Seminar Maternitas
Seminar Maternitas
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam Rencana Strategi Nasional Making Pregnancy Safer di Indonesia 2010-
2015 disebut bahwa dalam Rencana Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia Sehat
2015, Making Pregnancy Safer mempunyai misi dan visi untuk mencapai Indonesia sehat
2010. Visi Making Pregnancy Safer adalah semua perempuan di Indosenia dapat
menjalani kehamilan dan persalinan dengan aman dan bayi dilahirkan hidup sehat.
Sedangkan misinya adalah menurunkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir
melalui pemantapan sistem kesehatan untuk menjamin ASKES terhadap intervensi yang
cost-effective berdasarkan bukti ilmiah yang berkualitas, memberdayakan wanita,
keluarga dan masyarakat dan mempromosikan kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang
lestari sebagai suatu prioritas dalam program pembangunan nasional. Dan tujuan Making
Pregnancy Safer adalah menurunkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir di
Indonesia (Depkes RI, 2011).
Menurut data WHO, sebanyak 99% kematian ibu akibat masalah persalinan atau
kelahiran yang terjadi di negara-negara berkembang. Rasio kematian ibu di negara-
negara bekembang merupakan yang tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100.000
kelahiran bayi hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu di sembilan negara
maju dan 51 negara persemakmuran.
Persalinan yang didapat dari WHO kejadian vakum ekstraksi berkisar antara 38%
dan pervaginam berkisar 62% pada presentase belakang kepala. Sekalipun kejadian kecil
tetapi mempunyai penyulit yang besar dengan angka kematian ibu 90% disebabkan oleh
perdarahan yaitu (Mochtar 2014) atonia uteri 50% - 60 %, retensio plasenta 16% -17 %,
laserasi jalan lahir 4% - 5%, kelainan darah 0,5% - 0,8%, infeksi, partus lama dan
komplikasi lain (Depkes RI, 2014).
Dr. Ieke menegaskan bahwa 90% kematian ibu di Indonesia disebabkan oleh
pendarahan (30%), infeksi (12%), eklampsia (25%), partus lama (11%), komplikasi
abortus (12%) dan penyebab lainnya (Depkes RI, 2014). Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menunjukkan bahwa terdapat peningkatan AKI
dari 307 menjadi 390 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2012).
AKI di Sumatra Barat masih relatif tinggi dan diketahui bahwa AKI merupakan
indikator besar sebagai penilaian daerah dalam keberhasilan meningkatkan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM), untuk sektor kesehatan ditandai dengan turunnya angka
kematian ibu dan bayi serta meningkatnya umur harapan hidup. Pada tahun 2010 angka
kematian ibu di Sumatra Barat mencapai 114/ 100.000 kelahiran hidup (Yuswanti, 2010).
Setelah dilakukan pengkajian pada Ny. A didapatkan data bahwa Ny. A Partus
dengan vakum ekstraksi, Ny. A merasa cemas karena baru pertama kali merasakan partus
dengan vakum ekstraksi, Ny A tampak cemas, kepala terasa pusing, badan terasa letih.
Berdasarkan penjelasan di atas penulis tertarik untuk mengangkat kasus pada Ny. A
dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Ny. A Post Partum dengan Vakum
Ekstraksi di Ruang Rawat Inap Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSAM
Bukittinggi”.
B. Tujuan Pengkajian
a. Tujuan Umum
Mahasiwa mampu memahami dan melakukan Asuhan Keperawatan pada pasien
Post Partum dengan vakum ekstraksi.
b. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami konsep Post Partum dengan vakum ekstraksi
b. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada Ny. A PostPartum dengan vakum
ekstraksi di Ruang Rawat Inap Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSAM
Bukittinggi”.
c. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada Ny. A Post Partum
dengan vakum ekstraksi di Ruang Rawat Inap Kebidanan dan Penyakit Kandungan
RSAM Bukittinggi”.
d. Mahasiswa mampu membuat intervensi keperawatan pada Ny. A Post Partum
dengan vakum ekstraksi di Ruang Rawat Inap Kebidanan dan Penyakit Kandungan
RSAM Bukittinggi”.
e. Mahasiswa mampu melakukan implementasi keperawatan pada Ny. A Post Partum
dengan vakum ekstraksi di Ruang Rawat Inap Kebidanan dan Penyakit Kandungan
RSAM Bukittinggi”.
f. Mahasiswa mampu membuat evaluasi keperawatan pada Ny. A Post Partum dengan
vakum ekstraksi di Ruang Rawat Inap Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSAM
Bukittinggi”.
g. Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada Ny. A Post
Partum dengan vakum ekstraksi di Ruang Rawat Inap Kebidanan dan Penyakit
Kandungan RSAM Bukittinggi”.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
I. KonsepMasa Nifas (Post Partum)
1. Defenisi
Masa nifas adalah suatu periode pertama setelah kelahiran, peiode ini tidak pasti,
sebagian besar menganggapnya antara 4 minggu hingga 6 minggu. Walaupun merupakan
masa yang relatif tidak kompleks dibandingkan dengan kehamilan, nifas ditandai oleh
banyak perubahan fisiologis. Beberapa dari perubahan tersebut dapat menyebabkan
komplikasi yang serius (Cunnningham Gary, 2015).
Periode postpartum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu kembali
pada keadaan tidak hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya anggota keluarga baru
(Mitayani, 2013)
Masa puerpenium (nifas) adalah masa setelah partus selesai dan berakhir kira-kira
6-8 minggu. Akan tetapi seluruh alat genetal baru pulih kembali seperti sebelumnya ada
kehamilan dalam waktu 3 bulan. (Sitti saleha, 2015). Masa nifas/ peurpenium dibagi
dalam 3 periode :
a. Puerpenium dini : kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-
jalan.
b. Puerpenium intermedial : kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya
6-8 minggu.
c. Remote puerpenium : waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila selama hamil atau waktu persalinan. mempunyai komplikasi .
Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.
2. Etiologi
Menurut Dewi Vivian, Sunarsih (2013), Etiologi post partum dibagi menjadi 2
yaitu :
a. Post partum dini
Post partum dini adalah atonia uteri, laserasi jalan lahir, robekan jalan
lahir dan hematoma.
b. Post partum lambat
Post partum lambat adalah tertinggalnya sebagian plasenta, ubinvolusi
didaerah insersi plasenta dari luka bekas secsio sesaria.
3.Fisiologi
a.Involusi uterus
Involusi adalah proses kembalinya uterus ke dalam keadaan sebelum hamil
setelah melahirkan. Proses ini segera setelah pascapartum, berat uterus menjadi 1.000
gr. Selama masa nifas, dua hari setelah pelahiran uterus mulai berinvolusi. Sekitar 4
minggu setelah pelahiran uterus kembali ke ukuran sebelum hamil (Dewi
Vivian&Sunarsih, 2013).
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut :
1) Iskemia miometrium Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus menerus.
2) Autolisis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi didalam otot
uterus.
3) Efek oksitosin , Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot
uterin sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan
berkurangnya suplai darah ke uterus.
Tabel 2.1. Involusi uterus
No Waktu TFU Konsistensi After pain Kontra
ksi
Masa nifas
Adekuat tidak adekuat penurunan hormone kondisi ibu blajar ttg hal baru mampu
progesterone estrogen lemah mngalami prubhan menyesuaikn
Kontraksi uterus kontraksi uterus signifikan diri dg kel
Kuat lemah peningkatan hormone prolaktin terfokus
Lochea involusPendarahan anomia uteri pembentukan asi pada diri sendiri butuh informasi mandiri
Asi keluar butuh pelayanan dan
Kuman mudah nyeri plindungan Kurangnya Menerima
Berkembang reflek bayi kelainan ibu pengetahuan tanggung
jawab
Baik dan bayi Deficit perawatan
Resiko infeksi diri
8. Penatalaksaan medis
a. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)
b. 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring kanan kiri
c. Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang benar danperawatan
payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas, pemberian informasi tentang
senam nifas.
d. Hari ke- 2 : mulai latihan duduk
e. Hari ke- 3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan
II. Konsep vakum ekstraksi
1. Defenisi
Vakum ekstraksi adalah suatu persalinan buatan, janin dilahirkan dengan
ekstraksi tenaga negatif (vacum) di kepalanya (Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1.
2001: 331).Vakum ekstraksiadalah tindakan obstetrik yang bertujuan untuk
mempercepat kala pengeluaran dengan sinergi tenaga mengejan ibu dan ekstraksi pada
bayi (Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. 2013: 495.)
Vakum ekstraksi adalah suatu tindakan obstetrik yang bertujuan untuk
mempercepat persalinan pada keadaan tertentu dengan menggunakan vacum
ekstraktor (Standar Pelayanan Kebidanan: 60). Vaccum is an operation for the
delivery of the fetal head from the mother by use of a vacuum extractor applied to the
fetal scalp on presence of maternal effort (Hughes).Vakum ekstraksi adalah suatu
instrumen obstetrik untuk melahirkan bayi. Aplikasi ekstraktor vakum: outlet, rendah
dan tengah seperti pada ekstraksi forsep (Sarwono Prawirohardjo.2014).
Vakum ekstraksi adalah suatu persalinan buatan dengan prinsip antara kepala
janin dan alat penarik mengikuti gerakan alat vakum ekstraktor.Vakum ekstraktor
adalah alat yang menggunakan daya hampa udara (tekanan negatif) untuk melahirkan
bayi dengan tarikan pada kepala (Sarwono Prawirohardjo.2014. Ilmu Kebidanan: 831).
Prinsip dari cara ini adalah mengadakan suatu vakum (tekanan negatif) melalui
suatu cup pada kepala bayi, dengan demikian akan timbul caput secara artificiil dan
cup akan melekat erat pada kepala bayi. Penurunan tekanan harus diatur perlahan-
lahan untuk menghindarkan kerusakan pada kulit kepala, mencegah timbulnya
perdarahan pada otak bayi dan supaya timbul caput succedaneum. Jadi, prinsip kerja
vakum ekstraksi yaitu membuat suatu caput succedaneum artifisialis dengan cara
memberikan tekanan negatif pada kulit kepala janin melalui alat ekstraktor vakum dan
caput ini akan hilang dalam beberapa hari.
2. Indikasi dan Kontraindikasi Vakum Ekstraksi
1) Indikasi Ibu
a. Power Ibu Menurun
Tanda: frekuensi his semakin menurun, nadi ibu cepat > 100 x/mnt, napas cepat
> 40x/mnt.
b. Decom Tingkat I
Tanda: sesak napas yang dialami ibu setelah ibu mengejan.
c. Tekanan Darah Naik
Tanda: ibu pusing, ada kenaikan tekanan sistole dan diastole
d. Tidak Kuat Mengejan
Penurunan kepala janin statis, saat ibu mengejan dua kali kepala tidak
mengalami penurunan.
e. Adanya Kenaikan Suhu
Suhu naik lebih dari normal, > 37,5
2) Indikasi Janin
a. Gawat Janin
DJJ janin 160x/mnt
3) Indikasi Waktu
a. Kala II Memanjang
Tanda: pada primi peralinan kala II > 2 jam, pada multi > 1 jam
4) Kontraindikasi Vakum Ektraksi
Ibu: ibu yang menderita rupture uteri membakat, ibu yang tidak boleh
mengejan (ibu dengan penyakit jantung, asma, hipertensi).
Janin : Mal presentasi kepala janin (dahi, muka, bokong, puncak kepala), bayi
prematur, gawat janin, caput succedaneum yang sudah besar. (Ilmu Kebidanan:
Patologi & Fisiologi Persalinan, 2010).
3. Komplikasi
Menurut Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal Edisi
1 Cetakan 13, 2014. Komplikasi yang akan terjadi pada vakum ekstraksi:
1) Ibu : perdarahan akibat atonia uteri / trauma, trauma jalan lahir.
2) Bayi : ekstraksi kulit kepala, sefal hematoma, nekrosis kulit kepala, perdarahan
intracranial, fraktur klavikula.
4. Keuntungan dan Kerugian Tindakan Vakum Ekstraksi
Keuntungan tindakan vakum ekstraksi:
1. Cup dapat dipasang waktu kepala masih agak tinggi, H III atau kurang dari
demikian mengurangi frekuensi SC. Tidak perlu diketahui posisi kepala dengan
tepat, cup dapat di pasang di belakang kepala, samping kepala ataupun dahi, tarikan
tidak dapat terlalu berat. Dengan demikian kepala tidak dapat dipaksakan melalui
jalan lahir. Apabila tarikan terlampau berat cup akan lepas dengan sendirinya.
2. Cup dapat di pasang meskipun pembukaan belum lengkap, misalnya pada
pembukaan 8-9 cm, untuk mempercepat pembukaan. Untuk ini dilakukan tarikan
ringan yang kontinu sehingga kepala menekan pada cervik. Tarikan tidak boleh
terlalu kuat untuk mencegah robekan cervik. Di samping itu cup tidak boleh
terpasang lebih dari ½ jam untuk menghindari kemungkinan timbulnya perdarahan
pada otak.
3. Vakum ekstraktor dapat juga dipergunakan untuk memutar kepala dan mengadakan
fleksi kepala (misal pada letak dahi).
(Ilmu Kebidanan: Patologi & Fisiologi Persalinan, 2010).
Kerugian tindakan vakum ekstraksi:
1. Kerugian dari tindakan vakum adalah waktu yang diperlukan untuk pemasangan
cup sampai dapat ditarik relatif lebih lama (kurang lebih 10 menit).Cara ini tidak
dapat dipakai apabila ada indikasi untuk melahirkan anak dengan cepat seperti
misalnya pada fetal distress (gawat janin) alatnya relatif lebih mahal dibanding
dengan forcep biasa (Ilmu Kebidanan: Patologi & Fisiologi Persalinan, 2010).
5. Pelaksanaan Vakum Ekstraksi
Langkah klinik
a) Persetujuan tindakan medic
b) Persiapan sebelum tindakan
1. Pasien
a. Cairan dan selang infuse sudah terpasang. Perut bawah dan lipat paha
sudah dibersihkan dengan air dan sabun.
b. Uji fungsi dan perlengkapan peralatan ekstraksi vakum.
c. Siapkan alas bokong, sarung kaki dan penutup perut bawah.
d. Medikamentosa
1) Oksitosin
2) Ergometrin
3) Prokain 1%
e. Larutan antiseptic (providon lodin 10 %)
f. Oksigen dengan regulator.
g. Instrument
1) Set partus : 1 set
2) Vakum ekstraktor : 1 set. klem ovum : 2
3) Cunam tampon : 1
4) Tabung 5 ml dan jarum suntik No. 23 ( sekali pakain) : 2
5) Speculum sim’s atau L dan kateter karet : 2 dan 1
2. Penolong ( operator dan asisten)
a. Baju kamar tindakan, pelapis plastik, masker dan kacamata pelindung : 3
set.
b. Sarung tangan DTT/steril : 4 pasang
c. Alas kaki (sepatu/”boot” plastik) : 3 pasang.
d. Instrument
1) Lampu sorot : 1
2) Monoaural stetoskop, tensimeter : 1
3. Bayi
a. Instrument
1) Penghisap lendir dan sudep/penekan lidah : 1 set
2) Kain penyeka muka dan badan : 2.
3) Meja bersih, kering dan hangat (untuk tindakan) : 1.
4) Incubator : 1 set.
5) Pemotong dan pengikat tali pusat : 1 set.
6) Tabung 20 ml dan jarum suntik No. 23 /insulin (sekali pakai) : 2.
7) Kateter intravena atau jarum kupu-kupu : 2
8) Popok dan selimut : 1.
9) Alat resusitasi bayi.
b. Medikamentosa
1) Larutan bikarbonas natrikus 7,5% atau 8,4%.
2) Nalokson (narkan) 0,01 mg/kg BB.
3) Epinefrin 0,01%.
4) Antibiotika.
5) Akuabidestilata dan dekstrose 10%.
c. Oksigen dengan regulator
6. Tindakan
1. Instruksikan asisten untuk menyiapkan ekstraktor vakum dan pastikan petugas dan
persiapan untuk menolong bayi telah tersedia.
2. Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan terpenuhinya persyaratan ekstraksi
vakum. Bila penurunan kepala di atas H IV (0/5), rujuk pasien kerumah sakit.
3. Masukan tangan kedalam wadah yang mengandung larutan clorin 0,5%, bersihkan
darah dan cairan tubuh yang melekat pada sarung tangan, lepaskan secara terbalik
dan rendam dalam larutan tersebut.
4. Pakai sarung tangan DTT/steril yang baru.
7. Pemasangan mangkok vakum
1. Masukan mangkok vakum melalui introitus vagina secara miring dan setelah
melewati introitus, pasangkan pada kepala bayi (perhatikan agar tepi mangkok tidak
terpasang pada bagian yang tidak rata/moulage didaerah ubun-ubun kecil)
2. Dengan jari tengah dan telunjuk, tahan mangkok pada posisinya dan dengan jari
tengah dan telunjuk tangan lain, lakukan pemeriksaan disekeliling tepi mangkok
untuk memastikan tidak ada bagian vagina atau porsio yang terjepit diantara
mangkok dan kepala.
3. Setelah hasil pemeriksaan ternyata baik, keluarkan jari tangan pemeriksaan dan
tangan penahan mangkok tetap pada posisinya.
4. Instruksikan asisten untuk menurunkan tekanan (membuat vakum dalam mangkok)
secara bertahap.
5. Pompa hingga tekanan skala 10 (silastik) atau -2 (malmstroom) setelah 2 menit,
naikan hingga skala 60 (silastik) dan -6 (malmstroom) dan tunggu 2 menit.
Ingat : jangan gunakan tekanan maksimal pada kepala bayi, lebih dari 8 meni
6. Sambil menunggu his, jelaskan pada pasien bahwa pada his puncak (fase acme)
pasien harus mengedan sekuat dan selama mungkin. Tarik lipat lutut dengan lipat
siku agar tekanan badomen menjadi lebh efektif.
8. Penarikan
1. Pada fase acme (puncak) dari his, minta pasien untuk mengedan, secara simultan
lakukan penarikan dan pengait mangkuk, dengan arah sejajar lantai (tangan luar
menarik pengait, ibu jari dan tangan dalam pada mangkuk, telunjuk dan jari tengah
pada kulit kepala bayi).
2. Bila belum berhasil pada tarikan pertama, ulangi lagi pada tarikan kedua.
Episiotomi (pada pasien dengan perineum yang kaku) dilakukan pada saat kepala
mendorong perineum dan tidak masuk kembali.
a. Bila tarikan ketiga dilakukan dengan benar dan bayi belum lahir, sebaiknya
pasien dirujuk (ingat : penatalaksanaan rujukan).
b. Apabila pada penarikan ternyata mangkuk terlepas hingga dua kali, kondisi ini
juga mengharuskan pasien dirujuk.
3. Saat suboksiput berada dibawah simfisis, arahkan tarikan keatas hingga lahirlah
berturut-turut dahi, muka dan dagu.
9. Melahirkan Bayi
1. Kepala bayi dipegang biparietal, gerakan kebawah untuk melahirkan bahu depan
kemudian gerakan keatas untuk melahirkan bahu belakang, kemudian lahirkan
seluruh tubuh bayi.
2. Bersihkan muka (hidung dan mulut) bayi dengan kain bersih, potong tali pusat dan
serahkan bayi pada petugas bagian anak
10. Penjahitan Episiotomi
1. Pasang penpang bokong (beri alas kain). Suntikan prokain 1% (yang telah
disiapkan dalam tabung suntik) pada sisi dalam luka episiotomi (otot, jaringan,
mukosa dan subkutis) bagian atas dan bawah.
2. Uji hasil infiltrasi dengan menjepit kulit perineum yang dianestesi dengan pinset
bergigi.
3. Masukan tampon vagina kemudian jepit tali pengikat tampon dan kain penutup
perut bawah dengan kocher.
4. Dimulai dari ujung luka episiotomi bagian dalam, jahit otot dan mukosa secara
jelujur bersimpul kearah luar kemudian tautkan kembali kulit secara subkutikuler
atau jelujur matras.
5. Tarik tali pengikat tampon vagina secara perlahan-lahan hingga tampon dapat
dikeluarkan, kemudian kosongkan kandung kemih.
6. Bersihkan noda darah, cairan tubuh dan air ketuban dengan kapas yang telah
diberi larutan antiseptic.
7. Pasang kasa yang dibasahi dengan providon lodin pada tempat jahitan episiotomi.
1) Identitas klien
Nama, tempat tanggal lahir/umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa,
alamat, tanggal masuk rumah sakit, no.medrek, diagnosa medis.
2) Identitas penanggung jawab
Nama, hubungan dengan klien, usia, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat.
3) Keluhan utama.
Nyeri pinggang sampai keari-ari dan keluar lender bercampur darah.
4) Riwayat penyakit sekarang.
Post partus dengan vakum, klien mengatakan saat ini tidak sedang
menderita penyakit jantung,hipertensi, DM (Diabetes Melitus), malaria, maupun
HIV/AIDS.
5) Riwayat penyakit dahulu.
Klien mengatakan tidak pernah menderita penyakit jantung, hipertensi, DM
(Diabetes Melitus), malaria,ataupun HIV/AIDS.
6) Riwayat kesehatan keluarga.
Klien mengatakan keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular
seperti TBC, hepatitis, penyakit keturunan seperti DM maupun hipertensi, dan
tidak memiliki riwayat kembar maupun cacat.
7) Riwayat perkawinan
Menikah pada usia : … tahun
Menikah : ….kali
Lama menikah :…….
8) Riwayat obstetric
b. Riwayat menstruasi
a) Menarche : .. tahun
b) Siklus : .. hari
c) Lamanya : .. hari
d) Jumlah : .. kali ganti pembalut
e) Warna darah : ..
f) Keluhan
c. Riwayat kehamilan sekarang
a) G0P0A0
b) HPHT
c) HPL
d) Umur kehamilan menurut klien
e) ANC
f) Dimana
g) Tablet Fe
h) Imunisasi TT
i) Kebiasaan ibu
j) Merokok
k) Jamu
l) Obat-obatan
m) Gerakan janin 1 kali
n) Kekhawatiran yang dirasakan
o) Rencana persalinan dimana
d. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
9) Riwayat KB
a) Pernah KB
b) Rencana KB yang akan datang
10) Pola pemenuhan kebutuhan sehari – hari
a) Pola nutrisi
b) Pola eliminasi
BAB encer, berapa jumlah, berapa kali dalam sehari.
Urine : berapa jumlah urine dalam sehari, berapa kali BAK dalam satu
hari.
c) Pola aktivitas
Klien tidak dapat beraktivitas.
b. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum: apakah klien lemah, gelisah,sedang,baik.
2. Kesadaran: dilihat apakah ada tanda-tanda penurunan kesadaran.
3. Tanda-tanda vital: nadi, pernafasan, saturasi O2, dan suhu.
a. Kepala: saat inspeksi keadaan kulit kepala, keadaan rambut, apakah ada luka
atau benjolan, saat dipalpasi apakah ada nyeri tekan.
b. Wajah: kesemetrisan wajah, apakah wajah bersih atau kotor, dilihat apakah ada
luka atau benjolan pada wajah.
c. Telinga: kesemetrisan telinga, keadaan telinga bersih atau kotor, apakah ada
luka atau benjolan, dipalpasi apakah ada nyeri tekan di sekitar telinga.
d. Mata: dilihat apakah mata kanan dan kiri simetris, dilihat refleks pupil, apakah
sklera putih atau ikterik, kunjungtiva merah atau anemis.
e. Hidung: dilihat adanya septum, apakah ada sekret atau cairan, dilihat apakah
ada pernafasan cuping hidung, irama pernafasan.
f. Mulut: mukosa bibir apakah lembab atau kering, adanya tanda-tanda sianosis di
bibir, dilihat keadaaan gusi, keadaan lidah bersih atau kotor.
g. Leher: keadaan leher bersih atau kotor, dipalpasi apakah ada pembesaran
kelenjar tiroid atau tidak.
h. Dada: simetris, tidak ada benjolan, mammae simetris Aerola
Mammae:Hyperpigmentasi:Kelenjar Montogomery : Terlihat Putting
Susu: Menonjol Colustrum : Belum Keluar.
i. Abdomen: lihat keadaan perut apakah bersih atau kotor, apakah ada distensi
abdomen, apakah bising usus hiperaktif, apakah ada nyeri tekan.adakah bekas
operasi.
j. Ektremitas atas dan bawah: dilihat apakah ada kekakuan otot pada ektemitas
atas dan bawah, ada oedema, adakah varises
k. Kulit: dilihat kebersihan kulit, apakah kulit kemerahan, apakah kulit teraba
hangat.
4. Data penunjang
a. laboratorium
c. Analisa Data
MASALAH
NO DATA ETIOLOGI
KEPERAWATAN
1. DS: trauma jalan lahir, Nyeri akut
Pat mengatakan nyeri pada bekas epiostomi
jahitan
DO:
Pat tampak nyeri, pat meringis,
skala nyeri 4
2. DS: kelelahan post Intoleransi aktifitas
Pat mengatakan bekas jahitan partum.
sakit saat bergerak, pat
mengatakan aktivitas dibantu
keluarga.
DO:
Adl pat tampak dibantu, pat hanya
berbaring di tempat tidur
3. DS: trauma jalan lahir Resiko infeksi
Pat mengatakan takut untuk
bergerak karna baru selesai
melahirkan
DO:
Pat hanya berbaring dan
kebersihan pat kurang
diperhatikan
4 DS: kurangnya pengetahuan ansietas
Pat mengatakan baru pertamakali
melahirkan di vakum
DO: pat tampak cemas
d. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b/d agen injuri fisik (trauma jalan lahir, epiostomi)Pola nafas tidak
efektif b/d hiperventilasi
2. Intoleransi aktifitas b/d kelemahan; kelelahan post partum.
3. Resiko infeksi b/d trauma jalan lahir
4. Ansietas b/d kurang pengetahuan
e. Intervensi Keperawatan
PENGKAJIAN KASUS
A. Pengkajian
I. Biodata
A. Identitas Klien
Nama : Ny.A MR : 23 55 35
Tempat/Tggl Tahir : Pakan Kamis/ 17- 06 - 1987
Umur : 31 tahun 6 bulan
Jenis Kelamin : perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS
Alamat : Tilatang kamang
Tggl Masuk RS/Pukul : 17 Desember 2018 / 22.44 WIB
Tggl Pengkajian/pukul : 18 Desember 2018/11.00 WIB
Diagnosa Medik : P2A1H2+Nifas Post Partus Vacum
B. Identitas Penanggung Jawab
1. Nama : Tn.Y
Umur : 33 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Alamat : Tilatang kamang
Hubungan dengan klien : Suami
II. Riwayat Kesehatan
A. Keluhan Utama/Alasan masuk
Pasien P2A1H2 post partus dengan vakum, nyeri pada bekas jahitan perineum,
kepala sedikit pusing, badan terasa lemas.
B. Riwayat Kesehatan Sekarang
Saat pengkajian tanggal 18 Desember 2018, Pasien mengatakan nyeri pada bekas
partus, kepala sedikit pusing, dan terasa lemas.
C. Riwayat Kesehatan Lalu
Pat tidak ada riwayat HT , Jantung, Paru, dan penyakit menular lainnya
D. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita keluhan dan
penyakit serupa dengan pasien, dan tidak ada keluarga menderita penyakit menular
ataupun penyakit keturunan.
E. Riwayat perkawinan
Menikah pada usia :27 tahun
Menikah : 1 kali
Lama menikah : 4 tahun
F. Riwayat obstetric
e. Riwayat menstruasi
a) Menarche : 14 tahun
b) Siklus : 28 hari
c) Lamanya : 7 hari
d) Jumlah : 3kali ganti pembalut
e) Warna darah :merah
f) Keluhan : dismenorhea
G. Riwayat kehamilan
a) P2A1H2
b) Umur kehamilan menurut klien : 40 minggu
c) Kebiasaan ibu
Merokok : tidak pernah
Jamu ; tidak pernah
Obat-obatan : sesuai resep dokter
d) Kekhawatiran yang dirasakan : cemas partus dengan vakum
e) Rencana persalinan : normal
H. Riwayat KB
a) Pernah KB : tidak pernah
b) Rencana KB yang akan datang : tidak ada
I. Pola pemenuhan kebutuhan sehari – hari
Kebutuhan Sehari –
Selama Hamil Mendekati Persalinan
Hari
Pola Nutrisi Makan : 3x sehari Makan : 3x
Minum : 5-6 gelas sehari Minum : 2-3 gelas
Pola Eliminasi BAB : 1x sehari BAB : -
BAK : 5-6x sehari BAK : 5 sehari
Pola Istirahat Tidur malam : 6 jam Tidur malam : 4 jam
Tidur siang : 2 jam Tidur siang :30 menit
disela-sela kontraksi
Pola Aktivitas Bersih-bersih, memasak Berbaring
Personal Hygiene Mandi : 2-3 x sehari Mandi : -
Ganti pakaian : 2-3 x Ganti pakaian : 1x
sehari
Pola Seksual 1 x 2 minggu Belum pernah
J. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum : Baik
2) Tingkat kesadaran : Compos mentis
3) TTV
TD : 120/80 mmHg
N : 84 x/rmenit
S : 36,70C
RR : 22 x/menit
BB sebelum hamil : 55 kg
TB : 156 cm
4) Head to Toe
Kepala
Rambut : Lurus, bersih dan tidak ada ketombe.
Mata : Simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.
Hidung : Bersih, tidak ada polip
Mulut : Bibir tidak kering, gigi tidak caries, rongga mulut bersih
Telinga : Simetris, ada serumen, pendengaran baik.
Muka : Tidak ada oedema, tidak pucat.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
Dada : I : Simetris, P: tidak ada benjolan.
Mammae : I : Simetris, P : tidak ada kelainan atau pembengkakan
Aerola Mammae: Hyperpigmentasi.
Putting Susu : Menonjol
Colustrum : Sudah Keluar.
Abdomen : I : Tidak ada bekas operasi, P : tidak ada benjolan TFU :
1Cm diatas pusat pada12 jam setelah lahir.
Genetalia : Ada lendir darah pada kemaluan , terpasang kateter, heating
pada perineum , Anus tidak Haemoroid.
Ekstermitas Atas & Bawah : Simetris, tidak oedema, tidak varises. Terpasang
infuse pada Tangan Kiri
5) Data penunjang
Hasil pemeriksaan laboratorium :
HB : 12 gr %
HBsAG : - (negatif)
Protein urin : - (negatif)
K. Analisa Data
MASALAH
NO DATA ETIOLOGI
KEPERAWATAN
1. DS: trauma jalan lahir, Nyeri akut
Pat mengatakan nyeri pada bekas jahitan epiostomi
DO:
Pat tampak nyeri, pat meringis, skala
nyeri 4
P : Nyeri pada perineum
Q : Skala nyeri: 4
R : dibagian perineum
S : E4 V5 M6
T : Saat bergerak
2. DS: kelelahan post Intoleransi aktifitas
Pat mengatakan bekas jahitan sakit saat partum.
bergerak, pat mengatakan aktivitas
dibantu keluarga.pat merasa susah
beraktivitas karena terpasang infuse dan
kateter
DO:
Adl pat tampak dibantu, pat hanya
berbaring di tempat tidur, pat terpasang
infuse pada tangan kiri, pat terpasang
kateter
3 DS: trauma jalan lahir Resiko infeksi
Pat mengatakan takut untuk bergerak
karna nyeri
DO:
Pat hanya berbaring dan kebersihan pat
kurang diperhatikan
4. DS: Kurang pengetahuan Ansietas
Pat mengatakan takut karna baru
pertama kali vakum
DO:
Pat tampak cemas
Pat tampak gelisah
Pat tampak berkeringat
Pat tampak tidak nyaman dengan
nyeri yang dialaminya
TD : 120/80 mmHg
RR : 22 x/menit
Nadi : 84 x/menit
Suhu : 36,70C
L. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b/d agen injuri fisik (trauma jalan lahir, epiostomi)
2. Intoleransi aktifitas b/d kelemahan; kelelahan post partum.
3. Resiko infeksi b/d trauma jalan lahir
4. Ansietas b/d kurang pengetahuan
C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
No NOC NIC
Keperawatan
1 Nyeri akut b/d agen NOC : NIC :
injuri fisik (trauma Pain Level Pain Management
jalan lahir, epiostomi) Pain control, 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
Comfort level komprehensif termasuk lokasi,
Kriteria Hasil : karakteristik, durasi, frekuensi,
Mampu mengontrol kualitas dan faktor presipitasi
nyeri (tahu penyebab 2. Observasi reaksi nonverbal dari
nyeri, mampu ketidaknyamanan
menggunakan tehnik 3. Gunakan teknik komunikasi
nonfarmakologi untuk terapeutik untuk mengetahui
mengurangi nyeri, pengalaman nyeri pasien
mencari bantuan) 4. Kaji kultur yang mempengaruhi
Melaporkan bahwa nyeri respon nyeri
berkurang dengan 5. Evaluasi pengalaman nyeri masa
menggunakan lampau
manajemen nyeri 6. Evaluasi bersama pasien dan tim
Mampu mengenali nyeri kesehatan lain tentang
(skala, intensitas, ketidakefektifan kontrol nyeri
frekuensi dan tanda masa lampau
nyeri) 7. Bantu pasien dan keluarga untuk
Menyatakan rasa mencari dan menemukan
nyaman setelah nyeri dukungan
berkurang 8. Kontrol lingkungan yang dapat
Tanda vital dalam mempengaruhi nyeri seperti suhu
rentang normal ruangan, pencahayaan dan
kebisingan
9. Kurangi faktor presipitasi nyeri
10. Pilih dan lakukan penanganan
nyeri (farmakologi, non
farmakologi dan inter personal)
11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
12. Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
13. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
14. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
15. Tingkatkan istirahat
16. Kolaborasikan dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil
17. Monitor penerimaan pasien
tentang manajemen nyeri
Analgesic Administration
Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas, dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat
Cek instruksi dokter tentang jenis
obat, dosis, dan frekuensi
Cek riwayat alergi
Pilih analgesik yang diperlukan
atau kombinasi dari analgesik
ketika pemberian lebih dari satu
Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya nyeri
Tentukan analgesik pilihan, rute
pemberian, dan dosis optimal
Pilih rute pemberian secara IV, IM
untuk pengobatan nyeri secara
teratur
Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
pertama kali
Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
Evaluasi efektivitas analgesik,
tanda dan gejala (efek samping)
DIANA ZULHIJAH
SHINTIA DWI NANDA PUTRI
YULIANTI PUTRI