$bab Iv
$bab Iv
A. DEFINISI
Kanker leher rahim (serviks) adalah tumbuhnya sel-sel abnormal pada
jaringan serviks. Kanker serviks merupakan pertumbuhan baru yang ganas
terdiri dari sel-sel epithelial yang cenderung menginfiltrasi jaringan
sekitarnya dan menimbulkan metastasis. Kanker serviks merupakan kanker
yang terjadi pada serviks atau leher rahim, suatu daerah pada organ
reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim, letaknya
antara rahim (uterus) dan liang senggama atau vagina.
B. ETIOLOGI
Ada beberapa faktor resiko dan faktor predisposisi yang menonjol yaitu:
a. Umur
Umur pertama kali melakukan hubungan seksual. penelitian menunjukkan
bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan seksual maka semakin
besar kemungkinan mendapat kanker servik. Menikah pada usia 20 tahun
dianggap masih terlalu muda
b. Jumlah Kehamilan dan Partus
Kanker servik dijumpai pada wanita yang sering partus. Kehamilan yang
optimal adalah kehamilan anak lebih dari tiga. Kehamilan setelah tiga
mempunyai resiko yang meningkat.
c. Jumlah Perkawinan
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti
pasangan mempunyai faktor resiko yang sangat besar terhadap kanker
serviks
d. Infeksi Virus
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus human papiloma (HPV)
diduga sebagai faktor penyebab kanker serviks.
e. Sosial ekonomi
Kanker servik banyak dijumpai pada golongan social ekonomi rendah.
Hal ini disebabkan faktor social ekonomi erat kaitannnya dengan gizi,
imunitas, dan kebersihan perorangan. Pada golongan social ekonomi
rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang, sehingga
mempengaruhi imunitas tubuh.
f. Merokok dan AKDR ( Alat Kontrasepsi Dalam Rahim )
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker. Wanita perokok
memiliki resiko 2 kali lebih besar terkena kanker serviks dibandingkan
dengan wanita tidak merokok. Penelitian menunjukkan, lendir serviks
pada wanita perokok mengandung nikotin dan zat-zat lainnya yang ada di
dalam rokok. Zat-zat tersebut akan menurunkan daya tahan serviks di
samping merupakan ko-karsinogen infeksi virus. Sedangkan pemakaian
AKDR akan terpengaruh terhadap servik yaitu bermula dari adanya erosi
servik yang kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus
menerus. Hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks.
g. Riwayat kanker serviks pada keluarga
Bila seorang wanita mempunyai saudara kandung atau ibu yang
mempunyai kanker serviks, maka ia mempunyai kemungkinan 2-3 kali
lebih besar untuk juga mempunyai kanker serviks dibandingkan dengan
orang normal. Beberapa peneliti menduga hal ini berhubungan dengan
berkurangnya kemampuan untuk melawan infeksi HPV.
C. PATOFISIOLOGI
Kanker insitu pada serviks adalah keadaan dimana sel-sel neoplastik
terjadi pada seluruh lapisan epitel disebut displasia . Displasia merupakan
neoplasia serviks intraepithelial (CNI). CNI terbagi menjadi tiga tingkat yaitu
tingkat I ringan, tingkat II sedang, tingkat III berat. Tidak ada gejala spesifik
untuk kanker serviks perdarahan merupakan satu-satunya gejala yang nyata.
Tetapi gejala ini hanya ditemukan pada tahap lanjut. Sedang untuk tahap awal
tidak. CNI biasanya terjadi disambungan epitel skuamosa dengan epitel
kolumnar dan mukosa endoserviks. Keadaan ini tidak dapat diketahui dengan
cara panggul rutin, pap smear dilaksanakan untuk mendeteksi perubahan.
Neoplastik hasil apusan abnormal dilanjutkan dengan biopsy untuk
memperoleh jaringan guna memperoleh jaringan guna pemeriksaan sitologik.
Sedang alat biopsy yang digunakan dalam biopsy kolposkop fungsinya
mengarahkan tindakan biopsy dengan mengambil sample, biopsy kerucut
juga harus dilakukan.
Stadium dini CNI dapat diangkat seluruhnya dengan biopsy kerucut atau
dibersihkan dengan laser kanker atau bedah beku. Atau biasa juga dengan
histerektomi bila klien merencanakan untuk tidak punya anak. Kanker
invasive dapat meluas sampai ke jaringan ikat, pembuluh limfe dan vena.
Vagina ligamentum kardinale. Endometrium penanganan yang dapat
dilaksanakan yaitu radioterapi atau histerektum radiakl dengan mengangkat
uterus atu ovarium jika terkena kelenjar limfe aorta diperlukan kemoterapi.
D. MANIFESTASI KLINIS
Pada tahap permulaan kanker, sudah menimbulkan perdarahan melalui
vagina, misalnya:
1. Setelah melakukan koitus atau perdarahan menstruasi lebih banyak atua
timbul perdarahan menstruasi lebih sering.
2. Timbul perdarahan diantara siklus menstruasi.
3. Apabila kanker sudah berada pada stadium lanjut bias terjadi perdarahan
spontan dan nyeri pada rongga panggul.
4. Keluhan dan gejala akibat bendungan kanker penderita mengalami
halangan air seni.
5. Nyeri pada pinggang bagian bawah.
6. Keluar keputihan atau cairan encer dari kelamin wanita
7. Perdarahan sesudah menopouse
E. KLASIFIKASI
Stadium Karakteristik
0 Lesi belum menembus membrane basalis
I Lesi tumor masih terbatas di serviks
IA1 Lesi telah menembus membrane basalis kurang dari 3 mm
dengan diameter permukaan tumor < 7 mm
IA2 Lesi telah menembus membrane basalis > 3 mm tetapi < 5
mm dengan diameter permukaan tumor < 7 mm
IB1 Lesi terbatas di serviks dengan ukuran lesi primer < 4 cm
IB2 Lesi terbatas di serviks dengan ukuran lesi primer > 4 cm
II Lesi telah keluar dari serviks (meluas ke parametrium dan
sepertiga proksimal vagina)
II A Lesi telah meluas ke sepertiga proksimal vagina
II B Lesi telah meluas ke parametrium tetapi tidak mencapai
dinding panggul
III Lesi telah keluar dari serviks (menyebar ke parametrium dan
atau sepertiga vagina distal)
III A Lesi menyebar ke sepertiga vagina distal
III B Lesi menyebar ke parametrium sampai dinding panggul
IV Lesi menyebar keluar organ genitalia
IV A Lesi meluas ke rongga panggul, dan atau menyebar ke
mukosa vesika urinaria
IV B Lesi meluas ke mukosa rectum dan atau meluas ke organ
jauh
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Pap Smear
Pemeriksaan pap smear adalah salah satu pemeriksaan sel leher rahim
sampai mengarah pada pertumbuhan sel kanker sejak dini. Pemeriksaan
ini dilakukan untuk mendeteksi sel kanker lebih awal pada pasien yang
tidak memberikan keluhan. Sel kanker dapat diketahui pada sekret yang
diambil dari porsi serviks. Pemeriksaan ini harus mulai dilakukan pada
wanita usia 18 tahun atau ketika telah melakukan aktivitas seksual
sebelum itu. Setelah tiga kali hasil pemeriksaan pap smear setiap tiga
tahun sekali sampai usia 65 tahun. Pap smear dapat mendeteksi sampai
90% kasus kanker leher rahim secara akurat dan dengan biaya yang tidak
mahal, akibatnya angka kematian akibat kanker leher rahim pun menurun
sampai lebih dari 50%. Setiap wanita yang telah aktif secara seksual
sebaiknya menjalani pap smear secara teratur yaitu 1 kali setiap tahun.
Apabila selama 3 kali berturut-turut menunjukkan hasil pemeriksaan
yang normal, maka pemeriksaan pap smear
bisa dilakukan setiap 2 atau 3 tahun sekali. Hasil pemeriksaan pap smear
adalah sebagai berikut :
a. Normal
b. Displasia ringan (perubahan dini yang belum bersifat ganas)
c. Displasia berat (perubahan lanjut yang belum bersifat ganas)
d. Karsinoma in situ (kanker terbatas pada lapisan serviks paling luar)
e. Kanker invasif (kanker telah menyebar ke lapisan serviks yang lebih
dalam atau ke organ tubuh lainnya).
Kategorisasi diagnosis deskriptif Pap smear berdasarkan sistem Bethesda
b. Pemeriksaan DNA HPV
Pemeriksaan ini dimasukkan pada skrining bersama-sama dengan Pap
smear untuk wanita dengan usia di atas 30 tahun. Penelitian dalam
skala besar mendapatkan bahwa Pap smear negatif disertai DNA HPV
yang negatif mengindikasikan tidak akan ada CIN 3 sebanyak hampir
100%. Kombinasi pemeriksaan ini dianjurkan untuk wanita dengan
umur di atas 30 tahun karena prevalensi infeksi HPV menurun sejalan
dengan waktu. Infeksi HPV pada usia 29 tahun atau lebih dengan
ASCUS hanya 31,2% sementara infeksi ini meningkat sampai 65%
pada usia 28 tahun atau lebih muda. Walaupun infeksi ini sangat
sering pada wanita muda yang aktif secara seksual tetapi nantinya
akan mereda seiring dengan waktu.
c. Tes IVA
IVA adalah singkatan dari Inspeksi Visual dengan Asam asetat,
merupa kan metode pemeriksaan dengan mengoles serviks atau
leher rahim dengan asam asetat. Kemudian diamati apakah ada
kelainan seperti area berwarna putih. Jika tidak ada perubahan warna,
maka dapat dianggap tidak ada infeksi pada serviks (Bryant, 2012).
d. Biopsi
Biopsi dilakukan jika pada pemeriksaan panggul tampak suatu
pertumbuhan atau luka pada serviks, atau jika hasil pemeriksaan pap
smear menunjukkan suatu abnormalitas atau kanker. Biopsi ini
dilakukan untuk melengkapi hasil pap smear. Teknik yang biasa
dilakukan adalah punch biopsy yang tidak memerlukan anestesi dan
teknik cone biopsy yang menggunakan anestesi. Biopsi dilakukan
untuk mengetahui kelainan yang ada pada serviks. Jaringan yang
diambil dari daerah bawah kanal servikal. Hasil biopsi akan
memperjelas apakah yang terjadi itu kanker invasif atau hanya tumor
saja.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pengumpulan data pada pasien dan keluarga dilakukan dengan cara
anamnesa, pemeriksaan fisik dan melalui pemeriksaan penunjang.
1. Data pasien
Identitas pasien, usia, status perkawinan, pekerjaan jumlah anak, agama,
alamat jenis kelamin dan pendidikan terakhir.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah anggota keluarga yang sebelumnya mengalami kanker
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Apakah klien mengeluh nyeri, perdarahan yang berlebihan dan
apakah mengeluarkan cairan putih dari vagina (keputihan).
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Wanita dengan kehamilan dini, pemberian estrogen, atau steroid
lainnya dapat menimbulkan berkembangnya masalah fungsional
genital pada keturunannya. Data yang perlu dikaji antara lain:
Riwayat abortus, infeksi pasca abortus, infeksi masa nifas, riwayat
operasi kandungan, serta adanya tumor, riwayat keluarga yang
menderita kanker.
3. Pola kesehatan Fungsional
a. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Kelemahan/keletihan, anemia, Perubahan pada pola istirahat
dan kebiasaan tidur pada malam hari, adanya faktor-faktor yang
mempengaruhi tidur seperti nyeri, ansietas, keringat malam.
Pekerjaan/profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan, tingkat
stress tinggi.
b. Integritas Ego
Gejala : faktor stress, merokok, minum alkohol, menunda mencari
pengobatan, keyakinan religius/spiritual, masalah tentang lesi cacat,
pembedahan, menyangkal diagnosis, perasaan putus asa.
c. Eliminasi
Gejala : Pada kanker servik, perubahan pada pola devekasi,
perubahan eliminasi urinarius misalnya : nyeri.
d. Makanan dan Minuman
Gejala : Pada kanker servik : kebiasaan diet buruk (ex : rendah serat,
tinggi lemak, aditif, bahan pengawet, rasa).
e. Neurosensori
Gejala : pusing, sinkope
f. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : adanya nyeri, derajat bervariasi misalnya : ketidaknyamanan
ringan sampai nyeri hebat (dihubungkan dengan proses penyakit)
g. Pernafasan
Gejala : Merokok, Pemajanan abses
h. Keamanan
Gejala : Pemajanan pada zat kimia toksik, karsinogen
Tanda : Demam, ruam kulit, ulserasi
i. Seksualitas
Gejala : Perubahan pola respon seksual, keputihan (jumlah,
karakteristik, bau), perdarahan sehabis senggama (pada kanker
serviks), Nullgravida lebih besar dari usia 30 tahun multigravida
pasangan seks multiple, aktivitas seksual dini.
j. Interaksi sosial
Gejala : Ketidak nyamanan/kelemahan sistem pendukung, Riwayat
perkawinan (berkenaan dengan kepuasan), dukungan, bantuan,
masalah tentang fungsi/tanggung jawab peran.
k. Penyuluhan
Gejala : Riwayat kanker pada keluarga, sisi primer : penyakit primer,
riwayat pengobatan sebelumnya
4. Pengkajian Fisik
a. Rambut
Rontok karena efek dari kemoterapi
b. Conjungtiva
Anemis
c. Wajah
Pucat
d. Abdomen
Distensi abdomen
e. Vagina
Keputihan berbau, warna merah, perdarahan merah tua, berbau dan
kental
f. Serviks
Terdapat nodul
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
HB menurun, Leukosit meningkat, Trombosit meningkat
b. Pemeriksaan Diagnostik
Pap smear, kalposkopi, biopsy, MRI atau CT-Scan abdomen ataupun
pelvis
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
a. Ansietas berhubungan dengan diagnosis kanker, takut akan rasa nyeri,
kehilangan femininitas dan perubahan bentuk tubuh.
b. Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan seksualitas,
fertilitas, dan hubungan dengan pasangan dan keluarga.
c. Perubahan eliminasi urinarius berhubungan dengan trauma mekanis,
manipulasi bedah, adanya edema jaringan lokal, hematoma, gangguan
sensori/motor ; paradisis saraf.
d. Nyeri berhubungan dengan agen cidera fisik : pembedahan
e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan status hipermetabolik : kanker dan konsekuensi kemoterapi,
radiasi dan pembedahan.
f. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif,
interpretasi terhadap informasi yang salah, kurangnya keinginan untuk
mencari informasi, tidak mengetahui sumber-sumber informasi.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA
NO TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
KEPERAWATAN
Emilia, Ova, dkk, 2010. Bebas Ancaman Kanker Serviks. Yogyakarta: MedPress.
Gralla, J. R., Grunberg, M. S., Messner, C.2008. Coping with Nausea aVomiting
from Chemotheraphy.www.cancercare.com
Hawkins, R., & Grunberg, S. 2009.Chemotherapy Induced Nausea
andVomiting:Challenges andOpportunities for Improved
PatientsOutcomes. Journal of OncologyNursing or the Oncology
NursingSociety. Vol. 13, No. 1.
Nurwijaya, Hartati, dkk. 2010. Cegah dan Deteksi Kanker Serviks. Jakarta: Elex
Media Komputindo
Smeltzer C. Suzanne. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Jakarta: EGC
Sutandyo, Noorwati. 2007. Nutrisi pada Pasien Kanker yang Mendapat
Kemoterapi. Indonesian Journal of Cancer (4); 144-148.
Wijaya, Delia, 2010. Pembunuh Ganas itu Bernama Kanker Serviks. Yogyakarta:
Sinar Kejora