Anda di halaman 1dari 4

UJI TOKSISITAS EKSTRAK TANAMAN Ageratum conyzoides L.

SEBAGAI
INSEKTISIDA NABATI TERHADAP HAMA ULAT BAYAM (Spodoptera
plusia hymenia) DENGAN IMPLEMENTASI MAJALAH BIOLOGI
BERGAMBAR PADA MATERI SISTEM DALAM KEHIDUPAN
TUMBUHAN KELAS VIII

DESAIN PENELITIAN

DITA LINDA YANI

NIM : F1072161022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanaman sayuran mempunyai arti penting dalam kehidupan manusia,


sebab sayuran sangat berguna bagi pemenuhan gizi manusia dan juga bagi
pembangunan pertanian. Oleh sebab itu peningkatan produksi sayuran
merupakan salah satu syarat mutlak untuk mencapai kesejahteraan umat
manusia (Satsijati, et al., 1987). Contoh komoditas sayuran yang banyak
sekali dibudidayakan adalah bayam ulat (Amaranthus tricolor L.) .
Tanaman bayam cabut merupakan tanaman yang sangat dibutuhkan
masyarakat mengingat fungsinya sebagai pemenuh kebutuhan gizi masyarakat
karena mengandung zat gizi antara lain : protein, karbohidrat, lemak, zat besi
vitamin A, B, C serta serat (Rukmana, 2010), sehingga harus dilakukan suatu
peningkatan produktivitas agar kebutuhan gizi masyarakat tercukupi.
Sehubungan dengan permintaan masyarakat yang meningkat terhadap
komoditas sayuran maka banyak sekali petani yang tertarik untuk menanam
bayam, didukung juga dengan kondisi iklim yang sesuai.
Penggunaan pestisida kimia sintesis untuk mengendalikan hama
mempunyai dampak negatif terhadap komponen ekosistem lainnya seperti
terbunuhnya musuh alami, resurgensi dan resistensi hama serta pencemaran
lingkungan karena residu yang ditinggalkan (Kishi et al., 1995), catatan dari
WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) juga mencatat bahwa diseluruh dunia
setiap tahunnya terjadi keracunan pestisida antara 44.000 – 2.000.000 orang
dan dari angka tersebut yang terbanyak terjadi dinegara berkembang.
Alternative yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah
dengan penggunaan insektisida nabati (bioinsektisida).
Menurut Setiawati dkk. (2008) penggunaan insekti nabati merupakan
alternative untuk mengendalikan serangan hama. Insektisida nabati relative
mudah didapat, aman terhadap hewan bukan sasaran dan mudah terurai di
alam sehingga tidak menimbulkan pengaruh samping.
Insektisida nabati merupakan insektisida yang berbahan baku
tumbuhan yang mengandung senyawa aktif berupa metabolit sekunder yang
mampu memberikan satu atau lebih aktivitas biologi, baik pengaruh pada
aspek fisiologis maupun tingkah laku dari hama tanaman serta memenuhi
syarat untuk digunakan dalam pengendalian hama tanaman (Dadang dan
Prijono, 2008). pemberian insektisida nabati pada tumbuhan memiliki sifat
yang aman bagi organisme dan aman bagi lingkungan. Dan pada insektisida
ini dapat membantu petani untuk tidak sering menggunakan insektisida
sintetik dan lebih sering menggunakan insektisida nabati yang lebih ramah
lingkungan. Jadi pada sayuran juga lebih aman untuk dikonsumsi dengan
yang menggunakan insektisida nabati dibandingkan dengan insektisida
sintetik.
Tumbuhan pada dasarnya mengandung banyak bahan kimia yang
merupakan produksi metabolit sekunder dan digunakan oleh tumbuhan
sebagai alat pertahanan dari serangga OPT (Organisme Pengganggu
Tanaman). Lebih dari 2.400 jenis tanaman yang termasuk kedalam 235 famili
dilaporkan mengandung bahan pestisida. Oleh karena itu, jika dapat mengolah
tumbuhan ini sebagai bahan pestisida, maka akan membantu masyarakat
petani untuk menggunakan pengendalian yang ramah lingkungan dengan
memanfaatkan sumber daya setempat yang ada disekitarnya (Kardinan, 2004).
Menurut Syahputra (2011) lebih dari 1.500 jenis tumbuhan dilaporkan dapat
berpengaruh buruk terhadap serangga. Family tumbuhan yang dianggap
merupakan potensial insektisida nabati adalah Meliaceae, Annonaceae,
Asteraceae, Piperaceae, dan Rutaceae.
Tumbuhan yang saat ini sedang dikembangkan sebagai insektisida
nabati yaitu tumbuhan yang menghasilkan minyak atsiri. Property minyak
atsiri tersebut berhubungan dengan senyawa yang dikandungnya terutama dari
golongan terpen, alcohol, aldehid, dan fenol seperti karvakrol, eugenol, timol,
sinamaldehid, asam sinamat, dan perialdehid (Burt, 2007). Selain itu,
Rodriguez dan Levin (1975) dalam Sukandar dkk., (2007:1) mengemukkan
bahwa minyak atsiri memiliki pengaruh sebagai penarik, atau sebagai
insektisida serangga. Selain minyak atsiri, senyawa aktif pada tumbuhan
seperti saponin, alkaloid, dan flavonoid juga sangat berpengaruh sebagai
insektisida serangga.
Tanaman Argeratum Conyzoides L. yang tumbuh dilingkungan
masyarakat sering dianggap sebagai tanaman gulma yang merugikan bagi
pertumbuhan tanaman pertanian, namun ternyata dapat dimanfaatkan sebagai
insektisida nabati yang sangat lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan
insektisida sintetik yang banyak mengandung pestisida yang membahayakan
kesehatan. Dalam penggunaan insektisida nabati tidak akan menimbulkan
efek samping atau efek negative untuk lingkungan maupun terhadap makhluk
hidup, sehingga penggunaan insektisida nabati ini sangat relative aman untuk
digunakan. Tidak beresiko keracunan pada tanaman, sehingga tanaman yang
menggunakan insektisida nabati ini lebih sehat dan lebih aman untuk
dikonsumsi dan jauh dari bahan kimia yang berbahaya. Pengendalian hama
dengan memanfaatkan pestisida alami dapat menjadi pilihan yang tepat, selain
murah, lestari dan ramah lingkungan. Pestisida alami juga mudah terurai dan
menjadi bahan yang tidak berbahaya, selain tidak berbahaya juga dapat
digunakan sebagai bahan pengusir terhadap serangga atau hama tertentu yang
menjadikannya sebagai alternative yang murah, ramah lingkungan dan aman.
Ageratum conyzoides L. merupakan tumbuhan sejenis gulma pertanian
anggota family Asteraceae yang lebih dikenal sebagai babadotan (Pujowati,
2006). Bagian tanaman Ageratum conyzoides L. yang digunakan untuk
dijadikan insektisida nabati adalah daunnya, karena didalam daun babadotan
terdapat kandungan senyawa saponin, flavonoid, polifenol dan minyak atsiri
yang ternyata cukup beracun bagi serangga, sehingga mampu menghambat
pertumbuhan serangga menjadi kepompong (Kardinan, 2004). Ageratum
conyzoides L. mengandung senyawa kimia dari golongan Precocene 1,
prepocene 2 , senyawa saponin, Flavonoid, polifenol, dan minyak atsiri
(Okunade, 2002; Pasaribu, 2009; Shinta dan Widiastuti, 2008).
Meskipun tanaman Ageratum conyzoides L. sering dianggap sebagai
tanaman gulma oleh masyarakat namun ternyata tanaman ini memiliki potensi
yang cukup baik sebagai insektisida nabati yang ramah lingkungan. Bagian
tanaman dari Ageratum conyzoides L. yang digunakan untuk ekstraksi bahan
insektisida nabati adalah bagian daun yang dapat digunakan sebagai untuk
mengendalikan organisme pengganggu tanaman (OPT) dan dapat merusak
lingkungan.
Dari permasalah yang timbul ini peneliti tertarik untuk memanfaatkan
tanaman Ageratum conyzoides L. sebagai insektisida nabati untuk mengatasi
permasalahan hama ulat bayam cabut (Spodoptera plusia hymenia) dengan
menggunakan uji toksisitas berbagai macam konsentrasi ekstrak tanaman
Ageratum conyzoides L. terhadap hama ulat bayam cabut (Spodoptera plusia
hymenia).

Anda mungkin juga menyukai