Anda di halaman 1dari 3

Nama : Rivan Adi Nugraha

Nim : 17.H1.0044

SUBJEK PAJAK

1. Badan

Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan
usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer,
perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam
bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi
massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk
kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.

2. Bentuk Usaha Tetap (BUT)

Bentuk Usaha Tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat
tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari
dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat
kedudukan di Indonesia, untuk menjalankan usaha dan melakukan kegiatan di Indonesia.

Yang tidak termasuk subjek pajak adalah:

a. kantor perwakilan negara asing;

b. pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat-pejabat lain dari negara asing
dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal
bersama-sama mereka dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima
atau memperoleh penghasilan di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut serta negara bersangkutan
memberikan perlakuan timbal balik;

c. organisasi-organisasi internasional dengan syarat:

1. Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut

2. tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia selain
memberikan pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota;

d. pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional sebagaimana dimaksud pada huruf c, dengan


syarat bukan warga negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha, kegiatan, atau pekerjaan lain
untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia sesuai PMK Nomor 215/PMK.03/2008
OBJEK PAJAK

OBJEK Pajak menjadi bagian yang penting dibicarakan atau dipersoalkan dalam hukum pajak. Objek
pajak dikatakan sebagai bagian terpenting karena wajib pajak tidak dikenakan pajak kalau tidak
memiliki, menguasai, atau menikmati objek pajak yang tergolong sebagai objek kena pajak sebagai
syarat-syarat objektif dalam pengenaan pajak. Berikut merupakan objek PPh Pasal 22 berdasarkan
Pasal 1 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 34/PMK.010/2017 (PMK 34/2017):

Impor barang dan ekspor barang komoditas tambang batubara, mineral logam, dan mineral bukan
logam yang dilakukan oleh eksportir

Pembayaran atas pembelian barang yang dilakukan oleh bendahara pemerintah dan Kuasa
Pengguna Anggaran (KPA) sebagai pemungut pajak pada Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,
Instansi atau lembaga Pemerintah, dan lembaga-lembaga negara lainnya.

Pembayaran atas pembelian barang dengan mekanisme uang persediaan (UP) yang dilakukan oleh
bendahara pengeluaran.

Pembayaran atas pembelian barang kepada pihak ketiga dengan mekanisme pembayaran langsung
(LS) oleh KPA atau pejabat penerbit surat perintah membayar yang diberi delegasi oleh KPA.

Pembayaran atas pembelian barang dan/atau bahan-bahan untuk keperluan kegiatan usahanya
Badan Usaha Milik Negara.

Penjualan hasil produksi kepada distributor di dalam negeri oleh badan usaha yang bergerak dalam
bidang usaha industri semen, industri kertas, industri baja, yang merupakan industri hulu, industri
otomotif, dan industri farmasi.

Penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri oleh Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM),
Agen Pemegang Merek (APM), dan importir umum kendaraan bermotor.

Penjualan bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas oleh produsen atau importir .

Pembelian bahan-bahan dari pedagang pengumpul untuk keperluan industrinya atau ekspornya oleh
industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan
perikanan; dan

Penjualan barang yang tergolong sangat mewah yang dilakukan oleh wajib pajak badan.
Sebelum masuk dalam pembahasan mengenai objek pajak yang dikecualikan dari PPh Pasal 22,
terlebih dulu akan dijelaskan apa saja jenis barang yang tergolong sangat mewah yang menjadi objek
PPh Pasal 22.

WAJIB PAJAK

Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri kertas, industri baja, industri
otomotif, dan industri farmasi, atas penjualan hasil produksinya kepada distributor di dalam negeri.

Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), Agen Pemegang Merek (APM), dan importir umum
kendaraan bermotor, atas penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri.

Produsen atau importir bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas, atas penjualan bahan
bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas.

Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri baja yang merupakan industri hulu,
termasuk industri hulu yang terintegrasi dengan industri antara dan industri hilir.

Pedagang pengumpul berupa badan atau orang pribadi yang kegiatan usahanya:

Mengumpulkan hasil kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan.

Menjual hasil tersebut kepada badan usaha industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor
kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan No.90/PMK.03/2015, pemerintah menambahkan


pemungut PPh Pasal 22 dengan wajib pajak badan yang melakukan penjualan barang yang tergolong
sangat mewah.

Sumber: https://elmaliawati.wordpress.com/2015/10/31/pajak-penghasilan-pasal-22/

http://www.klinikpajak.co.id/artikel+detail/?id=pajak+-+pph+pasal+22

Anda mungkin juga menyukai