Pembimbing :
dr. Teguh Anamani, Sp. M
Disusun Oleh :
Intan Candra Khoirina
G4A017009
Disusun oleh:
Intan Candra Khoirina
G4A017009
Pembimbing,
hidayah dan inayah-Nya, sehingga referat dengan judul “Glaukoma Akut Sudut
Tertutup” ini dapat diselesaikan. Referat ini merupakan salah satu tugas di SMF
Ilmu Penyakit Mata. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan kritik
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN 2
KATA PENGANTAR 3
DAFTAR ISI 4
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi dan Fisiologi Mata 6
B. Definisi 9
C. Etiologi 10
D. Epidemiologi 11
E. Patofisiologi 11
F. Penegakan Diagnosis 14
G. Penatalaksanaan 18
H. Komplikasi 24
I. Prognosis 24
III. KESIMPULAN 25
DAFTAR PUSTAKA 26
I. PENDAHULUAN
Salah satu pancaindera yang sangat penting untuk kehidupan manusia yaitu
mata. Mata melakukan fungsi yang kompleks dan rumit dalam mengumpulkan,
memusatkan dan merubah cahaya menjadi gambar. Seiring dengan bertambahnya
usia, mata dan mekanisme kepekaannya makin rentan terhadap kerusakan dan
penyakit. Salah satu penyakit mata yang serius yakni glaukoma.
Glaukoma berasal dari kata Yunani glaukos yang berarti hijau kebiruan,
yang memberi kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Glaukoma
adalah suatu kelompok kelainan patologis yang ditandai dengan meningkatnya
tekanan intraokuler yang disertai oleh pencekungan diskus optikus dan pengecilan
lapangan pandang. Pada glaukoma akan terdapat melemahnya fungsi mata dengan
terjadinya cacat lapang pandang dan kerusakan anatomi berupa ekstravasasi
(penggaungan/cupping) serta degenerasi papil saraf optik, yang dapat berakhir
dengan kebutaan (Ilyas, 2015).
Glaukoma adalah penyebab kebutaan kedua terbesar di dunia setelah
katarak. Diperkirakan jumlah kebutaan akibat glaukoma pada tahun 2010 di dunia
mencapai angka 66 juta penduduk dan akan terus bertambah setiap tahunnya.
Berdasarkan data Riskesdas padatahun 2013, prevalensi kebutaan nasional adalah
0,6% dan penyebab terbanyak kedua adalah glaukoma. Glaukoma diderita oleh
3% dari total populasi penduduk Indonesia. Umumnya penderita glaukoma telah
berusia lanjut. Pada usia diatas 40 tahun, tingkat resiko menderita glaukoma
meningkat sekitar 10%. Hampir separuh penderita glaukoma tidak menyadari
bahwa mereka menderita penyakit tersebut (Depkes RI, 2010).
Glaukoma tidak hanya disebabkan oleh tekanan yang tinggi di dalam mata.
Sembilan puluh persen (90%) penderita dengan tekanan yang tinggi tidak
menderita glaukoma, sedangkan sepertiga dari penderita glaukoma memiliki
tekanan normal (Suhardjo, 2007).
Glaukoma akut didefenisikan sebagai peningkatan tekanan intraorbita secara
mendadak dan sangat tinggi, akibat hambatan mendadak pada anyaman
trabekulum. Glaukoma akut ini merupakan kedaruratan okuler sehingga harus
diwaspadai, karena dapat terjadi bilateral dan dapat menyebabkan kebutaan tetapi
resiko kebutaan dapat dicegah dengan diagnosis dan penatalaksanaan yang tepat
(Ilyas, 2015).
II.TINJAUAN PUSTAKA
anterior, kamera okuli posterior dan ruang badan kaca. Isi bola mata
adalah humor aquous yang terdapat dalam kamera okuli anterior dan
kamera okuli posterior, korpus vitreum atau badan kaca dan lensa
kristalina (Ilyas, 2015).
Gambar 2.1. Anatomi bola mata
2. Humor Aqueous
Aqueous humor adalah suatu cairan jernih yang mengisi kamera
anterior dan posterior mata, diproduksi di korpus siliaris. Volumenya
sekitar 250 uL, dengan kecepatan pembentukan sekitar 1,5-2 uL/menit.
Tekanan osmotik sedikit lebih tinggi dari plasma. Komposisi mirip
plasma, kecuali kandungan konsentrasi askorbat, piruvat dan laktat lebih
tinggi dan protein, urea, dan glukosa lebih rendah. Sistem drainase
aqueous humor terdiri dari dua jalur, yakni jalur trabekular (konvensional)
dan jalur uveoskleral. Jalur drainase terbanyak adalah trabekular yakni
sekitar 90% sedangkan melalui jalur uveoskleral hanya sekitar 10%. Pada
jalur trabekular, aliran aqueous akan melalui kamera posterior, kamera
Gambar 1 : Anatomi Bola mata
anterior, menuju kanal Schlemm dan berakhir pada vena episkleral.
Sedangkan jalur uveoskleral, aqueous akan masuk ke ruang suprakoroidal
dan dialirkan ke vena-vena pada badan siliaris, koroid dan sklera
(Khurana, 2007).
Trabekular meshwork terdiri dari berkas-berkas jaringan kolagen
dan elastik yang dibungkus oleh sel-sel trabekular yang membentuk suatu
saringan dengan ukuran pori-pori semakin mengecil sewaktu mendekati
kanalis Schlemm. Kontraksi otot siliaris melalui insersinya kedalam
jalinan trabekula memperbesar ukuran pori-pori di jalinan tersebut
sehingga kecepatan drainase humor juga meningkat. Aliran aqueous
humor ke dalam kanalis Schlemm bergantung pada pembentukan saluran-
saluran transeluler siklik di lapisan endothel. Saluran eferen dari kanalis
Schlemm (sekitar 30 saluran pengumpul dan 12 vena akueus)
menyalurkan cairan ke dalam sistem vena. Sejumlah kecil Aqueous humor
keluar dari mata antara berkas otot siliaris dan lewat sela-sela sclera (aliran
uveosklera). Resistensi utama terhadap aliran Aqueous humor dari kamera
anterior adalah lapisan endothel saluran Schlemm dan bagian-bagian
jalinan trabekular di dekatnya, bukan dari sistem pengumpul vena. Tetapi
tekanan di jaringan vena episklera menentukan besar minimum tekanan
intraokuler yang dicapai oleh terapi medis (Costa, 2009).
kanalis Schelmm, baji sklera, garis Schwalbe dan jonjot iris (Ilyas, 2015).
Lebar sudut ini berbeda pada setiap orang, dan memiliki peranan yang
besar dalam menentukan patomekanisme glaukoma yang berbeda-beda.
Gambar 2.
Gambar
A. Definisi
Glaukoma adalah neuropati optik yang disebabkan oleh tekanan intraocular
(TIO) yang relatif tinggi, yang ditandai oleh kelainan lapangan pandang yang khas
dan atrofi papil saraf optik. Pada keadaan ini TIO tidak harus selalu absolut tinggi,
tetapi TIO relatif tinggi untuk individu tersebut. Misalnya, untuk populasi normal,
TIO sebesar 18 mmHg masih normal, tetapi pada individu tertentu tekanan
sebesar itu sudah dapat menyebabkan glaukoma yang disebut glaukoma
normotens atau glaucoma tekanan rendah (Suhardjo, 2007).
Glaukoma disebut sebagai ”pencuri penglihatan” sebab pada sebagian besar
kasus glaukoma gejala sering tidak dirasakan penderita. Pada tahap awal,
kerusakan terjadi pada tepi lapang pandang sehingga penderita tidak
menyadarinya, penderita akan terasa terganggu jika kerusakan sudah mengenai
lapangan pandang sentral dan pada saat itu penyakit sudah terlanjur parah. Proses
kerusakan saraf optik berjalan secara perlahan sampai akhirnya terjadi kebutaan
total. Akhirnya, penderita menjadi benar-benar buta. Glaukoma merupakan
juga dapat terjadi. Gejala awal biasanya tidak ada, kelainan diagnose dengan
peningkatan TIO dan sudut ruang anterior normal. Peningkatan tekanan dapat
3. Glaukoma kongenital
a. Primer atau infantil
b. Menyertai kelainan kongenital lainnya
4. Glaukoma absolut
Merupakan stadium akhir glaukoma ( sempit/ terbuka) dimana sudah
terjadi kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi
lanjut. Pada glaukoma absolut kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil
atrofi dengan ekskavasio glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan
rasa sakit.sering mata dengan buta ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh
darah sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskulisasi pada iris,
keadaan ini memberikan rasa sakit sekali akibat timbulnya glaukoma
hemoragik.
D. Patofisiologi
Tingginya tekanan intraokuler tergantung pada besarnya produksi aquoeus
humor oleh badan siliar dan pengaliran keluarnya. Besarnya aliran keluar aquoeus
humor melalui sudut bilik mata depan juga tergantung pada keadaan sudut bilik
mata depan, keadaan jalinan trabekulum, keadaan kanal Schlemm dan keadaan
tekanan vena episklera. Tekanan intraokuler dianggap normal bila kurang
bagian tengah sehingga terjadi cekungan pada papil saraf optik. (Vaughan, 2012)
berdilatasi sedang, disertai sumbatan pupil. Hal ini biasanya terjadi pada malam
hari, saat tingkat pencahayaan berkurang. Dapat juga disebabkan oleh obat-obatan
(Souza, 2010).
h. Test Provokasi
Tes provokasi untuk glaukoma sudut tertutup, antara lain:
a. Tes kamar gelap
b. Tes membaca
c. Tes midriasis
d. Tes bersujud
Perbedaan tekanan 8 mmHg antara sebelum test dan sesudah test dianggap
menderita glaukoma dan harus mulai diberi terapi. Pada pemeriksaan glaukoma
sudut tertutup didapatkan palpebra spasme, konjungtiva bulbi hiperemis, kornea
keruh dan edema, COA dangkal pada pemeriksaan gonioskopi, pupil melebar
(midriasis), refleks cahaya (-), lensa keruh (katarak fleckten). TIO meningkat
lebih dari 21mmHg, serta kehilangan lapang pandang yang dimulai dari perifer ke
sentral, sehingga penderita tersebut seolah olah melihat melalui teropong (tunnel
vision) (Ilyas, 2010).
B. Penatalaksanaan
Prinsip dari penatalaksanaan pada glaukoma sudut tertutup stadium
akut adalah:
a. Menurunkan TIO segera
b. Membuka sudut oculi yang tertutup.
c. Memberi terapi suportif
d. Mencegah sudut mata tertutup berulang.
e. Melindungi mata sebelahnya dari kemungkinan terkena
serangan akut.
1. Medikamentosa
a. Menurunkan Produksi Humor Akuos
1) Beta blocker
a) Timolol Maleat
Obat ini tergolong dalam penyekat reseptor β-2 yang menurunkan TIO
dengan cara mengurangi produksi cairan akuos oleh badan siliaris. Timolol
merupakan penyekat β-2 yang tidak selektif, bekerja juga pada resepor di jantung
sehingga memperlambat denyut jantung dan menurunkan tekanan darah serta
menyebabkan bronkokonstriksi. Efek samping pada mata dapat berupa
conjungtivitis, blefaritis, keratititism sensitifitas kornea yang menurun, gangguan
penglihatan, keratopati pungtata superfisial, gejala sindroma mata kering,
diplopia, dan ptosis. Obat ini tidak boleh diberikan jika diketahui ada alergi atau
Timolol tersedia dalam konsentrasi 0.1% (bentuk gel) diberikan sekali sehari dan
penderita asma. Obat yang tersedia dalam benuk betaxolol hidroklorid tetes mata
dengan konsenrasi 0.25% dan 0.5% yang diberikan satu tetes, dua kali sehari.
pasien dengan glaukoma sudut tertutup dan terbuka. Dapat ditambahkan juga pada
pasien yang tidak respon pada timolol maleat. Dosis yang tersedia adalah
Dorzolamide Hydrocloride 2% dalam bentuk tetes mata yang diberikan sampai 3
kali sehari. Sediaan kombinasi dengan timolol maleat 0.5% dan bentuk tetes mata
dan diberikan dua kali sehari. Efek sampingnya antara lain gangguan pada indra
pengecap, rasa terbakar dan gatal pada mata, hiperemis kongjungtiva, mata kabur,
keratitis pungtata superficial, rasa melayang, pusing, insomnia, perubahan tingkah
laku, vertigo, nyeri abdomen, nausea, alopesia, nyeri dada, diare dan infeksi
saluran kemih.
b) Brinzolamid
Obat ini juga tergolong dalam penghambat anhidrase karbonat yang bersifat
sama dengan dorsolamide, tetapi efek samping baik yang local maupun sistemik
yang timbul lebih ringan dibandingkan dengan dorsolamid. Dosis yang tersedia
adalah brinzolamid 1% tetes mata yang diberikan tiga kali sehari, dan obat ini
tidak dapat diberikan bila pasien ternyata hipersensitif terhadap brinzolamid atau
zat pembawanya.
c) Acetazolamide
Cara kerja obat ini menurunkan produksi cairan aquous. Digunakan sebagai
monoterapi atau terapi tambahan pada pasien glaukoma sudut terbuka primer,
glaukoma sekunder, glaukoma sudut tertutup akut atau sebagai pre-medikasi
operasi intraokular. Obat tidak dapat diberikan kepada pasien yang hipersensitif
dan kadar kalium dan natrium serum yang rendah, kelainan ginjal dan hati, juga
pada ganguan pada sistem pernapasan yang berat. Dosis yang tersedia; 125mg,
250mg dalam bentuk tablet, 500mg dalam bentuk kapsul dan diberikan setiap 6
jam pada orang dewasa, pada anak diberikan 10-15mg per KgBB/hari dengan
dosis terbahagi 3-4 kali sehari juga dapat diberikan secara IV. Efek samping
antaranya; malaise, lelah yang berlebihan, depresi, anoreksia, mual dan muntah,
sering kencing, asidosis metabolik, kesemutan pada ujung extremitas, diskrasia
darah, turunnya berat badan serta penurunan libido pada pasien pria muda dan
reaksi hipersensitivitas.
3) Agonis Adrenergik
a) Brimonidin
Obat ini menurunkan TIO dengan jalan mengurangi produksi humor akuos
dan menaikkan outflow uveusklera, sediaan yang tersedia adalah brimonidine
0,2% diberikan 2 kali setetes sehari. Obat ini kadang-kadang memberikan efek
samping mulut kering, hiperemi konjungtiva dan rasa panas dimata, sering
digunakan sebagai pencegah kenaikan TIO setelah tindakan laser trabekuloplasty,
obat ini dapat diberikan bersama timolol atau sebagai pengganti timolol, efek
samping terhadap system kardiopulmonar lebih kecil dibandingkan penghambat
beta sehingga dapat diberikan kepada pasien dengan kelainan paru atau kelainan
jantung.
b. Menambah Pembuangan Humor Akuos
d. Pilokarpin
Pilokarpin merupakan obat golongan kolinergik yang menurunkan TIO
dengan cara menaikkan kemampuan aliran keluar cairan akuos melalui
trabekulum meshwork. Obat ini merangsang saraf parasimpatik sehingga
menyebabkan kontraksi m.longitudinalis ciliaris yang menarik taji sklera. Hal ini
itu, agen ini juga menyebabkan kontraksi m.sfingter pupil sehingga terjadi miosis.
Efek miosis ini akan meyebabkan terbukanya sudut iridokornea pada glaukoma
sudut tertutup. Pilokarpin tidak boleh diberikan pada glaukoma yang disebabkan
oleh uveitis, glaukoma maligna dan kasus alergi terhadap obat terebut. Efek
samping penggunaan obat ini adalah keratitis superfisialis pungtata, spasme otot
siliaris yang menyebabkan rasa sakit pada daerah alis, miopisasi, ablasio retina,
katarak, toksik terhadap endotel kornea. Pilokarpin tersedia dalam bentuk
dengan diteteskan 1-2 tetes, 3-4 kali sehari. Durasi obat ini selama 4-6 jam.
e. Prostaglandin
Obat ini merupakan obat yang paling baru dengan titik tangkap pada aliran
uveasklera dengan menyebabkan relaksasi otot siliaris dan melebarkan celah antar
fibril otot sehingga aliran keluar humor akuos melalui jalur ini lebih banyak yang
berakibat TIO turun, obat ini sekarang merupakan terapi first line karena tidak
mempunyai efek samping sistemik dan mempunyai efektivitas tinggi dalam
menurunkan TIO, hanya masalah harga masih cukup tinggi. Pemakaian obat ini
cukup satu kali tetes per hari, efek samping terhadap mata yang sering adalah
hiperemi konjungtiva, pemanjangan bulu mata, pigmentasi iris dan warna kulit
kelopak menjadi lebih gelap, obat yang termasuk golongan ini adalah :
Latanaprost 0,005%. Travaprost 0,004%, Bimatoprost 0,03% dan Unoprostone
isopropyl 0,15%.
c. Mengurangi Volume Vitreus : Zat Hiperosmotik
1) Gliserol
Merupakan obat hiperosmotik yang dapat menurunkan TIO dengan cepat
dnegan cara mengurangi volume vitreous, penting untuk tekanan akut karena
tekanan tinggi sehingga TIO harus segera diturunkan. Obat ini akan membuat
tekanan osmotik darah menjadi tinggi sehingga air di viterous diserap ke darah.
Obat tidak boleh diberikan kepada penderita DM dan kelainan fungsi ginjal. Dosis
yang tersedia cairan gliserol 50% dan 75% yang diberikan dengan dosis standard
2-3ml/KgBB atau peroral 3-4 kali per hari. Sabagai medikasi pre-operasi
operasi. Obat mulai bekerja setelah 10 menit dan mencapai efek maksimal setelah
30menit dan akan bekerja selama 5 jam. Efek samping: peningkatan tekanan
darah sistemik yang berat, dehidrasi, mual muntah, diuresi, retensi urin, rasa
bingung, pusing, demam, diare, CHF,asidosis dan edema paru.
2) Manitol
Golongan hiperosmotik yang dapat diberikan IV. Cara kerja sama seperti
zat hiperosmotik yang lain. Dosis; 1-2g/KgBB atau 5ml/KgBB IV dalam masa 1
yang terbentuk diberikan 5 fluoruracil atau mitomisin. Dapat dibuat lubang filtrasi
yang besar sehingga tekanan bola mata sangat menurun. Pembedahan ini
memakan waktu tidak lebih dari 30 menit, setelah pembedahan perlu diamati pada
4-6 minggu pertama untuk melihat keadaan tekanan mata setelah pembedahan.
antara iris bagian tepi dan jaringan trabekulum. Akibatnya adalah bahwa
hebat, papil saraf optic mengalami pukulan yang berat hingga menjadi atrofi.
Kalau glaukomanya tidak diobati dan berlangsung terus, dapat terjadi ekskavasi
dan atrofi. Glaukoma absolute adalah istilah untuk suatu glaucoma yang sudah
terbengkalai sampai buta total. Bola mata nyeri karena TIO tinggi dan kornea
glaukoma dapat mengakibatkan kebutaan total. Apabila obat tetes anti glaukoma
dapat mengontrol tekanan intraokular pada mata yang belum mengalami
kerusakan glaukomatosa luas, prognosis akan baik. Apabila proses penyakit
terdeteksi dini sebagian besar pasien glaukoma dapat ditangani dengan baik
(Suhardjo, 2007).
KESIMPULAN
permanen.
5. Prinsip dari pengobatan glaukoma akut yaitu untuk mengurangi produksi
humor akueus dan meningkatkan sekresi dari humor akueus sehingga
dapat menurunkan tekananintra okuler sesegera mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
Barbara C, Marsh, Louis B, Cantor. 2014. The speath Gonioscopic Grading
J.S., 2007. Trabecular Meshwork. In: Tanaka, S., ed. Fundamentals and
Ophthalmology, 54-59.
Disease. In: Schacknow, P.N., Samples, J.R., ed. The Glaucoma Book.
Ilyas S., Mailangkay HB., Taim H., Saman RR, Simarmata, Widodo
Ophthalmology. Ed. 4. New Delhi. New Age International (P) Ltd. Hal
91-96
Kwon, Y.H., Fingert, J.H., Kuehn, M.H., Alward, W.L.M., 2009.
360: 1113-1124.
Oftalmologi Umum Vaughan & Asbury. Ed. 17. Jakarta: EGC, 212-224.
119.82.96.198:8080/jspui/bitstream/123456789/5827/1/D’Souza%20Shar
Vaughan DG, Eva RP, Asbury T. 2012. Oftalmologi Umum. Edisi 17.