan dan rileks,
tidur/istirahat dengan tepat

Intervensi Rasional
1. Kaji intensitas dan lokasi nyeri. 1. Dapat memonitor manfaat
ketidakefektifan dari pengobatan,
2. Jelaskan pada keluarga dan pasien perkembangan dan penyembuhan
tentang proses terjadinya nyeri.
2. Penjelasan dapat memberikan
pengertian pada pasien dan keluarga
3. Ajarkan teknik rileksasi nafas dalam tentang proses penyakitnya sehingga
pasien dan keluarga dapat turut serta
4. Kolaborasi dengan dokter dalam untuk mengurangi nyeri.
pemberian analgesik
3. Teknik rileksasi dapat mengurangi
spasme otot, sehingga dapat mengurangi
nyeri.

4. Analgesik berfungsi untuk mengurangi


nyeri.

2. Dx : Nutrisi kurang dari kebutuhan


Tujuan : Nutrisi terpenuhi secara adekuat.
Kriteria hasil : Individu akanMeningkatkan masukanoral.
Menjelaskan faktor – faktor penyebab bila diketahui.
Menjelaskan rasional dan prosedur untuk pengobatan.
Intervensi Rasional
1. kaji kemampuan pasien untuk menelan1. Untuk mengidentifikasi kemampuan
makanan pasien menelan makanan guna
intervensi selanjutnya.
2. Bantu pasiendalam memenuhi
kebutuhan nutrisinya. 2. Pada pasien yang tidak sadar/tidak
mampu memenuhi kebutuhan
nutrisinya, bantuan perawat sangan
3. Hidangkan makanan dalam keadaan dibutuhkan
hangat dan menarik serta sesuaikan
dengan selera pasien.
3. Hidangkan makanan dalam keadaan
4. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam hangat dan menarik serta sesuaikan
menentukan diit. dengan selera pasien.

4. Perlu bantuan dalam perencanaan diit


yang memenuhi kebutuhan nutrisi.

3. Dx : Risiko tinggi terjadi infeksi.


Tujuan : Tidak terjadi infeksi
i
vidu akan :
- Memperlihatkan teknik mencuci tangan yang sangat cermat pada waktu pulang.
- Bebas dari proses infeksi nosokomial selama perawatan di rumah sakit.
- Memperlihatkan pengetahuan tentang faktor risiko yang berkaitan dengan infeksi dan
melakukan tindakan pencegahan yang tepat untuk mencegah infeksi.

Intervensi Rasional
1. Pantau suhu secara teratur. Catat1. Terapi obat biasanya akan diberikan
munculnya tanda – tanda klinis dari terus selama kurang lebih 5 hari setelah
proses infeksi suhu turun ( kembali normal ) dan tanda
– tanda klinisnya jelas.
2. Pertahankan teknik aseptik dan teknik
cuci tangan yang tepat bagi pasien, 2. Menurunkan risiko pasien terkenan
pengunjung maupun staf. Pantau dan infeksi sekunder. Mengontrol
batasi pengunjung / staf sesuai penyebaran sumber infeksi, mencegah
kebutuhan pemajanan pada individu terinfeksi (
misal individu yang mengalami infeksi
saluran nafas atas ).
3. Catat karakteristik urine, seperti warna,
kejernihan dan bau.
4. Kolaborasi dengan dokter dalam 3. Urin statis, dehidrasi dan kelemahan
memberikan terapi antibiotika IV umum meningkatkan risiko terhadap
sesuai indikasi. infeksi kandung kemih/ginjal/awitan
sepsis.

4. Obat yang dipilih tergantung pada tipe


infeksi dan sensitivitas individu.

Anda mungkin juga menyukai