I. Sejarah Sosialisme
Ada yang menyebutkan bahwa sosialisme merupakan sebuah pemikiran
yang sudah ada dari dulu, hal ini didasarkan kepada, bahwa manusia
adalah sebagai makhluk sosial yang mempunyai interaksi terhadap satu
sama lain (individu dan kelompok). Pada umumnya sosialisme atau biasa
disebut sosialis adalah yang berhubungan dengan ideologi, sistem
ekonomi dan negara. Mengacu pada berbagai teori organisasi ekonomi
publik, kepemilikan langsung, pekerja serta administrasi alat-alat produksi
dan alokasi sumber daya alam.
Istilah sosialisme pertama kali digunakan dalam bahasa inggris pada awal
abad ke-19, istilah ini digunakan pertama kali untuk menyebut pengikut
1
Saint-Simon lah yang menganjurkan pembaruan pemerintahan yang bermaksud mengembalikan harmoni pada
masyarakat.
Robert Owen pada tahun 1827 2. Kontribusi utama Owen ke pikiran kaum
sosialis adalah pandangan dimana perilaku sosial manusia tidaklah tetap
atau absolut, dan manusia itu mempunyai kemauan bebas untuk
mengorganisir diri mereka ke dalam segala bentuk masyarakat yang
mereka inginkan. Filosofi Owen yang dimaksud berdasarkan pada tiga
pilar intelektual; (1) manusia adalah produk dari lingkungan mereka,
mendukung reformasi pendidikan dan tenaga kerja untuk mereka sendiri
bisa memimpin investasi modal mereka; (2) semua agama didasarkan
pada imaginasi absurd yang sama, yang membuat manusia lemah,
dungu, pemarah, fanatik atau munafik yang meyedihkan (meskipun
dalam tahun-tahun berikutnya ia memeluk spiritualisme); (3) dukungan
untuk menempatkan system keluar daripada system pabrik3.
I.a.Robert Owen
Seperti yang sudah disebutkan diatas Owen adalah penggagas dari
Pemikiran sosialisme, Owen lahir pada 14 Mei 1771 dan meninggal pada
17 November 1858. Dia anak keenam dari tujuh bersaudara, ayahnya
memiliki usaha kecil tunggangan kuda dan pandai besi. Ibu Owen berasal
dari salah satu keluarga petani yang makmur.
Tahun 1785 pabrik New Lanark sudah beroperasi dan masih dipimpin oleh
David Dale dan Richard Arkwright5. Sekitar dua ribu orang bekerja di New
Lanark dan lima ratus diataranya adalah anak-anak yang berusia lima
2
id.wikipedia.org …. Dalam versi bahasa Indonesia, Robert Owen adalah pemikir utama sosialisme utopis, dia
adalah seorang pelaku bisnis sukses yang menyumbangkan banyak laba dan bisnisnya demi peningkatan hidup
karyawannya. Dia dianggap sebagai ‘Bapak’ gerakan Koperasi.
Pada versi bahasa inggris, Robert Owen tidak disebutkan sebagai pemikir utama sosialisme utopis, melainkan
sebagai penggagas Pemikiran sosialisme (one of the founder of socialism)
3
Three intellectual pillars ; first, no one was responsible for his will and his own actions because his whole
character is formed independently of himself, people are product of their environment, hence his support for
education and labour reform, rendering him a pioneer in human capital investment. Second, all religion are
based on the same absurd imagination, that make man a weak, imbecile animal, a furious bigot and fanatic or
miserable hypocrite (though in his later years he embraced spiritiualism). Third, support for the putting-out
system instead of the factory system. (Gerald O’Hara “Dead men’s embers” Saturday Night Press Pubs, 2006)
4
Kota terbesar di Skotlandia dan terkenal ketiga di United Kingdom (wikipedia.org)
5
Sir Richard Arkwright adalah seorang kebangsaan Inggris yang menemukan spinning frame atau kincir air dan
lalu berubah nama menjadi water frame dan atau sekarang lebih dikenal dengan tenaga air (hydro power).
atau enam tahun berasal dari poorhouse, Edinburgh dan Glasgow. Anak-
anak memang diperlakukan dengan baik oleh Dale namun kondisi umum
orang-orang setempat pada saat itu sangat tidak memuaskan. Banyak
para pekerja pada tingkat terendah penduduk; pencurian, mabuk-
mabukan, dan kejahatan lain yang umum, pendidikan dan sanitasi
terabaikan, dan sebagian keluarga tinggal di satu ruangan.
6
Point utama dari filosofi ini adalah bahwa karakter manusia dibuat bukan dengan dia tapi untuk dia, yang telah
dibentuk oleh kedaaan dimana dia tidak memiliki kendali, bahwa ia bukanlah subjek yang tepat baik pujian
ataupun menyalahkan.
Kata “sosialisme” menjadi arus diskusi pada Persatuan Kelas dan Bangsa
(Association of all Classes and all Nations) yang dibentuk oleh Owen pada
tahun 1835. Selama mengajar sekulerisme bertahun-tahun, ia
mendapatkan pengaruh sosialisme dari para kelas pekerja. Lalu ditahun
1846 hasil satu-satunya dari agitasi Owen sering jadi pembicaraan dan
dijalankan oleh masyarakat pada setiap pertemuan-pertemuan, pamflet,
majalah, artikel serta menjadi embrio dari gerakan koperasi. Ia meninggal
di kota kelahirannya pada tanggal 17 November 1858.
Pada akhir abad ke-19, Karl Marx dan Friedrich Engels mencetuskan apa
yang disebut sebagai sosialisme ilmiah. Ini untuk membedakan diri
dengan sosialisme yang berkembang sebelumnya. Marx dan Engels
menyebut sosialisme tersebut dengan sosialisme utopia, artinya
sosialisme yang hanya didasari impian belaka tanpa kerangka rasional
untuk menjalankan dan mencapai apa yang disebut sosialisme. Oleh
karena itu Marx dan Engels mengembangkan beberapa tesis untuk
membedakan antara sosialisme dan komunisme. Menurut mereka,
sosialisme adalah tahap yang harus dilalui masyarakat untuk mencapai
komunisme. Dengan demikian komunisme atau masyarakat tanpa kelas
adalah tujuan akhir sejarah. Konsekwensinya, tahap sosialisme adalah
tahap kediktatoran rakyat untuk mencapai komunisme, seperti halnya
pendapat Lenin yang mengatakan bahwa Uni Sovyet berada dalam tahap
sosialisme. Dalam perkembangannya hingga pertengahan abad ke-20,
sosialisme memiliki beberapa cabang gagasan. Secara kasar pembagian
tersebut terdiri dari pertama adalah Sosialisme Demokrasi, kedua adalah
Marxisme Leninisme, Ketiga adalah anarkisme dan sindikalisme. Harus
diakui bahwa pembagian ini sangatlah sederhana mengingat begitu
banyak varian sosialisme yang tumbuh dan berkembang hingga saat ini.
Sebagai contoh Marxisme yang di satu sisi dalam penafsiran Lenin
menjadi Komunisme dan berkembang menjadi Stalinisme dan Maoisme.
Disisi lain Marxisme berkembang menjadi gerakan Kiri Baru dalam
pemahaman para pemikir seperti Herbert Marcuse di era 1970an.
Dalam catatan sejarah Indonesia, ada empat partai politik yang pernah
menyandang nama ”sosialis” sebagai nama dan ideologi resmi partai,
yaitu Partai Sosialis yang diketuai Amir Sjarifuddin, Partai Rakyat Sosialis
(Paras) yang didirikan dan diketuai Sutan Sjahrir. Lalu, ada Partai Sosialis
yang merupakan fusi dari kedua partai itu. Partai inilah yang sejak
November 1945 menguasai kabinet RI hingga pertengahan 1947, saat
terjadi keretakan antara kelompok Sjahrir dan Amir Sjarifuddin. Sjahrir lalu
membentuk partai baru, Partai Sosialis Indonesia (PSI), pada awal 1948,
bertahan hingga 1960, saat dibubarkan Soekarno.
Kesimpulan
Dari tulisan diatas jelaslah sangat penting sebuah ideologi untuk bisa
dipahami dengan kesadaran rasional dan dimiliki sebagai sebuah pijakan
langkah kedepan bagi perkembangan sebuah masyarakat. Ideologi tidak
bisa dipahami secara buta dan dogmatis, karena masyarakat terus
berubah dan berkembang sesuai dengan situasinya baik secara subyektif
maupun obyektif.
Secara subyektif, kesadaran masyarakat memang harus dibangun.
Problem di Indonesia untuk hal ini adalah pemahaman ideologi bukanlah
di pelajari secara rasional, melainkan sekedar penerimaan warisan tradisi
akan pergerakan politik yang mengatasnamakan ideologi. Orang lebih
cenderung mengidentifikasi atau menolak dirinya sebagai sebuah
penganut ideologi tertentu bukan karena ia belajar memahami nilai
ideologi tersebut secara rasional, melainkan karena faktor sejarah dan
kepentingan yang lebih dominan terhadap dirinya. Demikian pula secara
obyektif, problem yang ada dimasyarakat seperti saat ini tentunya juga
butuh sebuah keyakinan yang kuat terhadap cita cita perubahan. Ideologi
sebagai sebuah cita cita haruslah bisa diandalkan dan dipercaya untuk
bisa memberi jalan terhapa permasalahan tersebut.
Maka meski dengan usia baru 100 tahun sejak para founding fathers
seperti Soekarno, Hatta, Sjahrir dan lainnya, Republik Indonesia boleh
dibilang sangatlah miskin akan pemahaman ideologi yang berkelanjutan.
Orang lebih senang melihat figur tertentu untuk tampil ke panggung
politik bila dibandingkan tahu secara jelas pemikiran pemikiran macam
apa yang dihasilkan oleh figur tersebut. Inilah yang disebut favoritisme,
seperti halnya yang terjadi di Amerika Latin pada abad ke 19 dimana
banyak junta militer jatuh bangun berkuasa silih berganti.
Sosialisme sebagai ideologi yang telah menjadi pilihan, tentunya juga
harus dipahami dan dijalankan dalam konteks nalar yang rasional.
Artinya, mengetahui dan meyakini sosialisme bukanlah sekedar
memahami sejarah, mendogmakan pemikiran lampau dan enggan lepas
dari pewarisan tradisi yang sudah ada.
Sosialisme harus mampu menjawab berbagai tantangan perkembangan
masyarakat dan zaman yang kini sedang terjadi. Seperti halnya problem
lingkungan hidup, kemanusiaan, gender dan nilai etis moral lainnya yang
pada dekade lalu belum dianggap sebagai suatu hal yang sangat penting.
Oleh karena itu Sosialisme yang harus diperjuangkan adalah sosialisme
yang benar-benar mengakui nilai nilai kemanusiaan, sosialisme yang
benar-benar kerakyatan dalam arti mampu secara maksimal memberi
rasa keadilan terhadap masyarakat dan sosialisme yang secara sungguh-
sungguh tumbuh karena gagasan-gagasan mulia, bukan sekedar jargon
masa lalu.
Sumbangan sosialisme tradisional seperti Marxisme dan kritik terhadap
demokrasi tentunya juga merupakan hal yang patut untuk diperhatikan.
Demokrasi telah menjadi pilihan kita dan kita secara sadar paham segala
kemungkinan penyimpangan-penyimpangannya. Penyalahgunaan
kekuasaan, pengatasnamaan hukum, konflik kepentingan mayoritas–
minoritas, adalah hal-hal yang telah tampak di depan mata. Indonesia
memang sedang dalam masa transisi. Hal inilah yang harus benar benar
dijaga dan diperhatikan agar perubahan yang sekarang terjadi tidak akan
salah arah dalam proses berdemokrasi sebagai pelajaran pertama menuju
masyarakat yang adil dan makmur.