Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Henti jantung biasanya akibat dari gangguan listrik di jantung. Henti jantung tidak
sama dengan serangan jantung. Gejala utama yaitu hilangnya kesadaran dan tidak
responsif. Keadaan darurat medis ini memerlukan CPR langsung atau penggunaan
defibrillator. Perawatan di rumah sakit meliputi pemberian obat-obatan, alat implan, atau
prosedur lainnya.
Takikardia ventrikel terjadi karena ada masalah dengan impuls listrik jantung.
Kondisi ini dapat berkembang sebagai komplikasi serangan jantung atau dapat terjadi
pada orang dengan kondisi tertentu, seperti penyakit katup jantung.
Gejalanya meliputi nyeri dada, pingsan, pusing, dan sesak napas. Pilihan
pengobatan termasuk obat untuk memperlambat denyut jantung, operasi, dan perangkat
implan.
Fibrilasi ventrikel (VF) adalah irama jantung cepat yang mengancam jiwa dimulai
di ruang bawah jantung. Dapat dipicu oleh serangan jantung.
Karena jantung tidak memompa secara mencukupi selama fibrilasi ventrikel (VF),
berkelanjutan dapat menyebabkan tekanan darah rendah, pingsan, atau kematian.
Perawatan darurat termasuk defibrilasi langsung dengan Automated External
Defibrillator (AED) dan resusitasi jantung paru kardio-pulmonari (CPR). Terapi jangka
panjang termasuk defibrillator implan dan obat-obatan untuk mencegah kekambuhan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertiannya henti jantung ?


2. Sebutkan klasifikasi henti jantung ?
3. Apa pengertinnya VF dan FV ?
4. Apa saja tanda dan gejala dari henti jantung ?
5. Apa penyebab henti jantung ?
6. Apa diagnosis henti jantung ?

C. Tujuan masalah

1. Mengetahui pengerian henti jantung


2. Mengetahui klasifikasi henti jantung
3. Mengetahui pengertian VF dan FV
4. Mengetahui tanda dan gejala henti jantung
5. Mengetahui penyebab henti jantung
6. Mengetahui diagnosis henti jantung
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Henti jantung

Henti jantung, yang juga dikenal sebagai henti kardiopulmonar atau henti
sirkulasi, merupakan keadaan terhentinya sirkulasi normal dari darah akibat kegagalan
jantung dalam berkontraksi secara efektif. (Jameson, J. N. St C.; Dennis L. Kasper;
Harrison, Tinsley Randolph; Braunwald, Eugene; Fauci, Anthony S.; Hauser, Stephen L;
Longo, Dan L. (2005))
Henti jantung berbeda dengan (namun dapat disebabkan oleh) infark miokard akut
atau serangan jantung, di mana terdapat hambatan aliran darah ke jantung. (Mallinson, T
(2010)).
Sirkulasi darah yang terhenti mencegah transportasi oksigen dan glukosa ke
seluruh tubuh. Penurunan oksigen dan glukosa ke otak menyebabkan penurunan
kesadaran, yang kemudian menyebabkan henti napas. Cedera otak sangat mungkin terjadi
jika henti jantung tidak teratasi hingga lebih dari lima menit. (Safar P (December 1986)
dan Holzer M, Behringer W (April 2005))
Henti jantung merupakan kegawatdaruratan medis yang mana pada situasi
tertentu dapat berpotensi reversibel bila ditangani secara cepat. Tatalaksana henti jantung
merupakan defibrilasi segera jika ditemukan ritme yang dapat di-defibrilasi, dan
resusitasi jantung paru (RJP) digunakan untuk mendukung sirkulasi dan atau
menginduksi ritme yang dapat di-defibrilasi. (Jameson, J. N. St C.; Dennis L. Kasper;
Harrison, Tinsley Randolph; Braunwald, Eugene; Fauci, Anthony S.; Hauser, Stephen L;
Longo, Dan L. (2005))

B. Klasifikasi

Klinisi mengklasifikasi henti jantung ke dalam "shockable" dan "non–shockable",


yang ditunjukkan oleh ritme EKG. Hal ini sesuai dengan tatalaksana yang akan diberikan
apakah dapat ditatalaksana dengan defibrilasi. (Resuscitation Council (UK) Guidelines
2005)
Dua ritme yang dapat di-defibrilasi adalah fibrilasi ventrikel dan takikardi
ventrikel dengan hipopulsasi, sementara dua ritme yang tidak dapat di-defibrilasi adalah
asistol dan hipopulsasi aktivitas elektrik. (Jasmeet Soar, Gavin D. Perkins, Jerry Nolan.,
ed. (2012))

a. 2 Ritme di defibrilasi
1. Takikardia ventrikel
Salah satu ritme yang merespon dengan baik terhadap defibrilasi adalah takikardia
ventrikel (sering disingkat menjadi v-tach). Irama ini biasanya muncul di monitor
sebagai ritme yang lebar, teratur, dan sangat cepat. Tachycardia ventrikel adalah ritme
yang kurang sempurna; pasien dapat hadir dengan atau tanpa denyut nadi. Sebagian
besar pasien tidak sadarkan diri dan merasa lelah dengan ritme dan defibrilasi ini
diperlukan untuk 'setrum' jantung sehingga alat pacu jantung primer (biasanya simpul
S-A) dapat mengambil alih. Guncangan ganda mungkin diperlukan, tapi kompresi
yang baik dan ventilasi yang memadai juga penting. Anda juga harus
mempertimbangkan H dan T yang mungkin menyebabkan ritme, terutama jika
defibrilasi tidak efektif dalam mengakhiri ritme. Penting untuk mempertimbangkan
hipoksia sebagai penyebab yang mendasarinya, karena ini adalah salah satu masalah
yang paling umum dan mudah ditangani. Jalan napas pasien harus diamankan dengan
kencang dan ventilasi harus dioptimalkan. Penyebab mendasar lainnya adalah
asidosis atau peningkatan potassium dalam aliran darah. Anda harus
mempertimbangkan toxins juga saat menyelidiki v-tach, termasuk obat-obatan yang
diresepkan. Infark miokard, tamponade jantung dan tension pneumotoraks juga bisa
menyebabkan v-tach. Jika defibrilasi tidak membantu dalam mengakhiri ritme, perlu
dilakukan untuk menyelidiki kemungkinan penyebabnya, karena pengobatan
mungkin akan gagal kecuali penyebab utamanya diidentifikasi dan diobati.
2. Fibrilasi ventrikel
Fibrilasi ventrikel, atau v-fib, adalah penyebab umum serangan jantung di luar
rumah sakit. Dalam kasus ini, jantung bergetar tidak efektif dan tidak ada darah yang
keluar dari jantung. Di monitor, v-fib akan terlihat seperti garis bergelombang yang
hiruk-pikuk. Fibrilasi ventrikel mungkin halus atau kasar; fibrilasi ventrikel kasar
lebih cenderung dikonversi setelah defibrilasi daripada v-fib halus.
Denda v-fib kadang keliru karena asistol. Karena perawatan untuk asistole dan
fibrilasi ventrikel berbeda, penting untuk membedakan keduanya. Jika ragu, bisa
diterima untuk menyampaikan kejutan. Jika baik-baik saja v-fib, Anda bisa
menghentikan ritme; Namun, jika irama itu asistole, defibrilasi akan menjadi tidak
efektif dan Anda bisa mengikuti protokol asistole dengan percaya diri. (journal
shockable)
a. Kegawatdaruratan Fibrilasi Ventrikel: Diagnosis Dan Tatalaksana
Fibrilasi Ventrikel adalah suatu keadaan dimana kontraksi otot ventrikel
tidak sinkron, tidak terorganisasi dan frekuensinya cepat. Fibrilasi Ventrikel
merupakan keadaan terminal dari aritmia ventrikel yang ditandai oleh bentuk
gelombang yang naik turun dengan berbagai bentuk dan amplitudo gelombang
yang berbeda-beda, tidak tampak kompleks QRS atau segmen ST ataupun
gelombang T.
b. Patogenesis Fibrilasi Ventrikel
Pada ventrikel yang terdapat daerah iskemik, cedera, infark dapat
menyebabkan terjadinya pola depolarisasi dan repolarisasi ventrikel yang
tidak sinkron, akibatnya ventrikel tidak dapat berkontraksi sebagai suatu
kesatuan dan menyebabkan tidak adanya curah jantung sehingga pasien dapat
menjadi tidak sadar dan mengalami henti napas dalam hitungan detik.

c. Diagnosis Fibrilasi Ventrikel


Pasien Fibrilasi Ventrikel biasanya datang dengan penurunan kesadaran
tiba-tiba, henti napas, dan tidak ada denyut nadi.

Gambaran EKG menunjukkan

1. Komplek QRS yang tidak dapat ditentukan. Tidak ada gelombang P, QRS,
atau T yang dapat dikenali. Gelombang pada garis dasar terjadi antara
150-500 kali/menit
2. Irama : tidak dapat ditentukan
3. Amplitudo : diukur dari puncak ke palung. Amplitudo biasanya digunakan
secara subjektif untuk menggambarkan VF sebagai halus (puncak ke
palung 2-5 mm), medium atau sedang (5 sampai < 10 mm), kasar (10
sampai < 15 mm), atau sangat kasar (> 15 mm).
d. Tatalaksana Fibrilasi Ventrikel
Fibrilasi Ventrikel (VF) adalah keadaan gawat darurat dimana anamnesis
dan pemeriksaan fisik tidak perlu lengkap. Penanganan VF harus cepat
dengan protokol resusitasi kardiopulmonal yang baku meliputi defibrilasi
sesegera mungkin, diikuti resusitasi jantung paru (RJP), dan pemberian obat-
obatan seperti epinefrin, vasopressin dan amiodaron. (Lihat algoritma
penatalaksanaan VF/VT pulseless).
Penanganan utama pada VF adalah dngan defibrilasi. Defibrilasi
nonsynchronized menggunakan energi 360 Joule gelombang monofasik atau
120-200 Joule gelombang bifasik. Setelah dilakukan defibrilasi. Segera
lakukan kembali RJP sebanyak 5 siklus pada pasien.
RJP (30 kompresi dada : 2 ventilasi) dilakukan jika pada pasien belum
dipasang advance airway (ETT). Jika pada pasien telah terpasang advance
airway, berikan venyilasi 8-10 kali/menit sambil terus melakukan kompresi
dada 100 kali/menit.
RJP terus dilakukan selama resusitasi, kecuali pada waktu analisis irama
jantung, defibrilasi, dan penilaian sirkulasi. Setelah 5 siklus RJP, cek irama
jantung pasien sesuai monitor (shockable atau tidak shockable), selanjutnya
tatalaksana sesuai temuan.
Pertimbangkan pemberian obat selama dilakukannya RJP. Obat-obatan
selama tindakan RJP pada pasien Ventrikel Fibrilasi dapat mengacu pada
EIMED MERAH PAPDI. (dokterpost.com/kegawatdaruratan-ventrikel-
fibrilasi)
C. Tanda dan Gejala
Henti jantung dibuktikan dengan pulsasi nadi yang tidak teraba, Tetapi, akibat
dari tidak adekuatnya sirkulasi otak, pasien dapat mengalami penurunan kesadaran dan
dapat mengalami henti napas. Kriteria diagnostik utama untuk mendiagnosis henti
jantung (yang berlawanan dengan henti napas yang mana memiliki tanda dan gejala yang
mirip) adalah kekurangan sirkulasi yang dapat dibuktikan dengan beberapa cara. (Mount
Sinai - Cardiac arrest dan Parnia, S; Spearpoint, K, Fenwick, PB (August 2007))

D. Penyebab
Penyakit arteri koroner merupakan penyebab utama dari henti jantung yang tiba-
tiba. Kebanyakan kondisi jantung dan non jantung lainnya juga dapat meningkatkan
risiko henti jantung. (Ochoa FJ, Ramalle-Gómara E, Carpintero JM, García A, Saralegui
I (June 1998)).

E. Diagnosis
Henti jantung biasanya didiagnosis secara klinis dengan tidak terabanya nadi.
Pada beberapa kasus perabaan arteri karotis untuk mendeteksi pulsasi nadi merupakan
standar emas untuk mendiagnosis henti jantung, namun kurangnya pulsasi (terutama pada
nadi perifera) dapat disebabkan oleh kondisi lainnya (misalnya syok sirkulasi), atau
sekadar kesalahan penolong. Penelitian menunjukkan bahwa penolong sering kali
melakukan kesalahan ketika akan mendeteksi pulsasi karotis pada saat gawat darurat,
baik itu tenaga profesional kesehatan maupun orang pada umumnya. (Bahr J, Klingler H,
Panzer W, Rode H, Kettler D (August 1997)).
Konsil Resusitasi di Inggris, mengusulkan teknik yang dapat digunakan oleh
petugas kesehatan profesional dengan pelatihan dan keahlian bersama dengan indikator
seperti pernapasan agonal. (ECC Committee, Subcommittees and Task Forces of the
American Heart Association (December 2005) dan Resuscitation Council (UK)
Guidelines)

F. Penatalaksanaan
Henti jantung yang tiba-tiba dapat ditatalaksana dengan percobaan resusitasi. Hal
ini biasanya dilaksanakan berdasarkan Bantuan Hidup Dasar / advanced cardiac life
support (ACLS), pediatric advanced life support (PALS) atau neonatal resuscitation
program (NRP). (ECC Committee, Subcommittees and Task Forces of the American
Heart Association (December 2005 dan American Heart, Association (May 2006)).

G. Prognosis
Angka keselamatan pasien yang menerima tatalaksana gawat darurat di ambulans
hanya mencapai 2%. Tetapi, dengan dilakukannya defibrilasi dalam 3–5 menit pertama,
angka keselamatan meningkat hingga 30%. (Resuscitation Council Comment on CPR
study". Resuscitation Council UK. April 2007, dan Cardiopulmonary Resuscitation
(CPR) Statistics).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pasien dengan penurunan kesadaran dan memiliki riwayat serangan jantung
menderita ventrikel takikardia dan fibrelisasi ventrikel. Langkah-langkah untuk
menegakkan diagnosis yaitu anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang perlu
diperhatikan dengan seksama untuk mengetahui penyebab penurunan kesadaran pada
pasien.
Ventrikel takikardia merupakan suatu aritmia pada ventrikel yang mengakibatkan
volume sekuncup berkurang bahkan tidak ada akibat kecepatan denyut ventrikel yang
cepat yaitu 160-250 kali/menit.VT adalah duatu keadaan gawat darurat karena kapan saja
bisa terjadi mati mendadak pada pasien yang menderitanya terutama pada pasien dengan
berbagai penyakit jantung yang menyertainya seperti infark miokard.Oleh karena itu
tindakan pengobatan pada pasien VT adalah dengan medikamentosa, ablasi kateter, dan
ICD.
Fibrilasi ventrikel (VF) adalah irama jantung cepat yang mengancam jiwa dimulai
di ruang bawah jantung. Dapat dipicu oleh serangan jantung.Karena jantung tidak
memompa secara mencukupi selama fibrilasi ventrikel (VF), berkelanjutan dapat
menyebabkan tekanan darah rendah, pingsan, atau kematian.
Perawatan darurat termasuk defibrilasi langsung dengan Automated External
Defibrillator (AED) dan resusitasi jantung paru kardio-pulmonari (CPR). Terapi jangka
panjang termasuk defibrillator implan dan obat-obatan untuk mencegah kekambuhan.
Daftar pustaka

1. ^ a b Jameson, J. N. St C.; Dennis L. Kasper; Harrison, Tinsley Randolph; Braunwald,


Eugene; Fauci, Anthony S.; Hauser, Stephen L; Longo, Dan L. (2005). Harrison's
principles of internal medicine. New York: McGraw-Hill Medical Publishing Division.
ISBN 0-07-140235-7.
2. ^ Mallinson, T (2010). "Myocardial Infarction". Focus on First Aid (15): 15. Diakses
tanggal 2010-06-08.
3. ^ Safar P (December 1986). "Cerebral resuscitation after cardiac arrest: a review".
Circulation 74 (6 Pt 2): IV138–53. PMID 3536160.
4. ^ Holzer M, Behringer W (April 2005). "Therapeutic hypothermia after cardiac arrest".
Current Opinion in Anesthesiology 18 (2): 163–8. PMID 16534333.
doi:10.1097/01.aco.0000162835.33474.a9.
5. ^ Safar P, Xiao F, Radovsky A et al. (January 1996). "Improved cerebral resuscitation
from cardiac arrest in dogs with mild hypothermia plus blood flow promotion". Stroke 27
(1): 105–13. PMID 8553385. doi:10.1161/01.STR.27.1.105.
6. ^ a b "Resuscitation Council (UK) Guidelines 2005".
7. ^ Jasmeet Soar, Gavin D. Perkins, Jerry Nolan., ed. (2012). ABC of resuscitation (6th ed.
ed.). Chichester, West Sussex: Wiley-Blackwell. p. 43. ISBN 9781118474853.
8. ^ "Mount Sinai - Cardiac arrest".
9. ^ Parnia, S; Spearpoint, K, Fenwick, PB (August 2007). "Near death experiences,
cognitive function and psychological outcomes of surviving cardiac arrest.".
Resuscitation 74 (2): 215–21. PMID 17416449. doi:10.1016/j.resuscitation.2007.01.020.
10. ^ Ochoa FJ, Ramalle-Gómara E, Carpintero JM, García A, Saralegui I (June 1998).
"Competence of health professionals to check the carotid pulse". Resuscitation 37 (3):
173–5. PMID 9715777. doi:10.1016/S0300-9572(98)00055-0.
11. ^ Bahr J, Klingler H, Panzer W, Rode H, Kettler D (August 1997). "Skills of lay people
in checking the carotid pulse". Resuscitation 35 (1): 23–6. PMID 9259056.
doi:10.1016/S0300-9572(96)01092-1.
12. ^ a b ECC Committee, Subcommittees and Task Forces of the American Heart
Association (December 2005). "2005 American Heart Association Guidelines for
Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care". Circulation 112
(24 Suppl): IV1–203. PMID 16314375. doi:10.1161/CIRCULATIONAHA.105.166550.
13. ^ American Heart, Association (May 2006). "2005 American Heart Association (AHA)
guidelines for cardiopulmonary resuscitation (CPR) and emergency cardiovascular care
(ECC) of pediatric and neonatal patients: pediatric advanced life support". Pediatrics 117
(5): e1005–28. PMID 16651281. doi:10.1542/peds.2006-0346.
14. ^ "Resuscitation Council Comment on CPR study". Resuscitation Council UK. April
2007. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-06-12. Diakses tanggal 2007-06-14.
15. ^ "CPR statistics". American Heart Association. Diakses tanggal 2007-06-14.
16. ^ Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) Statistics
17. http://dokterpost.com/kegawatdaruratan-ventrikel-fibrilasi-diagnosis-dan-
tatalaksana/
18. https://acls.com/free-resources/knowledge-base/vf-pvt/shockable-rhythms

Anda mungkin juga menyukai