Anda di halaman 1dari 81

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit adalah bagian integral dari suatu Organizing sosial dan kesehatan
dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif). Penyembuhan
penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat.
Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat
penelitian medic. Pelayanan kesehatan di rumah sakit berjalan secara sinergis
antar disiplin profesi kesehatan dan non kesehatan (Nursalam, 2007).
Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan.
Dalam pelayanan kesehatan, keberadaan perawat merupakan posisi kunci, yang
dibuktikan oleh kenyataan bahwa 40-60% pelayanan rumah sakit merupakan
pelayanan keperawatan dan hampir semua pelayanan promosi kesehatan dan
pencegahan penyakit baik di rumah sakit maupun tatanan pelayanan kesehatan
lain dilakukan oleh perawat (Arwani, 2005).
Keperawatan sebagai pelayanan yang professional bersifat humanistic,
menggunakan pendekatan holistic, dilakukan berdasarkan ilmu dan kiat
keperawatan, berorientasi kepada kebutuham objektif Pasien, mengacu pada
standard professional secara umum merupakan tanggung jawab seorang perawat
yang selalu melaksanakan asuhan keperawatan dengan benar (rasional) dan baik
(etika) (Nursalam, 2007).
Kontribusi pelayanan keperawatan terhadap pelayanan kesehatan yang
dilaksanakan di sarana kesehatan sangat tergantung pada manajemen pelayanan
perawatan. Manajemen pelayanan keperawatan merupakan suatu proses
perubahan atau transformasi dari sumber daya yang dimiliki untuk mencapai
tujuan. Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam
menjalankan suatu kegiatan di Organizing. Dimana di dalam manajemen tersebut
mencakup kegiatan koordinasi dan supervise terhadap staf, sarana, dan prasarana
dalam mencapai tujuan Organizing (Suchri, 2007).
Manajemen keperawatan merupakan suatu pelayanan keperawatan professional
dimana tim keperawatan dikelola dengan menjalankan empat fungsi manajemen
antara lain perencanaan, pengOrganizingan, motivasi, dan pengendalian. Keempat

1
fungsi tersebut saling berhubungan dan memerlukan keterampilan-keterampilan
teknis, hubungan antar manusia, konseptual yang mendukung asuhan keperawatan
yang bermutu, berdaya guna dan berhasil guna bagi masyarakat. Hal ini
menunjukkan bahwa manajemen keperawatan perlu mendapat prioritas utama
dalam pengembangan keperawatan di masa depan, karena berkaitan dengan
tuntutan profesi dan global bahwa setiap perkembangan serta perubahan
memerlukan pengelolaan secara professional dengan memperhatikan setiap
perubahan yang terjadi (Sugiyanto, 2002).
Ciri-ciri mutu asuhan keperawatan yang baik antara lain : memenuhi standar
profesi yang ditetapkan, sumber daya untuk pelayanan asuhan keperawatan
dimanfaatkan secara wajar, efisien, dan efektif, aman bagi pasien dan tenaga
keperawatan, memuaskan bagi pasien dan tenaga keperawatan serta aspek sosial,
ekonomi, budaya, agama, etika dan tata nilai masyarakat diperhatikan dan
dihormati. Hal ini dapat dicapai dengan adanya manajemen yang baik (Arwani,
2002).
Asuhan keperawatan merupakan titik sentral pelayanan keperawatan, asuhan
keperawatan yang bermutu hanya dapat dicapai dengan pengelolaan asuhan
keperawatan yang professional. Model pemberian asuhan keperawatan merupakan
salah satu pendekatan dalam pengelolaan asuhan keperawatan professional yang
menjamin terwujudnya kesinambungan dalam pemberian asuhan keperawatan dan
akuntabilitas (Nursalam, 2007).
Rawat Inap Anak RSUD. Prof. Dr. MA. Hanafiah, SM Batusangkar dalam
pengelolaan asuhan keperawatan profesionalnya menerapkan model pemberian
asuhan keperawatan dengan metode TIM, melalui kerja kelompok yang
terkoordinasi dan kooperatif dapat terwujud pemberian asuhan keperawatan yang
menyeluruh lengkap terhadap pasien.
Perawat sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, dituntut untuk memiliki
kemampuan manajerial yang tangguh, sehingga pelayanan yang diberikan mampu
memuaskan kebutuhan Pasien. Dalam rangka meningkatkan keterampilan
manajerial peserta didik keperawatan selain mendapatkan materi kepemimpinan
dan manajemen keperawatan juga melakukan praktik langsung di lapangan.
Mahasiswa Program Profesi Ners, Program Studi Ilmu Keperawatan, Sekolah

2
Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis Sumatera Barat melalukan praktik Siklus
Manajemen di Ruang Rawat Inap Anak RSUD. Prof. Dr. MA. Hanafiah, SM
dengan arahan pembimbing klinik dan pembimbing akademik.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan praktik kepemimpinan dan manajemen keperawatan di
Ruang Rawat Inap Anak RSUD. Prof. Dr. MA. Hanafiah, SM , mahasiswa
mampu melakukan pengelolaan pelayanan keperawatan profesional tingkat
dasar secara bertanggung jawab dan menunjukkan sikap kepemimpinan yang
profesional.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktik kepemimpinan dan manajemen keperawatan
selama 4 minggu di Ruang Rawat Inap Anak RSUD. Prof. Dr. MA. Hanafiah,
SM mahasiswa mampu :
a. Melakukan pengkajian data yang meliputi profil umum ruang
keperawatan, unsure input, unsure proses, dan unsure output.
b. Menganalisa hasil kajian pada setiap sub unsure pada unsure input,
unsure proses, dan unsure output.
c. Membuat identifikasi permasalahan yang ada, memprioritaskan masalah
tersebut dan menyusun rencana kegiatan.
d. Melaksanakan dan mengevaluasi tindakan sesuai rencana yang sudah
disusun.
C. Manfaat
1. Bagi penulis
Sebagai sumber informasi dalam aplikasi konsep kepemimpinan dan
manajemen keperawatan secara langsung.
2. Bagi Instansi Pendidikan
Sebagai bahan masukan kepada institusi pendidikan yang dapat dimanfaatkan
sebagai bahan ajar untuk perbandingan dalam pemberian konsep asuhan
manajemen keperawatan secara teori dan praktik.

3
3. Bagi RSUD. Prof. Dr. MA. Hanafiah, SM Batusangkar
Sebagai bahan masukan bagi perawat khususnya di Ruang Rawat Inap Anak
RSUD. Prof. Dr. MA. Hanafiah, SM untuk meningkatkan kualitas pelayanan
asuhan keperawatan yang mengacu kepada model praktik keperawatan
professional (MPKP).

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Manajemen
1. Definisi
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan pro aktif dalam
menjalankan suatu kegiatan diorgnisasi yang mencakup kegiatan koordinasi
dan supervisi terhadap staf sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan
Organizing (Grant & Massey, 1999).
Sedangkan manajemen menurut Fayol adalah memperkenalkan dan
merencanakan, mengOrganizingkan, memimpin, mengkoordinasi, dan
mengendalikan. Memperkirakan dan merencanakan berarti
mempertimbangkan masa depan dan menyusun rencana aktifitas ( Fayol
dalam bukunya Russel,2000).
Manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan keperawatan
melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan,
pengobatan , dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat (Gillies,
1985).

2. Prinsip Manajemen
Prinsip Manajemen ada 14 yaitu :
a. Pembagian kerja.
b. Keseimbangan wewenang dan tanggung jawab.
c. Disiplin.
d. Kesatuan komando.
e. Kesatuan arah.
f. Meletakkan kepentingan individu di bawah kepentingan bersama.
g. Kompensasi yang adil.
h. Sentralisasi.
i. Rantai skala.
j. Tertib.
k. Adil.
l. Kestabilan personalia.

5
m. Inisiatif.
n. Esprit de corps

3. Sumber Daya
a. Sumber daya dapat dibagi menjadi lima (5M) :
Menurut George R. Terry (2002): Man, Materials, Machines, Methods,
Money.
b. Menurut Sunyoto (2012): Manajemen pada dasarnya memiliki 6 unsur
yaitu sering disingkat dengan (6M) yaitu : men (manusia), money,
methode, materials, machines, dan market.

4. Filosofi dan Misi


Filosofi keperawatan adalah pernyataan keyakinan tentang keperawatan dan
manifestasi dari nilai-nilai dalam keperawatan yang digunakan untuk berfikir
dan bertindak (Chitty, 1997 dalam Nursalam, 2010). Filosofi pelayanan
keperawatan pada tatanan klinik/rumah sakit ditekankan pada :
a) Hak pasien untuk mendapatkan pelayanan dan menentukan
kehidupannya.
b) Setiap pasien harus dihargai sama tanpa membeda-bedakan agama, suku,
ras, warna kulit, status dan jenis kelamin.
c) Asuhan keperawatan yang diberikan harus ditujukan pada pemenuhan
kebutuhan indvidu.
d) Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai bagian integral dari
pelayanan kesehatan lain.
e) Perlunya koordinasi dan kerjasama dalam memanfaatkan sumber daya
yang ada dalam mencapai tujuan organisasi, perlunya evaluasi secara
terus-menerus terhadap semua pelayanan keperawatan yang diberikan.
Visi adalah perawat/manajer keperawatan harus mempunyai suatu pandangan
dan pengetahuan yang luas tentang manajemen dan proses perubahan yang
terjadi saat ini dan yang akan datang yaitu tentang penduduk, sosial, ekonomi,
politik yang akan berdampak pada pelayanan kesehatan.

Misi adalah sebagai suatu langkah-langkah nyata dari profesi keperawatan


dalam melaksanakan visi yang telah ditetapkan, yaitu menjaga dan

6
mengawasi suatu proses profesionalisasi keperawatan indonesia agar terus
berjalan dan berkesinambungan.

Rumus sukses untuk mencapai visi dan misi :

S = V + M1 + M2

SV + M1 = Serba Tanggung

V + M2 = Melamun

M1 + M2 = Sempat di tempat yang salah

Keterangan :

S : Sukses

V : Visi

M1 : Misi

M2 : Motivasi

B. Proses Manajemen Keperawatan


1. Komponen Manajemen Keperawatan
Terdapat tiga komponen penting dalam manajemen asuhan keperawatan,
yaitu : Sistem pengorganizingan dalam pemberian asuhan keperawatan,
sistem klasifikasi pasien dan metode proses asuhan keperawatan.
a. Sistem pengorganizingan
Sistem pengorganizingan dalam pemberian asuhan keperawatan terdiri
dari :
1) Metode fungsional
Metode fungsional yaitu suatu metode pemberian asuhan keperawatan
dengan cara membagihabis tugas pada perawat yang berdinas.
a) Kelebihan metode fungsional
(1) Menekankan efisiensi, pembagian tugas jelas dan pengawasan
baik untuk RS yang kekurangan tenaga.

7
(2) Perawat senior bertanggung jawab pada tugas
manajerialsedangkan perawat junior bertanggung jawab pada
perawatan pasien.
b) Kelemahan metode fungsional
(1) Pasien merasa tidak puas karena pelayanan keperawatan yang
terpisah-pisah atau tidak dapat mererapkan proses
keperawatan.
(2) Perawat hanya melakuan tindakan yang berkaitan dengan
ketrampilan saja.
2) Metode tim
Metode tim yaitu pemberian asuhan keperawatan secara total kepada
sekelompok pasien yang telah ditentukan. Perawatan terdiri dari tenaga
profesional , teknikal dan pembantu.
a) Konsep metode tim
(1) Ketua TIM harus mampu menerapkan berbagai teknik
kepemimpinan.
(2) Komunikasi yang efektif agar rencana keperawatan tercapai.
(3) Anggota TIM harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
b) Kelebihan metode tim
(1) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
(2) Mendukung pelaksanaan proses perawat
(3) Komunikasi antara tim berjalan dengan baik sehingga konflik
mudah diatasi.
(4) Memberikan kepuasan pada anggota tim.
3) Metode keperawatan primer
Metode primer yaitu metode pemberian asuhan keperawatan
komprehensif yang merupakan penggabungan model praktik
keperawatan profesional. Setiap perawat profesional bertanggung jawab
terhadap asuhan keperawatan pasien yang menjadi tanggung jawabnya.
a) Konsep dasar metode primer
(1) Ada tanggung jawab dan tanggung gugat
(2) Ada otonomi

8
(3) Ketertiban pasien dan keluarga
b) Ketenagaan metode primer
a) Setiap perawat primer adalah perawat “bed side”
b) Bahan kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat
c) Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal
d) Perawat primer dibantu oleh perawat profesional lainnya
maupun non profesionalsebagai perawat asisten.
c) Kelebihan metode keperawatan primer
a) Bersifat kontinuitas dan komprehensif
b) Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap
hasil dan memungkinkan pengembangan diri
d) Kelemahan metode keperawatan primer
Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan
pengetahuan yang memadai dan kriteria assertife, self direction,
kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai
keperawatan klinik, accountable serta mampu berkolaborasi dengan
berbagai disiplin.
b. Sistem klasifikasi Pasien
Sistem klasifikasi pasien yaitu mengelompokkan pasien sesuai dengan
ketergantungannya dengan perawat atau waktu dan kemampuan yang
dibutuhkan untuk memberikan asuhan keperawatan yang dibutuhkan.
Klasifikasi tingkat ketergantungan pasien menurut Douglas (1984), adalah:
1) Minimal care
Perawatan minimal memerlukan waktu selama 1-2 jam / 24 jam dengan
kriteria:
a) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
b) Makan dan minum dilakukan sendiri
c) Ambulasi dengan pengawasan
d) Observasi tanda-tanda vital dilakukan tiap shiff
e) Pengobatan minimal, status psikologis stabil
f) Persiapan pengobatan memerlukan prosedur

9
2) Intermediet care
Memerlukan watu 3-4 jam/ 24 jam dengan kriteria:
a) Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
b) Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
c) Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dan sekali
d) Pasiendengan pemasangan infus, persiapan pengobatan
memerlukan prosedur
3) Perawatan intensif
Perawat total care memerlukan waktu 5-6/ 24 jam dengan kriteria:
a) Segalanya diberikan atau dibantu
b) Posisi diatur, observasi tanda-tanda vitaltiap 2 jam
c) Makan memerlukan NGT , menggunakan terapi intra vena
d) Pemakaian suction
e) Gelisah atau disorientasi
c. Metode Proses Keperawatan
Menurut Ali (1997) proses keprawatan adalah metode asuhan
keperawatan yang ilmiah , sistematis, dinamis, dan terus- menerus serta
berkesinambungan dalam rangka pemecahan masalah kesehatan pasien/
Pasien, dimulai dari pengkajian (pengumpulan data , analisa data dan
penentuan masalah), diagnosa keprawatan, pelaksanaan, dan penilaian
tindakan keperawatan.
Proses Keperawatan

Pengkajian Diagnosis Perencanaan Pelaksanaan Evaluasi

Pengumpulan Perencanaan Pengelolaan Kepegawaian Kepemimpinan Pengawasan


data

Keperawatan (Arikunto, 2011).

10
Metode proses keperawatan mencakup tahap-tahap dalam proses keperawatan
yaitu:

1) Pengkajian
Pengkajian adalah upaya mengumpukan data secara lengkap dan
sistematis untuk dikaji dan dianalisis sehingga maslah kesehatan dan
keperawatan yang dihadapi pasien baik fisik, mental, sosial maupun
spiritual dapat ditentukan. Tahap ini mencakup tiga kegiatan yaitu,
pengumpulan data, analisis data dan penentun masalah kesehatan serta
keperawatan.
a) Pengumpulan data
Tujuannya adalah diperoleh data dan informasi mengenai masalah
kesehatan yang ada pada pasien sehingga ada pasa pasien sehingga
dapat ditentukan tindakan yang harus di ambil untuk mengatasi
masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik, mental, sosial dan
spiritual serta faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Data
tersebut harus akurat dan mudah dianalisis. Jenis data antara lain,
data objektif, yaitu data yang diperoleh melalui satu pengukuran,
pemeriksaan, dan pengamatan, misalnya suhu tubuh, tekanan darah,
serta warna kulit. Data subjektif, yaitu data yang diperoleh dari
keluhan yang dirasakan pasien, atau dari keluarga psien/saksi pasien
lain misalnya, kepala pusing, nyeri dan mual. Adapun focus dalam
pengumpulan data meliputi :
(1) Status kesehatan sebelumnya dan sekarang
(2) Pola koping sebelumnya dan sekarang
(3) Fungsi status sebelumnya dan sekarang
(4) Respon terhadap terapi medis dan tindakan keperawatan
(5) Resiko untuk masalah potensial
(6) Hal-hal yang menjadi dorongan atau kekuatan Pasien
b) Analisa data
Analisa data adalah kemampuan dalam mengembangkan
kemampuan berpikir rasional sesuai dengan latar belakang ilmu
pengetahuan.

11
c) Perumusan masalah
Setelah analisa data dilakukan,dapat dirumuskan beberapa masalah
kesehatan. Masalah kesehatan tersebut ada yang dapat diintervensi
dengan asuhan keperawatan (masalah keperawatan) tetapi ada juga
yang tidak dan lebih memerlukan tindakan medis. Selanjutnya disusun
diagnosis keperawatan sesuai dengan prioritas. Prirotitas masalah
ditentukan berdasarkan criteria penting dan sekarang. Penting
mencakup kegawatan dan apabila tidak diatasi akan menimbulkan
komplikasi. Sedangkan segera mencakup waktu misalnya pada pasien
stroke yang tidak sadar maka tindakan harus segera dilakukan untuk
mencegah komplikasi yang lebih parah atau kematian. Prioritas masalah
juga dapat ditentukan berdasarkan hierarki kebutuhan menurut Maslow,
yaitu : keadaan yang mengancam kehidupan, keadaan yang mengancam
kesehatan, persepsi tentang kesehatan dan keperawatan.
2) Diagnosis keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon
manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau
kelompok dimana perawat secara akontabilitas dapat mengidentifikasi dan
memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan
menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah (Carpenito,2000).
Perumusan diagnosa keperawatan :
a) Actual : menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data klinik
yang ditentukan.
b) Resiko : menjelaskan masalah kesehatan nyata akan terjadi jika tidak
dilakukan intervensi
c) Kemungkinan : menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan untuk
memastikan masalah keperawatan kemungkinan
d) Wellness : keputusan klinik tentang keadaan individu, keluarga atau
masyarakat dalam transisi dari tingkat sejarhtera tertentu keingkat
sejahtera yang lebih tinggi

12
e) Syndrome : diagnosa terdiri dari kelompok diagnosa keperawatan
actual dan resiko tinggi yang diperkirakan muncul atau timbul karena
suatu kejadian atau situasi tertentu
3) Rencana tindakan keperawatan
Semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu
Pasieneralih dari status kesehatan saat ini ke status kesehatan yang di
uraikan dalam hasil yang diharapkan (Gordon 1994).
Rencana tindakan keperawatan merupakan pedoman tertulis untuk
merawat Pasien. Rencana keperawatan terOrganizing sehingga tiap
perawat dapat dengn cepat mengidentifikasi tindakan keperawatan yang
diberikan. Renana keperawatan yang dirumuskan dengan tepat
memfasilitasi kontinuitas ashuna keperawatan dari satu perawat ke perawat
lainnya. Sebagai hasil semua perawat mempunyai kesempatan untuk
memberikan asuhan yan berkualotas tinggi dan konsisten. Rencana ashuna
keperawatan tertulis mengatur pertukaran informasi oleh perawat dalam
laporan pertukaran dinas. Rencana perawatan tertulis juga mencangkup
kebutuhan Pasienjangka panjang (foter, 1997)
a) Tujuan perencanaan menurut Douglas:
(1) Hal tersebut menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran
dan tujuan
(2) Hal tersebut bermakna pada pekerjaan
(3) Hal tersebut memberikan penggunaan efektif dari personel dan
fasilitas yang tersedia
(4) Hal tersebut efektif dalam hal biaya
(5) Hal tersebut berdasarkan masa lalu dan akan datang, sehingga
membantu elemen perubahan
(6) Hal tersebut dapat digunakan untuk menemukan kebbutuhan
untuk berubah
(7) Hal tersebut diperlukan untuk kontrol yang efektif
b) Langkah-langkah Perencanaan
(1) Pahami dan tentukan misi, filosofi dan tujuan
(2) Kumpulkan data

13
(3) Analisa
(4) Buat alternatif
(5) Pilih dan usulkan alternatif
(6) Pimpinan menetapkan alternatif
(7) Susun rencana
(8) Kaji ulang

4) Tindakan keperawatan
Merupakan insiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan
ditujukan pada nursing orders untuk membantu Pasienmencapai tujuan
yang diharapkan. Oleh kerena itu rencana tindakan yang spesifik
dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
masalah kesehatan Pasien. Adapun tahap-tahap dalam tindakan
keperawatan adalah sebagai berikut:
a) Tahap 1 : persiapan yaitu tahap awal tindakan keperwatan ini
menuntut perawat untuk mengevaluasi yang di idntifikasi
pada tahap perencanaan.
b) Tahap 2 : intervensi yaitu focus tahap pelaksanaan tindakan
keperawatan adalah kegiatan pelaksanaan tindakan dari
perencaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan
emosional. Pendekatan tindakan keperawatan meliputi
tindakan : independen, dependen dan interdependen.
c) Tahap 3 : dokumentasi yaitu pelaksanaan tindakan keperawatan
harus diikuti oleh pencataan yang tepat dan akurat
terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan.
5) Evaluasi tindakan keperawatan
Perencanaan evaluasi menurut criteria keberhasilan proses dan
keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat
dengan jalan membandingkan antara proses dengan pedoman atau rencana
proses tersebut sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan
membandingkan antara tingkat kemandirian pasiendalam kehidupan

14
sehari-hari dan tingkat kemajuan pasien dengan tujan yang telah di
rumuskan. Sasaran evaluasi adalah sebagai berikut:
a) Proses asuhan keperawatan, berdasarkan criteria atau rencana yang
telah disusun.
b) Hasil tindakan keperawatan, berdasarkan criteria keberhasilan yang
telah dirumuskan dalam rencana evaluasi. Terdapat tiga kemungkinan
hasil evalasi yaitu:
(1) Tujuan tercapai apabila pasien telah emnunjukan perbaikan atau
kemajuan sesuai dengan criteria yang telah di tetapkan
(2) Tujuan tercapai sebagian, apabila tujuan itu tidak tercapai secara
maksimal, sehingga perlu dicari penyebab dan cara
mengatasinya.
(3) Tujuan tidak tercapai, apabila pasien tidak menunjukan
perubahan atau kemajuan sama sekali bahkan timbul masalah
baru. Dalam hal ini perawat perlu untuk mengkaji secara lebih
mendalam apakah terdapat data analisis diagnosa tindakan dan
faktor lain yang tidak sesuai yang menjadi penyebab tidak
tercapainya tujuan.
6) Dokumentasi keperawatan
Dokumentasi adalah segala sesuai tertulis atau tercetak yang dapat
diandalkan sebagai cacatan tentang bukti bagi individu yang berwenang.
(foter,2005).
Banyak para ahli menyusun system dokumentasi keperawatan. Sistem
dokumentas ini masing-masing memiliki keunikan tersendiri, namun pada
dasarnya tidak banyak perbedaan. Ada beberapa system pendokumentasian
yang sering dipakai antara lain : Catatan Berorientasi pada sumber (Source
Oriented Record ISOR). System ini member kemudahan dalam
menempatkan catatan mengenai data yang diperoleh karena biasanya
masing-masing format telah dibuat secara spesifik. Namun demikian
system ini memiliki kelemahan antara lain informasi menjadi sulit
dipelajari secara lengkap karena masing-masing data berada pada format
yang berbeda. Komponen SOR meliputi hal berikut :

15
a) Lembar penerimaan
Lembar ini berisi data demografi pasien/Pasienseperti, nama, alamat,
tempat dan tanggal lahir, status perkawinan serta, diagnosis pada saat
masuk rumah sakit.
b) Lembar instruksi dokter
Lembar ini digunakan untuk mencatat setiap instruksi dokter yang
dilengkapi dengan tanggal dan tanda tangan dokter yang
bersangkutan.
c) Lembar riwayat medic
Lembar ini berisi catatan tentang hasil pemeriksaan fisik, kondisi
kesehatan Pasien, perkembangan, dan tindak lanjut.
d) Catatan perawat
Catatan ini mencakup catatan, pengkajian, diagnosa, intervensi, dan
evaluasi.
e) Catatan dan laporan khusus
Catatan ini berisi tentang hasil konsultasi, pemeriksaan laboratorium,
laporan operasi, berbagai terapi fisik, tanda-tanda vital, masukan dan
haluaran cairan serta pengobatan.

Terdapat 3 model dokumentasi yang saling berhubungan, saling


ketergantungan dan dinamis, yaitu komunikasi, proses keperawatan dan
standar komunikasi.
a) Keterampilan komunikasi secara tertulis
Adalah keterampilan perawat dalam mencatat dengan jelas, mudah
dimengerti. Dalam kenyataannya dengan kompleknya pelayanan
keperawatan dan peningkatan kualitas, keperawatan, perawat dituntut
untuk dapat mendokumentasikan secara benar. Keterampilan
dokumentasi yang efektif memungkinkan perawat untuk
mengkomunikasikan kepada tenaga kesehatan lain.
b) Dokumentasi proses keperawatan
Perawat memerlukan ketrampilan dalam mencari proses keperawatan.
pencatatan proses keperawatan merupakan, metode yang tepat untuk
pengambilan, keputusan yang sistematis, ptoblem solving,dan riset

16
lebih lanjut. format proses keperawatan merupakan kerangka atau
dasar keputusan dan tindakan termasuk juga pencatatan hasil berfikir
dan tindakan keperawatan. dokumentasi adalah bagian integral proses,
bukan sesuatu yang berbeda dan metode problem solving.
c) Standar Dokumentasi
Perawat memerlukan suatu, keterampilan untuk dapat memenuhi
standar yang sesuai. Standar dokumentasi adalah suatu penyataan
tentang kualitas dan kuantitas dokumentasi yang dipertimbangkan
secara adekuat dalam suatu situasi tertentu. Dengan adanya standar
dokumentasi memberikan informasi bahwa adanya suatu ukuran
terhadap kualitas dokumentasi keperawatan.
d) Keterampilan Dalam Dokumentasi
Keterampilan dalam dokumentasi sangat bergantung pada
5 komponen yaitu:
(1) Novice (Orang baru)
Dengan keberadaan orang baru akan diharapkan membawa
perubahan dan pembaharuan.
(2) Advanced Beginer (pemula Lanjut)
Pola pikir yang maju, ilmiah dan dilandasi motivasi yang tinggi
terhadap keprofesian mudah untuk menunjang keterampilan dan
kemampuan pendokumentasian.
(3) Competent (mampu)
Merupakan ciri yang harus dimiliki oleh perawat yang bertugas
memberikan arahan keperawatan.
(4) Proficient (Cakap)
Kemampuan tampa diikuti kecakapan akan menjadikan diri
terbelakang dan kemajuan.
(5) Expert (Ahli)
Keahlian dalam melakukan dokumentasi proses keperawatan
angat diperlukan oleh seorang perawat.

17
3. Proses Manajemen Keperawatan
Manajemen keperawatan merupakan suatu peroses yang dilaksanakan sesuai
dengan pendekatan sistem terbuka. Oleh karena itu manajemen keperawatan
terdiri atats beberapa elemen yang tiap-tiap elemen saling berintraksi. Pada
umumnya suatu sistem dicirikan oleh 5 elemen yaitu, input, proses, output,
kontrol dan mekanisme umpan balik.
Input dalam proses manajemen keperawatan antara lain berupa informasi,
personel, peralatan, dan fasilitas. Proces pada umumnya nerupakan kelompok
manajer dari tingkat pengelola keperawatan tertinggi sampai keperawatan
pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan
perencanaan, pengOrganizingan, pengaruh dan pengawasan dalam
pelaksanaan pelayanan keperawatan. Output dan keluaran umumnya dilihat
dari hasil atau kualitas pemberian askep dan pengembangan staf, serta
kegiatan penelitian tentang untuk menindaklanjuti hasil atau keluaran.
Kontrol dalam proses manajemen keperawatan dapat dilakukan kegiamelalui
penyusunan anggaran yang proporsional, evaluasi penampilan kerja perawat,
pembuatan prosedur sesuai dengan standar dan akreditasi. Sedangkan umpan
balik dilakukan melalui laporan keuangan, audit keperawatan dan survei
kendali mutu, serta penampilan kerja perawat.
Proses manajemen keperawatan dalam aplikasi dilapangan berada sejajar
dengan proses keperawatan sehingga keberadaan manajemen keperawatan
dimaksudkan untuk mempermudah pelaksanaan proses keperawatan. Proses
manajemen sebagaimana juga proses keperawatan terdiri atas kegiatan
pengumpulan data, identifikasi masalah, pembuatan rencana, pelaksanaan
kegiatan dan kegiatan penilaian hasil. (Gillies, 1985).

18
Grafik 2.1. Sistem Manajemen Bangsal Keperawatan

MASUKAN/INPUT PROSES HASIL/OUTPUT2

Perawatan
Data

Personalia

Peralatan Pengumpulan Perencanaan Pengaturan Pengelolaan Kepemimpi Pengawasan - Pengembangan


data nan staf
Persediaan - riset

Informasi Tujuan Bentuk Klasifikasi Kekuasaan : Kendali mutu :


tentang : sistem: organisasi : Pasien : - Pemecahan - Jaminan
- Pasien - Standar - Uraian - Penentuan masalah kesehatan
- Pegawai - Kebijakan jabatan/pe kebutuhan - Pengambilan - Audit
- Sumber- - Budget kerjaan pegawai keputusan - Penampilan
sumber - Evaluasi - Penjadwal - Mengatasi kerja
pekerjaan an konflik - Disiplin
- Kerja TIM penugasan - Komunikasi - Hubungan
- Pengurang dan sistem kerja
an absen analisis - Komputer
- Pengurang sistem
an pindah
- Pengemba
Out Come:
ngan - Kepuasan Pelanggan
pegawai - Mutu
- Derajat Kesehatan

19
4. Fungsi Manajemen Dalam Keperawatan
Teori manajemen keperawatan berkembang dari teori manajemen umum yang
memerintahkan penggunaan sumber daya manusia dan materi secara efektif.
Empat elemen besar dari teori manajemen adalah perencanaan,
pengogarnisasiaan, mengarahkan atau memimpin, dan mengendalikan atau
mengevaluasi. Seluruh aktifitas manajemen, kognitif, dan psikomotor, berada
dalam satu atau lebih dari fungsi-fungsi utama yang bergerak secara simultan.
Fungsi manajemen keperawatan adalah sebagai berikut :
a. Planning
Planning atau perencanaan dimaksudkan untuk menyusun suatu
perencanaan yang strategis dalam mencapai suatu tujuan Organizing yang
telah ditetapkan. Perencanaan disini dimaksud untuk menentukan kebutuhan
dalam asuhan keperawatan kepada semua pasien, menegakan tujuan,
mengalokasikan semua anggota belanja, memutuskan ukuran dan tipe
tenaga keperawatan yang dibutuhkan, membuat pola struktur Organizing
yangbdapat mengoptimalkan efektifitas staff serta enegakan kebijaksanaan
dan prosedur operasional untuk mencapai visi dan misikebijaksanaan dan
prosedur operasional untuk mencapai visi dan misi institusi yang telah
ditetapkan. (Nursalam, 2002)
b. Organizing
1) Struktur Organizing
Masing-masing Organizing memiliki struktur formal dan informasi
yang menentukan alur kerja dan hubungan timbal balik antar pribadi.
Struktur formal direncanakan dan dipublikasikan, struktur informal
tidak direncanakan dan samar. Seorang manajer perawatan harus
mengerti dan memakai keduanya secara efektif. Struktur formal
Organizing merupakan penyusunan resmi jabatan kedalam pola
hubungan kerja yang akan mengatur usaha banyak pekerja dari
bermacam-macam kepentingan dan kemauan.
Struktur informasi Organizing terdiri dari hubungan timbal balik
pribadi yang tidak resmi diantara para pekerja yang mempengaruhi
efektifitas kerja mereka. Kualitas hubungan timbal balik seorang

20
manajer dengan lainnya langsung dikaitkan dengan kemampuan
kepemimpinannya. Mengingst dtruktur formsl dan informasi
Organizing saling melengkapi, manajer perawat bisa memakai struktur
Organizing informasi untuk mengganti kerugian karena kekurangan
atau kegagalan dalam struktur formal.
2) Job Deskriptions
Merupakan suatu uraian pembagian tugas sesuai peran yang ia jalankan,
misalnya seorang kepala ruangmaka tugas dan tanggung jawabnya, jadi
antara satu dengan yang lainnya mempunyai tugas dan tanggung jawab
yang berbeda sesuai dengan perannya.
3) Metode Penugasan
Metode penugasan yang ditetapkan harus dapat memudahkan
pembagian tugas perawat yang disesuaikan dengan pengetahuan dan
keterampilan perawat dan sesuai dengan kebutuhan Pasien. Apabila
metode penugasan tidak diterapkan maka pelayanana asuhan
keprawatan yang diberikan kepada Pasien menjadi tidak optimal.
Jenis Model asuhan keperawatan menurut Grant & Massey (1997) dan
Marquis & Houston (1998), antara lain :
a) Model Fungsional
Metode fungsional dilakukan oleh perawat dalam pengelolaan
asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia
ke II. Pada saat itu kerena masih terbatasnya jumlah dan
kemampuan perawat maka setiap perawat hanya melakukan 1-2
jenis intervensi ( merawat luka kepada semua pasien dibangsal ).
Grafik 2.3 Skema Model Fungsional

Kepala

Perawat Perawat Perawatan Perawat Menyuntik Perawat


Pengobatan Luka Visite

Pasien

21
b) Metode Tim
Model ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang
berbeda-beda dalam memberikan askep terhadap sekelompok
pasien. Perawat ruangan dibagi dalam group kecil yang saling
membantu.
Grafik 2.4 Skema Model Tim

Kepala

Ketua Tim Ketua Tim

Anggota Tim Anggota Tim

Pasien Pasien

c) Model Primer
Model penugasan dimana 1 orang perawat bertanggung jawab
penuh selama 24 jam terhadap askep pasien mulai dari pasien
masuk sampai keluar rumah sakit.
Grafik 2.5 Skema Model Primer

Dokter Kepala Kepala

Kepala

Kepala

Kepala Kepala Kepala

d) Manajemen Kasus

22
Setap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien
saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk
setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh
orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus
biasa diterapkan 1 pasien 1 perawat, dan hal ini umunya dilakukan
untuk perawat privat atau keperawatan khusus seperti isolasi dan
intensive care.
e) Model Tim Primer
Pada model ini digunakan kombinasi dari kedua system. Menurut
Ratna S. Sudarsono (2000), penerapan model ini didasarkan pada
beberapa alasan yaitu :
(1) Keperawatan primer tidak digunakan secara murni karena
sebagai perawat primer harus mempunyai latar belakang
pendidikan S1 keperawatan atau setara.
(2) Keperawatan tim tidak digunakan secara murni karena
tanggung jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi
pada berbagai tim.
(3) Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan
kontinuitas asuhan keperawatan dan accountabilitas asuhan
keperawatan terdapat pada primer.
Hal-hal yang perlu di pertimbangkan dalam penentuan penelitian
metode pemberian asuhan keperawatan (Maquis & Houston, 1998)
yaitu :
(1) Sesuai dengan visi dan misi institusi
(2) Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam askep
(3) Efisien dan efektif dalam penggunaan biaya
(4) Terpenuhinya kepuasan Pasien, keluarga dan masyarakat
(5) Kepuasan kinerja perawat
(6) Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan
tim kesehatan lainnya.
c. Actuiting
1) Motivasi

23
Motivasi adalah karakteristik psikologi manusia yang memberi konstribusi
pada tingkat komitmen seeorang. Hal ini termasuk factor yang
menyebabkan, menyalurkan dan mempertahankan tingkah laku manusia
dalam arah tekad tertentu (Stoner, Freman 11995). Motivasi adalah sesuatu
yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu (Ngalim,2000). Dari
pengertian diatas dapat diambil 3 point penting yaitu: kebutuhan, dorongan
dan tujuan.
Kebutuhan muncul apabila seseorang merasakan sesuatu yang kurang baik
fisiologis maupun psikologis, dorongan merupakan arahan untuk
memenuhi kebutuhan tadi sedangkan tujuan adalah akhri dari satu siklus
motivasi. (Luthan, 2000).
Sistem klasifikasi pasien adalah metode pengelompokkan pasien menurut
jumlah dan kompleksitas persyaratan mereka. Di dalam kebanyakan
system klasifikasi, pasien dikelompokkan sesuai dengan ketergantungan
mereka pada pemberi perawatan atau sesuai dengan waktu pemberian
perawatan dan kemampuan yang diperlukan untuk memberikan perawatan.
Tujuan setiap system klasifikasi pasien adalah untuk mengkaji pasien dan
menghargai masing-masing nilai angkanya yang mengukur volume usaha
yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan perawatan pasien.
Untuk mengembangkan system klasifikasi pasien yang akan dijalankan.
Manajer perawat harus menentukan jumlah kategori pembagian pasien.
Karakteristik pasien di masing-masing kategori, jumlah dan jenis prosedur
perawatan yang akan dibutuhkan oleh jenis pasien di dalam masing-
masing kategori, dan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan prosedur
tersebut. Memberikan dukungan emosional serta memberikan pengajaran
kesehatan kepada pasien masing-masing kategori. Karena tujuan system
klasifikasi pasien adalah menghasilkan informasi mengenai perkiraan
beban kerja keperawatan, masing-masing system membolehkan usaha
klasifikasi waktu.
2) Ketenagaan Keperawatan dan pasien
Tujuan manajemen ketenagaan diruang rawat adalah untuk
mendayagunakan tenaga keperawatan yang efektif dan produktif yang

24
dapat memberikan pelayanan bermutu sehingga dapat memenuhi
pengguna jasa.
Perkiraan kebutuhan perawat harus memperhatikan kategori Pasien yang
dirawat, ratio perawat dan metode penugasan
Terdapat beberapa formula dalam perhitungan kebutuhan tenaga, yaitu
sebagai berikut :
a) Rumus Gillies
∑jam kep yang dibutuhkan Pasien/hr X rata-rata Pasien/hr X ∑hr/tahun
∑hr/tahun hr libur perawat X ∑jam kerja/hari

∑jam kep yg dibutuhkan Pasien/ tahun


∑jam kerja / tahun

Catatan :
Waktu perawatan menurut Gillies (1989) :
(1) Waktu perawatan langsung
- Self care = ½ x 4 jam = 2 jam
- Partial care = ¾ x 4 jam = 3 jam
- Total care = 1-1 ½ x 4 jam = 4-6 jam
- Intensive care = 2 x 4 jam = 8 jam
- Rata- rata perawatan langsung = 4-5 jam
(2) Waktu perawatan tak langsung : 38 menit/Pasien/hari
(3) Waktu penyuluhan : 15 menit/Pasien/hari
- Ratio perawat ahli : trampil : 55% : 45%
- Proporsi dinas pagi : sore : malam : 47% : 36% ;17%
b) Rumus Douglas

∑ perawat = ∑ Pasien x derajat ketergantungan

Tabel 2.1 Derajat Ketergantungan Pasien

∑ Minimal care Partial care Total care


Kllien Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam
1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20

25
2 1,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40

c) Rumus Depkes 2003


Berdasarkan :
(1) Tingkat ketergantungan Pasien
(2) Rata-rata Pasien/hari
(3) Jam perawatan yang diperlukan /hari/Pasien
(4) Jam perawatan yang diperlukan /ruangan/ hari
(5) Jam kerja efektif setiap perawat

Cara menghitung :
 Hitung jumlah perawat yang tersedia
∑ jam perawat
=A
jam kerja efektif per shift

 Tambahkan dengan faktor koreksi hari libur/ cuti/hari besar dan


tugas-tugas non keperawatan
∑ hr minggu/th + cuti + hari besar x hasil A = B
Jumlah hari kerja efektif
a) Tugas non keperawatan
= jumah tenaga keperawatan + B X 25% = C
 Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah : A + B + C
 Berdasarkan hasil Workshop Depkes di Ciloto ditetapkan
bahwa :
- Libur minggu : 52 hari
- Cuti tahunan : 12 hari
- Libur Nasional : 10 hari
- Sakit/ ijin : 7- 12 hari
b) Penjadwalan
Penjadwalan adalah satu aspek dari fungsi kepegawaian. Kepegawaian
adalah perhimpunan dan persiapan pekerja yang dibutuhkan untuk
melakukan misi dari sebuah Organizing. Penjadwalan adalah penentuan

26
pola jam kerja masuk dan libur mendatang untuk pekerja dalam sebuah
unit, seksi atau divisi.
Agar supervisor dan kepala perawat dapat mengatur jadwal waktu personil
yang libur dan yang masuk secara adil, harus ada departemen atau divisi
yang mengatur kebijaksanaan penjadwalan untuk memandu pembuatan
keputusan. Apabila kebijaksanaan menyangkut persoalan berikut tidak
ada, maka manajer perawat harus bersatu sebagai sebuah kelompok untuk
menyusun:
a) Orang dengan jabatan yang bertanggung jawab mempersiapkan
jadwal waktu untuk personil di masing-masing unit.
b) Periode waktu untuk diliputi oleh masing- masing jadwal masuk/libur.
c) Banyaknya pemberitahuan di muka yang diberikan para pekerja
menyangkut jadwal masuk/libur.
d) Waktu masuk libur total yang diperlukan oleh masing-masing pekerja
per-hari, minggu atau bulan.
e) Hari dimulainya minggu kerja.
f) Dimulai dan diakhirinya waktu untuk masing-masing pergiliran tugas.
g) Jumlah pergiliran yang harus dipergilirkan diantara masing-masing
pekerja
h) Frekuensi yang diperlukan dari dipergiliran pergantian.
i) Keperluan pergiliran dari satu unit ke lain unit dan frekuensi pergiliran
tersebut.
j) Keperluan penjadwalan dua hari libur per minggu atau rata-rata dua
hari libur per minggu
k) Frekuensi libur akhir pekan untuk masing-masing kategori personil
l) Definisi dari “ libur akhir pekan” untuk personil tugas malam
m) Perlunya perluasan hari libur yang berurutan dan yang tak berurutan
n) Hari kerja berurutan maksimum yang diperbolehkan
o) Jarak waktu minimum yang diharuskan antara urutan pergantian tugas
p) Jumlah hari ibur yang dibayar untuk diberikan pada masing-masing
pekerja

27
q) Jumlah hari libur yang diharuskan pertahun saat pegawai dijadwalkan
libur kerja
r) Panjangnya pemberitahuan di muka untuk diberikan pegawai
mengenai jadwal tugas liburan masuk atau libur
s) Prosedur yang harus diikuti dalam meminta libur kerja pada hari libur
tertentu
t) Jumlah hari-hari libur yang dibayar untuk diberikan pada masing-
masing pekerja
u) Lamanya waktu pemberitahuan di muka untuk diberikan pegawai
mengenai jadwal liburan
v) Prosedur yang diikuti dalam memohon waktu libur khusus
w) Pembatasan pada penjadwalan liburan selama hari libur, natal, tahun
baru
x) Jumlah personil masing-masing kategori yang akan dijadwalkan untuk
liburan atau hari libur pada saat tertentu
y) Prosedur penyelesaian perselisihan antara personil sehubungan dengan
permintaan waktu libuaran dan hari libur
z) Prosedur pemrosesan permintaan “ darurat” untuk penyesuaian jadwal
waktu
c) Tangguang Jawab dan Peran Perawat
a) Uraian tugas kepala ruangan
(1) Membaca laporan kejadian diruangan yang dibuat oleh pelaksana
pelaksana
(2) Melaksanakan pengkajian keperawatan terhadap status
biopsikososial spiritual pasien
(3) Memberikan bimbingan dan pengarahan kepada pelaksana
perawatan dalam memecahkan masalah-masalah keperawatan
(4) Membantu pelaksana perawat dalam memberikan memberikan
asuhan keperawatan kepada pasien sesuai dengan kebutuhan atau
masalah yang dihadapi

28
(5) Mengendalikan, mengatur, dan memelihara peralatan agar dalam
keadaan siap pakai serta menyusun permintaan kebutuhan alat-alat,
obat-obatan dan bahan habis pakai
(6) Mempartanggung jawabkan pelaksanaan hasil kegiatan di ruangan
(7) Mengevaluasi hasil kegiatan pelaksanaan perawatan yang
dilakukan
(8) Mengklasifikasikan/mengelompokan pasien diruangan rawat inap
menurut tingkat kegawatan, infeksi dan non infeksi
(9) Memberikan penilaiaan pelaksanaan pekerjaan pegawai bagi
tenaga pelaksana perawatan
(10) Memberikan program orientasi bagi tenaga perawat baru atau
tenaga lainnya yang akan bekerja diruang rawat
(11) Mengadakan pertemuan berkala dengan pelaksana perawatan
(12) Memelihara hubungan baik dengan unit lain dan tim kesehatan
lainnya
(13) Mengawasi pelaksanaan system pencatatan dan pelaporan
(14) Menghadiri pertemuan berkala yang di adakan oleh ka. Sie
keperawatan dan staf, ka. Instalasi rawat inap
(15) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh ka. Sie keperawatan
dan ka. Instalasi rawat inap

b) Uraian tugas Clinical Instruktur


(1) Melaksanakan fungsi penggerakan dan pelaksanaan tenaga
perawatan yang bekerja di ruangan
(2) Merencanakan jenis kegiatan yang akan dilakukan sesuai dengan
kebutuhan pasien
(3) Menyusun dan mengatur jadwal dinas perawat dan tenaga lainnya
(4) Mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang ada dengan cara
bekerjasama dengan pihak lain yang terkait dalam pelayanan
diruangan
(5) Memberikan pengarahan dan motivasi kepada tenaga perawat
untuk melaksanakan pelayanan keperawatan

29
(6) Menyususn permintaan kebutuhan rutin, alat, obat, dan bahan yang
diperlukan diruangan
(7) Mengatur dan menkoordinasikan peralatan agar selalu dalam
keadaan siap pakai
(8) Mempertanggung jawabkan pelaksanaan/infentaris ruangan
(9) Mengklarifikasi atau mengelompokkan pasien diruang rawat
menurut tingkat kegawatan, infeksi dan non infeksi
(10) Memberi asuhan keperawatan
(11) Mengadakan kerjasama dan memelihara hubungan baik dengan
unit lain dan Ka. Instalasi
(12) Memberikan program orientasi bagi tenaga perawat baru atau
tenaga lainnya yang akan bekerja diruang rawat
(13) Mengawasi dan membimbing siswa dan mahasiswa praktek
(14) Mengawasi pelaksanaan pencatatan dan pelaporan
(15) Melaksanakan fungsi penggerakan dan pelaksanaan tenaga
perawat.

c) Penanggung jawab shift


(1) Melaksanakan serah terima tugas kepada petugas pengganti secara
lisan maupun tertulis pada saat penggantian dinas
(2) Memebrikan asuhan keperawatan
(3) Memberikan penyuluhan kepada pasien dan keluarga pasien untuk
melaksanakan program kesehatan
(4) Menerima pasien sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang
berlaku
(5) Melaksanakan program orientasi kepada pasien tentang ruang rawat,
lingkungan, peraturan dan tata tertib
(6) Menciptakan hubungan baik dengan tim kesehatan lain diunit kerja
(7) Menyiapkan dan memelihara alat keperawatan dan alat lainnya
diruang rawat inap agar selalu siap pake
(8) Melaksanakan tugas jaga pagi, sore, malem secara bergilir sesuai
dengan jadwal dinas

30
(9) Melaksanakan dan memelihara system perawat dan pelaporan
pelayan keperawatan yang tepat dan benar sesuai prosedur
(10) Mengikuti pertemuan berkal yang diadakan oleh kepala instalansi
atau ruangan atau seksi keperawatan
(11) Meningkatakan pengetahuan dan keterampilan dibidang keperawatan
(12) Memelihara kebersihan ruanagan dan lingkungan
(13) Melaksanakan gugus kendali mutu
(14) Memegang rahasia jabatan

d) Ketua tim
(1) Memimpin serah terima tugas anatar pelaksana
(2) Melakukan pengkajian keperawatan terhadap ststus biopsikososisal
dan spiritual
(3) Mengkoordinasikan tindakan tindakan keperawatan yang akan
dilaksankan dalam mengatasi masalah yang dihadapi pasien
(4) Bersama-sama dengan pelaksana memepersiapkan alat-lat
keperawatan atau medis
(5) Membimbing anggota tim untuk melaksankan tindakan dan mencatat
tindakan yang telah dilakukan
(6) Mengkoreksi hasil pengkajian, proses keperawatan dan kelengkapan
pendokumentasian
(7) Mengevaluasi hasil kegiatan atau tindakan keperawatan yang telah
dilakasanakan
(8) Menilai kemajuan semua psien dari hasil pengamatan langsung atau
laporan dari anggota
(9) Melaksankan tugas jaga pagi, sore dan malam secara bergilir sesuai
dengan jadwal dinas

e) Pelaksana perawat ruang rawat inap


(1) Melaksankan serah terima tugas kepala petugas pengganti secara
lisan maupun tulisan pada sat penggantian dinas
(2) Memberikanasuhan keperawatan pada pasien

31
(a) Melakukan pengkajian dalam upaya menguampulkan data dan
informasi
(b) Menegakkan diagnosa keperawatan
(c) Merencanakan tindakan
(d) Melaksanakan tindakan keperawatan
(e) Melaksankan evaluasi terhadapo tindakan yang dilakukan
(f) Mendokumentasikan hasil tindakan
(3) Memberikan penyuluhan kepada pasien dan keluarga pasien untuk
melaksanakan program kesehtan
(4) Menerima pasien sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang
berlaku
(5) Melaksasnkan program orientasi kepada pasien tentang ruang rawat
dan lingkungan, peraturan dan tata tertib
(6) Menyiapkan dan memelihra alat keperawatan dan alat lainnya
diruang rawat inap agar sellau siap pakai
(7) Melaksankan tugas jaga pagi, sore, malam dan hari libur secara
beregilir sesuai dengan jadawal dinas
(8) Melaksnakan dan memelihara system keperawatan dan pelaporan
pelayan keperawatan yang tepat dan benar sesuai dengan prosedur
(9) Memebina hunbungan baik dengan unit lain dan tim kesehtan
lainnya
(10) Memelihara kebersihan ruangan dan lingkun gan
(11) Meningkatkan penegetahuan dan keterampilan dibidang keperawatan
(12) Mengikuti pertemuan berkala yang diadakan oleh Ka. Instalasi atau
Ka. Ruangan atau CI keperawatan
(13) Melaksanakan gugus kendali mutu
(14) Memegang rahasia jabatan

d) Pengembangan staf
Program pendidikan dan pelatihan dirancang untuk meningkatkan prestasi
kerja, mengurangi absensi dan perputaran, serta memperbaiki kepuasan
kerja. Ada beberapa metode pendidikan dan latihan yang akan digunakan
untuk meningkatkan prestasi kerja. (Moenir, 1994)

32
(1) Metode Seminar atau Konferensi
Biasanya diselengarakan bagi pegawai yang menduduki jabatan
sebagai kepala atau pegawai yang dalam waktu singkat akan diserahi
jabatan sebagai kepala. Masalah-masalah baik yang menyangkut segi
manajemen maupun penyelengaraannya atau proses dari kegiatan
yang dipermasalahkan.
(2) Metode Lokakarya (Workshop)
Penyelengaraan tidak jauh berbeda dengan seminar, letak
perbedaannya dengan seminar adalah pada materinya. Pada materi
lokakarya bersifat teknis, administrative dan sedikit bersifat
manajerial.
(3) Metode Sekolah atau Kursus
Metode ini digunakan sebagai usaha memberikan informasi adanya
aturan-aturan atau hal-hal baru dalam Organizing yang harus
dimengerti dan dilaksanakan oleh peserta.
Metode ini juga digunakan untuk menambah pengetahuan baru bagi
peserta yang ada kaitannya dengan pekerjaan peserta. Pada akhir
sekolah atau kursus, biasanya diberikan ujian-ujian dengan atau tanpa
kriteria kelulusan.
(4) Metode Belajar Sambil Bekerja (Learning by Doing)
Pada metode ini latihan keterampilan menjadi tujuan utama sehingga
mereka dapat menguasai tekhnik dalam melaksanakan pekerjaan yang
dibebankan kepada mereka. Biasanya metode ini dilakukan oleh
atasan pada bawahan secara langsung dalam membimbing pegawai
kantor.
Dalam prakteknya metode pendidikan dan latihan ini disesuaikan
dengan pertimbangan tujuan, fasilitas yang tersedia, biaya, waktu dan
kegiatan instansi lainnya.
d. Controlling
1) Definisi
Controlling merupakan suatu upaya yang dilaksanakan berkeseimbangan,
sistematis, objektif dam terpadu dalam menetapkan penyebab masalah

33
mutu pelayanan berdasarkan standart yang telah ditetapkan, menetapkan
dan melaksanakan cara penyelesaian masalah sesuai dengan kemampuan
yang tersedia, serta menilai hasil yang dicapai dan menyusun saran tidak
lanjut untuk lebih meningkatkan mutu. (Azwar, 1996).
Fungsi pengawasan (controlling) merupakan fungsi yang terakhir dari
proses manajemen. Fungsi ini mempunyai kaitan erat dengan ketiga fungsi
manajemen lainnya, terutama dengan fungsi perencanaan. Melalui fungsi
pengawasan dan pengendalian, standar keberhasilan (target, prosedur
kerja, dsb) selalu harus dibandingkan dengan hasil yang telah dicapai atau
yang mampu dikerjakan. Jika ada kesenjangan atau penyimpangan
diupayakan agar penyimpangannya dapat dideteksi secara dini, dicegah,
dikendalikan atau dikurangi. Kegiatan fungsi pengawasan dan
pengendalian bertujuan agar efisiensi pengunaan sumber daya dapat lebih
berkembang dan efektifitas tugas-tugas staf untuk mencapai tujuan
program dapat lebih terjamin.

2) Peran leadershift dalam controlling


a) Mendorong staf untuk aktif terlibat dalam pengawasan mutu
b) Mengkomunikasikan secara jelas standart yang diharapkan terhadap
staf
c) Mendorong / memotivasi standart tinggi untuk kualitas yang maksimal
dengan menyediakan standart keamanan minimum.
d) Mengimplementasikan pengawasan mutu secara proaktif serta reaktif
e) Menggunakan pengawasan sebagai metode untuk menentukan
mengapa tujuan tersebut tidak dapat dicapai
f) Secara aktif mensyahkan hasil pengawasan mutu yang ditemukan
yang mempunyai kesatuan profesi dan konsumen
g) Menghargai antara standart klinis dengan standart menggunakan
sumber-sumber yang meyakinkan pasien untuk menerima perawatan
sesuai yang diharapkan
h) Bertindak sebagai role model terhadap staf untuk menerima tanggung
jawab dan tangung gugat terhadap tindakan keperawatan

34
i) Secara aktif berpartisipasi dalam usaha-usaha penelitian untuk
mengidentifikasi dan mengukur sensitifitas keperawatan sebagai hasil
pelayanan pasien
3) Fungsi manajemen dalam controlling
Menghubungi individu dalam Organizing, membentuk standart ukuran
yang jelas terhadap keperawatan dan menentukan metode yang paling
tepat untuk mengukur standart yang ada.
4) Manfaat controlling
Apabila fungsi controlling dapat dilaksanakan secara tepat, Organizing
akan memperoleh manfaat sebagai berikut :
a) Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah
dilaksanakan sesuai dengan standart atau rencana kerja dengan
menggunakan sumber daya yang telah ditetapkan.
b) Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan dan
pengertian staf dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
c) Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah
mencukupi dan telah digunakan secara benar.
d) Dapat diketahui sebab-sebab terjadinya penyimpangan.
e) Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk
promosi dan latihan lanjutan.

35
BAB III
PENGKAJIAN MANAJEMEN KEPERAWATAN
RUANGAN ANAK

A. Analisa Situasi
1. Sejarah RSUD Prof. Dr. MA. Hanafiah, SM Batusangkar
Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. MA. Hanafiah, SM Batusangkar adalah
satu-satunya rumah sakit milik pemerintah dareah kabupaten Tanah Datar
sehingga menjadi rujukan utama bagi masyarakat untuk memperoleh layanan
kesehatan di Batusangkar.
Keberadaan Rumah Sakit Prof. Dr. MA. Hanafiah SM Batusangkar dimulai
dari sebuah Klinik Pengobatan yang berdiri di Jalan S.Parman atas inisiatif
seorang dokter berkebangsaan Belanda yang bekerja sebagai Dokter
Pemerintah Belanda dan kemudian berkembang menjadi Rumah Sakit yang
didirikan pada tahun 1937 terletak berseberangan jalan dengan klinik
pengobatan dengan luas bangunan + 739 M2 dengan jumlah tempat tidur 45
buah terdiri dari Zall Anak 17 TT, Zall Kebidanan 18 TT dan Zall Penyakit
Dalam 10 TT dengan tenaga yang terdiri dari 2 orang Dokter Umum dan 44
orang Paramedis.
Rumah Sakit Prof.DR.M.A Hanafiah SM Batusangkar dikukuhkan sebagai
pusat rujukan kesehatan di Kabupaten Tanah Datar, dengan status demikian
Rumah Sakit Prof. Dr. MA Hanafiah SM Batusangkar harus berbenah diri
memperluas wawasan agar dapat menjalankan fungsi dan tugas pokok dengan
baik. Salah satu upaya adalah memasyarakatkan keberadaan Rumah Sakit
Prof. Dr. MA Hanafiah SM Batusangkar berikut program-program
pembinaannya yang telah dan akan dilaksanakan.

36
Dengan semakin meningkatnya kegiatan dan tuntutan kebutuhan masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan, maka mulai dirintis pembangunan gedung
terpisah yang berlokasi di Daerah Kecamatan Tanjung Emas Kenagarian
Pagaruyung + 3 KM dari tempat semula. Pembangunan Rumah Sakit pada
lokasi yang baru dimulai pada tahun 1982 secara bertahap dengan berbagai
upaya dari segenap unsur Pemerintah dan Masyarakat serta Lembaga
Swadaya Masyarakat melalui kegiatan gotong royong Manunggal Sakato dan
lain-lain yang akhirnya pada tahun 1985 secara berangsur-angsur kegiatan
pelayanan Rumah Sakit dapat pindah ke lokasi yang baru dan diresmikan
pemakaiannya oleh Gubernur Propinsi Sumatera Barat Bapak Ir.H.AZWAR
ANAS pada tanggal 12 November 1985 dengan status Rumah Sakit Type “D”
dengan 75 TT.
Dengan berpindahnya kegiatan RSUD Batusangkar ke lokasi yang baru,
maka perkembangan dan kemajuan yang dialami RSU Batusangkar semakin
meningkat seiring dengan perkembangannya melalui pembangunan gedung-
gedung baru dan penambahan Sumber Daya Manusia dalam rangka
memenuhi standar Rumah Sakit Type “C” dan sesuai dengan Keputusan
Menteri Kesehatan RI Nomor : 192Menkes SLII1993 tanggal 26 April 1993
dan SK Bupati Tanah Datar Nomor 6 Tahun 1993 tanggal 29 April 1993
statusnya ditingkatkan menjadi Rumah Sakit Type “C” yang diresmikan oleh
Menteri Kesehatan RI Bapak Prof.ADIYATMA, MpH
Dengan meningkatnya status Rumah Sakit Prof.DR.M.A Hanafiah SM
Batusangkar kemudian dibarengi dengan pembentukan Struktur Organisasi
RSU Batusangkar melalui Peraturan Daerah Tingkat II Kabupaten Tanah
Datar Nomor 17 Tahun 1994 tanggal 5 Desember 1994. Peraturan Daerah
Kabupaten Tanah Datar Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pembentukan
Organisasi Dan Tata Kerja Sekretariat Daerah, dimana susunan organisasi
Rumah Sakit Umum Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dalam
lampiran V lima tentang Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Datar No 10
Tahun 2010, Tanggal 16 November 2010.
2. Visi, Misi dan Motto RSUD Prof. Dr. MA. Hanafiah, SM Batusangkar

a. Visi dan Misi RSUD Prof. Dr. MA. Hanafiah, SM Batusangkar

37
Visi : Menjadi Rumah Sakit bertaraf Nasional
Misi : Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu
tinggi dan profesional dengan mengutamakan kepuasan
pasien
Motto : Mengutamakan keselamatan, kesembuhan, kenyamanan
dan kepuasan pasien adalah merupakan kebahagiaan kami.

3. Analisa Situasi Ruangan Anak


Denah Ruangan Anak

EXIT

5 1 11 1 5

5 5

3 2

4
8 12
5

5 14

12
6 6

5 5

9 10
13
5
38
13

Keterangan Denah Ruangan Anak


1. Ruang Kelas 1
2. Ruang Dokter
3. Ruang Ganti perawat
4. Ruang kelas 3
5. Kamar Mandi/ Toilet
6. Ruang kelas 2
7. HCU
8. Nurse Station
9. Ruang Isolasi
10. Ruang bermain
11. Pintu Keluar
12. Koridor Ruangan Anak
13. Ruang Linen Kotor
14. Ruang Linen bersih
Berdasarkan hasil observasi terhadap situasi lingkungan Rawat Inap Anak
RSUD. Prof. Dr. MA. Hanafiah, SM dapat disampaikan bahwa :
1) Pencahayaan : Terang di semua ruang bisa untuk membaca, cukup sinar
matahari.
2) Ventilasi : tidak pakai ventilasi, ruangan difasilitasi dengan AC.
3) Lantai : lantai keramik, bersih dan kering.
4) Atap : Rapat, tidak bocor.
5) Dinding : kuat, tidak retak, bersih.
6) Pembuangan air limbah : lancer
7) Tempat sampah medis dan non medis terpisah.
a. Kapasitas Rawat Inap Anak RSUD. Prof. Dr. MA. Hanafiah, SM
Rawat Inap Anak RSUD. Prof. Dr. MA. Hanafiah, SM memiliki kapasitas
18 tempat tidur dengan klasifikasi :
1) 2 tempat tidur ruang kls 1

39
2) 4 Kelas 2
3) 8 tempat tidur ruang kls 3
4) 3 HCU
5) 1 Isolasi
b. Fasilitas untuk petugas
1) Ruang nurse station
2) Ruang ganti perawat
3) Kamar mandi dan WC
4) Ruang dokter
Sumber : Data sekunder
c. Fasilitas alat medis
No. Nama Alat Jumlah
1. Stetoskop 4
2. Tensi meter 2
3. Termometer 2
4. Pen light / senter 3
5. Ambu bag 2
6. Reflek hammer -
7. Meteran 1
8. Gunting verban 1
9. Bengkok 1
10. Set tv 1
11. Semprit gliserin 1
12. Tromol kecil 1
13. T. infus mobile 18
14. Timbangan 2
15. Siringe pump/infus pump 2/2
17. EKG 1
18. Oksigen kecil 1
19. Nebulizer 1
20. Trolly Obat Emergensi 1
Sumber : Data sekunder

4. Pasien
Rawat Inap Anak RSUD. Prof. Dr. MA. Hanafiah, SM adalah ruang rawat
inap untuk pasien anak-anak dengan usia 1 bulan s/d 18 tahun dengan
kapasitas 18 tempat tidur.

40
1) Rekapitulasi kunjungan rawat inap di Rawat Inap Anak RSUD. Prof.
Dr. MA. Hanafiah, SM

Tabel 3.1
Rekapitulasi Kunjungan Rawat Inap di Ruangan Anak RSUD.
Prof. Dr. MA. Hanafiah, SM Periode Tahun 2018
No. Uraian Bulan Total
Juni Juli Agustus
1 Total dirawat 99 100 71 270
2 Hari rawat 368 427 355 1150
3 Lama rawat 9 10 9 28
Sumber : Data sekunder

2) Efisiensi pelayanan di Rawat Inap Anak RSUD. Prof. Dr. MA.


Hanafiah, SM
a) BOR (Bed Occupancy Rate)

Grafik 3.1
BOR Rawat Inap Anak RSUD. Prof. Dr. MA. Hanafiah, SM
Periode Tahun 2018

80.00%

60.00%

40.00%

20.00%

0.00%
Juni
Juli
Agustus
Total

sumber : Data sekunder

Berdasarkan grafik 3.1 diatas dapat disampaikan bahwa rata-rata


presentase pemakaian tempat tidur (BOR) Rawat Inap Anak RSUD.
Prof. Dr. MA. Hanafiah, SM (65%) berada di bawah standar nasional
(75-85%).

b) LOS (Lenght Of Stay)


Grafik 3.2

41
LOS Rawat Inap Anak RSUD. Prof. Dr. MA. Hanafiah, SM Periode
Tahun 2018
8%

6%

4%

2%

0%
Juni Juli Agustus Total

Sumber : Data sekunder


Berdasarkan grafik 3.2 diatas dapat disampaikan bahwa rata-rata lamanya
perawatan seorang pasien (LOS) Rawat Inap Anak RSUD. Prof. Dr. MA.
Hanafiah, SM (6) sesuai dengan standar nasional (6-9).
c) TOI (Turn Over Interval)
(jumlah kapasitas tempat tidur-jumlah pasien keluar) * jumlah hari
rawatan
Grafik 3.3
TOI Rawat Inap Anak RSUD. Prof. Dr. MA. Hanafiah, SM
Periode Tahun 2018
3.00%

2.00%

1.00%

0.00%
Juni Juli Agustus Total

Sumber : Data sekunder


Berdasarkan grafik 3.3 di atas dapat di sampaikan bahwa rata-rata
tempat tidur tidak ditempati (TOI) Rawat Inap Anak RSUD. Prof. Dr.
MA. Hanafiah, SM (2) telah sesuai dengan standar nasional (1-3 hari).

4) BTO (Bed Turn Over)


Grafik 3.4
BTO Rawat Inap Anak RSUD. Prof. Dr. MA. Hanafiah, SM Periode
Tahun 2018

42
6.0%
5.0%
4.0%
3.0%
2.0%
1.0%
0.0%
Juni Juli Agustus Total

Sumber : Data sekunder


Berdasarkan grafik 3.4 di atas dapat disampaikan rata-rata frekuensi
pemakaian tempat tidur (BTO) Rawat Inap Anak RSUD. Prof. Dr. MA.
Hanafiah, SM telah sesuai dengan standar nasional (4-5 kali).

B. Analisis Hasil Situasi


Pengkajian untuk mendapatkan informasi yang dilakukan melalui pendekatan

siklus pemecahan masalah. Terhadap aspek manajemen keperawatan meliputi :

fungsi perencanaan, fungsi pengorganisasian, fungsi ketenagaan, fungsi

pengarahan dan fungsi pengawasan, baik dari input, proses dan output dari

aspek tersebut.

Metode yang digunakan adalah wawancara, observasi dan kuesioner selama

pengumpulan data terhitung dari tanggal 23 s/d 25 November 2018.

Analisa hasil kegiatan pengkajian yang diidentifikasi sebagai permasalahan

dirumuskan melalui diagram menurut siklus pemecahan masalah meliputi

perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan, dan pengawasan.

1. Perencanaan
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan mulai dari tanggal 23-25
November 2018 dapat dilihat bahwa kinerja dari kepala ruang sesuai
dengan standar operasional rumah sakit dan standar asuhan keperawatan.
Visi dan misi ruangan anak belum ada.
Perencanaan keperawatan yang juga penting adalah perencanaan SDM
khususnya SDM Keperawatan. Perencanaan SDM Keperawatan yakni

43
kegiatan merencanakan tenaga kerja agar sesuai dengan kebutuhan
organisasi serta efektif efisien dalam membantu terwujudnya tujuan

Tabel 3.3
SUMBER DAYA MANUSIA

Latar Belakang
No Nama Tenaga Perawat Jabatan Status
Pendidikan
1 Satmawati, A.Md. Kep D3 Keperawatan Kepala Ruang PNS
2 Ns. Tartila Azwar, S. Kep Profesi Ners Wakil Ruangan PNS
3 Ns. Rahmi F, S.Kep Profesi Ners Ketua Tim PNS
4 Ns. Sasmita Dewi, S.Kep Profesi Ners Ketua Tim PNS
5 Deni Osdri Yarti, A.Md.Kep D3 Keperawatan Ketua Tim PNS
6 Yessi Azirni, S.Kep S1 Kep Perawat Pelaksana PNS
7 Hasrita, A.Md.Kep Sri D3 Keperawatan Perawat Pelaksana PNS
8 Heni Suheri, A.Md.Kep D3 Keperawatan Perawat Pelaksana PNS
9 Elvi Sukri, A.Md.Kep D3 Keperawatan Perawat Pelaksana PNS
10 Zemelia Lendra, A.Md.Kep D3 Keperawatan Perawat Pelaksana PNS
11 Wahyuni, A.Md.Kep D3 Keperawatan Perawat Pelaksana Non PNS
12 Ummul Hidayah, A.Md.Kep D3 Keperawatan Perawat Pelaksana Non PNS
13 Riri Surya, A.Md.Kep D3 Keperawatan Perawat Pelaksana Non PNS
14 Sri Anggraini, A.Md.Kep D3 Keperawatan Perawat Pelaksana Non PNS
15 Gusti Widia Susanti,A.Md.Kep D3 Keperawatan Perawat Pelaksana Non PNS
2) Pembagian Tugas
Hasil analisis situasi melalui wawancara, observasi dan pembagian kusioner
dari tanggal 23 s/d 25 November 2018 di Ruang Anak dimana terdapat di
Ruang Anak yang dikepalai oleh Satmawati, A.Md.Kep dan Wakil Kepala
Ruangan Ns. Tartila Azwar, S.Kep. 13 orang tenaga perawat lainya untuk
jadwal pembagian shift dinas terbagi dalam 3 shift yaitu shift pagi dari pukul
07.30 WIB s/d 14.00 WIB, shift sore dari pukul 13.30 WIB s/d 19.30 WIB
dan shift malam dari pukul 19.30 WIB s/d 07.30 WIB.
Jumlah pasien dari tanggal 23, 24, dan 25 Novembe 2018 sebanyak 10 orang,

pada shift pagi sebanyak 10 orang. (total care). Di ruang Anak tingkat

44
ketergantungan pasien digolongkan hanya 2 tingkatan yaitu total care dan

partial care.

a. Jabatan
(1) Kepala Ruangan : 1 Orang
(2) Wakil Kepala Ruangan : 1 Orang
(3) Ketua Tim : 3 Orang
(4) Perawat Pelaksana : 9 Orang

b. Job Analisis dan Job Deskripsi


i. Proses kualifikasi
Penentuan perawat yang dibutuhkan di ruang mode keperawatan
professional memiliki beberapa kriteria yaitu:
(a) Kepala Ruangan dan Wakil Kepala Ruangan
Pendidikan minimal S1 Keperawatan, jika tidak ada dapat
digantikan dengan D3 keperawatan yang memiliki memiliki jiwa
kepemimpinan.
(b) Ketua Tim
- Pendidikan minimal S1 Keperawatan, jika tidak ada dapat
digantikan dengan D3 keperawatan yang memiliki jiwa
kepemimpinan
- Pengalaman kerja minimal 2 tahun
- Pernah mengikuti manajemen bangsal
- Lulus tes tulis dan wawancara kredensial
- Sehat jasmani dan Rohani
- Memiliki STR dan SIP
(c) Perawat Pelaksana
- Pendidikan minimal D3 keperawatan
- Pengalaman kerja minimal 1 tahun
- Lulus tes tulis dan wawancara kredensial
(d) Orientasi Kerja
Perawat harus mengikuti pelatihan awal sebelum bekerja
(2) Pengembangan Staf

45
Merupakan bentuk kepentingan kapasitas dengan pengembangan
karir dan pendidikan berkelanjutan.
Tabel 3.4
Jumlah tenaga perawat berdasarkan tingkat ketergantungan pasien di ruang
Rawat Inap Anak 23-25 november 2018
Klasifikasi Pasien
RUMUS Minimal Partial Total
P S M P S M P S M
1 0,17 0,14 0,10 0,27 0,15 0,07 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,20 0,54 0,30 0,14 0,72 0,60 0,40

Tgl P S M Total
Pengkajian Parsial Pasien Parsial Pasien Parsial Pasien
Care Total Care Total Care Total
Care Care Care
23-11-2018 0,27 x 10 0,36 x 10 0,15 x 10 0,30 x 10 0,07 x 10 0.20 x 10 15 orang
= 2,7 = 3.6 = 1,5 =3 = 0,7 =2
(3 orang) (4 orang) (2 orang) (3 orang) (1 orang) (2 orang)
24-11-2018 0,27 x 9 0,36 x 9 0,15 x 9 0,30 x 9 = 0,07 x 9 0.20 x 9 15 orang
= 2,43 = 3.24 = 1,35 2.7 = 0,9 = 1,.8
(3 orang) (4 orang) (2 orang) (3 orang) (1 orang) (2 orang)
25-11-2018 0,27 x 10 0.36 x 10 0,15 x 10 0.30 x 10 = 0,07 x 10 0.20 x 10 15 orang
= 2,7 = 3.6 = 1,5 3 = 0,1 =2
(3 orang) (4 orang) (2 orang) (3 orang) (1 orang) (2 orang)
Berdasarkan hasil pengkajian dari tanggal 23 s/d 25 November 2018

didapatkan gambaran tingkatan ketergantungan pasien yang disesuaikan

dengan jumlah perawat berdasarkan hasil perhitungan Douglas, maka :

Jumlah perawat yang dibutuhkan 23 s/d 25 November 2018 adalah 45 orang

petugas, Kepala ruangan : 1 orang

Berdasarkan rumus diatas dapat dilihat bahwa jumlah kebutuhan petugas di

ruang Anak RS. Prof.Dr.MA. Hanafiah, SM Batusangkar pada saat

pengkajian (23/ s/d 25 2018) rata-rata 15 orang perhari dengan kondisi pasien

total care dan partial care.

Mengenai program five moment yang diwajibkan oleh PPI untuk setiap
ruangan namun berdasarkan hasil observasi Mahasiswa Profesi Ners STIKes
Perintis pada tanggal 23-25 November 2018 Perawat melakukan cuci tangan
sebelum serah terima, Namun pada tanggal 23-25 November 2018 terlihat

46
ada beberapa perawat yang tidak melakukan cuci tangan sebelum serah
terima pasien. Dan sesudah kontak dengan lingkugan pasien.

2. Perorganisasian
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh Mahasiswa Profesi Ners
STIKes Perintis Sumbar mulai dari tanggakl 23-25 november 2018 metode
yang dipergunakan di ruangan anak adalah metode Tim. Metode ini sudah
berjalan namun belum maksimal dan belum sesuai dengan standar yang
berlaku.

Bagan 3.1
Struktur Organizing Rawat Inap Anak
RSUD. Prof. Dr. MA. Hanafiah, SM
KEPALA RUANGAN ANAK
SATMAWATI, AMd. Kep

WAKIL KEPALA RUANGAN ANAK


Ns. TARTILA AZWAR, S.Kep

KATIM A KATIM B KATIM C


Ns. Rahmi F, S.Kep Deni Osdri Yarti Ns. Sasmita Dewi, S.Kep

PERAWAT PELAKSANA PERAWAT PELAKSANA PERAWAT PELAKSANA


1. Sri Wahyuni 1. Zemelia Lendra 1. Riri Surya
2. Elvi Sukri 2. Heni Suheri 2. Gusti Widia Susanti
3. Yessi Azirni, S.Kep 3. Sri Anggraini 3. Hasrita
4. Ummul Hidayah

3. Pengarahan
a. Motivasi
Dari hasil observasi dan wawancara kepala ruangan didapatkan kepala
ruangan anak mengenali motivasi dan kebutuhan staf nya dalam
melaksanakan asuhan keperawatan.
b. Komunikasi

47
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan Mahasiswa Profesi
Ners STIKes Perintis Sumbar mulai dari tanggal 23-25 november 2018
dapat dilihat bahwa pengarahan yang ada di rumah sakit ini khususnya di
ruang Anak dilakukan dengan komunikasi efektif, hal ini terlihat saat
kegiatan operan/timbang terima, conference (pre, post), diskusi,
Briving. Namun di dalam operan komunikasi yg digunakan belum
menggunakan metode SBAR. Pre Confren dan Post conference
belum dilaksanakan secara maksimal.

4. Pengendalian
Pengendalian mutu yang ada di ruangan ini di kontrol oleh komite
keperawatan dan kasi keperawatan. Setiap perawat di observasi mutu secara
individu, asuhan keperawatan, intervensi, dokumentasi dan evaluasi
keperawatan yang ada diruangan. Berdasarkan enam sasaran keselamatan
pasien sudah dijalankan oleh sebagian besar perawat. Survey terakir delapan
dari 10 orang perawat (75-80%) perawat sudah menerapkan prinsip enam
keselamatan pasien selama dirumah sakit. Dan berdasarkan pengurangan
angka kejadian infeksi nosokomial dilakukannya beberapa kegiatan yakni
peningkatan enam sasaran keselamatan pasien, lima moment yang di
tanggung jawabkan oleh PPI yang sudah dialihkan ke PPI selama tahun 2018
ini. Kemudian dilihat dari Supervisi sudah dijalankan dari kepala ruangan ke
ketua tim dan ketua tim ke perawat pelaksana. Berdasarkan kecukupan tenaga
perawat yang ada di ruangan ini sudah tercukupi sesuai model keperawatan
yang diterapkan di rumah sakit ini.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan mahasiswa Profesi Ners


Stikes Perintis Sumbar mulai dari tanggal 23-24 Desember 2018 dapat dilihat
bahwa pengendalian mutu terlihat terlaksana, hal ini terlihat dari beberapa
lampiran yang tertulis di bidang keperawatan dan pengontrolan dari perawat
kontrol yang datang ke semua ruang inap keperawatan di RSUD Prof. Dr.
MA. Hanafiah, SM ini. Namun jika dilihat dari kinerja perawat, 6 sasaran
keselamatan pasien masih ada perawat yang belum menerapkan tentang 6
sasaran keselamatan pasien terutama pencegahan resiko infeksi pada saat

48
timbang terima dengan five moments dan 6 langkah cuci tangan. Hal ini
terlihat dari observasi masih ada perawat yang belum melakukan five moment
secara benar. Dari 9 orang perawat yang melakukan overan hanya 5 orang
perawat yang melakukan cuci tangan sebelum kontak dengan pasien, Seperti
yang kita ketahui five moments itu harus diterapkan untuk pencegahan resiko
infeksi seperti infeksi Nosokomial. Dengan demikian 6 sasaran keselamatan
pasien harus dipahami dan diterapkan oleh seluruh tenaga keperawatan
terutama di ruang anak RSUD Prof. Dr. MA. Hanafiah, SM Batusangkar.

1) Penerapan MPKP
Ruang Anak melaksanakan MPKP dengan metode Tim, dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1) Dalam daftar dinas Ruang Anak terbagi menjadi 3 tim, yaitu Tim A
terdiri dari Katim 1 orang dan Perawat Pelaksana (PP) 1 orang, Tim B
terdiri dari 1 orang Katim dan PP 1 orang, Tim C terdiri dari 1orang
Katim dan PP 1 orang.
2) Pembagian pasien untuk Tim A bertanggung jawab dengan pasien dr.
Elza Desdamona, SpA. Sedangkan Tim B bertanggung jawab untuk
Pasien dr. Nedi Hidayat, SpA dan TIM C bertanggung jawab dengan
pasien dr. Roza Erisma, SpA. Tesedia buku laporan Tim A, Tim B dan
Tim C yang diisi lengkap tiap shift yang berisi jumlah pasien, pasien
baru dan pasien lama, diagnose pasien, terapi pasien dan rencana tindak
lanjut pasien.
3) Operan shift dan pengaturan shift tiap hari terbagi menjadi 3 shift yaitu
shift pagi dari jam 07.30 WIB – 14.00 WIB, shift sore dari jam 14.00
WIB – 19.30 WIB dan shift malam dari jam 19.30 WIB – 07.30 WIB.
4) Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan metode tim belum optimal
karena kurangnya tenaga keperawatan.
5) Berdasarkan hasil observasi masih banyak tenaga perawat yang yang
belum belum mengenal metode overan SBAR
2) Discharge planning
Berdasarkan hasil angket terhadap 5 pasien yang dinyatakan pulang, 100%
pasien menyatakan bahwa perawat memberikan penjelasan kepada pasien

49
dan keluarga tentang perawatan/pengobatan/pemeriksaan lanjutan setelah
pasien diperbolehkan pulang.
3) Hasil Pengkajian
Pengkajian untuk mendapatkan informasi yang dilakukan melalui
pendekatan siklus pemecahan masalah. Terhadap aspek manajemen
keperawatan meliputi : fungsi perencanaan, fungsi pengorganisasian, fungsi
ketenagaan, fungsi pengarahan dan fungsi pengawasan, baik dari input,
proses dan output dari aspek tersebut.
Metode yang digunakan adalah wawancara, observasi dan kuesioner selama
pengumpulan data terhitung dari tanggal 23-25 november 2018.
Analisa hasil kegiatan pengkajian yang diidentifikasi sebagai permasalahan
dirumuskan melalui diagram menurut siklus pemecahan masalah meliputi
perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan, dan pengawasan.
1) Hasil observasi dan wawancara kinerja petugas
a) Timbang terima
(1) Hasil observasi
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan tanggal 23-25
november 2018 ditemukan setiap pergantian dinas 100%
petugas selalu melakukan timbang terima, timbang terima yang
dilakukan tentang keluhan pasien, diagnose medis,obat,
tindakan yang akan dilakukan selanjutnya. Namun
pelaksanaannya kadang belum sesuai dengan teori SBAR
dimana saat overan masalah keperawatan tidak ada di sebutkan.
(2) Hasil wawancara
Dari hasil wawancara yang dilakukan 100% petugas
mengatakan bahwa timbang terima ada dilakukan setiap
pergantian dinas.
(3) Hasil kuesioner
Dari hasil kuesioner didapatkan data 50% petugas ruangan
mengetahui tentang timbang terima metode SBAR.
Masalah keperawatan : belum optimalnya pelaksanaan operan
SBAR

50
b) Metode pemberian asuhan keperawatan
(1) Hasil observasi
Metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan di
ruang anak adalah metode tim, namun pelaksanaannya belum
efektif. Petugas belum sepenuhnya melaksanakan tugas sesuai
uraian tugas yang ditetapkan, tapi pada dasarnya petugas sudah
memahami masing-masing tupoksi.

(2) Hasil wawancara


Dari hasil wawancara yang dilakukan, Petugas mengatakan
bahwa metode yang digunakan di ruang anak adalah metode tim
dan mengerti mengenai tugas dan tanggung jawab masing-
masing, namun sebagian besar petugas belum melaksanakan
metode tersebut secara maksimal.
Masalah keperawatan : belum optimalnya pelaksanaan asuhan
keperawatan metode tim
c) Pendokumentasian
(1) Hasil observasi
Hasil observasi diperoleh bahwa pendokumentasian data
pribadi pasien sudah terlaksana seluruhnya. Dari hasil observasi
100% perawat sudah melakukan pendokumentasian dengan
lengkap, diantaranya pengisian control catatan infuse, pengisian
identitas pasien.
(2) Hasil wawancara
Dari hasil wawancara yang dilakukan 100 % petugas
mengatakan bahwa pendokumentasian sudah diisi oleh petugas
dan petugas megetahui bahwa pendokumentasian tersebut harus
diisi, penataan formulir untuk dokumentasi sudah rapi sehingga
tidak menghambat dan memperlambat petugas dalam bekerja.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah dalam proses
pendokumentasian keperawatan

51
d) Perencanaan Kepala Ruangan
(1) Hasil observasi
Dari hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 23-25
November 2018 didapatkan bahwa 80% tugas perencanaan
berjalan baik. Visi dan misi serta filosofi ruangan belum ada
ada.
(2) Hasil wawancara
Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan didapatkan bahwa
visi dan misi serta fillosofi ruangan secara tersendiri belum
dirumuskan. Hal ini dikarenakan ruangan hanya mengikuti visi
rumah sakit yang disesuaikan dengan keadaan

Hasil evaluasi dokumentasi asuhan keperawatan dilakukan terhadap 5


sampel status pasien, yaitu sebagai berikut:
No. Aspek yang dinilai %
1 Pengkajian 100
2 Diagnosa keperawatan 100
3 Perencanaan 100
4 Implementasi 100
5 Evaluasi 100
Berdasarkan tabel diatas seluruh dokumentasi keperawatan pada status
pasien lengkap (100%).

C. Data Umum
1. Karakteristik ketenagaan berdasarkan spesifikasi Jenis Kelamin
Diagram 3.1
Distribusi Ketenagaan Berdasarkan Spesifikasi Jenis Kelamin Inap
Anak RSUD. Prof. Dr. MA. Hanafiah, SM Tahun 2018

Perempuan

Laki-laki

Sumber : Data sekunder

52
Berdasarkan Grafik diatas, sebagian besar (100%) tenaga kerja di
Rawat Inap Anak RSUD. Prof. Dr. MA. Hanafiah, SM adalah
perempuan
2. Karakteristik tenaga keperawatan berdasarkan tingkat pendidikan
Pendidikan Jumlah %
D3 11 73%
Profesi/ S1 4 27%

Diagram 3.2
Distribusi Ketenagaan Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Rawat Inap
Anak RSUD. Prof. Dr. MA. Hanafiah, SM Tahun 2018

Profesi/ S1

D3

Sumber : Data sekunder


Berdasarkan Grafik diatas, sebanyak 11 orang (73%) tenaga kerja di
Rawat Inap Anak RSUD. Prof. Dr. MA. Hanafiah, SM adalah
berpendidikan D3 dan 4 Orang (27%) berpendidikan Profesi atau S1.
3. Karakteristik tenaga keperawatan berdasarkan masa kerja
Masa Kerja Jumlah %
< 5 th 6 40
> 5 th 9 60
Diagram 3.3
Distribusi Tenaga Keperawatan Berdasarkan Masa Kerja di Rawat Inap
Anak RSUD. Prof. Dr. MA. Hanafiah, SM Tahun 2018

< 5 th

> 5 th

Sumber : Data sekunder


Berdasarkan Diagram diatas, sebagian besar (60%) tenaga kerja di
Rawat Inap Anak RSUD. Prof. Dr. MA. Hanafiah, SM sudah lama
bekerja  5 Tahun).

53
4. Karakteristik tenaga keperawatan berdasarkan Diklat yang
diperoleh
Jumlah %
BTCLS 12 80%
Asesor 1 6.6%
PPGD 2 13%
BHD 15 100%
Pelatihan Khusus Anak 0% 0%

Diagram 3.4
Distribusi Tenaga Keperawatan Berdasarkan Diktlat Yang Diperolah di
Ruang Rawat Inap Anak RSUD. Prof. Dr. MA. Hanafiah, SM Tahun 2018

Diklat

100% 80%
BTCLS
Asesor
PPGD
BHD
Pelatihan Khusus Anak

6.60%
13%

Sumber : Data sekunder

Berdasarkan Diagram diatas, sebagian besar (100%) tenaga kerja di


Rawat Inap Anak RSUD. Prof. Dr. MA. Hanafiah, SM pernah
mengikuti pelatihan BHD, 80 % perawat mendapatkan pelatihan
BTCLS, 6.6 % Assesor dan Preseptorship , 13% pelatihan PPGD dan
pelatihan khusus anak belum ada tenaga perawat yang mengikuti.
5. Analisis kebutuhan tenaga keperawatan di Rawat Inap Anak RSUD.
Prof. Dr. MA. Hanafiah, SM

54
Analisa kebutuhan tenaga perawat di Rawat Inap Anak RSUD. Prof. Dr.
MA. Hanafiah, SM berdasarkan Rumus Gillies adalah sebagai berikut :
 Rumus Gillies
𝑘𝑙𝑖𝑒𝑛 𝑘𝑙𝑖𝑒𝑛
∑ 𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑝 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑘𝑎𝑛 𝑋 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑋 ∑ ℎ𝑟/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
ℎ𝑟 ℎ𝑟
ℎ𝑟
∑ − ℎ𝑟 𝑙𝑖𝑏𝑢𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡 𝑋 ∑ 𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎/ℎ𝑎𝑟𝑖
𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
= ∑ 𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑝 𝑦𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑘𝑠𝑛 𝑘𝑙𝑖𝑒𝑛/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
 Waktu perawatan langsung

Tabel 3.2
Jumlah perawat berdasarkan tingkat ketergantuangan pasien
No Kategori Rata-rata Rata-rata jam Jumlah jam
pasien/hari perawatan/hari perawatan/hari
1 Minimal Care 0 2 0
2 Partial Care 7 3 21
3 Total Care 5 4 20
Jumlah 12 3 41
 Waktu perawatan tak langsung : 1 X 12 = 12 jam
 Pendidikan Kesehatan : 12 X 0,25 jam = 3 jam
 Jumlah total jam keperawatan/Pasien/ hari
41+12+3 = 56 = 4.7
12 12
Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan :
4.7x12x365 = 20586 = 10 orang
(365-73)x7 2044
Untuk cadangan / faktor koreksi
10X 20 % = 2 = 2 orang
Jadi, jumlah tenaga yang dibutuhkan secara keseluruhan
10+2= 12 orang orang/hari
Ratio tenaga professional : vokasional
55 % : 45 %
7 : 5
6. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Pegawai Di Ruang Rawat
Cumulatif
Umur Frekuensi % Valid Percent
Percent
20-29 3 20% 20% 20%

55
30-39 6 40% 40% 60%
40-49 6 40% 40% 100%
Total 15 100% 100%

Diagram 3.5
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Pegawai Di Ruang Rawat
Anak RSUD Prof. Dr. MA. Hanafiah, SM Batusangkar Tahun 2018

12%

20-29
40%

30-39

40% 40-49

Berdasarkan Diagram diatas dapat dilihat bahwa frekuensi pegawai


berdasarkan umur adalah mayoritas perawat Ruang Anak rentang umur
20-29 tahun 20 %, rentang umur 30-39 tahun 40%, sedangkan rentang
umur 40-49 tahun 40%.
D. Perencanaan

Diagram 3.6
Distribusi Frekuensi Timbang Terima Di Ruang Anak RSUD Prof. Dr. MA.
Hanafiah, SM Batusangkar Tahun 2018

Timbang Terima Seharusnya Diikuti Oleh Karu Dan Katim


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sangat setuju 15 93 93 93
Setuju 1 7 7 100.0
Total 15 100.0 100.0

56
Setuju
7%

SBAR
Sangat
Setuju
93%

Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa distribusi frekuensi timbang


terima di ruangan Anak RSUD Prof. Dr. MA. Hanafiah, SM yang Sangat
setuju persentasenya 93 % (sebanyak 14 orang perawat) dan yang setuju
persentasenya 7% (sebanyak 1 orang perawat).

Diagram 3.7
Distribusi Frekuensi Melakukan Timbang Terima Metode SBAR Setiap
Pergantian Dinas Di Ruangan Anak RSUD Prof. Dr. MA. Hanafiah, SM
Batusangkar Tahun 2018
Timbang Terima

tidak ada
50% 50%
ada
tidak

Dari diagram diatas dapat dilihat petugas Ruangan Anak melakukan timbang
terima metode SBAR setiap pergantian dinas tapi belum optimal
Diagram 3.8
Distribusi Frekuensi Jumlah Petugas yang Ada Seimbang dengan Beban
Kerja Di Ruangan Anak RSUD Prof. Dr. MA. Hanafiah, SM Batusangkar
Tahun 2018

57
Jumlah perawat seimbang dengan beban kerja

ya
23%
ya
tidak
77% tidak

Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar (77%) petugas
mengatakan jumlah petugas seimbang dengan beban kerja.

Diagram 3.9
Distribusi Frekuensi Petugas yang Memperhatikan Prosedur
Perlindungan Diri dalam Bekerja Di Ruangan Anak RSUD Prof. Dr. MA.
Hanafiah, SM Batusangkar Tahun 2018

Memperhatikan prosedur perlindungan diri

tidak
8%

ya

tidak

ya
92%

Dari diagram diatas dapat dilihat sebagian besar (92%) petugas memperhatikan
prosedur perlindungan diri dalam bekerja.

Diagram 3.10
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Petugas tentang Dischage Planning
Di Ruangan Anak RSUD Prof. Dr. MA. Hanafiah, SM Batusangkar
Tahun 2018

58
Discharge planning

tidak
0%

ya

tidak

ya
100%

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat seluruh (100%) petugas ruang anak
RSUD Prof. Dr. MA. Hanafiah, SM Batusangkar mengetahui tentang discharge
planning.

Diagram 3.11
Distribusi Frekuensi Kelengkapan Pendokumentasian Tindakan
Keperawatan Di Ruangan Anak RSUD Prof. Dr. MA. Hanafiah, SM
Batusangkar Tahun 2018

kadang- Kelengkapan dokumentasi tindakan


kadang keperawatan
0% ya
0%

ya
kadang-kadang

Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa seluruh petugas ruangan anak (100%)
melengkapi dokumentasi tindakan keperawatan.

59
Diagram 3.12
Distribusi Frekuensi Petugas Melaksanakan Tugas Sesuai dengan Uraian
Tugas Posisinya Di Ruangan Anak RSUD Prof. Dr. MA. Hanafiah, SM
BatusangkarTahun 2018

Melaksanakan tugas sesuai uraian tugas posisi

kadang
30%

selalu
kadang

selalu
70%

Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar (70%) petugas
melaksanakan tugasnya sesuai dengan uraian tugas posisinya.
Diagram 3.13
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Petugas tentang Metode TIM
Di Ruangan Anak RSUD Prof. DR. MA. Hanafiah, SM Batusangkar

Pengetahuan patugas tentang Metode


TIM

Tahu
belum tahu

60
Dari diagram diatas, dapat dilihat bahwa sebagian besar (70%) belum
mengetahui tentang Metode Tim dan 30% petugas ruangan sudah mengetahui
tentang Metode Tim.
Diagram 3.14
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Tentang PPI
Di Ruangan Anak RSUD Prof. Dr. MA. Hanafiah, SM Batusangkar
Tahun 2018
Pengetahuan Tentang PPI
tidak
0%

Mengetahui
tidak

Mengetahui
100%

Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa seluruh petugas di Ruang Anak
mengetahui tentang PPI (100%)
Diagram 3.15
Distribusi Frekuensi Pelaksanaan PPI Di Ruangan Anak RSUD Prof. Dr.
MA. Hanafiah, SM Batusangkar Tahun 2018
Pelaksanaan PPI

Kadang Selalu
50% 50%
Selalu
Kadang

Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa 50% petugas melaksanakan PPI di
ruang Anak RSUD Prof. Dr. MA Hanafiah, SM Batusangkar.

E. Kepuasan Kerja Perawat

61
Apakah merasa Cumulative
Frekuensi Percent Valid Percent
puas atas kinerja Percent
Selalu 6 40% 40% 40%
Kadang-kadang 9 60% 60% 100%
Tidak pernah 0 0 0
15 100% 100%
Diagram 3.16
Evaluasi Kepuasan Kerja Perawat Di Ruang Anak 2018

Kepuasan Kerja Perawat

selalu
40% selalu

Kadang-
kadang
Kadang-
kadang
60%

Berdasarkan grafik diatas, sebagian besar (100%) tenaga perawat di Ruang


Anak puas dengan kinerjanya.

F. Kepuasan Keluarga
Diagram 3.17
Distribusi Frekuensi Perawat Memperkenalkan Diri Kepada Keluarga
Di Ruangan Anak RSUD Prof. DR. MA. Hanafiah, SM Batusangkar
Perkenalan diri Perawat kepada Keluarga

Tidak
20%

Ya

Tidak

Ya
80%

Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar petugas


memperkenalkan diri kepada keluarga pasien (80%)

62
Diagram 3.18
Distribusi Frekuensi Orientasi Ruangan
Di Ruangan Anak RSUD Prof. DR. MA. Hanafiah, SM Batusangkar
orientasi ruangan

Tidak
20%

Ya Ya
80% Tidak

Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar (92%) petugas ada
melakukan orientasi ruangan kepada keluarga pasien.

Diagram 3.19
Distribusi Frekuensi Perawat Menjelaskan Prosedur Tindakan Kepada
Pasien Di Ruangan Anak RSUD Prof. DR. MA. Hanafiah, SM
Batusangkar
Menjelaskan prosedur tindakan

Tidak
10%

Ya Ya
90% Tidak

Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa 90% petugas menjelaskan prosedur
tindakan kepada keluarga pasien sebelum melaksanakan tindakan.

63
Diagram 3.20
Distribusi Frekuensi Petugas Memberikan Pendidikan Kesehatan
Kepada Pasien Di Ruangan Anak RSUD Prof. DR. MA. Hanafiah, SM
Batusangkar
Memberikan Penkes kepada pasien

Tidak
30%

Ya
Tidak

Ya
70%

Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar (70%) petugas
melakukan pendidikan kesehatan kepada keluarga pasien di Ruangan Anak
RSUD Prof. DR. MA. Hanafiah, SM Batusangkar

Diagram 3.21
Distribusi Frekuensi Kepuasan Pasien
Di Ruangan Anak RSUD Prof. DR. MA. Hanafiah, SM Batusangkar
Kepuasan Pasien
Kurang Puas
10%

Puas
Kurang Puas

Puas
90%

64
Dari diagram diatas, dapat dilihat bahwa sebagian besar (95%) pasien dan
keluarga pasien puas dengan pelayanan di Ruangan Anak RSUD Prof. DR.
MA. Hanafiah, SM Batusangkar

65
D. Analisa Data

No. DATA MASALAH

KUESIONER OBSERVASI WAWANCARA

1 Tugas perencanaan kepala ruangan : Dari hasil wawancara dengan Visi misi ruangan
dari hasil observasi yang dilakukan kepala ruangan didapatkan belum ada
pada tanggal 23-25 November 2018 bahwa visi dan misi serta
didapatkan bahwa 80 % tugas fillosofi ruangan masih belum
perencanaan berjalan baik, namun ada
20% belum terlaksana karena masih
berpatokan dengan visi dan misi
rumah sakit
2 Pengetahuan tentang metode Metode pemberian asuhan Dari hasil wawancara yang Belum optimalnya
tim didapatkan bahwa: keperawatan yang digunakan di dilakukan, Petugas mengatakan pelaksanaan Asuhan
ruang anak adalah metode tim, bahwa metode yang digunakan keperawatan Metode
- 30 % petugas di ruangan namun pelaksanaannya belum di ruang anak adalah metode Tim
anak mengetahui tentang optimal karena sebagian petugas tim dan mengerti mengenai
metode tim dan 70% masih bekerja tidak sesuai dengan tugas dan tanggung jawab
tanggung jawabnya masing-masing. masing-masing, namun
lagi tidak mengetahui
Seperti adanya double job. Tugas sebagian besar petugas belum
tentang metode tim. yang bukan menjadi tanggung jawab terlalu paham uraian tugas yang
petugas, dikerjakan oleh petugas harus dilakukan. Hal ini
lainnya. dikarenakan adanya double job,
yang mana tugas yang bukan
menjadi tanggung jawab
petugas, dikerjakan oleh
petugas lainnya

66
3 Dari hasil kuesioner di Berdasarkan hasil observasi yang Dari hasil wawancara yang Belum optimalnya
dilakukan tanggal 23-25 november
dapatkan data 50% petugas dilakukan 100% petugas pelaksanaan overan
2018 ditemukan setiap pergantian
ruangan mengetahui tentang dinas 100% petugas selalu mengatakan bahwa timbang SBAR
melakukan timbang terima, timbang
timbang terima metode terima ada dilakukan setiap
terima yang dilakukan tentang
SBAR. keluhan pasien, diagnosa medis, pergantian dinas.
obat, tindakan yang akan dilakukan
selanjutnya. Namun pelaksanaannya
kadang belum sesuai dengan teori
SBAR. Dimana Saat overan
dilakukan masalah keperawatan
tidak ada di sebutkan.

4 Berdasarkan hasil kuesioner Belum adanya


didapatkan bahwa 100% pelatihan khusus
perawat di ruang anak belum keperawatan anak
ada yang mengikuti
pelatihan khusus
keperawatan anak

67
1. ANALISA SWOT

No. Masalah Kekuatan (strength) Kelemahan (weakness) Peluang (opportunity) Ancaman


(threatened)
1 Visi dan misi - Perawat mampu kurangnya motivasi petugas Adanya kerjasama yang Adanya tuntutan
ruangan masih merumuskan visi dan misi dalam perumusan visi dan baik antara mahasiswa yang lebih tinggi
berpatokan ruangan misi dan petugas dari masyarakat
dengan visi dan - Dengan tingkat untuk mendapatkan
misi rumah sakit pendidikan DIII dan S1 pelayanan yang
lebih memudahkan dalam berkualitas dan
perumusan visi dan misi lebih professional
2 Belum Petugas tertarik dan pelaksanaan metode tim Adanya kerjasama yang Belum ada kejelasan
optimalnya mendukung adanya belum bisa dilaksanakan baik antara mahasiswa tentang pembagian
pelaksanaan pelaksanaan asuhan saat shift sore dan malam dan petugas sehingga tugas masing-
asuhan keperawatan metode tim dan hari dikarenakan jumlah metode tim dan overan masing katim dan
keperawatan overan SBAR perawat yang dinas pada SBAR dapat diterapkan anggota tim
metode tim shift sore/malam sedikit.
.
3 Belum Petugas tertarik dan Pelaksanaan overan SBAR Adanya kerjasama yang
optimalnya mendukung adanya membutuhkan banyak baik antara mahasiswa
pelaksanaan pelaksanaan overan SBAR waktu dan petugas sehingga
overan SBAR metode tim dan overan
SBAR dapat diterapkan
4. Belum adanya Petugas Ruangan anak Butuh biaya besar untuk Adanya permintaan Keterbatasan
pelatihan khusus sangat mendukung adanya mengikuti pelatihan ruangan ke Diklat untuk anggaran RS
keperawatan anak pelatihan untuk petugas perawatn anak menyusulkan pelatihan
ruangan anak Keperawatan anak

68
2. PRIORITAS MASALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANG ANAK RSUD PROF. DR. MA HANAFIAH, SM
BATUSANGKAR 2018

No. Masalah M S Mn Nc Af Skor Prioritas

1 Visi dan misi ruangan masih berpatokan dengan visi 3 2 3 3 3 14 III


dan misi rumah sakit

2 Belum optimalnya pelaksanaan asuhan keperawatan 4 3 3 4 3 17 I


metode tim

3 Belum optimalnya pelaksanaan overan SBAR 3 2 3 3 4 15 II

4 Belum adanya pelatihan khusus keperawatan anak 3 1 3 3 3 13 IV

Keterangan :

M : Magnitude (kecendrungan dan seringnya masalah terjadi)

Nc : Nursing Concern (Fokus pada keperawatan)

Af : Affordability ( Ketersedian sumber daya)

Mn : Manageability(kemampuan menyelesaikan masalah)

S : Severity (besarnya kerugian yang ditimbulkan)

69
3. ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

No. Masalah Alternatif Pemecahan Masalah


I Belum optimalnya pelaksanaan - Desiminasi ilmu mengenai pelaksanaan metode asuhan keperawatan : metode tim
asuhan keperawatan metode tim - Roleplay mengenai pelaksanaan metode asuhan keperawatan : metode tim

II Belum optimalnya pelaksanaan - Deseminasi ilmu tentang overan SBAR


overan SBAR - Roleplay mengenai pelaksanaan overan SBAR

III Visi dan misi ruangan masih - Melakukan diskusi tentang perumusan visi dan misi ruangan
berpatokan dengan visi dan misi - Melakukan perumusan visi dan misi ruangan
rumah sakit - Memfasilitasi perumusan visi dan misi ruangan

IV Belum adanya pelatihan khusus Pengusulan adanya pelatihan khusus keperawatan anak secara berkala.
keperawatan anak

70
4. RENCANA KERJA/ POA DARI ALTERNATIF MASALAH

Masalah I : Belum optimalnya pelaksanaan asuhan keperawatan metode tim

No Kegiatan Tujuan Sasaran Metode Media Dana Waktu PJ

1. Desiminasi ilmu Menambah Petugas Penyuluhan Infokus Mahasiswa 30/11/2018


mengenai pengetahuan petugas ruang Anak dan laptop
pelaksanaan metode tentang metode tim
asuhan keperawatan:
metode tim

2 Roleplay mengenai Memberikan contoh Petugas Role play Mahasiswa 30/11/2018


pelaksanaan metode pelaksanaan metode ruang anak
asuhan keperawatan: tim yang benar
metode tim (Kepala
ruangan, katim,
perawat pelaksana)

Masalah II: Belum optimalnya pelaksanaan overan SBAR

NO Kegiatan Tujuan Sasaran Metode Media Dana Waktu PJ


1 Desiminasi ilmu Menambah Petugas Penyuluhan Infokus Mahasiswa 30/11/2018
mengenai pengetahuan petugas ruangan anak dan laptop
pelaksanaan overan tentang overan
SBAR SBAR
2 Roleplay mengenai Memberikan contoh Petugas Roleplay Mahasiswa 30/11/2018
pelaksanaan overan overan SBAR yang ruangan anak
SBAR benar

71
Masalah III:Visi Misi, Motto Ruangan Masih berpatokan dengan Visi Dan Misi Rumah Sakit.

No Kegiatan Tujuan Sasaran Metode Media Dana Waktu PJ

1. Melakukan diskusi Visi misi ruangan dapat Perawat Diskusi - Mahasiswa 7/12/2018
tentang perumusan dirumuskan ruangan anak
visi dan misi ruangan.
2. Melakukan
perumusan visi dan
misi ruangan
3. Memfasilitasi
perumusan visi dan
misi ruangan

Masalah IV: belum adanya pelatihan khusus keperawatan anak

No Kegiatan Tujuan Sasaran Metode Media Dana Waktu Pj


1. Diskusi mengenai Kepala ruangan dapat Petugas Diskusi - Mahasiswa /12/2018
penting nya adanya mengusulkan adanya ruangan anak
pelatihan khusus pelatihan keperawatan
keperawatan anak anak

72
E. Implementasi
Hasil identifikasi permasalahan yang dilakukan pada Tanggal 23 november 2018 -25
november 2018 didapatkan 4 masalah yaitu Visi Misi ruangan yang masih berpatokan
dengan Visi Misi Rumah Sakit, belum optimalnya asuhan keperawtan metode tim, belum
optimalnya pelaksanaan overan SBAR, belum adanya pelatihan khusus keperawatan anak..
Setelah dilakukan lokakarya mini pada Tanggal 30 November 2018 di ruangan anak yang
dihadiri oleh Kepala Ruangan Anak, Kasi Keperawatan, Diklat, Pembimbing Akademik,
pembimbing klinik serta mahasiswa dan Perawat Ruangan Anak.
Hasil lokakarya mini tersebut menyepakati bahwa permasalahan yang diangkat menjadi
prioritas masalah bagi Ruangan Anak adalah Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Metode
Tim dan Overan SBAR dan Perumusan Visi, Misi, Motto ruangan anak.
1. Pelaksanaan Metode Tim
Pelaksanaan Metode Tim yang belum optimal di Ruangan Anak dikarenakan kurangnya
pengetahuan petugas tentang metode tim. sehingga masih ada petugas yang melaksanakan
double job, belum adanya petugas yang mendapatkan pelatihan MPKP dan masih kurang
nya tenaga perawat S1. Sedangkan kepala tim yang ada di ruang Anak, belum kepala tim
murni, karena tetap membantu petugas lainnya dalam pelayanan keperawatan sebagai
perawat pelaksana. Oleh karena itu, disarankan kepada pihak rumah sakit untuk
menindaklanjutinya. Seperti pemberian desiminasi ilmu tentang metode tim di ruangan
secara berkala. Kegiatan desiminasi ilmu ini telah dilakukan pada hari Jumat, tanggal 30
November 2018 oleh 8 orang mahasiswa profesi ners, yang diikuti oleh kepala ruangan
Anak, 5 orang perawat pelaksana ruangan anak serta dihadiri oleh 1 orang pembimbing
akademik dan 1 orang pembimbing klinik. Khususnya bagi ruangan anak disarankan
untuk melaksanakan asuhan keperawatan metode tim di ruangan sehingga asuhan
keperawatan yang di berikan lebih optimal.
2. Pelaksanaan overan SBAR
Pelaksanaan overan SBAR yang belum optimal di ruangan Anak dikarenakan overan
SBAR memerlukan waktu yang lama dibandingkan dengan overan biasa dan perawat
belum terbiasa melaporkan diagnose keperawatan pasien. Perawat hanya melaporkan
keluhan pasien, diagnose medis, obat obatan dan tindakan yang akan dilakukan. Oleh
karena itu dilaksanakan kegiatan desiminasi ilmu dengan topik overan SBAR. Kegiatan ini
dilakukan pada hari Jumat tanggal 30 November 2018 yang diadakan oleh 8 orang

73
mahasiswa profesi ners, diikuti oleh kepala ruangan Anak, 5 orang perawat pelaksana, 1
orang pembimbing akademik STIKes Perintis dan 1 orang pembimbing kilnik. Selain itu
disarankan juga kepada pihak rumah sakit, terutama petugas ruangan Anak untuk
membiasakan melakukan teknik overan SBAR sehingga dapat lebih meningkatkan
pelayanan asuhan keperawatan pada pasien.

3. Perumusan Visi, Misi, Motto Ruangan


Setelah dilakukan diskusi dengan kepala ruangan dan perawat ruangan anak didapatkan:
Visi: Menjadikan tempat perawatan anak dan tumbuh kembang anak terdepan di tanah
datar.
Misi: Menyelenggarakan pelayanan kesehatan anak yang bermutu tinggi dan
berkompeten dengan meminimalkan efek hospitalisasi.
Motto:

4. Kegiatan Inovasi
Kegiatan inovasi yang dilakukan antara lain.
a. Pembuatan sampul stasus berwarna dengan pemberian pembatas untuk dokumen
penting.
b. Pembuatan baliho menarik untuk meminimalkan efek hospitalisasi bagi anak.
c. Penataan ruang bermain.

F. Evaluasi
1. Evaluasi Terhadap Pelaksanaan Desiminasi Ilmu
Saat dilakukan desiminasi ilmu pada tanggal 30 November 2018 diikuti oleh 5 orang
perawat pelaksana ruangan Anak dan kepala ruangan anak, 8 mahasiswa praktik profesi
manajemen, 1 orang pembimbing akademik dan 1 orang pembimbing klinik. Setting
tempat memakai ruangan kosong yang ada di ruangan Anak yaitu ruangan bermain,
fasilitator ada memfasilitasi audiens, fasilitator duduk sesuai dengan tempatnya disamping
audiens, Peran setiap mahasiswa sudah sesuai dengan uraian tugas yang ditetapkan, alat-
alat untuk penyuluhan tidak tersedia sesuai dengan rencana yaitu penggunaan infokus dan
laptop diganti dengan flipchart karna infokus sedang dipakai diacara yang lain.

74
Pelaksanaan kegiatan tidak sesuai dengan waktu yang telah direncanakan sebelumnya,
yaitu jam 13.00 wib, tetapi dalam pelaksanaannya dimulai pada jam 13.45 wib.
Pelaksanaan kegiatan diawali dengen melaksanakan pre test untuk menentukan seberapa
besar pengetahuan petugas ruangan tentang metode tim serta overan SBAR. Setelah itu
moderator yang membuka acara desiminasi ilmu. Materi yang disampaikan sesuai dengan
proposal yang telah direncanakan dan dilengkapi dengan tampilan flipchart yang telah
disediakan sebelumnya. Kepala ruangan Anak dan petugas ruangan anak hadir megikuti
kegiatan dari awal hingga akhir.
Setelah penyampaian materi mengenai metode tim dan overan SBAR, maka dapat terlihat
antusias dari peserta dalam kegiatan, hal ini terlihat diajukannya beberapa pertanyaan dan
saran yang diajukan untuk kelompok penyaji. Setelah disampaikan seluruh materi,
dilakukan post test dengan pertanyaan yang sama untuk menentukan progress pengetahuan
petugas tentang metode tim, dan overan SBAR.. Berdasarkan hasil post test, didapatkan
bahwa ada peningkatan pengetahuan petugas tentang materi secara keseluruhan yaitu
sebanyak 85 %.
2. Evaluasi Terhadap Pelaksanaan Metode Tim
Berdasarkan observasi yang dilakukan 7-9 November 2018 didapatkan bahwa di ruangan
anak dilaksanakan metode tim, sebelum dan sesudah shift dilakukan timbang terima, tetapi
masih bekerja dengan double job, tugas katim belum sepenuhnya murni karena harus tetap
membantu tugas perawat pelaksana. Hai ini dikarenakan SDM yang kurang memadai
sehingga metode tim belum sepenuhnya terlaksana sesuai dengan uraian masing-masing
petugas.
3. Evaluasi Terhadap Pelaksanaan overan SBAR
Berdasarkan observasi yang dilakukan tanggal 7-9 November 2018 didapatkan bahwa
overan mulai terlaksana baik. tetapi masih ada juga di temui data yang di overkan belum
lengkap seperti diagnosa keperawatan kadang tidak di sebutkan.
4. Evaluasi Terhadap Kegiatan Mahasiswa
Selain kegiatan yang dilakukan berdasarkan POA ( plan Of Action ), mahasiswa juga
melakukan berbagai kegiatan yang dapat memberikan konstribusi dalam upaya membantu
memecahkan masalah yaitu :

75
a. Pelaksanaan Praktek Keperawatan
Selama praktek Manajemen Keperawatan di ruangan Anak dari Tanggal 23
November 2018 sampai tanggal 15 desember 2018 anggota kelompok telah
melaksanakan metode penugasan tim dengan bermain peran sebagai Kepala
ruangan, Ketua Tim dan Perawat Pelaksana.
Tabel 6.1
Tabel Distribusi Frekuensi Peran Mahasiswa Praktek Managemen Keperawatan
di Ruangan Anak RSUD Prof. DR. MA.HANAFIAH SM
No Nama Karu Katim PP
1 Afdelmiarnis, S. Kep 1 2 9
2 Asty kumala puspita , S. Kep 2 3 7
3 Erlinda , S.Kep 1 2 9
4 Nurbaitis , S.Kep 1 4 7
5 Reni , S.Kep 3 3 6
6 Sri reno murni , S.Kep 1 3 8
7 Yessi azirni , S.Kep 1 4 7
8 Yusda yanti , S.Kep 2 3 7

Dari tabel diatas terlihat bahwa masing-masing mahasiswa mendapatkan peran


sebagai karu, katim dan perawat pelaksana .

76
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Analisis Kesenjangan Teori dan Penyelesaian Yang telah dilakukan


1. Pelaksanaan Desimiminasi Ilmu
Diseminasi adalah suatu kegiatan yang ditujukan kepada kelompok target atau individu
agar mereka memperoleh informasi, timbul kesadaran, menerima, dan akhirnya
memanfaatkan informasi tersebut. Diseminasi merupakan tindakan inovasi yang disusun
menurut perencanaan yang matang, melalui diskusi atau forum lainnnya yang sengaja
diprogramkan, sehingga terdapat kesepakatan untuk melaksanakan inovasi.. Tujuan
dilakukan desiminasi ilmu yaitu, agar pihak yang menjadi sasaran desiminasi; tahu
paham, dan mampu berkontribusi dalam mengatasi masalah yang ada (Arie Wuryanto,
2013).
Saat dilakukan desiminasi ilmu pada tanggal 30 November 2018 diikuti oleh 5 orang
perawat pelaksana ruangan Anak dan kepala ruangan anak, 8 orang mahasiswa praktik
profesi manajemen, 1 orang pembimbing akademik dan 1 orang pembimbing klinik.
Setting tempat memakai ruangan kosong yang ada di ruangan Anak yaitu ruangan
bermain, fasilitator ada memfasilitasi audiens, fasilitator duduk sesuai dengan tempatnya
disamping audiens, Peran setiap mahasiswa sudah sesuai dengan uraian tugas yang
ditetapkan, alat-alat untuk penyuluhan tersedia sesuai dengan rencana yaitu penggunaan
flipchart.
Pelaksanaan kegiatan tidak sesuai dengan waktu yang telah direncanakan sebelumnya,
yaitu jam 13.00 wib, tetapi dalam pelaksanaannya dimulai pada jam 13.45 wib.
Pelaksanaan kegiatan diawali dengen melaksanakan pre test untuk menentukan seberapa
besar pengetahuan petugas ruangan tentang metode tim dan overran SBAR . Setelah itu,
moderator yang membuka acara desiminasi ilmu. Materi yang disampaikan sesuai
dengan proposal yang telah direncanakan dan dilengkapi dengan tampilan flip chart yang
telah disediakan sebelumnya. Kepala ruangan Anak dan petugas ruangan anak hadir
megikuti kegiatan dari awal hingga akhir.
Setelah penyampaian materi mengenai asuhan keperawatan metode tim dan overran
SBAR maka dapat terlihat antusias dari peserta dalam kegiatan, hal ini terlihat di
ajukannya beberapa pertanyaan dan saran yang di ajukan untuk kelompok penyaji.

77
Setelah disampaikan seluruh materi, dilakukan post test dengan pertanyaan yang sama
untuk menentukan progress pengetahuan petugas tentang asuhan keperawtan metode tim
dan overran SBAR. Berdasarkan hasil post test, didapatkan bahwa ada peningkatan
pengetahuan petugas tentang materi secara keseluruhan yaitu sebanyak 85 %.
Pelaksanaan desiminasi ilmu berjalan lancar, namun dilihat dari presentasi kehadiran
pegawai ruangan dalam kegiatan desiminasi ilmu belum sesuai dengan target yang
diharapkan yaitu lebih dari 50%. Dengan demikian dapat dianalisis bahwa motivasi
petugas dalam mengikuti kegiatan desiminasi ilmu belum maksimal. Sedangkan tujuan
desiminasi ilmu yaitu, agar pihak yang menjadi sasaran desiminasi (petugas ZAA) tahu,
paham, dan mampu berkontribusi dalam mengatasi masalah yang ada.
2. Pelaksanaan Metode Tim
Merupakan pengorganisasian pelayanan keperawatan oleh sekelompok perawat pada
sekelompok pasien klien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim / group yang terdiri
dari tenaga profesional, teknikal dan pembantu dalam satu group kecil yang saling
membantu
Berdasarkan observasi yang dilakukan 23-25 November 2018 didapatkan bahwa di
ruangan anak dilaksanakan metode tim, sebelum dan sesudah shift dilakukan timbang
terima, tetapi masih bekerja dengan double job karena kurang pengetahuan mengenai
metode tim, dan tugas katim belum sepenuhnya murni karena tetap membantu tugas
perawat pelaksana. Hai ini dikarenakan SDM yang kurang memadai sehingga metode
tim belum sepenuhnya terlaksana sesuai dengan uraian masing-masing petugas.

3. Pelaksanaan overan SBAR


Overan SBAR adalah kerangka komunikasi efektif yang di gunakan di rumah sakit yang
terdiri dari situation, background, assessment, recommendation. Metode komunikasi ini
digunakan saat perawat melakukan timbang terima (hand over) ke pasien.
Berdasarkan observasi yang dilakukan tanggal 7-9 November 2018 didapatkan bahwa
overan mulai terlaksana baik. Tetapi masih ada juga ditemui data yang dioverkan belum
lengkap seperti diagnosa keperawatan kadang tidak disebutkan. Hal ini disebabkan oleh
kurang terpapar dan belum terbiasa mengunakan metode SBAR.

78
B. Rencana Tindak Lanjut
Rencana tindak lanjut yang dapat dilakukan petugas ruangan atau rumah sakit antara lain:
1. Adanya penerapan Metode Tim dalam memberikan Asuhan keperawatan pada pasien
2. Menggunkan Metode SBAR dalam overan terhadap pasien
3. Adanya pembagian Kerja yang jelas
4. Adanya hubungan kerja yang baik antar Karu-katim dan perawat pelaksana
5. Lingkungan yang nyaman
6. Penggunaan ruang bermain yang optimal
7. Adanya destiminasi ilmu atau pelatihan tentang keperawatan anak
C. Hambatan dan kendala
1. Pengkajian
Kendala yang timbul saat pengkajian yaitu pendeknya waktu pada saat pengkajian,
sehingga permasalahan yang ada di ruangan tidak bisa dikaji secara mendalam.
2. Penyebaran kuisioner
Terdapatnya kendala yaitu pada saat penyebaran kuisioner dikarenakan terdapat
beberapa orang perawat yang sedang tidak berdinas karena libur sehingga tidak dapat
ditemui.
3. Implementasi
Terdapat kendala karena keterbatasan waktu yang terlalu singkat.

79
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan praktek Profesi Manajemen Keperawatan selama lebih kurang empat
minggu maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Pelaksanaan asuhan keperawatan metode tim sudah mulai dilaksanakan walaupun
belum optimal tapi diharapkan kepada seluruh petugas ruangan Anak agar dapat
menerapkan asuhan keperawatan metode tim di ruangan anak.
2. Pelaksanaan overan SBAR sudah mulai diterapkan walaupun belum optimal
diharapkan kepada petugas ruangan anak untuk dapat selalu menerapkan overan
SBAR saat melakukan overan ke pasien
3. Mahasiswa telah berperan sebagai karu, katim dan perawat pelaksana pada setiap
shift dinas, sesuai dengan ganchart yang telah dibuat sebelumnya (ganchart
terlampir)
B. Saran
1. Untuk Pimpinan Rumah Sakit
Perlu meningkatkan pelayanan kesehatan dengan mengoptimalkan sarana dan
prasarana di tiap ruangan rawatan khususnya Ruangan Anak
2. Untuk Kepala Bidang Keperawatan
Perlu meningkatkan supervisi kepada masing-masing kepala ruangan.
3. Untuk Kepala Ruangan
Perlu meningkatkan motivasi kepada staff untuk menerapkan salah satu manajemen
keperawatan, melaksanakan metode tim secara kontinu dan lebih optimal,
membiasakan melakukan overan menggunakan teknik SBAR demi meningkatkan
pelayanan kesehatan dan kepuasan pasien di ruagan Anak RSUD Prof Dr MA.
Hanafiah SM Batusangkar.
4. Untuk Perawat Pelaksana
Perlu mempertahankan pelayanan kesehatan optimal yang diberikan kepada pasien
yang dirawat di Ruangan Anak.

80
81

Anda mungkin juga menyukai