PK 2
PK 2
Oleh :
Sheren Sarita K 1810104249
Ririn Istanti 1810104253
Nurhana Ruslan 1810104256
Zaenab Zubarka 1810104259
Siti Aisyah 1810104260
Nama :
NIM :
Metode :
Kasus :
No Kegiatan YA TIDAK
1 Meminta mahasiswa membahas ulang
praktik yang dilakukannya
Total item
Nama :
NIM :
Metode :
Kasus :
komunikasi teraupetik)
5
Memperhatikan prinsip pencegahan infeksi (menggunakan
tempat)
Total Score 10
CONTENT
1 Memulai tindakan dengan membaca basmalah dan diakhiri
dengan alhamdulilah
2 Menyiapkan alat :
a. Set persalinan
b. Transfusi set
c. Foley chateter
d. Set resusitasi ibu, janin, bayi (gudel/mayo/spatel/ambubag
set intubasi)
e. Tensi meter
f. Termometer
g. Optalmus cope
h. Stetoscop
i. Dopler/stetoscop linek
j. Bateray
k. APD
l. Tempat dekontaminasi
m. Tempat sampah medis dan non medis
n. jam
PERSIAPAN OBAT-OBATAN
a. MgSO4 20%, 40%
b. Kalsium gluconat 10%, 10 ml IV selama 3 menit
c. Cairan infus Ringer Laktat
d. Spuit 3ml, 5 ml, 10 ml, 25 ml, 50 ml
e. Furosemin tablet/lasik injeksi (rumah sakit)
f. Nifedipin 2,5 mg,/5 mg/10 mg/ 25 mg (rumah sakit)
3 Mengenakan APD
4 Mencuci tangan tujuh langkah efektif
5 Memposisikan pasien berbarin dan bahu diganjal sehingga
posisi kepala extensi
6 Memeriksa dan membebaskan jalan nafas dari sisa
makanan/gigi palsu
7 Memasang mayo/tong spatel
8 Memberi oksigen 4-6 liter per menit melalui masker atau
kanula nasal
9 Memasang Infus RL
10 Memasang Folley Catheter
11 Melakukan observasi KU ,VS, jika tidak bernafas , mulai
ventilasi dengan masker dan balon
12 Bila pasien tidak sadar lakukan gerakanTripel(ektensi
kepala, mendorong mandibula kedepan dan membuka mulut
).
13 Memasang intubasi jika perlu (kalau di RS rujukan dengan
siap dokter)
14 Menghitung pernafasan minimal 16x/menit
15 Melakukan pemantauan urine minimal 30 ml/jam dalam 4
jam Terakhir
16 Memastikan tidak ada hematuri
17 MEMBERIKAN OBAT ANTI KONVULSAN/KEJANG:
DOSIS AWAL:
Memberikan MgSO4 sebanyak 4 gram IV:
Total item x 2
Nama :
NIM :
Metode :
Kasus :
No Kegiatan Ya Tidak
1 Pembimbng klinik menanyakan
perasaan peserta didik setelah bed site
teaching
2 Pembimbing klinik menanyakan
peserta sisik tentang attitude saat
contact pada pasien
3 Pembimibng Menanyakan pendapat
mahasiswa tentang praktik yang baru
saja dikerjakan
4 Pembimbing Meminta mahasiswa
menyebutkan langkah-langkah yang
dapat dikerjakan dengan baik
Total item
Keterangan : isilah tanda (√) bila dilakukan
No Aspek Penilaian
nilai Bobot Nxb
1 Preconference
a. Ketepatan waktu sesuai 10
perencanaan bimbingan
b. Kesesuaian perencanaan 30
kegiatan CI pada saat
preconference
2 Bed Side Teaching
a. Informed consent pada 10
pasien
b. Penilaian kesesuaian 20
tindakan berdasarkan
SPO
3 Postconfernce
a. Ada refleksi 5
b. Penilaiaian CI 25
Keterangan :
1 = jika sesuai
2. Coaching
a. Definisi Coaching
Coaching atau pelatihan adalah sebuah proses membimbing. Coaching
merupakan bimbingan yang diberikan kepada mahasiswa yang bertujuan
untuk melatih dan memperkenalkan kondisi kerja dan membantu untuk
mengatasi hambatan-hambatan dalam mencapai prestasi kerja atau
kompetensi yang maksimal
Coaching merupakan salah satu gaya kepemimpinan yang dapat
membuat orang lain tumbuh dan berkembang. Karena melalui proses ini
membuat orang lain menemukan kekuatan, kelemahan yang terdapat
pada dirinya secara sadar tanpa tekanan dari orang lain sehingga pada
akhirnya dia dapat menentukan target dan cara mencapainya.
Coaching merupakan salah satu pendekatan yang dalam beberapa
tahun belakangan ini telah membuktikan keberhasilannya dalam
membantu mempercepat transformasi dan pencapaian Goal baik
individu, kelompok maupun organisasi.
b. Manfaat
1) Coaching dapat membantu meningkatkan keterampilan mahasiswa
sehingga pekerjaan jadi lebih mudah. Ketika mahasiswa tidak tahu
apa yang harus dia lakukan karena pengalamannya yang minim,
maka dia perlu di coach. Pembimbing perlu menjelaskan step by
step cara melakukan pekerjaan atau suatu tindakan. Tidak bisa
melulu menuntut hasil akhir.
2) Coaching atau pembinaan dapat memberdayakan mahasiswa,
sehingga pembimbing lebih mudah mendelegasikan tugasnya.
3) Coaching/ pembinaan meningkatkan komitmen mahasiwa untuk
berhasil karena mereka paham ”how” dan “what”. Mahasiswa
menjadi lebih paham poin-poin penting dari tindakan yang
dilakukannya.
4) Coaching menilai kemajuan pembelajaran klinik.
c. Proses coaching
Agar berlangsung dengan baik, pelaksanaan coaching harus
dilakukan melalui suatu proses. Coaching biasanya diselesaikan
melalui proses bertahap dalam empat langkah berikut ini.
1) Observasi
Observaasi merupakan langkah melakukan pengamatan, sebelum
menentukan untuk melakukan coaching atau tidak.
Sebaiknya coaching tidak dilakukan sampai kita memahami
situasi, orang yang dihadapi, dan mengetahui keterampilan apa
yang sudah dimiliki bawahan sekarang ini.
2) Diskusi
Diskusi didahului dengan melakukan persiapan tentang tujuan
diskusi, menentukan isu yang dipikir penting untuk dibahas dan
konsekuensi yang dapat timbul apabila tidak membicarakannya.
Dalam diskusi dirumuskan cara untuk mengatasi persoalan secara
bersama.
3) Coaching Secara Aktif
Coaching secara aktif merupakan tahapan menjalankan coaching
oleh manajer kepada bawahannya, sebagai hasil dari kesepakatan
yang dapat diperoleh dalam diskusi. Coach yang efektif
menawarkan gagasan dan nasehat dengan cara yang membuat
bawahan mendengarkan, merespon, dan menghargai.
4) Tindak Lanjut
Tindak lanjut membantu individu tetap dalam jalur untuk
melakukan perbaikan. Apabila mereka keluar dari jalur, kita
mendapat kesempatan mengembalikannya ke dalam jalur. Tindak
lanjut termasuk menanyakan tentang apa yang berjalan baik dan
apa yang tidak dalam pelaksanaan coaching.
d. Metode coaching dalam tim
1) Metode praktis (On The Job Training)
On the job training adalah suatu proses yang terorganisasi untuk
meningkatkan keterampilan, pengetahuan, kebiasaan kerja dan
sikap para tim. Dengan kata lain on the job training adalah
pelatihan dengan cara pekerja atau calon pekerja ditempatkan
dalam kondisi pekerjaan yang sebenarnya, dibawah bimbingan dan
pengawasan dari pegawai yang telah bepengalaman atau seorang
supervisor.
2) Tujuan On the job training :
a) Memperoleh pengalaman langsung (bagi karyawan baru)
mengenal jenis pengetahuan dan keterampilan yang
dibutuhkan.
b) Mengamati secara langsung apa yang menjadi tanggung
jawabnya, melihat apa yang harus dikerjakan, mempu
menunjukkan apa yang dikerjakan (salah dan benar) kemudian
mampu menjelaskan tentang apa yang dikerjakan.
c) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan dengan jelas,
mengamati, melihat, dan mengerjakan sendiri dibawah
bimbingan supervisor.
d) Meningkatkan kecepatan menyelesaikan suatu pekerjaan
dengan mengulang-ulang jenis pekerjaan yang sama disertai
kepercayaan diri.
e) Meningkatkan diri mulai dari tingkat dasar, terampil dan
akhirnya menjadi mahir.
3) Off The Job Training
Off the job training atau pelatihan di luar kerja adalah pelatihan
yang berlangsung pada waktu karyawan yang dilatih tidak
melaksanakan pekerjaan rutin/biasa. Tujuan off the job training
a) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan karyawan
b) Lebih memfokuskan pada pengalaman belajar
c) Mempunyai kesempatan untuk bertukar pengalaman dengan
karyawan lainnya dari luar lingkungan unit kerjanya.
d) Mendapatkan ide-ide baru yang dapat dibawa kembali
ketempat kerjanya
e) Memperoleh wawasan yang lebih luas
4) Alasan pentingnya seorang Pemimpin selalu melakukan Coaching
dalam tim
Coaching merupakan sebuah tool bagi seorang manajer
khususnya dalam membangun tim yang solid. Keberhasilan
seorang manajer adalah kemampuan dia untuk membangun tim
pendukung yang handal, dan untuk melakukannya diperlukan cara-
cara pengembangan diri, motivasi-motivasi dan pemberdayaan
individu.
Coaching menjadi salah satu alat bantu paling efektif, dan
semakin sering seorang manajer melakukannya akan semakin
cepat progres pengembangan tim. Dikutip dari hbr.org tulisan
Joseph R. Weintraub seorang professor manajemen dari Babson
College, dan sekaligus pendiri Babson Coaching for Leadership
and Teamwork Program.
a) Coaching untuk membantu Individu Berkembang
Seorang pemimpin lebih senang dengan anak buah yang siap
bekerja dan siap mengembangkan diri, dibandingkan seseorang
yang lebih suka show off layaknya artis. Seorang pemimpin yang
baik akan melihat bahwa keinginan belajar dan tumbuh serta
beradaptasi bagi seorang karyawan merupakan bagian esensial
dalam pekerjaan mereka. Membantu orang lain lebih sukses
dengan pekerjaan mereka adalah aturan kunci seorang manajer.
b) Pemimpin butuh tim yang Mandiri
Betapa repotnya seorang pemimpin saat pekerjaan timnya dikit-
dikit harus diawasi. Saat akan ditinggal, sang pemimpin merasa
was was pekerjaan akan kacau atau tidak selesai. Coaching
membantu terbentuknya sekumpulan orang hebat, orang cerdas,
dan bisa Mandiri di dalam tim sehingga mampu menyelesaikan
setiap lini pekerjaan masing-masing dengan baik. Hal ini
dikarenakan, Coaching memfasilitasi tim untuk menjadi lebih
berdaya.
c) Coaching untuk membangun koneksi dan membuat hubungan
semakin harmonis
Seorang pemimpin yang baik senang dengan orang-orang, dan
akan selalu mengembangkan hubungan baik dengan orang lain,
orang baru maupun rekan kerja lama. Anda perlu senang
melakukan coaching karena orang percaya dengan Anda, dengan
membangun empati kepada tim, maka Anda akan dapat
menyesuaikan kebutuhan mereka dan menerapkan gaya yang tepat.
Beberapa orang dari anggota tim Anda akan datang melakukan
coaching dengan pernyataan tegas, namun beberapa akan datang
dengan membawa kesimpulan dan cara mereka sendiri. Disinilah
Anda perlu membangun hubungan saling percaya sehingga
pendekatan yang dilakukan akan tepat.
d) Dalam proses Coaching
Pemimpin dan Tim sama-sama belajar arti penting dari Proses
Proses Coaching mengajarkan bahwa tak ada jalan pintas menuju
sukses. Bersama Coaching, baik pemimpin maupun tim sama-sama
merasakan bagaimana sebuah Proses bekerja. Terkadang sebuah
cara berhasil, terkadang gagal. Dari situ, setiap orang lebih
menghargai pembelajaran dan tak lagi mudah menghakimi saat
terjadi kesalahan. Pada akhirnya, seorang pemimpin adalah Coach
terbaik bagi timnya. Karena seorang pemimpin-lah yang sehari-
hari bersama, berjuang untuk menyelesaikan banyak hal. Dengan
seorang pemimpin berperan sebagai Coach, tim akan merasakan
betul bagaimana dukungan pemimpin tersebut terhadap mereka,
dan memperkuat tim tersebut untuk lebih siap menyongsong
tantangan lebih besar di masa depan.
B. Metode Evaluasi PK
1. Direct Observation Of Procedural Skills DOPS
a. Definisi
DOPS adalah penilaian kemampuan klinik residen dalam melakukan suatu
tindakan medik pada pasien. DOPS mudah dilakukan secara rutin oleh
supervisor yang bertugas di berbagai situasi, seperti poliklinik, ruang
rawat inap, maupun IGD, dan hanya memerlukan waktu 15-20 menit
untuk dapat mengevaluasi kemampuan residen dalam melakukan tindak
medis secara keseluruhan, dan kemudian diikuti umpan balik selama 5
menit. DOPS telah terbukti merupakan alat yang valid untuk dapat
mengevaluasi residen dalam melakukan tindak medis. Supervisor yang
bertugas dianjurkan untuk melakukan minimal 1 kali DOPS per residen
tiap kompetensinya.
b. Keterangan kompetensi yang ada dalam DOPS
1) Mempunyai pengetahuan tentang indikasi, relevansi anatomik dan
teknik tindak medik (Demonstrates understanding of indications,
relevant anatomy, technique of procedure).
Memiliki kemampuan menjabarkan tentang tujuan, indikasi, kontra
indikasi, efek samping, letak anatomik yang perlu diketahui, dan cara
melakukan prosedur tindak medik secara berurutan dan jelas.
2) Mendapatkan persetujuan tindak medik (Obtaint Informed Concent)
Mampu mendapat persetujuan baik verbal dan/atau tertulis (bila
diperlukan dari orang tua atau wali pasien yang sebelumnya telah
diberikan penjelasan dengan baik mengenai tindak medik yang akan
dilakukan termasuk indikasi, prosedur yang akan dilakukan, untung
ruginya, efek samping yang timbul dll.
3) Persiapan yang sesuai sebelum tindak medik (Demonstrates
appropriate preparation preprocedure)
Memiliki kemampuan dalam mempersiapkan segala sesuatu yang
diperlukan dalam tindak medik yang akan dilakukan, termasuk
persiapan tentang tatalaksana mengatasi kemungkinan adanya
komplikasi.
4) Mampu memberikan analgesik yang sesuai atau sedasi yang aman
(Appropriate analgesia or safe sedation).
Memiliki pengetahuan tentang obat analgesik yang akan diberikan
dan dapat melakukannya dengan aman dan sesuai dengan indikasi.
5) Kemampuan secara teknik (Technical ability)
Dapat melakukan tindakan medik tersebut secara berurutan, trempil
dan dengan baik dan benar.
6) Teknik Aseptik (Aseptic technique)
Mampu menunjukkan telah melakukan teknik aseptik baik pada
sebelum, selama maupun setelah dilakukannya tinda medik tersebut.
7) Mencari bantuan bila diperlukan (Seeks help where appropriate)
Tahu kemampuan dan keterbatasan diri dan mencari bantuan bila
diperlukan baik dalam bentuk asistensi maupun penanganan lebih
lanjut bila diperlukan.
8) Tatalaksana paska tindakan (Post procedure management
Memiliki kemampuan dalam segala sesuatu yang diperlukan setelah
melakukan tindakan, misal pembuangan jarum suntik /benda-benda
tajam sekali pakai dengan benar dan aman, pembacaan foto roentgen,
EKG, instruksi yang jelas baik pada perawat maupun orang tua
pasien, dll.
9) Kecakapan komunikasi (Communication Skills)
Mampu memberikan penjelasan kepada pasien/orang tua/wali tentang
tindak medik dengan baik, jelas, hormat dan empati.
10) Mempertimbangkan kondisi pasien/profesionalisme (Consideration of
patient/ profesionalism).
Mampu melakukan tindak medik dengan memperlihatkan rasa
hormat, belas kasih, empati, dan membangun kepercayaan dengan
mempertimbangkan kondisi pasien saat itu. Mampu melaksanakan
tindak medik dengan mempertimbangkan segi etika dan kesadaran
akan legalitas dan keterbatasan diri.
11) Kemampuan secara keseluruhan dalam melakukan tindak medik
(Overall ability to perform procedure)
Kemampuan secara keseluruhan mengenai pengetahuan dan
ketrampilan dalam melakukan tindak medis tersebut dengan
mempertimbangkan butir-butir sepertin yang telah disebutkan di atas.
2. OSCE
a. Definisi OSCE (Objective Structured Clinical Examination)
OSCE adalah metode penilaian untuk menilai kemampuan klinis
mahasiswa secara terstruktur yang spesifik dan objektif dengan
serangkaian simulasi dalam bentuk rotasi stase dengan alokasi waktu
tertentu OSCE disebut objektif karena mahasiswa diuji dengan ujian atau
penilaian yang sama, sedangkan terstruktur artinya yang diuji
keterampilan klinik tertentu dengan menggunakan lembar penilaian yang
spesifik.
b. Komponen OSCE
OSCE terdiri dari beberapa komponen utama, yaitu : panitia ujian,
kordinator ujian, daftar check list ketrampilan, perilaku dan sikap yang
dinilai, mahasiswa/ peserta, penguji, tempat ujian, alokasi waktu antara
stasion, simulasi pasien, time keeper, time clock and time signal,
contigency plans, assessment of performance of the OSCE dan SOP ujian.
c. Aspek yang dinilai
Secara spesifik aspek yang dapat dievaluasi pada metode OSCE adalah
pengkajian riwayat hidup, pemeriksaan fisik, laboratorium, identifikasi
masalah, merumuskan/ menyimpulkan data, interpretasi pemeriksaan,
menetapkan pengelolaan klinik, mendemonstrasikan prosedur, kemajuan
berkomunikasi, pemberian pendidikan keperawatan.
d. Tahapan OSCE
Adapun tahapan-tahapan pelaksanaan OSCE, antara lain:
1) Mengidentifikasi Sumber Daya yang Tersedia
a) Membentuk TIM
Pada pelaksanaan metode OSCE banyak yang perlu
dipersiapkan, termasuk sumber daya. Langkah awal adalah
mengidentifikasi staf yang diperlukan pada pelaksanaan
OSCE
b) Mengidentifikasi lokasi
Salah satu kebutuhan yang penting dalam melaksanakan
metode OSCE adalah keaslian dari lingkungan klinis. Pada
metode OSCE dibutuhkan tenaga administrator untuk
mensetup alat peraga dan kebutuhan di setiap stase.
Menentukan dan menyiapkan tempat pelaksanaan OSCE
agar mirip dengan kondisi riel klinik atau Rumah Sakit
c) Identifikasi sumber pendanaan dan dukungan
Langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah membangun
tujuan bersama yang jelas; membangun tim dengan
berbagai ketrampilan; menjadwalkan pertemuan rutin
untuk membangun integritas tim, membuat tempat untuk
setiap pertemua, bahan dan protokol; mencari sumber dana
2) Kesepakatan tujuan dan durasi
Setalah keputusan dibuat untuk melakukan OSCE, selanjutnya
dibutuhkan secara detail untuk mengerjakannya. Mulai dari
persiapan sumber daya manusia sampai dengan biaya yang
dibutuhkannya. Kemudian menyepakati tujuan dan waktu yang
dibutuhkan atau perencanaan kegiatan OSCE
3) Membuat sebuah blueprint
Perlu diperhatikan pada pembuatan blueprint adalah
menggambarkan inti kompetensi; menetapkan kriteria performen
dari setiap stase; pastikan kasus pada OSCE relefan dengan realita
mulai dari usia, jenis kelamin, ras dan prevalensi mencerminkan
praktik klinis yang nyata; menyelaraskan ketrampilan OSCE dan
konten yang dinilai dengan kurikulum yang terbaru
4) Mengembangkan kasus dan stase
Membuat kasus yang baik dan umum terjadi dilapangan; pastikan
bahwa kasus mewakili dari populasi pasien dilingkungan klinis;
membuat tujuan yang spesifik dan ujian di setiap stase;pilih
aktifitas setelah kegiatan (misalnya umpan balik, kegiatan
tambahan atau istirahat); pastikan kasus yang dibuat dapat
dikerjakan dalam waktu yang telah ditentukan; menguji coba kasus
yang telah dibuat pada beberapa mahasiswa untuk menvalidasi dan
kasus yang tertata rapi
5) Membuat bentuk penilaian
Mengembangkan item penilaian berdasarkan blueprint yang telah
dibuat dan memastikan bahwa jumlah item reliable untuk menilai
kompetensi dalam domain yang ditargetkan; pertimbangkan untuk
menggunakan spesifik item dari pelaku dan item peringkat global
dalam bentuk peringkat OSCE untuk mencapai keseimbangan
dalam hal membantu penilai mencerminkan elemen penting dari
tanggapan subjektif mereka dan untuk meningkatkan objetivitas
mereka dalam mewakili apa yang dikerjakan selama di stase dan
menyediakan umpan balik yang lebih holistic; mengembangkan
pilihan respon untuk item perilaku-spesifik yang mencerminkan
tindakan yang diamati dan berusaha untuk mencocokkan pada
pilihan menanggapai adanya kemungkinan perbedaan yang
bervariasi dalam kinerja siswa.
6) Pelaksanaan OSCE
Sebelum melakukan OSCE disarankan untuk melakukan gladi
bersih, sehingga dapat mengidentifikasi adanya kekurangan-
kekurangan baik sarana maupun prasarana di setiap stase. Tim
merancang jadwal rotasi OSCE, termasuk waktu untuk orientasi
peserta dan klien standar, serta waktu antara stase. Klien standar
dapat melakukan perannya sesuai dengan kasus dan waktu yang
telah ditentukan secara optimal, dan menyediakan sesi istirahat
untuk klien standar.
e. Keuntungan OSCE
Keunggulan metode OSCE diantaranya OSCE dipandang lebih valid,
lebih reliable dan lebih objektif dibanding ujian lisan kasus yang selama
ini dipakai dalam menilai kemampuan klinis, kemampuan komunikasi dan
perilaku.
f. Kelemahan OSCE
Kelemahan metode OSCE diantaranya ialah penilaiannya hanya meliputi
pengetahuan secara kompartemen tal, bukan suatu penilaian dengan
pendekatan holistic dari penanganan pasien dan dibutuhkan
pengorganisasian serta persiapan penyusunan soal-soal yang sangat
membutuhkan waktu dan tenaga
3. Mini-cex (Mini Clinical Evaluation Exercise)
a. Definisi
Evaluasi adalah kegiatan menilai keberhasilan proses pembelajaran
terhadap mahasiswa melalui soal-soal/kasus yang diujikan.
Mini-CEX (Mini Clinical Evaluation Exercise) adalah salah satu jenis
assessment yang digunakan untuk mengukur kompetensi klinis
mahasiswa, serta menilai performance mahasiswa dalam menghadapi
pasien sesungguhnya, bersamaan dengan pemberian umpan balik oleh
penguji di akhir sesi.
b. Tujuan
1) Mengukur kemampuan mahasiswa pendidikan profesi dalam hal
ketrampilan klinis dalam mengadapi suatu kasus
2) Mengukur kemampuan mahasiswa dalam performance nya saat
menghadapi pasien secara nyata
3) Memberikan umpan balik kepada mahasiswa agar dapat
meningkatkan ketrampilan klinis nya dan memperbaiki
performance nya saat menghadapi pasien secara nyata.
c. Keuntungan
1) Menilai peserta didik pada level “does” piramid Miller
2) Memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk dapat
meningkatkan performannya.
d. Kerugian
1) Mini cex kurang tepat dalam menilai attitude walaupun ada item
profesionalisme
2) Waktu memberikan feedback terbatas
3) Sangat tergantung pada jenis kasus yang ditemui pada saat
melaksanakan kegiatan.
e. MINI –CEX dapat dilakukan di :
1) Ruang rawat inap
2) Poliklinik
3) Instansi rawat darurat
4) Tempat perawatan lainnya
f. Point-point yang dinilai
1) Kemampuan Wawancara Medis (Medical Interview Skills)
Memberi salam memperkenalkan diri, memfasilitasi
pasien/orang tua pasien agar dapat bercerita; bertanya dengan
efektif agar dapat memperoleh informasi yang akurat dan adekuat;
berbicara jelas, mendengar aktif,mencatat; bereaksi secara tepat
terhadap sikap dan tanda-tanda non verbal lainnya.
2) Kemampuan pemeriksaan fisik (Physical Examination skills)
Mengikuti urutan logik efisien; menyeimbangkan langkah skrining dan
diagnostik; memberitahu pasien saat pemeriksaan; peka terhadap kenyamanan
pasien dan bersikap sopan.
3) Kualitas Humanistik/ Profesionalisme (Humanistic Qualities/Professionalism)
Menghargai pasien, menunjukkan empati, belas kasih, menciptakan
kepercayaan; membantu agar pasien nyaman, bisa menjaga rahasia, memberi
informasi.
4) Keputusan klinis (Clinical Judgment)
Membuat diagnosis yang tepat dan memformulasikan rencana
penatalaksanaan pasien yang sesui. Selektif memilih pemeriksaan penunjang
diagnostik yang sesuai dengan mempertimbangan resiko dan manfaat.
5) Kemampuan konseling (counseling skills)
Menggali harapan pasien, bebas dari istilah-istilah kedokteran, terbuka,
jujur dan empati. Menjelaskan alasan/dasar pemeriksaan dan terapi kepada
pasien/orang tua pasien. Memperoleh persetujuan tindakan medik kalau
diperlukan kepada pasien/orang tua pasien (informed consent), memberi
edukasi tentang penatalaksanaan, pencegahan, dan konseling lain yang terkait
dengan penyakitnya.
6) Organisasi/Efisiensi (Organization/Efficiency)
Menentukan Prioritas, menyesuikan dengan waktu yang terse dia.
7) Kompetensi klinis keseluruhan (Overall Clinical competence)
Menunjukkan bagaimana mencapai keputusan klinis yang memuaskan.
Sintesis, peduli (caring), Efektif efisien dalam menggunakan sember yang ada
menyeimbangkan resiko dan manfaat, menyadari keter batasan kita.
PENILAIAN MINI CEX
Laboratorium/bagian :
Penilai : Tanggal :
Mahasiswa :
Ujian : -1 Ujian -2 Ujian -3 Ujian -4
Problem pasien/Dx : Umur _______ Jenis Kelamin P L
Ruangan : Rawat Jalan Rawat Inap Lain-lain
Tingkat Kerumitan : ___ Rendah ___ Sedang ___ Tinggi
Fokus : Data gatering Diagnosis Terapi Konseling
1. KETRAMPILAN ANAMNESA
1 2 3 | 4 5 6 | 7 8 9
1 2 3 | 4 5 6 | 7 8 9
Kurang memuaskan Memuaskan Sangat Memuaskan
Melakukan pemeriksaan dengan teliti, urutan logis, memenuhi langkah-langkah
diagnostik,Informed pada pasien
3. KUALITAS HUMANISTIK/PROFESIONALISME
1 2 3 | 4 5 6 | 7 8 9
Kurang memuaskan Memuaskan Sangat Memuaskan
Mempunyai perhatian, rasa hormat, empati, menjaga rahasia, memperhatikan
kenyamananpasien
4. KETRAMPILAN KONSELING
1 2 3 | 4 5 6 | 7 8 9
Kurang memuaskan Memuaskan Sangat Memuaskan
Menjelaskan/menginformasikan tentang tes/terapi pada pasien, memperoleh
persetujuanpasien, (konseling, informasi, edukasi)
5. KEPUTUSAN KLINIS/DIAGNOSIS
1 2 3 | 4 5 6 | 7 8 9
Kurang memuaskan Memuaskan Sangat Memuaskan
Mensintesis data, menentukan diagnosa, diagnosa differensial, manajemen
6. ORGANISASI/EFISIENSI
1 2 3 | 4 5 6 | 7 8 9
Kurang memuaskan Memuaskan Sangat Memuaskan
Tepat waktu, singkat dan jelas
NILAI :________________
FORMULIR MINI CEX ( MINI CLINICAL EXCAMINATION)
Nama Mahasiswa :
Terapi Konseling
Nilai Rata-Rata
UMPAN BALIK TERHADAP KOMPETENSI KLINIK
Catatan :
(..............................) (.......................................)