KEPERAWATAN JIWA II
“HALUSINASI”
KELAS 3D
NAMA ANGGOTA:
Puji syukur kami panjatkan kehadirat allah SWT karna berkat limpahan dan rahmat
karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Tema ini adalah
tentang halusinasi.
Terima kasih senantiasa kami ucapkan kepada guru pembimbing yang telah
memberikan bimbingan selama ini, terima kasih pula kami sampaikan kepada pihak-pihak
terkait yang telah membantu kami mengerjakan makalah ini .
Sebagai manusia biasa tentunya dalam makalah ini masih banyak kekurangannya.
Untuk itu kami mohon kepada dosen pembimbing pada khususnya dan kepada para pembaca
pada umumnya untuk dapat meluruskan dan memperbaiki kekurangan-kekurangan dalam
laporan ini. Mudah-mudahan karya ini bermanfaat bagi pembaca umumnya dan kelompok
kami khususnya.
i
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar ............................................................................................................... ii
Daftar Isi ......................................................................................................................... iii
BAB 1 LAPORAN PENDAHULUAN
1.1. Definisi ...................................................................................................................... 1
1.2. Proses Terjadinya Masalah
a. Etiologi ................................................................................................................ 1
b. Rentang Respon .................................................................................................. 2
c. Pathway ............................................................................................................... 4
1.3 Tanda dan Gejala ........................................................................................................ 4
1.4 Proses Keperawatan
a. Pengkajian ........................................................................................................... 5
b. Diagnosa Keperawatan ........................................................................................ 5
c. NCP ..................................................................................................................... 10
Daftar Pustaka ................................................................................................................ 13
BAB 2 TINJAUAN KASUS
2.1. Trigger Case .............................................................................................................. 14
2.2. Proses Keperawatan .................................................................................................. 15
BAB 3 STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN .................... 43
BAB 4 TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK .............................................................. 59
BAB 5 PENUTUP ........................................................................................................... 83
ii
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
1.1 Definisi
Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata,
artinya klien menginterpretasikan sesuatu yang nyata tanpa stimulus/rangsangan dari luar.
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami
perubahan sensori persepsi: merasakan sensori palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan atau penghiduan.
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan
internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau
pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh
klien mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang berbicara.
1
Menurut Stuart (2007) yang dikutip oleh Jallo (2008), faktor presipitasi terjadinya
gangguan halusinasi adalah :
8. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang
diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
9. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan
untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
10. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.
B. Rentang Respon
Respon adaptif ResponPsikososial Respon maladaptive
Keterangan Gambar:
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma sosial budayayang
berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika menghadapi suatu
masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut.
Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan.
Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyatan.
Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul
dari pengalaman ahli
Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas
kewajaran.
Respon psikososial meliputi:
a. Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan gangguan.
2
b. Ilusi adalah miss interpretasi atau penilaian yang salah tentang
penerapanyang benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan panca
indera.
c. Emosi berlebihan atau berkurang.
d. Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas
kewajaran.
e. Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang
lain.
Respon maladaptif
Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah yang
menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan lingkungan, adapun
responmaladaptif meliputi:
1. Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh
dipertahankanwalaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan
dengan kenyataansosial.
2. Halusinasi merupakan definisian persepsi sensori yang salah atau persepsi
eksternalyang tidak realita atau tidak ada.
3. Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati.
4. Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu yang tidak teratur.
5. Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan
diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu kecelakaan
yang negatif mengancam.
C. Pathway
Fase condemming
Fase controlling
Fase conquering
Halusinasi
1.3 Tanda dan Gejala
No. Jenis Data Objektif Data Subjektif
Halusinasi
1 Halusinasi a. Bicara atau ketawa e. Mendengar suara atau
3
Pendengaran sendiri kegaduhan
b. Marah-marah tanpa f. Mendengar suara yang
sebab mengajak bercakap-cakap
c. Mengarahkan telinga g. Mendengar suara yang
kearah tertentu menyuruh melakukan
d. Menutup telinga sesuatu yang berbahaya
2 Halusinasi Menunjuk-nunjuk Melihat bayangan, sinar bentuk
Penglihatan kearah tertentu geometris, bentuk kartoon,
Ketakutan kepada melihat hantu atau monster
sesuatu yang tidak
jelas
3 Halusinasi Menghidu seperti Membaui bau-bauan seperti
Penghidu sedang membaui bau- bau darah, urine, feses, kadang-
bauan tertentu kadang bau itu menyenangkan
Menutup hidung
4 Halusinasi Sering meludah Merasakan rasa seperti darah,
Pengecap Muntah urine atau feses
5 Halusinasi Menggaruk-garuk Merasakan ada serangan di
Perabaan permukaan kulit permukaan kulit, merasa
tersengat listrik
4
-Depresionalisasi: isi pikiran yang berupa perasaan yang aneh/asing terhadap
dirinya sendiri, orang lain/lingkungan sekitarnya.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian atau kesimpulan dari pengkajian (Carpenito,
1983). Penilaian klinis tentang respon aktual atau potensial dari individu, keluarga
atau masyarakat terhadap masalah kesehatan/proses kehidupannya.
Menurut NANDA (American Nursing Diagnosis Assosiation melalui konferensi ke-
10) diagnosa keperawatan ada 3 tipe yaitu:
1.Aktual
Dengan label : Perubahan, Intoleransi, Gangguan, Kerusakan
Tanpa label : Ketidakpatuhan, Ansietas
2.Risiko
Sejahtera
Beberapa langkah dalam merumuskan Diagnosa Keperawatan sebagai berikut :
d. Buatlah pohon masalah dengan cara sebagai berikut:
1 Tentukan prioritas/inti masalah, selanjutnya prioritas masalah dijadikan
masalah utama (Care Problem).
2 Tentukan akibat/dampak dari masalah utama (efek).
3 Tentukan penyebab (causa) dari masalah utama.
4 Tentukan penyebab masalah utama dari penyebab lain.
5 Tentukan cabang dan ranting sebagai masalah/penyebab lain.
e. Buatlah diagnosa keperawatan sesuai/dari pohon masalah dengan cara sebagai
berikut:
f. Buatlah daftar diagnosa keperawatan secara berurutan sesuai dengan prioritas dari
apa yang telah dikaji dan berdasarkan pohon masalah/diagnosa keperawatan yang
telah dibuat.
Pohon Masalah
Resiko tinggi Perilaku Kekerasan Effect
Core problem
Isolasi Sosial Causa
Perubahan persepsi sensori
Harga diri : Halusinasi
rendah
C. NCP
Nama : No.CM :
Jenis Kelamin : Dx. Medis :
Ruang : Unit Keswa :
5
Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil
keperawatan
1 Perubahan Tujuan Setelah 2x
persepsi Umum pertemuan klien
sensori : (TUM): dapat menerima
halusinasi Klien dapat kehadiran perawat
dengar mengontrol
halusinasi
yang
dialaminya
TUK 1: 1. Klien 1. Bina hubungan saling percaya
Klien dapat menunjukan dengan menggunakan prinsip
membina tanda-tanda komunikasi terapeutik:
- Sapa klien dengan ramah baik
hubungan percaya kepada
verbal maupun non verbal
saling perawat:
- Perkenalkan nama, nama
- Ekspresi wajah
percaya
panggilan dan tujuan perawat
bersahabat
- Menunjukan berkenalan
- Tanyakan nama lengkap dan nama
rasa senang
- Ada kontak panggilan yang disukai klien
- Buat kontrak yang jelas
mata
- Tunjukan sikap jujur dan menepati
- Mau berjabat
janji setiap kali interaksi
tangan
- Tunjukan sikap empati dan
- Mau
menerima apa adanya
menyebutkan
- Beri perhatian kepada klien dan
nama
- Mau menjawab perhatikan kebutuhan dasar klien
- Tanyakan perasaan klien dan
salam
- Mau duduk masalah yang dihadapi klien
- Dengarkan dengan penuh
berdampingan
perhatian ekspresi perasaan klien
dengan perawat
- Bersedia
mengungkapka
n masalah yang
dihadapi
6
Klien dapat menyebutkan: secara bertahap
- Isi
mengenal 2.2 Observasi tingkah laku klien
- Waktu
halusinasin - Frekuensi terkait dengan halusinasinya
ya - Situasi dan (dengar/lihat/penghidup/ raba/kecap)
kondisi yang Jika menemukan klien yang sedang
menimbulkan halusinasi:
halusinasi - Tanyakan apakah klien mengalami
sesuatu (halusinasi
dengar/lihat/penghidup/raba/kecap
)
- Jika klien menjawab ya, tanyakan
apa yang sedang dialaminya
- Katakan bahwa perawat percaya
klien mengalami hal tersebut,
namun perawat sendiri tidak
mengalaminya (dengan nada
bersahabat tanpa menuduh atau
menghakimi)
- Katakan bahwa ada klien lain yang
mengalaminya hal yang sama.
- Katakan bahwa perawat akan
membantu klien jika klien tidak
sedang berhalusinasi
2.3 klarifikasi tentang adanya
pengalaman halusinasi, diskusikan
denga klien:
- Isi, waktu dan frekuensi terjadinya
halusinasi (pagi, siang, sore,
malam atau sering dan kadang-
kadang)
- Situasi dan kondisi yang
menimbulkan atau tidak
menimbulkan halusinasi
3. Klien mampu 2.3 Diskusikan dengan klien apa yang
menyatakan dirasakn jika terjadi halusinasi dan
perasaan dan beri kesempatan untuk
7
responnya saat mengungkapkan perasaannya.
mengalami 2.4 Diskusikan dengan klien apa yang
halusinasi: dilakukan untuk mengatasi perasaan
- Marah tersebut.
- Takut 2.5 Diskusikan tentang dampak yang
- Sedih
- Senang akan dialaminya bila klien menikmati
- Cemas halusinasinya.
- Jengkel
8
mengikuti terapi 3.4 Bantu klien untuk memilih cara
aktivitas kelompok yang telah dianjurkan dan latih untuk
mencobanya.
3.5 Beri kesempatan untuk melakukan
cara yang dipilih dan dilatih.
3.6 Pantau pelaksanaan yang telah
dipilih dan dilatih, jika berhasil beri
pujian
3.7 Anjurkan klien mengikuti terapi
aktivitas kelompok, orientasi realita,
stimulasi persepsi.
9
tidak dapat diatasi dirumah
TUK 5 : 5.1 Klien mampu 5.1 Diskusikan dengan klien tentang
Klien dapat menyebutkan: manfaat dan kerugian tidak minum
memanfaat - Manfaat minum obat, nama, warna, dosis, cara, efek
kan obat- obat terapi dan efek samping penggunaan
obatan - Kerugian tidak obat
dengan minum obat 5.2 Pantau klien saat penggunaan obat
- Nama, warna,
baik 5.3 Beri pujian jika klien
dosis, efek
menggunakan obat dengan benar
samping obat
5.4 Diskusikan akibat berhenti minum
5.2 Klien mampu
obat tanpa konsultasi dengan dokter
mendemonstrasikan
5.5 Anjurkan klien untuk konsultasi
penggunaan obat
kepada dokter/perawat jika terjadi hal-
dengan benar
hal yang tidak diinginkan.
5.3 Klien mampu
menyebutkan
akibat berhenti
minum obat tanpa
konsultasi dokter
10
DAFTAR PUSTAKA
Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Nuha Medika
Ma’rifatul Azizah, Lilik.2011. KEPERAWATAN JIWA (Aplikasi Praktik Klinik).
Yogyakarta : Graha Ilmu
BAB 2
11
TINJAUAN KASUS
Trigger Case
Bapak H, umur 52 th, duda, mempunyai anak satu orang laki-laki (22 th). Klien sudah
8 tahun bercerai. Pendidikan SMA tamat. Saat ini klien tidak bekerja. Klien tinggal di rumah
hanya dengan pembantu dan anaknya. Orang yang terdekat dengan klien adalah orang tua
(ibu), tapi ibu klien telah meninggal 3 tahun yg lalu.
Menurut keterangan anaknya, ayah dan ibunya bercerai karena bertengkar soal faktor
ekonomi yang pada saat itu ayah bekerja sebagai pedagang ikan di pasar, ibunya sering
memarahi ayah dan ketika marah ibunya sering membanting piring dihadapan ayahnya
sambil mengeluarkan kata-kata kasar dan menyatakan bahwa ingin menikah lagi dengan laki-
laki yang lebih kaya.
Saat dikamar klien terlihat mondar-mandir sambil seperti mengarahkan telinga ke
arah tempat tertentu, sering berbicara sendiri dengan nada memelas, terkadang juga berteriak
sambil marah-marah tanpa sebab bahkan sampai menangis.
Klien juga mengatakan bahwa ia sering mendengar suara-suara yang ingin membunuh
dirinya. Suara-suara itu sangat menjengkelkan sehingga klien kesal dan ingin memukul-
mukul, melempar barang-barang agar suara tersebut hilang.
Klien dirawat di RSJ untuk ke-2 kalinya dengan alasan mengamuk, merusak
lingkungan. Klien mengatakan bahwa dirinya tidak mampu menjadi kepala keluarga yang
baik, dan tidak bisa menghasilkan banyak uang sehingga diceraikan istrinya.
Dari observasi didapat data: rambut tidak disisir, gigi kuning, baju tidak rapi, selama
di RS, klien selalu menyendiri duduk di pojok atau tiduran di tempat tidur, kadang-kadang
klien berjalan mondar-mandir. Klien sering berbicara sendiri.
I. PROSES KEPERAWATAN
12
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Nama : Tn. H
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 41 th
Nomor RM : 1122
2. Alasan Masuk (Faktor Precipitasi)
Klien kehilangan orang terdekat.
3. Faktor Predisposisi
a. Klien tidak pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu.
b. Pengobatan sebelumnya tidak berhasil
Jenis Trauma Usia Pelaku Korban Saksi
Aniaya Fisik Tahun
Aniaya Seksual Tahun
Penolakan 46
Tahun
Kekerasan 46
Tahun
dalam keluarga
Tindakan Tahun
Kriminal
Lain-lain Tahun
Penjelasan
1) Mantan istri klien menyatakan bahwa ingin menikah lagi dengan laki-
laki yang lebih kaya.
2) Mantan istri klien sering memarahi klien dan ketika marah mantan
istrinya sering membanting piring dihadapan klien sambil
mengeluarkan kata-kata kasar.
Masalah Keperawatan: Berduka disfungsional.
c. Tidak ada anggota keluarga yang pernah mengalami gangguan jiwa
d. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan?
1) Klien diceraikan istri.
2) Klien ditinggal ibu.
Masalah keperawatan: Berduka disfungsional.
4. Pemeriksaan Fisik
1) Tanda Vital:
TD : 140/90 mmHg S : 36
N : 90 x/mnt RR : 18 x/mnt
2) Ukuran:
BB : 55 kg
TB : 168 cm
3) Keluhan Fisik: Tidak ada
5. Psikososial
a. Genogram
`
13
Keterangan
: Laki-Laki : Meninggal
: Perempuan : Meninggal
: Cerai
1) Pola asuh : single parents
2) Pola komunikasi : bahasa komunikasi yang digunakan dalam keluarga
dan dengan masyarakat adalah bahasa indonesia.
3) Pengambilan keputusan : selama ayah sakit, pengambilan keputusan
sepenuhnya oleh anak Tn. H (22 tahun).
4) Tn. H tinggal dengan anak laki-lakinya (22 tahun) dan seorang
pembantu.
b. Konsep Diri
1) Identitas diri : Klien mengatakan tidak bekerja
2) Peran : Klien mengatakan tidak bisa menjadi suami dan kepala
keluarga yang baik
3) Ideal diri : Klien mengatakan tidak ingin diceraikan istrinya
4) Harga diri : Klien malu karena tidak mampu mencukupi kebutuhan
istrinya sehingga dicerai
Masalah Keperawatan: Harga diri rendah kronik.
c. Hubungan Sosial
1) Orang yang berarti : Ibu
2) Peran serta kegiatan kelompok/masyarakat: Klien tidak pernah
mengikuti kegiatan kelompok (social) dilingkungan
3) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: Klien merasa malu
karena tidak mampu mencukupi kebutuhan istrinya sehingga dicerai
Masalah keperawatan: Isolasi sosial
d. Spiritual:
1) Nilai dan keyakinan: Klien mengatakan beraga islam
2) Kegiatan Ibadah: Klien tidak menjalankan ibadah
6. Status Mental
a. Penampilan
Tidak rapi
Jelaskan: rambut tidak disisir, gigi kuning, baju tidak rapi, mandi 2x sehari
14
Masalah Keperawatan: Defisit perawatan diri
b. Pembicaraan
Cepat dan keras
Jelaskan: Klien terlihat tegang, wajah memerah saat menceritakan
masalahnya dengan mantan istrinya, dan wajahnya berubah cemas saat
menceritakan alm. Ibu.
c. Aktivitas Motorik
Tegang dan gelisah
Jelaskan: Klien mengatakan mendengar suara-suara yang ingin membunuh
dirinya.
d. Afek dan Emosi
1) Afek: Labil
Jelaskan: Klien mengatakan jika suara-suara muncul maka dirinya
marah dan akan memukul dan membanting benda disekitar untuk
menghilangkan suara tersebut.
Masalah keperawatan: Resiko tinggi cidera
2) Alam Perasaan (emosi): Sedih dan putus asa
Masalah Keperawatan: Isolasi Sosial
e. Interaksi Selama Wawancara
Mudah tersinggung
Jelaskan: Menurut keluarga, klien mudah marah dan merusak lingkungan
Masalah Keperawatan: Resiko tinggi kekerasan
f. Persepsi-Sensori
Jelaskan sensori dan persepsi yang ditampilkan/dinyatakan oleh klien.
Jelaskan mengenai isi, waktu terjadinya, dan frekuensi halusinasi yang
terjadi dalam satu hari serta perasaan saat terjadi halusinasi.
Masalah Keperawatan: Perubahan Persepsi Sensori Pendengaran
g. Proses Pikir
1) Proses Pikir: Pengulangan pembicaraan
Jelaskan: Klien sering mengatakan ada suara yang ingin membunuhnya
2) Isi Pikir: Pesismisme
Jelaskan: Klien berpandangan bahwa masa depannya suram karena
penikahannya gagal.
h. Tingkat Kesadaran
Waktu: Klien kurang dapat mengenali waktu, seperti kapan saja waktu
untuk mandi
Tempat: Klien mengetahui bahwa saat ini sedang dirawat dirumah sakit
Orang: Klien hanya mengenali orang yang dekat dan sering
mendatanginya (keluarga dan perawat)
i. Memori
Klien maengingat kejadian yang telah lalu, seperti kejadian perceraian 8
tahun yang lalu.
j. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
15
Klien mampu berhitung dan mampu menjawab pertanyaan soal
penambahan dan penguruangan.
7. Analisa Data
DATA PROBLEM
DS: Harga diri rendah kronis
Klien mengatakan bahwa dirinya tidak mampu menjadi
kepala keluarga yang baik, dan tidak berdaya untuk
melakukan apapun.
DO:
Klien suka menyendiri dan berjalan mondar-mandir
DS: Intoleransi aktivitas
Klien mengatakan tidak berdaya untuk melakukan
apapun
DO:
Klien hanya berbaring di tempat tidur
DS: Defisit perawatan diri
Keluarga klien mengatakan bahwa klien tidak mampu
merawat diri
DO:
Rambut tidak disisir dan kotor, baju tidak rapi, gigi
kuning
DS: Perubahan sensori-
Klien mengatakan bahwa ia sering mendengar suara-suara perseptual: halusinasi
yang ingin membunuh dirinya pendengaran
DO:
Klien sering berbicara sendiri
DS: Kekerasan, risiko tinggi
Klien dirawat di rumah sakit jiwa untuk ke-2 kalinya
dengan alasan amuk dan merusak lingkungan.
DO:
Klien sering mengamuk, memukul-mukul, melempar
barang-barang
DS: Interaksi sosial, kerusakan:
Klien mengatakan bahwa dirinya tidak mampu menjadi menarik diri
kepala keluarga yang baik, dan tidak berdaya untuk
melakukan apapun.
DO:
Selama di rumah sakit, klien selalu menyendiri duduk di
pojok atau tiduran di tempat tidur
16
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pohon Masalah
Akibat
Resiko tinggi
kekerasan
17
dengan perawat. 1.1.2 Berikan kesempatan
Klien mau
klien mengungkapkan
mengutrakan perasaannya.
masalah yang 1.1.3 Dengarkan ungkapan
dihadapi. klien dengan empati.
18
2.1.6 diskusikan dengan
klien:
Situsi yang
menimbulkan atau
tidak menimbulkan
halusinasi.
Waktu, frekuensi
terjadinya
halusinasi(pagi,
siang, sore dam
malam atau jika
sendiri, jengkel atau
sedih).
2.1.7 diskusikan dengan
klien apa yang
dirasakan jika terjadi
halusinasi (marah/
takut, sedih, senang)
beri kesempatan
mengungkapkan
perasaan.
. 4. Klien dapat 4.1 Klien dapat memilih 4.1.1 anjurkan klien untuk
memberi tahu
dukungandari cara mengatasi
keluarga jika
keluarga dalam halusinasi. mengalami
4.2 Klien melaksanakan halusinasinya.
mengontrol
4.2.1 diskusikan dengan
cara yang telah
halusinasinya. keluarga (pada saat
dipilih memutus keluarga berkunjung
atau kunjungan
halusinasinya.
rumah).
4.3 Kien dapat
Gejala halusinasi
mengikuti terapi
yang dialami klien.
aktivitas kelompok. Cara yang dapat
dilakukan klien dan
20
keluarga untuk
memutus hausinasi.
Cara merawat
anggota keluarga
yang mengalami
halusinasi dirumah:
beri kegiatan,
jangan biarkan
sendiri, makan
bersama.
Beri informasi
waktu follow up
atau kapan perlu
mendapat bantuan
halusinasi tidak
terkontrol dan
risiko menciderai
orang lain.
4.3.1 diskusikan dengan
keluarga dan klien
tentang jenis, dosis,
frekuensi dan
manfaat obat.
4.3.2 Pastikan klien minum
obat sesuai dengan
progtam dokter.
21
halusinasi. menggunakan obat
5.3 Klien dan keluarga
dengan prinsip 5
dapat menyebutkan
benar.
manfaat, dosis dan
efek samping obat
secara teratur.
5.4 Klien dapat
informasi tentang
manfaat dan efek
samping obat.
5.5 Klien dapat
memahami akibat
berhenti minum obat
tanpa konsultasi.
5.6 Klien dapat
menyebutkan
prinsip 5 benar
penggunaan obat.
22
C. NCP
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI PENDENGARAN
27
menepati janji setiap kali
interaksi
- Tunjukan sikap empati dan
menerima apa adanya
- Beri perhatian kepada klien
dan perhatikan kebutuhan
dasar klien
- Tanyakan perasaan klien dan
masalah yang dihadapi klien
- Dengarkan dengan penuh
perhatian ekspresi perasaan
klien
28
(halusinasi
dengar/lihat/penghidup/raba/
kecap)
- Jika klien menjawab ya,
tanyakan apa yang sedang
dialaminya
- Katakan bahwa perawat
percaya klien mengalami hal
tersebut, namun perawat
sendiri tidak mengalaminya
(dengan nada bersahabat
tanpa menuduh atau
menghakimi)
- Katakan bahwa ada klien
lain yang mengalaminya hal
yang sama.
- Katakan bahwa perawat akan
membantu klien jika klien
tidak sedang berhalusinasi
2.4 klarifikasi tentang adanya
pengalaman halusinasi,
diskusikan denga klien:
- Isi, waktu dan frekuensi
29
terjadinya halusinasi (pagi,
siang, sore, malam atau
sering dan kadang-kadang)
- Situasi dan kondisi yang
menimbulkan atau tidak
menimbulkan halusinasi
3. Klien mampu menyatakan 2.3 Diskusikan dengan klien apa
perasaan dan responnya saat yang dirasakn jika terjadi
mengalami halusinasi: halusinasi dan beri kesempatan
- Marah untuk mengungkapkan
- Takut perasaannya.
- Sedih
- Senang 2.4 Diskusikan dengan klien apa
- Cemas yang dilakukan untuk mengatasi
- Jengkel
perasaan tersebut.
2.5 Diskusikan tentang dampak
yang akan dialaminya bila klien
menikmati halusinasinya.
TUK 3 : 3.1 Klien mampu menyebutkan 3.1 identifikasi bersama klien
Klien dapat mengontrol tindakan yang biasanya dilakukan cara atau tindakan yang
halusinasinya untuk mengendalikan dilakukan jika terjadi halusinasi
halusinasinya (tidur, marah, menyibukan diri
3.2 klien dapat menyebutkan cara dll)
30
baru mengontrol halusinasinya. 3.2 Diskusikan cara yang
3.3 Klien dapat mampu memilih digunakan klien
dan memperagakan cara - Jika cara yang digunakan
mengatasi halusinasi adaptif berikan pujian
(dengar/lihat/penghidup/raba/keca - Jika cara yang digunakan
p) maladaptif diskusikan
cara yang telah dipilih untuk 3.3 diskusikan cara baru untuk
31
jadwal kegiatan sehari hari
yang telah disusun.
- Meminta
keluarga/teman/perawat
menyapa jika sedang
berhalusinasi.
3.4 Bantu klien untuk memilih
cara yang telah dianjurkan dan
latih untuk mencobanya.
3.5 Beri kesempatan untuk
melakukan cara yang dipilih dan
dilatih.
3.6 Pantau pelaksanaan yang
telah dipilih dan dilatih, jika
berhasil beri pujian
3.7 Anjurkan klien mengikuti
terapi aktivitas kelompok,
orientasi realita, stimulasi
persepsi.
32
keluarga untuk mengontrol dengan perawat (waktu, tempat dan topik)
halusinasinya 4.2 Keluarga mampu 4.2 Diskusikan dengan keluarga
menyebutkan pengertian, tanda (pada saat pertemuan
dan gejala, proses terjadinya keluarga/kunjunga rumah)
halusinasi dan tindakan untuk - Pengertian halusinasi
mengendalikan halusinasi - Tanda dan gejala halusinasi
- Proses terjadinya halusinasi
- Cara yang dapat dilakukan
klien dan keluarga untuk
memutuskan halusinasi
- Obat-obatan halusinasi
- Cara merawat anggota
keluarga yang halusinasi
dirumah (beri kegiatan,
jangan biarkan sendiri,
makan bersama, bepergian
bersama, memantau obat-
obatan dan cara
pemberiannya untuk
mengatasi halusinasi)
- Beri informasi waktu kontrol
kerumah sakit dan
bagaimana cara mencari
33
bantuan jika halusinasi tidak
dapat diatasi dirumah
TUK 5 : 5.1 Klien mampu menyebutkan: 5.1 Diskusikan dengan klien
Klien dapat memanfaatkan - Manfaat minum obat tentang manfaat dan kerugian
obat-obatan dengan baik - Kerugian tidak minum obat tidak minum obat, nama, warna,
- Nama, warna, dosis, efek
dosis, cara, efek terapi dan efek
samping obat
samping penggunaan obat
5.2 Klien mampu
5.2 Pantau klien saat
mendemonstrasikan penggunaan
penggunaan obat
obat dengan benar
5.3 Beri pujian jika klien
5.3 Klien mampu menyebutkan
menggunakan obat dengan benar
akibat berhenti minum obat tanpa
5.4 Diskusikan akibat berhenti
konsultasi dokter
minum obat tanpa konsultasi
dengan dokter
5.5 Anjurkan klien untuk
konsultasi kepada
dokter/perawat jika terjadi hal-
hal yang tidak diinginkan.
D. Implementasi (SP)
34
Diagnosa keperawatan Pasien Keluarga
35
II. TERAPI MODALITAS
1. Terapi Kognitif
bertujuan :
a. Mengembangkan pola pikir yang rasional.
b. Mengidentifikasi stimulus dan keyakinan yang tidak akurat dengan realita.
c. Membiasakan diri selalu menggunakan pengetesan realita dalam
menanggapi setiap stimulus.
d. Mengembalikan perilaku dengan cara mengubah pola berpikir.
e. Apa yang dirasakan klien bisa dibantah.
2. Terapi Keluarga
dengan adanya dorongan keluarga dengan cara :
a. Keluarga harus sering berinteraksi dengan klien untuk meningkatkan
fungsi keluarga.
b. Keluarga harus meyakinkan bahwa apa yang didengar tidak nyata.
3. Terapi Kelompok
dengan adanya terapi kelompok klien akan dibimbing dengan petugas
psikoterapi dengan tujuan :
a. Klien mampu meningkatkan kesadaran diri, meningkatkan hubungan
interpersonal, mengubah perilaku maladaptif.
b. Klien mampu berinteraksi dengan individu lain.
36
BAB 3
PROPOSAL SPTK
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK)
37
Diagnosa : Halusinasi dengar
Tujuan : TUK 1 : klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
TUK 2 : klien dapat mengenali halusinasinya.
TUK 3 : Klien dapat mengontrol halusinasi
Rencana Tindakan Keperawatan : SP 1 pasien
a. BHSP.
b. Mengenal halusinasi.
c. Melatih mengontrol halusinasi dengan: menghardik.
d. Memasukkan dalam jadwal kegiatan pasien.
B.STRATEGI KOMUNIKASI
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi bapak , Saya mahasiswa dari Stikes Bina Sehat PPNI Mojokerto.
Saya praktik di sini selama satu minggu. Kalau boleh tau, nama bapak siapa ?
bapak lebih senang dipanggil apa?”.
b. Evaluasi/validasi
“ Bagaimana perasaan bapak pagi ini?”
c. Kontrak
- Topik
“ Pak, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang perasaan yang sudah anda
alami selama ini?”
- Tempat
“Anda maunya kita ngobrol dimana ? Bagaimana kalau di halaman saja?”
- Waktu
38
“Kita nanti berapa lama pak? Bagaimana kalau kita ngobrolnya 10 menit
saja ?”
2. Kerja
“Pak, coba Anda ceritakan bagaimana suara-suara itu muncul? Suara itu mengatakan
apa? Kapan anda mendengar suara-suara tersebut? Apa ketika anda sendirian atau saat
bapak ingin marah? Kemudian bagaimana perasaan anda ketika mendengar suara itu?
Lalu, yang anda lakukan apa?”
“Pak, saya akan mengajari bagaimana cara mengontrol halusinasi yang timbul. Saat
suara-suara itu muncul, katakan bahwa anda tidak percaya dengan itu. Katakan bahwa
semua itu bohong. Apa bapak mengerti yang saya katakan? Coba bapak praktikkan
yang saya ajarkan,(bagus pak).”
3. Terminasi
a. Evaluasi subyektif
“Bagaimana perasaan anda setelah kita berbincang-bincang tadi? Bapak
memahami bagaimana terjadinya halusinasi yang di alami? apa bapak sudah
mengerti cara mengontrol halusinasi?
b. Evaluasi objektif
“ Nah, sekarang bapak sudah mengerti bagaimana terjadinya halusinasi dan
bagaimana mengontrol halusinasi”.
5. Kontrak
- Topik
“ Besok kita akan bertemu lagi untuk belajar cara mengontrol halusinasi dengan
cara yang lain? bapak tidak keberatan kan?”
- Tempat
39
“ Dimana besok kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di tempat yang sama?”
- Waktu
“ Enaknya kita besok bertemu jam berapa? Bagaimana kalau jam 09.00 saja?
Baiklah. Terimakasih pak, sampai jumpa besok lagi?”
Jam : 09.00
A. PROSES KEPERAWATAN
40
Kondisi : Klien mengatakan masih mendengar suara-suara yang ingin membunuh
dirinya tetapi klien sudah mulai bisa mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik.
Diagnosa : Halusinasi dengar
Tujuan : TUK 3 : klien dapat mengontrol halusinasinya
Rencana Tindakan Keperawatan : SP 2 pasien
a. Evaluasi kegiatan yang lalu
b. Melatih berbicara dengan orang lain saat halusinasi
muncul
c. Masukkan jadwal
B. STRATEGI KOMUNIKASI
1. Fase orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi pak”
b. Evaluasi Validasi
“Bagaimana perasaan anda pagi ini, kemarin malam tidurnya nyenyak?”
“Apa saja kegiatan yang sudah dilakukan?”
c. Kontrak
− Topik :
“Masih ingat apa yang akan kita bicarakan hari ini pak?, sesuai dengan janji
kita kemarin, hari ini kita berbincang-bincang tentang kegiatan yang telah anda
lakukan kemarin, serta melatih bagaimana cara anda berbicara dengan orang
lain saat halusinasi muncul”
− Waktu :
“Bagaimana kalau diruang depan saja, selama 30 menit ya pak?”
− Tempat :
“Bapak maunya di mana? bagaimana klau disini saja?”
2. Fase kerja
“Nah, bagus sekali, banyak sekali kemajuan yang telah anda lakukan”
“Pak selain menggontrol halusinasi dengan menghardik, kita akan berlatih untuk
mengontrol halusinasi dengan mengajak orang lain berbicara saat halusinasi
muncul. Misalnya bapak bisa menceritakan apa yang bapak alami pada orang lain
atau bapak bisa mengajak orang lain membicarakan hal-hal yang
menyenangkan.”
41
“Ayo bapak coba mengajak saya berbicara”
“Bagus sekali pak”
“Anda bisa melakukannya kapan saja dan itu sangat baik untuk mengisi waktu
luang anda”
“Jika halusinasi muncul lagi, anda bisa menceritakan pada saya atau keluarga,
bagaimana? Baik. Kita masukkan jadwal harian ya pak”
3. Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
“Baiklah waktunya sudah habis, bagaimana perasaan anda setelah kita latihan
tadi? Apa bapak sudah mengerti bagaiman mengajak bicara orang lain saat
halusinasi muncul?”
b. Evaluasi Objektif
“bagus sekali, bapak sudah bisa mengajak bicara orang lain.”
42
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK)
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi : Klien sudah dapat berbicara pada orang lain saat mendengar suara-
suara yang ingin membunuh dirinya.
2. Diagnosa : Halusinasi dengar
3. Tujuan : TUK : 3. Klien dapat mengontrol halusinasinya
4. Rencana Tindakan Keperawatan
- Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1&2)
- Melatih kegiatan agar halusinasi tidak muncul
- Masukkan jadwal
B. STRATEGI KOMUNIKASI
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pak, semalam bisa tidur pak? bapak hari ini terlihat segar sekali”
b. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan bapak pagi ini?”
“Apakah kegiatan yang kita latih kemarin sudah dilakukan? (bagus sekali)”
“Coba kita lihat jadwalnya, kita beri tanda ya pak, bahwa anda telah melakukan
kegiatan ini. Hebat dong pak”
c. Kontrak
− Topik:
“Nah, sekarang kita akan latihan lagi agar halusinasi tidak muncul kembali.”
− Tempat:
“Mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di tempat yang kemarin
lagi?”
− Waktu:
“Mau berapa lama? Bagaimana kalau 15 menit?”
2. Fase Kerja
“Apa bapak sudah mencoba melakukan sendiri cara mengontrol halusinasi yang
telah diajarkan kemarin? bagus pak”
43
“Jadi sekarang kita akan mengisi waktu luang bapak dengan melakukan kegiatan ini
bertujuan agar halusinasi tidak muncul. Bapak kalau boleh tau bapak sukanya
melakukan kegiatan apa? misalnya membaca, menanam bunga atau yg lain?”
“membaca?”
“baik pak kita masukkan jadwal ya pak kegiatan yang bapak sukai, jadi bapak bisa
melakukan kegiatan yag telah di pilih ini agar bapak tidak melamun, yang dapat
menyebabkan halusinasi muncula”
3. Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
“Bagaimana apa bapak sudah paham bagaimana melakukan kegiatan yang bapak
sukai agar halusinasi tidak muncul kembali?”
b. Evaluasi Objektif
“Jadi, bapak sudah memahami bagaiman mencegah halusinasi agar tidak muncul
kembali yaitu dengan melakukan kegiatan yang bapak sukai"
5. Kontrak
− Topik :
“Nah, sudah 3 kegiatan yang kita lakukan. Bagaimana kalau di pertemuan
berikutnya kita melatih bagaimana cara menggunakan obat dengan benar?”
− Tempat :
“Tempatnya mau dimana? Bagaimana kalau di tempat biasanya?”
− Waktu :
“Bagaimana kalau besok jam 09:00? bertemu lagi dengan teman Saya”
44
1. Kondisi : Klien sudah dapat mencegah halusinasi agar tidak muncul kembali
dengan melakukan kegiatan yang disukai.
2. Diagnosa : halusinasi dengar
3. Tujuan : TUK 5: Klien dapat menggunakan obat dengan benar untuk
mengendalikan halusinasinya
4. Rencana tindakan keperawatan : SP 4 pasien
- Evaluasi jadwal pasien yang lalu (SP 1,2,3)
- Menanyakan pengobatan sebelumnya.
- Menjelaskan tentang pengobatan (5 benar)
- Melatih pasien minum obat.
- Masukan jadwal
- Tempat :
“mau berbincang-bincang dimana kita pak? Bagaimana kalau ditempat ini saja
atau ditaman?”
- Waktu :
“mau berapa lama waktu kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15
menit?”
2. Fase Kerja
“Sebelumnya bapak sudah minum obat apa saja? Coba tolong anda sebutkan?”
“Bagus sekali Pengobatan apa saja yang sudah anda lakukan? Adakah bedanya
setelah anda meminum obat secara teratur? Apakah suara-suara yang anda dengar
sudah berkurang atau bahkan sudah hilang?”
“Minum obat sangat penting pak agar suara-suara yang anda dengar selama ini tidak
muncul lagi, pak saya mau menjelaskan beberapa macam obat yang harus anda
minum, ini yang warna orange namanya (CPZ) diminum 3kali sehari pukul 7 pagi,
pukul 1 siang dan pukul 7 malam gunanya untuk membuat pikiran anda tenang. Ini
45
yang warnanya putih namanya (THP) diminum tiga kali sehari pada jam yang sama
dengan obat yang warna orange pukul 7 pagi, pukul 1 siang, dan 7 malam gunannya
untuk rileks dan tidak kaku. Sedangkan yang warna merah jambu ini (HP) diminum
3 kali sehari, waktunya sama, gunannya untuk mengghilangkan suara-suara. Kalau
suara-suara sudah hilang obatnya tidak boleh berhenti diminum, nanti konsultasinya
dengan dokter, sebab kalau putus obat anda akan mrngalami kekambuhan dan akan
sulit untuk mengembalikan keadaan semula. Kalau obat habis anda dapat minta ke
dokter untuk mendapatkan obat lagi. Anda juga harus teliti saat menggunakan obat-
obatan ini, dan pastikan obatnya benar. Dan harus diperhatikan juga ada nama anda
yang tercantum dalam kemasan obat jangan sampai tertukar dengan obat orang lain,
pastikan obatnya diminum tepat pada waktunya, dengan cara yang benar. Yaitu
diminum sesudah makan dan tepat waktunya. Bapak juga harus perhatikan jumlah
obat sekali minum, dan harus cukup minum 10 gelas per hari”
3. Terminasi
a. Evaluasi Subjektif:
“Bagaimana perasaannya mbak setelah melakukan sendiri? Ya bagus sekali”
b. Evaluasi objektif:
“Jadi anda sudah bisa melakukan minum obat sendiri? Ya bagus sekali”
“Nanti anda bisa melakukan minum obat sendiri dirumah. Hebat sekali”
5. Kontrak
- Topik :
“Nah, sudah 4 kegiatan yang kita lakukan. Menggunakan obat dengan benar? Dan
untuk pertemuan selanjutnya teman saya akan menjelaskan pada keluarga bapak
bagaimana cara merawat bapak secara langsung”
- Tempat :
“Tempatnya mau dimana? Bagaimana kalau di tempat biasanya?”
- Waktu :
“Bagaimana kalau jam 09:00 bertemu lagi dengan teman Saya?”
46
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)
DALAM KELUARGA
47
“Mau berbincang-bincang dimana kita mas? Bagaimana kalau ditempat ini
saja.?”
- Waktu :
“Mau berapa lama? Bagaimana kalau 25 menit?”
2. Fase Kerja
“Mas, menurut cerita Tn H sering mendengar suara-suara yang menakutkan,inilah
yang menjadi penyebab Tn H mengamuk, membanting barang-barang,dan
memukul-mukul. Ini merupakan dan dan gejala halusinasi, yang terjadi karena
perasaan kesepian, disingkirkan dari lingkungan, perasaan cemas yang berlebihan
dll. Sehingga Tn H mengalami gangguan persepsi sensori tanpa ada rangsangan dari
luar atau halusinasi.
“Saya sudah mengajarkan pada Tn H cara-cara untuk mengontrol halusinasi. Jika Tn
H bercerita tentang halusinasinya, katakan bahwa anda percaya dengan apa yang
dikatakanya, namun anda tidak mendengar suara ini kemudian beri Tn H kegiatan di
rumah untuk menyibukkan diri, jangan biarkan sendiri, ajaklah makan bersama,
supaya meminimalisir munculnya halusinasi. Apa mas bisa melakukannya ? Bagus.”
3. Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
“Bagaimana, apa mas mengerti dengan yang saya jelaskan?”
“Bagaimana apa mas mengrti bagaimana terjadinya halusinasi, dan bagaimana
cara merawat pasien?”
b. Evaluasi objektif
“Baik karena mas sudah memahami proses terjadinya halusinasi, dan bagaimana
merawat Tn H”
5. Kontrak
- Topik :
“kapan kita bisa bertemu lagi mas? Untuk melatih anda merawat Tn H”
- Tempat :
“Tempatnya mau dimana? Bagaimana kalau di tempat biasanya?”
- Waktu :
“Bagaimana kalau jam 09.00 besok kita bertemu lagi. Terimakasih saya permisi
dulu. Selamat pagi”
48
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)
DALAM KELUARGA
49
c. RTL keluarga untuk merawat pasien
2. Fase Kerja
“Nah, coba sekarang anda praktikan lagi bagaimana cara merawat Tn H? Baik”
“Selain itu masih ada lagi mas, jika Tn H tampak bicara sendiri atau melamun
ataupun melakukan kegiatan yang tidak terkontrol, mas bisa langsung menyapanya,
supaya halusinasinya terhenti, tidak berlanjut. Apa mas mengerti yang saya maksud?
Bagus.”
“Kemudian, berikan pujian jika bapak bisa mengendalikan emosi dan mampu
mengontrol halusinasinya”
“Kalau menurut ibu mana yang lebih efektif untuk memutus halusinasinya Tn H?”
“Mengapa demikian?”
“Baiklah, mas bisa mempraktikkan juga”
“Coba sekarang mas ulangi lagi. Bagus”
3. Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
“Bagaimana, apa anda sekarang mulai bisa merawat Tn H sendiri?”
b. Evaluasi objektif
“Baik ibu sudah memahami cara merawat Tn H”
5. Kontrak
- Topik :
“Kira-kira, kapan kita bisa bertemu lagi untuk membahas bagaiman merawat dan
membantu Tn H minum obat yang benar?”
- Tempat :
50
“Tempatnya mau dimana? Bagaimana kalau di tempat biasanya”
- Waktu :
“Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi jam 09.00?”
“oh ya mas besok anda akan bertemu dengan teman saya”
2. Fase Kerja
“Nah, coba sekarang mas praktikan lagi bagaimana cara merawat Tn H ? Baik
,selain itu masih ada lagi mas, anda bisa menbantu pasien minum obat dengan
mengawasi pasien minum obat dan mengingatkan pasien waktu minum obat. Sebisa
mungkin mas melatih pasien melakukan aktivitas dirumah, jangan melarang pasien
51
berpartisipasi dengan kegiatan yang di lakukan di lingkungan dan mas harus
mengawasi perkembangan kesehatan pasien”
3. Terminasi
a. Evaluasi subjektif
“Bagaimana, apa mas sekarang mulai bisa merawat pasien sendiri?”
b. Evaluasi objektif
“Baik mas sudah memahai cara merawat dan membantu pasien minum obat”
5. Kontrak
- Topik :
“mas untuk pertemuan selanjutnya saya akan melatih bagaimana cara
memberikan obat yang baik dan benar kepada klien . bagaimana mas?”
- Tempat :
“tempatnya mau dimana? Bagaimana kalau di tempat biasanya”
- Waktu :
“bagaimana kalau besok kita bertemu lagi mas,jam 09.00 besok anda akan
bertemu dengan teman saya”
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi : klien bisa mengontrol halusinasi
2. Diagnosa : halusinasi dengar
3. Tujuan : TUK 5 : klien dapat menggunakan obat dengan benar untuk dapat
mengendalikan halusinasinya.
4. Rencana tindakan keperawatan : SP 3 (keluarga)
a. Evaluasi kemampuan keluarga (SP 1 dan 2)
b. Latih keluarga merawat pasien
c. RTL keluarga
52
B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP)
1. Orientasi
a. Salam teraupetik :
“selamat pagi mas? Bagaimana keadaan hari ini?”
b. Evaluasi/validasi :
“Bagaimana latihannya kemarin? sudah dipraktekkan belum?Bagus.”
c. Kontrak :
- Topik :ibu,kita akan mengevaluasi yang sudah kita lakukan kemarin.
- Tempat :Mau berbincang bincang dimana kita bu? Bagaimana kalau
ditaman saja?
- Waktu :Mau berapa lama?Bagaimana kalau 20 menit?
2. Fase Kerja
“mas sesuai janji saya kemaren saya akan menjelaskan bagaimana membantu
pasien minum obat yang baik dan benar”
“saya mau menjelaskan beberapa macam obat yang harus bapak anda minum, ini
yang warna orange namanya (CPZ) diminum 3kali sehari pukul 7 pagi, pukul 1
siang dan pukul 7 malam gunanya untuk membuat pikiran anda tenang. Ini yang
warnanya putih namanya (THP) diminum tiga kali sehari pada jam yang sama
dengan obat yang warna orange pukul 7 pagi, pukul 1 siang, dan 7 malam
gunannya untuk rileks dan tidak kaku. Sedangkan yang warna merah jambu ini
(HP) diminum 3 kali sehari, waktunya sama, gunannya untuk mengghilangkan
suara-suara. Kalau suara-suara sudah hilang obatnya tidak boleh berhenti diminum,
nanti konsultasinya dengan dokter, sebab kalau putus obat anda akan mrngalami
kekambuhan dan akan sulit untuk mengembalikan keadaan semula”
“bagaimana apakah mas sudah paham?”
3. Terminasi
a. Evaluasi subjektif
“Coba mas ulangi yang telah saja ajarkan tadi”
b. Evaluasi objektif
“Bagaimana, apa mas bisa melakukan apa yang saya ajarkan tadi?” Baik”
53
BAB 4
PENDAHULUAN
TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK
1. Latar Belakang
Klien yang dirawat di rumah sakit jiwa pada umumnya dengan keluhan tidak dapat
diatur dirumah, misalnya amuk, diam saja, bicara sendiri, mengganggu orang lain dapat
terjadi pada klien denga perubahan persepsi sensori : halusinasi.
Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu tindakan keperawatan untuk klien
ganggu jiwa. Terapi ini adalah terapi yang pelaksanaannya merupakan tanggung jawab
penuh dari seorang perawat. Oleh karena itu seorang perawat khususnya perawat jiwa
harus mampu melakukan TAK secara tepat dan benar.
TAK adalah suatu upaya untuk memfasilitasi psikoterapis terhadap sejumlah klien
pada waktu yang sama untuk memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal antara
anggota. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan adanya suatu pedoman dalam
pelaksananaan TAK seperti TAK sosialisasi, penyaluran energi, stimulasi persepsi dan
orientasi realitas.
Dalam hal ini, akan lebih diperjelas lagi tentang TAK stimulasi persepsi yang akan
dilakukan pada acara yang diselenggarakan anggota kelompok. TAK stimulasi persepsi
54
merupakan cara untuk membantu klien yang mengalami kemunduran orentasi dalam
upaya memotivasi proses pikir dan afektif serta mengurangi perilaku maladaptif. Salah
satu karakteristik klien yang dapat dilatih dengan TAK tersebut adalah klien dengan
perubahan perseps sensori : halusnasi.
2. Tujuan
A. Tujuan Umum
B. Tujuan Khusus
1) Klien mampu memperkenalkan diri
2) Klien mampu meningkatkan hubungan intrpersonal dengan rekan dan perawat
3) Klien mampu mengetahui atau mengenal halusinsi
4) Klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
5) Klien mampu mengontrol halusinasi dengan bercakap dengan orang lain
6) Klien mampu mengontrol halusinansi dengan melakukan kegiatan
7) Klien patuh dalam mengkonsumsi obat
3. Manfaat
A. Bagi Klien
Klien dapat memahami tentang apa yang dialami dan klien dapat memahamiapa yang
dapat dilakukan ketika halusinasi datang kembali
B. Bagi Perawat
4. Karateristik Klien
Berdasarkan kajian yang dilakukan, karakteristik klien yang dapat dilakukan dalam
TAK ini adalah klien dengan perubahan persepsi sensori : halusinasi.
55
PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
Ruangan :
Tujuan :
1. Tujuan Umum
Klien mampu menterjemahkan stimulasi dengan benar
2. Tujuan Khusus
1) Klien mampu menjelaskan identitas dirinya
2) Klien mampu mengalihkan perintah stimulasi persepsi yang dirasakan dengan
permainan
3) Klien mampu berespon terhadap klien lain dengan mendengarkan klien lain yang
sedang bicara
4) Klien mampu mengikuti aturan main yang telah ditetapkan
5) Klien mampu mengemukakan pendapat terapi aktivitas kelompok yang dilakukan
Kriteria Evaluasi
Presentasi jumlah klien yang mengikuti kegiatan sesuai dengan yang direncanakan :
56
lain yang sedang berbicara
5. 80% dari jumlah klien mampu memberikan tanggapan pada pertanyaan yang diajukan
6. 70% dari jumlah klien mampu menterjemahkan perintah permainan
7. 70% dari jumlah klien mampu mengikuti aturan main yang telah ditentukan
8. 50% dari jumlah klien mau mengemukakan pendapat tentang therapi aktifitas kelompok
yang dilakukan
Struktur Kegiatan :
1. Tempat Pertemuan :
2. Waktu Pelaksanaan
Hari/Tanggal :
Waktu :
Alokasi Waktu: - Perkenalan dan Pengarahan (10 menit)
- Permainan (30 menit)
4. Tim Terapis :
57
Keterangan :
: Co Leader
: Leader
: Fasilitator
: Observer
: Klien
Pembagian Tugas
TAK Sesi 1
Leader :
Co-Leader :
Fasilitator :
Observer :
TAK Sesi 2
Leader :
58
Co-Leader :
Fasilitator :
Observer :
TAK Sesi 3
Leader :
Co-Leader :
Fasilitator :
Observer :
TAK Sesi 4
Leader :
Co-Leader :
Fasilitator :
Observer :
TAK Sesi 5
Leader :
Co-Leader :
Fasilitator :
Observer :
Uraian Tugas
59
1. Leader
1) Membacakan tujuan dan peraturan kegiatan terapi aktifitas kelompok sebelum
kegiatan dimulai
2) Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok dan memperkenalkan
dirinya
3) Mampu memimpin terapi aktifitas kelompok dengan baik dan tertib
4) Menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam kelompok
5) Menjelaskan permainan
2. Co-Leader
1) Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang aktifitas klien
2) Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang
3) Mengatur alur permainan (menghidupkan dan mematikan tape recorder)
3. Fasilitator
1) Memfasilitasi klien yang kurang aktif
2) Berperan sebagai role play bagi klien selama kegiatan
4. Observer
1) Mengobservasi jalannya proses kegiatan
2) Mencatat prilaku verbal dan non verbal klien selama kegiatan berlangsung
Proses Pelaksanaan
1. Perkenalan
1) Kelompok perawat memperkenalkan diri, urutan ditunjuk oleh pembimbing untuk
memulai menyebut nama, kemudian leader menjelaskan tujuan dan peraturan kegiatan
dalam kelompok
2) Bila akan mengemukakan perasaannya klien diminta untuk lebih dulu menunjukkan
tangannnya
3) Bila klien ingin keluar untuk minum, BAB/BAK harus minta ijin pada perawat
4) Pada akhir perkenalan pemimpin mengevaluasi kemampuan identifikasi terhadap
perawat dengan menanyakan nama perawat yang ditunjuk oleh leader
2. Permainan
1) Klien yang telah diseleksi dikumpulkan di tempat yang cukup luas atau tempat yang
telah ditentukan dan duduk membentuk lingkaran
2) Leader membuka kegiatan dengan mengucapkan salam dan memperkenalkan diri dan
anggota terapis lain beserta perannya. Kemudian leader meminta tiap klien untuk
menyebutkan nama dan bertanya peraan klien saat itu .
60
3) Selanjutnya leader membacakan tujuan dari kegiatan dan aturan main yang harus
dipatuhi oleh klien. Setelah itu leader membuat kontrak waktu dengan klien.
4) Kemudian co-leader memutar kaset lagu. Ketika lagu dimulai, bola segera dioperkan
dari leader an berjalan ke arah berlawanan jarum jam. Setelah satu ptaran, bola
berhenti tepat pada leader dan leader memberikan contoh kepada klien dengan
memperkenalkan diri, menceritakan hal-hal apa saja yan selama ini didengar atau
dilihat, dimana dan kapan suara atau bayangan itu muncul, serta berapa sering
bayangan itu muncul.
5) Setelah selesai, musik kembali dinyalakan dan bola kembali berputar yang
berlawanan dengan arah jarum jam untuk memperagakan apa yang telah dicontohkan
oleh leader. Begitu seterusnya hingga semua klien mendapatkan giliran untuk
megungkapkan perilaku halusinasi.
6) Selama kegiatan berlangsung observer mengamati jalannya acara dan membacakan
hasil kegiatan di akhir acara.
3. Peer Review (Evaluasi Kelompok)
1) Klien dapat mengemukakan perasaannya setelah memperkenalkan dirinya
2) Klien mengemukakan perasaannya setelah mengemukakan tentang perilaku halusinasi
3) Klien mengemukakan pendapat tentang kegiatan ini
4. Terminasi
1) Klien dapat menyebutkan kembali tujuan kegiatan
2) Leader menjelaskan kembali tentang tujuan dan manfaat dari kegiatan kelompok ini
Antisipasi Masalah
1. Evaluasi Input
61
1) Tim berjumlah 5 orang yang terdiri atas 1 leader, 1 co-leader, 2fasilitator dan 1
observer
2) Lingkungan memiliki syarat luas dan sirkulasi baik
3) Peralatan tape recorder dan kaset berfungsi dengan baik
4) Tersedia papan tulis dan spidol
5) Klien memakai papan nama
6) Tidak ada kesulitan memilih klien yang sesuai dengan kriteria dan karakteristik klien
untuk melakukan terapi aktifitas kelompok stimulasi persepsi
2. Evaluasi Proses
1) Leader menjelaskan aturan main dengan jelas
2) Fasilitator menempatkan diri di tengah-tengah klien atau berbaur dengan klien
3) Observer menempatkan diri di tempat yang memungkinkan untuk dapat mengawasi
jalannnya permainan
4) 90% klien yang mengikuti permainan dapat mengikuti kegiatan dengan aktif dari awal
sampai selesai.
3. Evaluasi Output
Presentasi jumlah klien yang mengikuti kegiatan sesuai dengan yang direncanakan :
A. Tujuan
1. Klien mengenal isi halusinasi
2. Klien mengenal waktu terjadinya halusinasi
3. Klien mengenal frekuensi halusinasi
4. Klien mengenal perasaan bila mengalami halusinasi
B. Setting
62
1. Kelompok berada di ruang yang tenang
2. Klien duduk melingkar
C. Alat
1. Sound system
2. Spidol
3. Papan tulis
D. Metode
1. Diskusi
2. Tanya Jawab
E. Langkah-langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Memilih klien sesuai dengan indikasi yaitu klien dengan perubahan sensori
persepsi: Halusinasi
b. Membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik : terapis mengucapkan salam
b. Evaluasi validasi : terapis menanyakan perasaan peserta hari ini
c. Kontrak
1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan
2) Terapis menjelaskan aturan main
a) Masing-masing klien memperkenalkan diri: nama, nama panggilan
b) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok harus meminta izin
pada terapis
c) Lama kegiatan 45 menit
d) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
3. Kerja
a. Terapis memperkenalkan diri (nama dan nama panggilan). terapis meminta
klien memperkenalkan nama dan nama panggilan secara berurutan, dimulai
dari klien yang berada di sebelah kiri terapis, searah jarum jam. Kemudian
menulisnya di papan.
b. Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu masing-masing
klien membagi pengalaman tentang halusinasi yang mereka alami dengan
menceritakan :
63
1) Isi halusinasi
2) Waktu terjadinya
3) Frekuansi halusinasi
4) Perasaan yang timbul saat mengalami halusinasi
c. Meminta klien menceritakan halusinasi yang dialami secara berurutan dimulai
dari klien yang berada disebelah kiri terapis seterusnya bergiliran searah jarum
jam. Kemudian menulisnya di papan.
d. Setelah seorang klien menceritakan pengalaman halusinasi, terapis
mempersilahkan klien yang lain untuk bertanya max 3 pertanyaan.
e. Lakukan kegiatan (b) sampai semua klien selesai mendapat giliran.
f. setiap kali klien bisa menceritakan halusinasinya, terapis memberikan pujian.
4. Terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan anggota kelompok
b. Rencana Tindak Lanjut
1) Terapis menganjurkan kepada peserta jika mengalami halusinasi segera
menghubungi perawat atau teman lain.
c. Kontrak yang akan datang
1) Terapis membuat kesepakatan dengan klien kegiatan TAK berikutnya yaitu
belajar mengontrol halusinasi
2) Terapis membuat kesepakatan dengan klien waktu dan tempat TAK
berikutnya.
64
1. Menyebutkan isi halusinasi
Petunjuk : Dilakukan = 1
Tidak dilakukan = 0
A. Tujuan
1. Klien dapat menjelaskan cara yang selama ini dilakuan untuk mengatasi
halusinasi.
2. Klien dapat memahami dinamika halusinasi.
3. Klien dapat memahami cara menghardik halusinasi.
4. Klien dapat memperagakan cara menghardik halusinasi.
B. Setting
1. Klien duduk melingkar.
2. Kelompok ditempat yang tenang.
C. Alat
1. Sound system
D. Metode
1. Diskusi
2. Tanya jawab
3. Simulasi
E. Langkah-langkah kegiatan
65
1. Persiapan
a. Mempersiapkan alat
b. Mempersiapkan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapiutik : terapis mengucapkan salam.
b. Evaluasi/validasi:
1) Terapis menanyakan perasaan klien hari ini.
2) Terapis menanyakan pengalaman halusinasi yang telah terjadi
c. Kontrak
1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan
2) Terapis menjelaskan aturan main:
a. Lama kegiatan 45 menit.
b. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal dan akhir.
c. Jika akan meninggalkan kelompok, klien harus meminta izin.
3. Kerja
a. Terapis meminta masing-masing klien secara berurutan searah dengan jarum
jam menceritakan apa yang dilakukan jika mengalami halusinasi dan apakah
itu bias mengatasi halusinasinya.
b. Setiap selesai klien menceritakan pengalamannya, terapis memberikan pujian
dan mengajak peserta yang lain memberikan tepuk tangan.
c. Terapis menjelaskan cara mengatasi halusinasi dengan menghardik halusinasi
saat halusinasi muncul.
d. Terapis memperlihatkan cara menghardik halusinasi.
e. Terapis meninta masing-masing klien memperagakan menghardik halusinasi
dimulai dari peserta disebelah kiri terapis berurutan jarum jam sampai semua
peserta mendapatkan giliran.
f. Terapis memberikan pujian dan mengajak klien bertepuk tangan saat klien
selesai memperagakan menghardik halusinasi.
4. Terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Rencana tindak lanjut
1) Terapis mengajurkan klien untuk menerapkan cara yang sudah dipelajari
jika halusinasi muncul.
c. Kontrak yang akan dating
1) Terapis membuat kesepakatan dengan klien TAK berikutnya, yaitu belajar
mengontrol halusinasi dengan cara lain.
2) Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK.
66
persepsi halusinasi sesi 2, kemampuan yang diharapkan adalah mengatasi halusinasi
dengan menghardik.
4 Meperagakan mengahrdik
halusinasi
67
TAK STIMULASI PERSEPSI MENGONTROL HALUSINASI
A. Tujuan
1. Klien dapat memahami pentingnya melakukan aktivitas untuk mencegah
munculnya halusinasi.
2. Klien dapat menyusun jadwal aktivitas dari pagi sampai tidur malam.
B. Setting
1. Klien duduk melingkar mengelilingi meja.
2. Lingkungan tenang dan nyaman.
C. Alat
1. Kertas HVS sejumlah peserta
2. Pensil
3. Spidol white board
4. White board
D. Metode
1. Diskusi
2. Latihan
E. Langkah-langkah kegiatan
1. Persiapan:
a. Terapis mempersiapkan alat dan tempat TAK.
b. Terapis membuat kontrak dengan klien.
2. Orientasi:
a. Salam terapiutik: Terapis mengucapkan salam.
b. Evaluasi / validasi:
1) Terapis menanyakan keadaan klien hari ini.
2) Terapis menanyakan pengalaman klien menerapkan cara menghardik
halusinasi.
c. Kontrak:
1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan.
2) Terapis menjelaskan aturan permainan:
a) Klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
b) Jika klien ingin meninggalkan kelompok harus meminta izin kepada
terapis.
c) Waktu TAK adalah 90 menit.
68
3. Kerja
a. Terapis menjelaskan langkah-langkah kegiatan.
b. Terapis membagikan kertas satu lembar dan masing-masing sebuah pensil
untuk masing-masing klien.
c. Terapis menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur dalam mencegah
terjadinya halusinasi.
d. Terapis memberi contoh cara menyusun jadwal dengan menggambarkannya
dipapan tulis.
e. Terapis meminta masing-masing klien menyusun jadwal aktivitas dari bangun
pagi sampai dengan tidur malam.
f. Terapis membimbing masing-masing klien sampai berhasil menyusun jadwal.
g. Terapis memberikan pujian kepada masing-masing klien setelah berhasil
menyusun jadwal.
4. Terminasi:
a. Evaluasi:
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah bisa menyusun jadwal.
2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Tindak lanjut: Terapis menganjurkan klien melaksanakan jadwal aktivitas
tersebut.
c. Kontrak yang akan datang:
1) Terapis membuat kesepakatan dengan klien TAK berikutnya.
2) Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK.
69
TAK STIMULASI PERSEPI MENGONTROL HALUSINASI
SESI IV : CARA MINUM OBAT YANG BENAR
A. Tujuan
1. Klien dapat mengetahui jenis-jenis obat yang diminumnya.
2. Klien mengetahui perlunya minum obat secara teratur.
3. Klien mengetahui 5 benar dalam minum obat.
4. Klien mengetahui efek terapi dan efek samping obat.
5. Klien mengetahui akibat jika putus obat.
B. Setting
1. Klien duduk melingkar.
2. Kelompok berada diruang yang tenang dan nyaman.
C. Alat
1. Contoh obat-obatan.
2. Spidol white board
3. White board
D. Metode
1. Diskusi
2. Tanya jawab
3. Simulasi
E. Langkah-langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Terapis mempersiapkan alat dan tempat.
b. Terapis membuat kontrak dengan klien.
2. Orientasi
a. Salam Terapeutik: terapis mengucapkan salam kepada klien.
b. Evaluasi /validasi:
1) Terapis menanyakan perasaan klien hari ini.
70
2) Terapis menanyakan apakah jadwal aktivitas telah dikerjakan (TL TAK
sebelumnya)
c. Kontrak
1) Terapis menjelaskan tujuan TAK.
2) Terapis menjelaskan aturan main TAK:
Klien mengikuti dari awal sampai akhir.
Jika klien akan keluar dari kelompok, harus meminta izin kepada
terapis.
Lama waktu TAK 60 menit.
3. Kerja
a. Terapis membagikan contoh obat, sesuai obat yang diberikan kepada masing-
masing klien.
b. Terapis menjelaskan pentingnya minum obat secara teratur, sesuai anjuran.
c. Terapis meminta klien untuk menjelaskan ulang pentingnya minum obat,
secara bergantian, searah jarum jam, dimulai dari klien yang berada disebelah
kiri terapis.
d. Terapis menjelaskan akibat jika tidakl minum obat secara teratur.
e. Terapis meminta klien menyebutkan secara bergantian akibat jika tidak minum
obat secara teratur.
f. Terapis menjelaskan 5 benar ketika menggunakan obat: benar obat, benar
klien, benar waktu, benar cara, benar dosis.
g. Terapis menjelaskan efek terapi dan efek samping masing-masing obat sesuai
contoh obat yang ada pada klien.
h. Terapis meminta klien menyebutkan jenis obat, dosis masing-masing obat,
cara menggunakan, waktu menggunakan dan efek obat ( efek terapi dan efek
samping) sesuai dengan contoh obat yang ada ditangan klien masing-masing.
Secara berurutan searah jarum jam, dimulai dari sebelah kiri terapis.
i. Terapis memberikan pujian dan mengajak klien bertepuk tangan setiap kali
klien menyebutkan dengan benar.
4. Terminasi
a. Evaluasi
1) Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2) Memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Tindak lanjut
1) Menganjurkan klien untuk meminum obat secara teratur.
2) Menganjurkan jika ada pertanyaan lain tentang obat, klien dapat
menghubungi perawat yang saat itu bertugas.
c. Kontrak yang akan datang
1) Terapis menyepakati kegiatan TAK berikutnya.
2) Terapis menyepakati tempat dan waktu TAK.
71
F. Evaluasi dan Dokumentasi
Dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang
dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi
persepsi halusinasi sesi 4, kemampuan yang diharapkan adalah menyebutkan 5 benar
cara minum obat, keuntungan minum obat dan akibat tidak patuh minum obat
1 Menyebutkan pentingnya
minum obat secara teratur.
Petunjuk : Dilakukan = 1
Tidak dilakukan = 0
A. Tujuan
1. Klien memahami pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain
72
2. Klien menerapkan cara menghubungi orang lain ketika mulai mengalami
halusinasi
B. Setting
1. Tempat TAK diruangan tenang dan nyaman.
2. Klien duduk melingkar.
C. Alat
1. Spidol
2. White Board
D. Metode
1. Diskusi kelompok
2. Simulasi
E. Langkah-langkah
1. Persiapan
a. Terapis mempersiapkan alat dan tempat TAK
b. Terapis membuat kontrak dengan klien.
2. Orientasi
a. Salam: terapis mengucapkan salam kepada klien.
b. Evaluasi/validasi:
1) Terapis menanyakan kabar klien hari ini.
2) Terapis menanyakan pengalaman klien mengontrol halusinasi setelah
menerapkan 3 cara lainnya (menghardik, menyibukkan diri dengan
kegiatan terarah, dan minum obat secara teratur).
c. Kontrak
1) Terapius menjelaskan tujuan TAK.
2) Terapios menjelaskan waktu kegiatan adalah 60 menit.
3) Terapis menjelaskan aturan main.
Klien mengikuti dari awal sampai akhir kegiatan.
Bila klien ingin keluar dari kelompok, harus meminta izin pada
terapis.
3. Kerja
a. Terapis menjelaskan pentingnya berbincang-bincang dengan orang lain untuk
mengatasi halusinasi.
b. Terapis meminta kepada klien situasi yang sering dialami sehingga mengalami
halusinasi. Klien secara bergantian bercerita, dimulai dari sebelah kiri terapis
searah jarum jam sampai semua klien mandapat giliran.
c. Terapis m,emperagakan bercakap-cakap dengan orang lain jika ada tanda-
tanda halusinasi muncul.
d. Klien diminta memperagakan hal yang sama secara bergantian , dimulai dari
klien yang duduk disebelah kiri terapis, searah jarum jam sampai semua
mendapat giliran.
73
e. Terapis memberikan pujian kepada klien setiap selesai memperagakan.
4. Terminasi
a. Evaluasi:
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah selesai mengikuti TAK.
2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Tindak lanjut
1) Terapis menganjurkan klien untuk menerapkan bercakap-cakap dengan
orang lain bila mulai mengalami halusinasi.
2) Mendorong klien untuk memulai bercakap-cakap bila ada klien lain yang
mulai mengalami halusinasi.
1 Menyebutkan
pentingnya bercakap-
cakap ketika
halusinasi muncul
2 Menyebutkan cara
bercakap-cakap
3 Memperagakan saat
mulai bercakap-cakap
Petunjuk: Dilakukan = 1
Tidak dilakukan = 0
74
BAB 5
PENUTUP
a. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas mengenai halusinasi dan pelaksanaan asuhan keperawatan
terhadap pasien, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Saat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi ditemukan
adanya perilaku menarik diri sehingga perlu dilakukan pendekatan secara terus
menerus, membina hubungan saling percaya yang dapat menciptakan suasana
terapeutik dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yang diberikan.
2. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien khususnya dengan halusinasi,
pasien sangat membutuhkan kehadiran keluarga sebagai system pendukung yang
mengerti keadaaan dan permasalahan dirinya. Disamping itu perawat/petugas
kesehatan juga membutuhkan kehadiran keluarga dalam memberikan data yang
diperlukan dan membina kerjasama dalam memberi perawatan pada pasien. Dalam
hal ini penulis dapat menyimpulkan bahwa peran serta keluarga merupakan faktor
penting dalam proses penyembuhan klien.
b. Saran
1. Dalam memberikan asuhan keperawatan hendaknya perawat mengikuti langkah-
langkah proses keperawatan dan melaksanakannya secara sistematis dan tertulis agar
tindakan berhasil dengan optimal.
2. Dalam menangani kasus halusinasi hendaknya perawat melakukan pendekatan secara
bertahap dan terus menerus untuk membina hubungan saling percaya antara perawat
75
klien sehingga tercipta suasana terapeutik dalam pelaksanaan asuhan keperawatan
yang diberikan.
3. Bagi keluarga klien hendaknya sering mengunjungi klien dirumah sakit,sehingga
keluarga dapat mengetahui perkembangan kondisi klien dan dapat membantu perawat
bekerja sama dalam pemberian asuhan keperawatan bagi klien.
76
Resume Halusinasi
Oleh kelompok 3
A. Definisi
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan sensori persepsi:
merasakan sensori palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan.
Keyword
a) Gangguan persepsi sensori
b) Tanpa rangsangan
c) Sadar
B. Pathway
Fase comforting
Fase condemming
Fase controlling
C. Tanda dan gejala
No. Jenis
Fase conquering
Data Objektif Data Subjektif
Halusinasi
Halusinasi
1 Halusinasi Bicara atau ketawa sendiri Mendengar suara atau kegaduhan
Pendengaran Marah-marah tanpa sebab Mendengar suara yang mengajak
Mengarahkan telinga ke bercakap-cakap
arah tertentu Mendengar suara yang menyuruh
Menutup telinga melakukan sesuatu yang
berbahaya
2 Halusinasi Menunjuk-nunjuk kearah Melihat bayangan, sinar bentuk
Penglihatan tertentu geometris, bentuk kartoon, melihat
Ketakutan kepada sesuatu hantu atau monster
yang tidak jelas
3 Halusinasi Menghidu seperti sedang Membaui bau-bauan seperti bau
Penghidu membaui bau-bauan darah, urine, feses, kadang-kadang
tertentu bau itu menyenangkan
Menutup hidung
4 Halusinasi Sering meludah Merasakan rasa seperti darah, urine
Pengecap Muntah atau feses
5 Halusinasi Menggaruk-garuk Merasakan ada serangan di
Perabaan permukaan kulit permukaan kulit, merasa tersengat
listrik
77
D. Data fokus
a. Afek dan emosi
- Labil: Pasien Bicara atau ketawa sendiri, marah – marah tanpa sebab
- Khawatir,cemas,ansietas: merasakan ada serangan di permukaan kulit, merasa tersengat listrik
b. Persepsi sensori
Pasien Mendengar suara atau kegaduhan, Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap,
Mendengar suara yang menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya, Menunjuk-nunjuk kearah
tertentu, Ketakutan kepada sesuatu yang tidak jelas Menghidu seperti sedang membaui bau-bauan
tertentu, Menutup hidung, menutup telingga, sering meludah, muntah
C. Proses piker
- Tangensial: pasien berbicara berbelit-belit
- Non realistic: pemikiran yang tidak logis/tidak masuk akal
- Obsesi: pikiran yang telah muncul/kokoh/persisten, walaupun klien berusaha
menghilangkannya, tidak diketahui & tidak wajar
- Depresionalisasi: isi pikiran yang berupa perasaan yang aneh/asing terhadap dirinya sendiri,
orang lain/lingkungan sekitarnya.
E. TUK (Intervensi)
1) TUK: Klien dapat membina hubungan saling percaya.
a. Bina hubungan saling percaya dengan klien dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik
R/ : Hubungan saling percaya akan menimbulkan kepercayaan klien pada perawat
b. Jangan membantah dan mendukung waham klien
c. Observasi apakah waham klien mengganggu aktivitas sehar-hari dan perawatan diri
2) TUK: Klien dapat mengiden tifikasi kemampuan yang dimiliki
a. Klien dapat mengiden tifikasi kemampuan yang dimiliki
R/: Klien terdorong untuk memilih aktivitas sebelumnya
b. Diskusikan dengan klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan saat ini yang realistic.
(hati-hati terlibat diskusi dengan waham).
c. Tanyakan apa yang bisa dilakukan (kaitkan dengan aktivitas sehari-hari dan perawatan diri)
kemudian anjurkan untuk melakukan saat ini.
R/: Dengan membenarkan, klien akan merasa lebih diperhatikan sehingga klien akan
mengungkapkan perasaannya
d. Jika klien selalu berbicara tentang wahamnya dengarkan sampai kebutuhan waham tidak ada.
(perawat perlu memperhatikan bahwa klien penting).
3) TUK: Klien dapat mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi
a. Observasi kebutuhan klien sehari-hari
R/: Dengan observasi dapat mengetahui kebutuhan klien
b. Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi selam dirumah dan di umah sakit
R/: Dengan mengetahui kebutuhan yang tidak terpenuhi maka dapat diketahui kebutuhan yang
diperlukan
c. Hubungkan kebutuhan atau harapan yang belum terpenuhi dengan timbulnya waham
R/: Mengetahui keterkaitan antara yang tidak terpenuhi dengan wahamnya
d. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan memerlukan waktu dan tenaga
R/: Dengan meningkatkan aktivitas tidak akan mempunyai waktu untuk mengikuti wahamnya
e. Atur siruasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan wahamnya.
R/: Dengan situasi tertentu akan dapat mengontrol wahamnya
4) TUK: Klien dapat berhubungan dengan realitas
a. Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (realitas diri, orang lain, waktu dan tempat)
R/: Reinforcement adalah penting untuk mningkatkan kesadaran klien akan realitas
b. Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas
78
c. Berikan pujian pada tiap kegiatan positive yang dilakukan klien
R/: Pujian dapat memotivasi klien untuk meningkatkan kegiatan positivnya
5) TUK: Klien dapat dukungan keluarga
a. Diskusikan dengan keluarga tentang : Gejala waham, Cara merawatnya, Lingkungan keluarga,
Follow up dan obat
R/: Perhatian keluarga dan pengertian keluarga akan dapat membantu klien dalam mengendalikan
wahamnya
b. Anjurkan keluarga melaksanakan dengan bantuan perawat
6) TUK: Klien dapat menggunakan obat dengan benar
a. Diskusikan dengan klien dan kelurga tentang obat, dosis, frekuensi, efek samping obat dan akibat
penghentian
b. Diskusikan perasaan klien setelah minum obat
c. Berikan obat dan observasi setelah minum obat
R/: Obat dapat mengontrol waham yang dialami klien
F. SP (Implementasi)
79
h) Menjelaskan tentang
pengobatan
i) Melatih pasien minum obat
(5 benar)
j) Masukkan jadwal
80