Puasa atau saum adalah tindakan sukarela dengan berpantang dari makanan,
minuman, atau keduanya, perbuatan buruk dan dari segala hal yang membatalkan puasa
untuk periode waktu tertentu. Puasa mutlak biasanya didefinisikan sebagai berpantang
dari semua makanan dan cairan untuk periode tertentu, biasanya selama satu hari (24
jam), atau beberapa hari. Puasa lain mungkin hanya membatasi sebagian, membatasi
makanan tertentu atau zat. Praktik puasa dapat menghalangi aktivitas seksual dan
lainnya serta makanan. Puasa, sering dilakukan dalam rangka menunaikan ibadah, juga
dilakukan di luar kewajiban ibadah untuk meningkatkan kualitas hidup spiritual seseorang
yang melakukannya. Hal semacam ini sering ditemukan dalam diri pertapa atau rahib.
Inti dari maksud dan tujuan puasa itu adalah pengekangan diri dari sebuah keinginan
untuk mencapai sebuah tujuan. Oleh karenanya, puasa dapat didefinisikan sebagai
usaha pengekangan diri dari sebuah keinginan yang dilarang untuk mencapai sebuah
tujuan.
Dalam Islam, puasa (disebut juga Shaum) yang bersifat wajib dilakukan pada
bulan Ramadhan selama satu bulan penuh dan ditutup dengan Hari Raya Idul Fitri. Puasa
dilakukan dengan menahan diri dari makan dan minum dan dari segala perbuatan yang
bisa membatalkan puasa mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari dengan niat
sesuai perintah dalam kitab suci umat Islam Al Quran. Puasa juga menolong menanam
sikap yang baik dan kesemuanya itu diharapkan berlanjut ke bulan-bulan berikutnya dan
tidak hanya pada bulan puasa. Jika didasarkan pada ritual puasa itu sendiri, maka jika
kita hendak mengakhirinya atau berbuka, maka terasa bertolak belakang jika kita tidak
berbuka sekedarnya saja.
Makanan berkaitan erat dengan proses metabolisme. Oleh sebab itu, dalam
pemeriksaan medis tertentu yang berhubungan dengan proses metabolisme, misalnya
pemeriksaan kadar glukosa darah, pasien seringkali disyaratkan untuk berpuasa dahulu.
Puasa menggantikan sel-sel yang rusak di dalam tubuh dan menggantinya dengan
sel-sel yang baru. Selain itu, puasa mampu meningkatkan kembali hormon pertumbuhan
hingga 2000% pada laki-laki dan 1300% pada perempuan. Hormon pertumbuhan ini akan
memfasilitasi pembakaran cadangan lemak dalam tubuh selama berpuasa. Peningkatan
kembali hormon pertumbuhan dalam tubuh juga bermanfaat dalam melawan
penuaan.dini.
Saum dibagi menjadi dua hukum, wajib dan sunnah (dianjurkan). Berikut penjelasan
lebih rincinya:
Saum wajib
Saum yang hukumnya wajib adalah saum yang harus dikerjakan dan akan
mendapatkan pahala, kemudian jika tidak dikerjakan akan mendapatkan dosa. Saum-
saum wajib adalah sebagai berikut:
Saum Ramadan;
Saum (karena) nazar;
Saum kifarat atau denda.
Saum sunnah
Saum yang hukumnya sunnah adalah saum yang jika dikerjakan mendapatkan pahala
dan jika tidak dikerjakan tidak mendapatkan dosa. Saum-saum sunnah adalah sebagai
berikut:
1. Beragama Islam,
2. Berakal sehat,
3. Baligh (sudah cukup umur),
4. Mampu melaksanakannya.
Rukun saum
1. Islam,
2. Niat,
3. Meninggalkan segala hal yang membatalkan puasa dari terbit fajar hingga
terbenam matahari.
Hal yang sama juga pada tanggal 10 Zulhijjah sebagai hari raya kedua bagi umat
Islam. Hari itu diharamkan untuk bersaum dan umat Islam disunnahkan untuk
menyembelih hewan Qurban dan membagikannya kepada fakir msikin dan
kerabat serta keluarga. Agar semuanya bisa ikut merasakan kegembiraan
dengan menyantap hewan qurban itu dan merayakan hari besar.
Kemudian waktu makruh untuk bersaum adalah ketika saum dikhususkan pada hari
Jumat,[3][4] tanpa diselingi saum sebelumnya atau sesudahnya.
1. Masuknya benda (seperti nasi, air, asap rokok dan sebagainya) ke dalam rongga
badan dengan disengaja,
2. Bersetubuh,
3. Muntah dengan disengaja,
4. Keluar mani (istimna' ) dengan disengaja,
5. Haid (datang bulan) dan Nifas (melahirkan anak),
6. Hilang akal (gila atau pingsan),
7. Murtad (keluar dari agama Islam).
Dari kesemua pembatal saum ada pengecualiannya, yaitu makan, minum dan
bersetubuhnya orang yang sedang bersaum tidak akan batal ketika seseorang itu lupa
bahwa ia sedang bersaum.
Wajib mengqadha
Orang-orang yang tersebut di bawah ini, boleh tidak bersaum, tetapi wajib
mengganti saumnya pada hari lain (qada), sebanyak hari yang ditinggalkan.
Orang-orang di bawah ini tidak wajib qada (menggantikan saum pada hari lain),
tetapi wajib membayar fidyah, yaitu memberi makan orang miskin setiap hari
yang ia tidak bersaum, berupa bahan makanan pokok sebanyak 1 mud (576
gram),
Ibadah saum Ramadhan yang diwajibkan Allah kepada setiap mukmin adalah
ibadah yang ditujukan untuk menghamba kepada Allah seperti yang tertera dalam
sebuah surah dalam al-Qur'an, yang berbunyi:
“
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu bersaum
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertakwa, (Al-Baqarah 2:183) ”
Keutamaan saum menurut syariat Islam adalah, orang-orang yg bersaum akan
melewati sebuah pintu surga yang bernama Rayyan,[8] dan keutamaan lainnya adalah
Allah akan menjauhkan wajahnya dari api neraka, sejauh 70 tahun perjalanan.[9]
Hikmah
Hikmah dari ibadah saum itu sendiri adalah melatih manusia untuk sabar dalam
menjalani hidup. Maksud dari sabar yang tertera dalam al-Quran adalah gigih dan ulet
seperti yang dimaksud dalam Ali ‘Imran/3: 146. Di antara hikmah dan faedah saum
selain untuk menjadi orang yang bertakwa adalah sebagai berikut:
Pendidikan/latihan rohani,
o Mendidik jiwa agar dapat menguasai diri,
o Mendidik nafsu agar tidak senantiasa dimanjakan dan dituruti,
o Mendidik jiwa untuk dapat memegang amanat dengan sebaik-baiknya,
o Mendidik kesabaran dan ketabahan.
Perbaikan pergaulan
Orang yang bersaum akan merasakan segala kesusahan fakir miskin yang banyak
menderita kelaparan dan kekurangan. Dengan demikian akan timbul rasa suka
menolong kepada orang-orang yang menderita.
Kesehatan
Ibadah saum Ramadhan akan membawa faedah bagi kesehatan rohani dan jasmani
jika pelaksanaannya sesuai dengan panduan yang telah ditetapkan, jika tidak maka
hasilnya tidaklah seberapa, malah mungkin ibadah saum kita sia-sia saja.
“
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid,
makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (Al-A'Raaf 7:31)
Salat Tarawih
Raka'at salat
Terdapat beberapa praktik tentang jumlah raka'at dan jumlah salam pada salat
Tarawih. Pada masa Nabi Muhammad salat Tarawih hanya dilakukan tiga atau empat
kali saja, tanpa ada satu pun keterangan yang menyebutkan jumlah raka'atnya.
Kemudian salat Tarawih berjamaah dihentikan, karena ada kekhawatiran akan
diwajibkan. Barulah pada zaman khalifah Umar salat Tarawih dihidupkan kembali
dengan berjamaah, dengan jumlah 20 raka'at dilanjutkan dengan 3 raka'at witir.
Sejak saat itu umat Islam di seluruh dunia menjalankan salat Tarawih tiap malam-
malam bulan Ramadhan dengan 20 raka'at. Empat mazhab yang berbeda, yaitu mazhab
Al-Hanafiyah (8 rakaat), Al-Malikiyah (sebagian 8 atau 20 rakaat) , Asy-Syafi'iyah (20
rakaat) serta Al-Hanabilah (sebagian 8 atau 20 rakaat). Sedangkan Umar bin Abdul Aziz
sebagai khalifah dari Bani Umayyah di Damaskus menjalankan salat Tarawih dengan 36
raka'at. Dan Ibnu Taimiyah menjalankan 40 raka'at.
Yang pertama kali menetapkan salat Tarawih hanya 8 raka'at dalam sejarah
adalah pendapat orang-orang di akhir zaman, seperti Ash-Shan’ani (w.1182 H), Al-
Mubarakfury (w. 1353 H) dan Al-Albani. Ash-Shan’ani Penulis Subulus-salam
sebenarnya tidak sampai mengatakan salat Tarawih hanya 8 raka'at, Sedangkan Al-
Mubarakfury memang lebih mengunggulkan salat Tarawih 8 raka'at, tanpa menyalahkan
pendapat yang 20 raka'at.
Niat salat
Niat salat ini, sebagaimana juga salat-salat yang lain cukup diucapkan di dalam
hati, yang terpenting adalah niat hanya semata karena Allah Ta'ala semata dengan hati
yang ikhlas dan mengharapkan ridhoNya
Beberapa Hadits Terkait
“Sesungguhnya Rasulullah pada suatu malam salat di masjid lalu para sahabat
mengikuti salat Dia, kemudian pada malam berikutnya (malam kedua) Dia salat
maka manusia semakin banyak (yang mengikuti salat nabi), kemudian mereka
berkumpul pada malam ketiga atau malam keempat. Maka rasulullah tidak
keluar pada mereka, lalu ketika pagi harinya Dia bersabda: ‘Sungguh aku telah
melihat apa yang telah kalian lakukan, dan tidaklah ada yang mencegahku keluar
kepada kalian kecuali sesungguhnya aku khawatir akan diwajibkan pada kalian,’
dan (peristiwa) itu terjadi di bulan Ramadhan.” (Muttafaqun ‘alaih)
"Artinya: Dari Jabir bin Abdullah radyillahu 'anhum, ia berkata: Rasulullah
pernah salat bersama kami di bulan Ramadhan (sebanyak) delapan raka'at dan
witir (satu raka'at). Maka pada hari berikutnya kami berkumpul di masjid dan
mengharap dia keluar (untuk salat), tetapi tidak keluar hingga masuk waktu pagi,
kemudian kami masuk kepadanya, lalu kami berkata: Ya Rasulullah ! Tadi malam
kami telah berkumpul di masjid dan kami harapkan engkau mau salat bersama
kami, maka sabdanya "Sesungguhnya aku khawatir (salat itu) akan diwajibkan
atas kamu sekalian".(Hadits Riwayat Thabrani dan Ibnu Nashr)
"Aku perhatikan salat malam rasulullah , yaitu (Ia) salat dua raka'at yang ringan,
kemudian Ia salat dua raka'at yang panjang sekali, kemudian salat dua raka'at,
dan dua raka'at ini tidak sepanjang dua raka'at sebelumnya, kemudian salat dua
raka'at (tidak sepanjang dua raka'at sebelumnya), kemudian salat dua raka'at
(tidak sepanjang dua raka'at sebelumnya), kemudian salat dua raka'at (tidak
sepanjang dua raka'at sebelumnya), kemudian witir satu raka'at, yang demikian
adalah 13 raka'at".Diriwayatkan oleh Malik, Muslim, Abu Awanah, Abu Dawud dan
Ibnu Nashr.
"Artinya: Dari Abi Salamah bin Abdurrahman bahwasanya ia bertanya kepada
'Aisyah radyillahu anha tentang salat rasulullah di bulan Ramadan. Maka ia
menjawab ; Tidak pernah Rasulullah kerjakan (tathawwu') di bulan Ramadan
dan tidak pula di lainnya lebih dari sebelas raka'at 1) (yaitu) Ia salat empat (raka'at)
jangan engkau tanya tentang bagus dan panjangnya, kemudian ia salat empat
(raka'at) 2) jangan engkau tanya panjang dan bagusnya kemudian ia salat tiga
raka'at".[Hadits Shahih Riwayat Bukhari dan Muslim]