Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Kanker leher rahim (serviks) adalah tumbuhnya sel-sel abnormal pada
jaringan serviks. Kanker serviks merupakan pertumbuhan baru yang ganas
terdiri dari sel-sel epithelial yang cenderung menginfiltrasi jaringan
sekitarnya dan menimbulkan metastasis. Kanker serviks merupakan kanker
yang terjadi pada serviks atau leher rahim, suatu daerah pada organ
reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim, letaknya
antara rahim (uterus) dan liang senggama atau vagina.
B. ETIOLOGI
Ada beberapa faktor resiko dan faktor predisposisi yang menonjol yaitu:
a. Umur
Umur pertama kali melakukan hubungan seksual. penelitian menunjukkan
bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan seksual maka semakin
besar kemungkinan mendapat kanker servik. Menikah pada usia 20 tahun
dianggap masih terlalu muda
b. Jumlah Kehamilan dan Partus
Kanker servik dijumpai pada wanita yang sering partus. Kehamilan yang
optimal adalah kehamilan anak lebih dari tiga. Kehamilan setelah tiga
mempunyai resiko yang meningkat.
c. Jumlah Perkawinan
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti
pasangan mempunyai faktor resiko yang sangat besar terhadap kanker
serviks
d. Infeksi Virus
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus human papiloma (HPV)
diduga sebagai faktor penyebab kanker serviks.
e. Sosial ekonomi
Kanker servik banyak dijumpai pada golongan social ekonomi rendah.
Hal ini disebabkan faktor social ekonomi erat kaitannnya dengan gizi,
imunitas, dan kebersihan perorangan. Pada golongan social ekonomi
rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang, sehingga
mempengaruhi imunitas tubuh.
f. Merokok dan AKDR ( Alat Kontrasepsi Dalam Rahim )
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker. Wanita perokok
memiliki resiko 2 kali lebih besar terkena kanker serviks dibandingkan
dengan wanita tidak merokok. Penelitian menunjukkan, lendir serviks
pada wanita perokok mengandung nikotin dan zat-zat lainnya yang ada di
dalam rokok. Zat-zat tersebut akan menurunkan daya tahan serviks di
samping merupakan ko-karsinogen infeksi virus. Sedangkan pemakaian
AKDR akan terpengaruh terhadap servik yaitu bermula dari adanya erosi
servik yang kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus
menerus. Hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks.
g. Riwayat kanker serviks pada keluarga
Bila seorang wanita mempunyai saudara kandung atau ibu yang
mempunyai kanker serviks, maka ia mempunyai kemungkinan 2-3 kali
lebih besar untuk juga mempunyai kanker serviks dibandingkan dengan
orang normal. Beberapa peneliti menduga hal ini berhubungan dengan
berkurangnya kemampuan untuk melawan infeksi HPV.
C. PATOFISIOLOGI
Kanker insitu pada serviks adalah keadaan dimana sel-sel neoplastik
terjadi pada seluruh lapisan epitel disebut displasia . Displasia merupakan
neoplasia serviks intraepithelial (CNI). CNI terbagi menjadi tiga tingkat yaitu
tingkat I ringan, tingkat II sedang, tingkat III berat. Tidak ada gejala spesifik
untuk kanker serviks perdarahan merupakan satu-satunya gejala yang nyata.
Tetapi gejala ini hanya ditemukan pada tahap lanjut. Sedang untuk tahap awal
tidak. CNI biasanya terjadi disambungan epitel skuamosa dengan epitel
kolumnar dan mukosa endoserviks. Keadaan ini tidak dapat diketahui dengan
cara panggul rutin, pap smear dilaksanakan untuk mendeteksi perubahan.
Neoplastik hasil apusan abnormal dilanjutkan dengan biopsy untuk
memperoleh jaringan guna memperoleh jaringan guna pemeriksaan sitologik.
Sedang alat biopsy yang digunakan dalam biopsy kolposkop fungsinya
mengarahkan tindakan biopsy dengan mengambil sample, biopsy kerucut
juga harus dilakukan.
Stadium dini CNI dapat diangkat seluruhnya dengan biopsy kerucut atau
dibersihkan dengan laser kanker atau bedah beku. Atau biasa juga dengan
histerektomi bila klien merencanakan untuk tidak punya anak. Kanker
invasive dapat meluas sampai ke jaringan ikat, pembuluh limfe dan vena.
Vagina ligamentum kardinale. Endometrium penanganan yang dapat
dilaksanakan yaitu radioterapi atau histerektum radiakl dengan mengangkat
uterus atu ovarium jika terkena kelenjar limfe aorta diperlukan kemoterapi.
D. MANIFESTASI KLINIS
Pada tahap permulaan kanker, sudah menimbulkan perdarahan melalui
vagina, misalnya:
1. Setelah melakukan koitus atau perdarahan menstruasi lebih banyak atua
timbul perdarahan menstruasi lebih sering.
2. Timbul perdarahan diantara siklus menstruasi.
3. Apabila kanker sudah berada pada stadium lanjut bias terjadi perdarahan
spontan dan nyeri pada rongga panggul.
4. Keluhan dan gejala akibat bendungan kanker penderita mengalami
halangan air seni.
5. Nyeri pada pinggang bagian bawah.
6. Keluar keputihan atau cairan encer dari kelamin wanita
7. Perdarahan sesudah menopouse
E. KLASIFIKASI
Stadium Karakteristik
0 Lesi belum menembus membrane basalis
I Lesi tumor masih terbatas di serviks
IA1 Lesi telah menembus membrane basalis kurang dari 3 mm
dengan diameter permukaan tumor < 7 mm
IA2 Lesi telah menembus membrane basalis > 3 mm tetapi < 5
mm dengan diameter permukaan tumor < 7 mm
IB1 Lesi terbatas di serviks dengan ukuran lesi primer < 4 cm
IB2 Lesi terbatas di serviks dengan ukuran lesi primer > 4 cm
II Lesi telah keluar dari serviks (meluas ke parametrium dan
sepertiga proksimal vagina)
II A Lesi telah meluas ke sepertiga proksimal vagina
II B Lesi telah meluas ke parametrium tetapi tidak mencapai
dinding panggul
III Lesi telah keluar dari serviks (menyebar ke parametrium dan
atau sepertiga vagina distal)
III A Lesi menyebar ke sepertiga vagina distal
III B Lesi menyebar ke parametrium sampai dinding panggul
IV Lesi menyebar keluar organ genitalia
IV A Lesi meluas ke rongga panggul, dan atau menyebar ke
mukosa vesika urinaria
IV B Lesi meluas ke mukosa rectum dan atau meluas ke organ
jauh

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Pap Smear
Pemeriksaan pap smear adalah salah satu pemeriksaan sel leher rahim
sampai mengarah pada pertumbuhan sel kanker sejak dini. Pemeriksaan
ini dilakukan untuk mendeteksi sel kanker lebih awal pada pasien yang
tidak memberikan keluhan. Sel kanker dapat diketahui pada sekret yang
diambil dari porsi serviks. Pemeriksaan ini harus mulai dilakukan pada
wanita usia 18 tahun atau ketika telah melakukan aktivitas seksual
sebelum itu. Setelah tiga kali hasil pemeriksaan pap smear setiap tiga
tahun sekali sampai usia 65 tahun. Pap smear dapat mendeteksi sampai
90% kasus kanker leher rahim secara akurat dan dengan biaya yang tidak
mahal, akibatnya angka kematian akibat kanker leher rahim pun menurun
sampai lebih dari 50%. Setiap wanita yang telah aktif secara seksual
sebaiknya menjalani pap smear secara teratur yaitu 1 kali setiap tahun.
Apabila selama 3 kali berturut-turut menunjukkan hasil pemeriksaan
yang normal, maka pemeriksaan pap smear
bisa dilakukan setiap 2 atau 3 tahun sekali. Hasil pemeriksaan pap smear
adalah sebagai berikut :
a. Normal
b. Displasia ringan (perubahan dini yang belum bersifat ganas)
c. Displasia berat (perubahan lanjut yang belum bersifat ganas)
d. Karsinoma in situ (kanker terbatas pada lapisan serviks paling luar)
e. Kanker invasif (kanker telah menyebar ke lapisan serviks yang lebih
dalam atau ke organ tubuh lainnya).
Kategorisasi diagnosis deskriptif Pap smear berdasarkan sistem Bethesda
b. Pemeriksaan DNA HPV
Pemeriksaan ini dimasukkan pada skrining bersama-sama dengan Pap
smear untuk wanita dengan usia di atas 30 tahun. Penelitian dalam
skala besar mendapatkan bahwa Pap smear negatif disertai DNA HPV
yang negatif mengindikasikan tidak akan ada CIN 3 sebanyak hampir
100%. Kombinasi pemeriksaan ini dianjurkan untuk wanita dengan
umur di atas 30 tahun karena prevalensi infeksi HPV menurun sejalan
dengan waktu. Infeksi HPV pada usia 29 tahun atau lebih dengan
ASCUS hanya 31,2% sementara infeksi ini meningkat sampai 65%
pada usia 28 tahun atau lebih muda. Walaupun infeksi ini sangat
sering pada wanita muda yang aktif secara seksual tetapi nantinya
akan mereda seiring dengan waktu.
c. Tes IVA
IVA adalah singkatan dari Inspeksi Visual dengan Asam asetat,
merupa kan metode pemeriksaan dengan mengoles serviks atau
leher rahim dengan asam asetat. Kemudian diamati apakah ada
kelainan seperti area berwarna putih. Jika tidak ada perubahan warna,
maka dapat dianggap tidak ada infeksi pada serviks (Bryant, 2012).
d. Biopsi
Biopsi dilakukan jika pada pemeriksaan panggul tampak suatu
pertumbuhan atau luka pada serviks, atau jika hasil pemeriksaan pap
smear menunjukkan suatu abnormalitas atau kanker. Biopsi ini
dilakukan untuk melengkapi hasil pap smear. Teknik yang biasa
dilakukan adalah punch biopsy yang tidak memerlukan anestesi dan
teknik cone biopsy yang menggunakan anestesi. Biopsi dilakukan
untuk mengetahui kelainan yang ada pada serviks. Jaringan yang
diambil dari daerah bawah kanal servikal. Hasil biopsi akan
memperjelas apakah yang terjadi itu kanker invasif atau hanya tumor
saja.

e. Kolposkopi (pemeriksaan serviks dengan lensa pembesar)


Kolposkopi dilakukan untuk melihat daerah yang terkena proses
metaplasia. Pemeriksaan ini kurang efisien dibandingkan dengan pap
smear, karena kolposkopi memerlukan keterampilan dan kemampuan
kolposkopis dalam mengetes darah yang abnormal.
f. Tes Schiller
Pada pemeriksaan ini serviks diolesi dengan larutan yodium. Pada
serviks normal akan membentuk bayangan yang terjadi pada sel epitel
serviks karena adanya glikogen. Sedangkan pada sel epitel serviks
yang mengandung kanker akan menunjukkan warna yang tidak
berubah karena tidak ada glikogen.
g. Radiologi
a) Pelvik limphangiografi, yang dapat menunjukkan adanya
gangguan pada saluran pelvik atau peroartik limfe.
b) Pemeriksaan intravena urografi, yang dilakukan pada kanker
serviks tahap lanjut, yang dapat menunjukkan adanya obstruksi
pada ureter terminal. Pemeriksaan radiologi direkomendasikan
untuk mengevaluasi kandung kemih dan rektum yang meliputi
sitoskopi, pielogram intravena (IVP), enema barium, dan
sigmoidoskopi. Magnetic Resonance Imaging (MRI) atau scan CT
abdomen / pelvis digunakan untuk menilai penyebaran lokal dari
tumor dan / atau terkenanya nodus limpa regional.
G. PENATALAKSANAAN
Terapi karsinoma serviks dilakukan bila mana diagnosis telah dipastikan
secara histologik dan sesudah dikerjakan perencanaan yang matang oleh tim
yang sanggup melakukan rehabilitasi dan pengamatan la njutan (tim kanker /
tim onkologi). Pemilihan pengobatan kanker leher rahim tergantung pada
lokasi dan ukuran tumor, stadium penyakit, usia, keadaan umum penderita,
dan rencana penderita untuk hamil lagi. Lesi tingkat rendah biasanya tidak
memerlukan pengobatan lebih lanjut, terutama jika daerah yang abnormal
seluruhnya telah diangkat pada waktu pemeriksaan biopsi. Pengobatan pada
lesi prekanker bisa berupa kriosurgeri (pembekuan), kauterisasi (pembakaran,
juga disebut diatermi), pembedahan laser untuk menghancurkan sel-sel yang
abnormal tanpa melukai jaringan yang sehat di sekitarnya dan LEEP (loop
electrosurgical excision procedure) atau konisasi.
a. Pembedahan
Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks
paling luar), seluruh kanker sering kali dapat diangkat dengan bantuan
pisau bedah ataupun melalui LEEP (loop electrosurgical excision
procedure) atau konisasi. Dengan pengobatan tersebut, penderita masih
bisa memiliki anak. Karena kanker bisa kembali kambuh, dianjurkan
untuk menjalani pemeriksaan ulang dan Pap smear setiap 3 bulan
selama 1 tahun pertama dan selanjutnya setiap 6 bulan. Jika penderita
tidak memiliki rencana untuk hamil lagi, dianjurkan untuk menjalani
histerektomi.
Pembedahan merupakan salah satu terapi yang bersifat kuratif
maupun paliatif. Kuratif adalah tindakan yang langsung
menghilangkan penyebabnya sehingga manifestasi klinik yang
ditimbulkan dapat dihilangkan. Sedangkan tindakan paliatif adalah
tindakan yang berarti memperbaiki keadaan penderita. Histerektomi
adalah suatu tindakan pembedahan yang bertujuan untuk mengangkat
uterus dan serviks (total) ataupun salah satunya (subtotal). Biasanya
dilakukan pada stadium klinik IA sampai IIA (klasifikasi FIGO). Umur
pasien sebaiknya sebelum menopause, atau bila keadaan umum baik,
dapat juga pada pasien yang berumur kurang dari 65 tahun. Pasien juga
harus bebas dari penyakit umum (resiko tinggi) seperti penyakit
jantung, ginjal dan hepar.
b. Terapi penyinaran (radioterapi)
Terapi radiasi bertujuan untuk merusak sel tumor pada serviks serta
mematikan parametrial dan nodus limpa pada pelvik. Kanker serviks
stadium II B, III, IV sebaiknya diobati dengan radiasi. Metoda
radioterapi disesuaikan dengan tujuannya yaitu tujuan pengobatan
kuratif atau paliatif. Pengobatan kuratif ialah mematikan sel kanker
serta sel yang telah menjalar ke sekitarnya atau bermetastasis ke
kelenjar getah bening panggul, dengan tetap mempertahankan
sebanyak mungkin kebutuhan jaringan sehat di sekitar seperti rektum,
vesika urinaria, usus halus, ureter.
Radioterapi dengan dosis kuratif hanya akan diberikan pada
stadium I sampai III B. Apabila sel kanker sudah keluar ke rongga
panggul, maka radioterapi hanya bersifat paliatif yang diberikan secara
selektif pada stadium IV A. Terapi penyinaran efektif untuk mengobati
kanker invasif yang masih terbatas pada daerah panggul. Pada
radioterapi digunakan sinar berenergi tinggi untuk merusak sel-sel
kanker dan menghentikan pertumbuhannya.
Ada dua jenis radioterapi yaitu radiasi eksternal yaitu sinar berasal
dari sebuah mesin besar dan penderita tidak perlu dirawat di rumah
sakit, penyinaran biasanya dilakukan sebanyak 5 hari/minggu selama
5-6 minggu.
c. Kemoterapi
Kemoterapi adalah penatalaksanaan kanker dengan pemberian obat
melalui infus, tablet, atau intramuskuler. Obat kemoterapi digunakan
utamanya untuk membunuh sel kanker dan menghambat
perkembangannya. Tujuan pengobatan kemoterapi tegantung pada
jenis kanker dan fasenya saat didiag nosis. Beberapa kanker
mempunyai penyembuhan yang dapat diperkirakan atau dapat sembuh
dengan pengobatan kemoterapi. Dalam hal lain, pengobatan mungkin
hanya diberikan untuk mencegah kanker yang kambuh, ini disebut
pengobatan adjuvant.
Dalam beberapa kasus, kemoterapi diberikan untuk mengontrol
penyakit dalam periode waktu yang lama walaupun tidak mungkin
sembuh. Jika kanker menyebar luas dan dalam fase akhir, kemoterapi
digunakan sebagai paliatif untuk memberikan kualitas hidup yang
lebih baik. Kemoterapi secara kombinasi telah digunakan untuk
penyakit metastase karena terapi dengan agen-agen dosis tunggal
belum memberikan keuntungan yang memuaskan. Contoh obat yang
digunakan pada kasus kanker serviks antara lain CAP
(Cyclophopamide Adrem ycin Platamin), PVB (Platamin Veble
Bleomycin) dan lain –lain.
H. PENCEGAHAN
Sebagian besar kanker dapat dicegah dengan kebiasaan hidup sehat dan
menghindari faktor- faktor penyebab kanker meliputi :
1. Menghindari berbagai faktor risiko, yaitu hubungan seks pada usia
muda, pernikahan pada usia muda, dan berganti-ganti pasangan seks.
Wanita yang berhubungan seksual dibawah usia 20 tahun serta sering
berganti pasangan beresiko tinggi terkena infeksi. Namun hal ini tak
menutup kemungkinan akan terjadi pada wanita yang telah setia pada
satu pasangan saja.
2. Wanita usia di atas 25 tahun, telah menikah, dan sudah mempunyai
anak perlu melakukan pemeriksaan pap smear setahun sekali atau
menurut petunjuk dokter. Pemeriksaan Pap smear adalah cara untuk
mendeteksi dini kanker serviks. Pemeriksaan ini dilakukan dengan
cepat, tidak sakit dengan biaya yang relatif terjangkau dan hasilnya
akurat. Disarankan untuk melakukan tes Pap setelah usia 25 tahun atau
setelah aktif berhubungan seksual dengan frekuensi dua kali dalam
setahun.
3. Pilih kontrasepsi dengan metode barrier, seperti diafragma dan kondom,
karena dapat memberi perlindungan terhadap kanker leher rahim.
4. Memperbanyak makan sayur dan buah segar. Faktor nutrisi juga dapat
mengatasi masalah kanker mulut rahim. Penelitian mendapatkan
hubungan yang terbalik antara konsumsi sayuran berwarna hijau tua dan
kuning (banyak mengandung beta karoten atau vitamin A, vitamin C dan
vitamin E) dengan kejadian neoplasia intra epithelial juga kanker
serviks. Artinya semakin banyak makan sayuran berwarna hijau tua dan
kuning, maka akan semakin kecil risiko untuk kena penyakit kanker
mulut rahim.
5. Pada pertengahan tahun 2006 telah beredar vaksin pencegah infeksi
HPV tipe 16 dan 18 yang menjadi penyebab kanker serviks. Vaksin ini
bekerja dengan cara meningkatkan kekebalan tubuh dan menangkap
virus sebelum memasuki sel-sel serviks. Selain membentengi dari
penyakit kanker serviks, vaksin ini juga bekerja ganda melindungi
perempuan dari ancaman HPV tipe 6 dan 11 yang menyebabkan kutil
kelamin.Yang perlu ditekankan adalah, vaksinasi ini baru efektif apabila
diberikan pada perempuan yang berusia 9 sampai 26 tahun yang belum
aktif secara seksual.
pppPJJSHDA

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Pengumpulan data pada pasien dan keluarga dilakukan dengan cara
anamnesa, pemeriksaan fisik dan melalui pemeriksaan penunjang.
1. Data pasien
Identitas pasien, usia, status perkawinan, pekerjaan jumlah anak, agama,
alamat jenis kelamin dan pendidikan terakhir.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah anggota keluarga yang sebelumnya mengalami kanker
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Apakah klien mengeluh nyeri, perdarahan yang berlebihan dan
apakah mengeluarkan cairan putih dari vagina (keputihan).
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Wanita dengan kehamilan dini, pemberian estrogen, atau steroid
lainnya dapat menimbulkan berkembangnya masalah fungsional
genital pada keturunannya. Data yang perlu dikaji antara lain:
Riwayat abortus, infeksi pasca abortus, infeksi masa nifas, riwayat
operasi kandungan, serta adanya tumor, riwayat keluarga yang
menderita kanker.
3. Pola kesehatan Fungsional
a. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Kelemahan/keletihan, anemia, Perubahan pada pola istirahat
dan kebiasaan tidur pada malam hari, adanya faktor-faktor yang
mempengaruhi tidur seperti nyeri, ansietas, keringat malam.
Pekerjaan/profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan, tingkat
stress tinggi.
b. Integritas Ego
Gejala : faktor stress, merokok, minum alkohol, menunda mencari
pengobatan, keyakinan religius/spiritual, masalah tentang lesi cacat,
pembedahan, menyangkal diagnosis, perasaan putus asa.
c. Eliminasi
Gejala : Pada kanker servik, perubahan pada pola devekasi,
perubahan eliminasi urinarius misalnya : nyeri.
d. Makanan dan Minuman
Gejala : Pada kanker servik : kebiasaan diet buruk (ex : rendah serat,
tinggi lemak, aditif, bahan pengawet, rasa).
e. Neurosensori
Gejala : pusing, sinkope
f. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : adanya nyeri, derajat bervariasi misalnya : ketidaknyamanan
ringan sampai nyeri hebat (dihubungkan dengan proses penyakit)
g. Pernafasan
Gejala : Merokok, Pemajanan abses
h. Keamanan
Gejala : Pemajanan pada zat kimia toksik, karsinogen
Tanda : Demam, ruam kulit, ulserasi
i. Seksualitas
Gejala : Perubahan pola respon seksual, keputihan (jumlah,
karakteristik, bau), perdarahan sehabis senggama (pada kanker
serviks), Nullgravida lebih besar dari usia 30 tahun multigravida
pasangan seks multiple, aktivitas seksual dini.
j. Interaksi sosial
Gejala : Ketidak nyamanan/kelemahan sistem pendukung, Riwayat
perkawinan (berkenaan dengan kepuasan), dukungan, bantuan,
masalah tentang fungsi/tanggung jawab peran.
k. Penyuluhan
Gejala : Riwayat kanker pada keluarga, sisi primer : penyakit primer,
riwayat pengobatan sebelumnya
4. Pengkajian Fisik
a. Rambut
Rontok karena efek dari kemoterapi
b. Conjungtiva
Anemis
c. Wajah
Pucat
d. Abdomen
Distensi abdomen
e. Vagina
Keputihan berbau, warna merah, perdarahan merah tua, berbau dan
kental
f. Serviks
Terdapat nodul
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
HB menurun, Leukosit meningkat, Trombosit meningkat
b. Pemeriksaan Diagnostik
Pap smear, kalposkopi, biopsy, MRI atau CT-Scan abdomen ataupun
pelvis
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
a. Ansietas berhubungan dengan diagnosis kanker, takut akan rasa nyeri,
kehilangan femininitas dan perubahan bentuk tubuh.
b. Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan seksualitas,
fertilitas, dan hubungan dengan pasangan dan keluarga.
c. Perubahan eliminasi urinarius berhubungan dengan trauma mekanis,
manipulasi bedah, adanya edema jaringan lokal, hematoma, gangguan
sensori/motor ; paradisis saraf.
d. Nyeri berhubungan dengan agen cidera fisik : pembedahan
e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan status hipermetabolik : kanker dan konsekuensi kemoterapi,
radiasi dan pembedahan.
f. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif,
interpretasi terhadap informasi yang salah, kurangnya keinginan untuk
mencari informasi, tidak mengetahui sumber-sumber informasi.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

DIAGNOSA
NO TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
KEPERAWATAN

1. Ansietas berhubunganNOC : NIC :


dengan diagnosis - Kontrol kecemasan Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
- Koping  Gunakan pendekatan yang menenangkan
kanker, takut akan rasaKriteria Hasil:
 Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
nyeri, kehilangan  Klien mampu mengidentifikasi dan  Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
mengungkapkan gejala cemas
femininitas dan  Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
 Mengidentifikasi, mengungkapkan
perubahan bentuk  Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis
dan menunjukkan tehnik untuk
 Libatkan keluarga untuk mendampingi klien
tubuh. mengontol cemas
 Instruksikan pada pasien untuk menggunakan tehnik relaksasi
 Vital sign dalam batas normal
 Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa  Dengarkan dengan penuh perhatian
tubuh dan tingkat aktivitas  Identifikasi tingkat kecemasan
menunjukkan berkurangnya  Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
kecemasan  Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
 Kelola pemberian obat anti cemas:........
2. Ketidakseimbangan NOC : NIC :
nutrisi kurang dari  Nutritional Status : food and Fluid Nutrition Managemen
kebutuhan tubuh Intake - Kaji adanya alergi makanan
berhubungan dengan  Nutritional Status : nutrient Intake - Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi
status hipermetabolik :  Weight control yang dibutuhkan pasien.
kanker dan Kriteria Hasil : - Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
konsekuensi - Adanya peningkatan berat badan - Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin
kemoterapi, radiasi dan sesuai dengan tujuan - Berikan substansi gula
pembedahan - Berat badan ideal sesuai dengan - Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah
tinggi badan konstipasi
- Mampumengidentifikasi kebutuhan - Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)
nutrisi - Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.
- Tidak ada tanda tanda malnutrisi - Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
- Menunjukkan peningkatan fungsi - Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
pengecapan dari menelan - Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
- Tidak terjadi penurunan berat badan Nutrition Monitoring
yang berarti - BB pasien dalam batas normal
- Monitor adanya penurunan berat badan
- Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
- Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan
- Monitor lingkungan selama makan
- Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
- Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
- Monitor turgor kulit
- Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
- Monitor mual dan muntah
- Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
- Monitor pertumbuhan dan perkembangan
- Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
- Monitor kalori dan intake nuntrisi
- Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oral.

3. Nyeri berhubunganNOC : NIC :


dengan agen cidera Pain Level,  Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
 pain control, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
fisik : pembedahan  comfort level  Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
Kriteria Hasil :  Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
 Mampu mengontrol nyeri (tahu Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
penyebab nyeri, mampu menggunakan pencahayaan dan kebisingan
tehnik nonfarmakologi untuk Kurangi faktor presipitasi nyeri
mengurangi nyeri, mencari bantuan)  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
 Melaporkan bahwa nyeri berkurang Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala, relaksasi, distraksi,
dengan menggunakan manajemen kompres hangat/ dingin
nyeri  Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri: ……...
 Mampu mengenali nyeri (skala, Tingkatkan istirahat
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)  Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri
 Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur
berkurang  Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
 Tanda vital dalam rentang normal
 Tidak mengalami gangguan tidur

4. Kurangnya NOC: NIC :


 Knowledge : disease process  Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga
pengetahuan
 Kowledge : health Behavior  Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan
berhubungan dengan Kriteria Hasil :
dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
keterbatasan kognitif,  Pasien dan keluarga menyatakan  Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara
interpretasi terhadap pemahaman tentang penyakit, yang tepat
kondisi, prognosis dan program  Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
informasi yang salah, pengobatan
 Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat
kurangnya keinginan  Pasien dan keluarga mampu
 Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat
untuk mencari melaksanakan prosedur yang
 Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang
dijelaskan secara benar
informasi, tidak tepat
mengetahui sumber-  Pasien dan keluarga mampu  Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
sumber informasi menjelaskan kembali apa yang  Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion
dijelaskan perawat/tim kesehatan dengan cara yang tepat atau diindikasikan
lainnya  Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat
DAFTAR PUSTAKA

Emilia, Ova, dkk, 2010. Bebas Ancaman Kanker Serviks. Yogyakarta: MedPress.
Gralla, J. R., Grunberg, M. S., Messner, C.2008. Coping with Nausea aVomiting
from Chemotheraphy.www.cancercare.com
Hawkins, R., & Grunberg, S. 2009.Chemotherapy Induced Nausea
andVomiting:Challenges andOpportunities for Improved
PatientsOutcomes. Journal of OncologyNursing or the Oncology
NursingSociety. Vol. 13, No. 1.
Nurwijaya, Hartati, dkk. 2010. Cegah dan Deteksi Kanker Serviks. Jakarta: Elex
Media Komputindo
Smeltzer C. Suzanne. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Jakarta: EGC
Sutandyo, Noorwati. 2007. Nutrisi pada Pasien Kanker yang Mendapat
Kemoterapi. Indonesian Journal of Cancer (4); 144-148.
Wijaya, Delia, 2010. Pembunuh Ganas itu Bernama Kanker Serviks. Yogyakarta:
Sinar Kejora

Anda mungkin juga menyukai