Anda di halaman 1dari 17

Hidup bersih, sehat, bahagia dan sejahtera lahir batin adalah dambaan setiap orang.

Hidup

berkecukupan materi bukan jaminan bagi seseorang bisa hidup sehat dan bahagia. Mereka yang

kurang dari sisi materi juga bisa menikmati hidup sehat dan bahagia. Sebab, kesehatan terkait erat

dengan perilaku atau budaya. Perubahan perilaku atau budaya membutuhkan edukasi yang terus-

menerus. Dalam hal ini sikap kepedulian lingkungan harus dipupuk terus menerus supaya nantinya

menjadi manusia yang mempunyai kepedulian lingkungan yang tinggi sehingga tidak lagi terjadi

kerusakan lingkungan akibat ulah manusia di kemudian hari.

Selama ini anggapan hidup bersih dan sehat adalah tanggung jawab dokter atau bidang

kesehatan. Padahal anggapan seperti itu tidak dibenarkan, karena hidup bersih dan sehat adalah hak

dan kewajiban semua orang. Ketika sikap manusia mengenai lingkungan dan dampak dari kegiatan

manusia sangat tidak terurus dan terpikirkan, saat lingkungan rusak dan ekosistem hancur maka

keseimbangan antara kehidupan dengan kehidupan lainnya akan berubah, hal ini memberikan

dampak negatif bagi setiap makhluk hidup yang ada disekitarnya. Maka dengan demikian dibutuhkan

sikap peduli terhadap lingkungan. Dengan adanya sikap peduli terhadap lingkungan akan menjadikan

suasana yang nyaman, tentram, bebas dari kerusakan lingkungan.Sikap peduli terhadap lingkungan

bisa ditunjukkan dengan adanya sikap yang positif terhadap lingkungan. Seperti menjaga

keseimbangan lingkungan memahami pentingnya menjaga kebersihan lingkungan sampai menjaga

lingkungan dari polusi.

Menurut Soeryani ( 2005 :27), pendidikan lingkungan hidup adalah pengajaran serta

penyebarluasan filsafat dan dasar-dasar pemahaman tentang lingkungan hidup. Hal ini berarti bahwa

pendidikan lingkungan akan menjadikan peserta didik mempunyai kepedulian terhadap lingkungan.

Filsafat itu sendiri adalah kecintaan terhadap kearifan, sehingga pengajaran tentang filsafat berarti

mendorong diri kita guna memperoleh kearifan itu untuk berperilaku sebaik mungkin dalam hidup ini.

Filasafat lingkungan hidup adalah kecintaan terhadap kearifan sikap dan perilaku kita. Jadi filsafat

lingkungan hidup merupakan pencarian untuk mendapatkan kearifan guna menata sikap dan perilaku

seserasi mungkin dalam lingkungan di mana kita berada.

Menurut Sue ( 2003 : 43) bahwa kepedulian lingkungan menyatakan sikap-sikap umum

terhadap kualitas lingkungan yang diwujudkan dalam kesediaan diri untuk menyatakan aksi-aksi yang

dapat meningkatkan dan memelihara kualitas lingkungan dalam setiap perilaku yang berhubungan

dengan lingkungan. Oleh karena kepedulian dinyatakan dengan aksi-aksi, maka seseorang yang

peduli lingkungan tidak hanya pandai membuat karya tulis tentang lingkungan, tetapi hasil karya tulis

itu diwujudkan dalam tindakan yang nyata. Jika sesorang baru bisa menuangkan sikapnya dalam

bentuk tulisan, hal ini belum bias dikatakan sebagai orang yang bersikap peduli terhadap lingkungan.
Selanjutnya apabila tingkat kepedulian terhadap lingkungan tinggi maka kemungkinan besar akan
mendorong untuk berperilaku yang mendukung lingkungan. Dengan demikian untuk menciptakan
kepedulian lingkungan perlu adanya pengetahuan sebelumnya tentang lingkungan yang berasal dari
belajar secara mandiri dengan membaca buku, dari media lain seperti televisi, internet dan bisa juga
berasal dari proses belajar mengajar di kelas secara klasikal.

Menurut Suparno (2004:84), sikap kepedulian lingkungan ditunjukkan dengan adanya

peghargaan terhadap alam. Hakikat penghargaan terhadap alam adalah kesadaran bahwa manusia

menjadi bagian alam, sehingga mencintai alam juga mencintai kehidupan manusia. Mencintai

lingkungan hidup dan alam haruslah diarahkan agar ada sikap untuk mencintai kehidupan. Jika

semua orang mencintai lingkungan hidup dan alam, maka semua orang akan peduli untuk

memelihara kelangsungan hidup lingkungan, tidak pernah merusak dan mengeksploitasi sehingga di

kemudian hari tercipta lingkungan yang menguntungkan semua manusia yang termasuk bagian dari

lingkungan tersebut.

Nenggala (2007 :173 ) berpendapat bahwa indikator seseorang yang peduli lingkungan

adalah :
1. Selalu menjaga kelestarian lingkungan sekitar.
2. Tidak mengambil, menebang atau mencabut tumbuh-tumbuhan yang terdapat di sepanjang
perjalanan.
3. Tidak mencoret-coret, menorehkan tulisan pada pohin, batu-batu, jalan atau dinding.
4. Selalu membuang sampah pada tempatnya.
5. Tidak membakar sampah di sekitar perumahan.
6. Melaksanakan kegiatan membersihkan lingkungan.
7. Menimbun barang-barang bekas.
8. Membersihkan sampah-sampah yang menyumbat saluran air.

Berdasarkan pengertian menurut ahli yang pertama yaitu Soerjani, pendidikan lingkungan

hidup adalah pengajaran serta penyebarluasan filsafat dan dasar-dasar pemahaman tentang

lingkungan hidup. Hal ini berarti bahwa pendidikan lingkungan akan menjadikan peserta didik

mempunyai kepedulian terhadap lingkungan. Dengan demikian sangat diperlukan pendidikan

lingkungan hidup di lembaga-lembaga pendidikan baik secara eksplisit maupun implisit. Sedangkan

menurut ahli yang lain dikatakan bahwa sikap kepedulian lingkungan ditunjukkan dengan adanya

peghargaan terhadap alam. Dengan menghargai alam, contohnya seperti selalu menja kebersihan,

menjaga lingkungan sekitar, suka memelihara tanaman, berarti seseorang memiliki sikap peduli

terhadap lingkungan.

Kepedulian lingkungan dapat dinyatakan dengan sikap mendukung atau memihak terhadap

lingkungan, yang dapat diwujudkan dalam kesediaan diri untuk menyatakan aksi-aksi yang dapat

meningkatkan dan memelihara kualitas lingkungan dalam setiap perilaku yang berhubungan dengan

lingkungan. Dari pengertian ini dapat dikatakan pula kepedulian lingkungan seseorang rendah jika

seseorang tidak mendukung atau tidak memihak terhadap lingkungan dan kepedulian lingkungan

tinggi jika seseorang mendukung atau memihak terhadap lingkungan.


Jadi dapat ditarik kesimpulan kepedulian lingkungan adalah tingkat fokus perhatian terhadap suatu
tempat dimana suatu makhluk hidup itu tumbuh yang meliputi unsur unsur penting seperti tanah, air
dan udara, yang mana memiliki arti penting dalam kehidupan setiap makhluk hidup, dimana manusia
berada dan mempengaruhi kelangsungan hidup serta kesejahteraan manusia dan jasad hidup
lainnya, yang mencakup lingkungan hidup alami, lingkungan hidup binaan atau buatan
dan lingkungan hidup budaya atau sosial.
Diposting oleh Sri Handayani di 21.48

Menurut UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, lingkungan hidup adalah
kesatuan ruang dengan semua benda dan kesatuan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia
dan perilakunya yang melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk
hidup lainnya. Unsur-unsur lingkungan hidup dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:

1. Unsur Hayati (biotik) : yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari makhluk hidup, seperti
manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan jasad renik.

2. Unsur Sosial Budaya : yaitu lingkungan sosial dan budaya yang dibuat manusia yang merupakan
sistem nilai, gagasan, dan keyakinan dalam perilaku sebagai makhluk sosial.

3. Unsur Fisik (abiotik) : yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari benda-benda tidak hidup,
seperti tanah, air, udara, iklim dan lain-lain.

Secara khusus, kita sering menggunakan istilah lingkungan hidup untuk menyebutkan segala sesuatu
yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup segenap 3 makhluk hidup di muka bumi.
Keberadaan lingkungan fisik sangat besar peranannya bagi kelangsungan hidup segenap kehidupan di
bumi. Karena kehidupan di muka bumi akan berlangsung secara wajar jika lingkungan fisik tetap
terjaga keseimbangannya. Kerusakan lingkungan fisik akan mengakibatkan banyak bencana yang
dapat mengancam keselamatan manusia seperti kekeringan, banjir, tanah longsor, perubahan musim
yang tidak teratur, dan munculnya berbagai penyakit. Berdasarkan faktor penyebabnya, bentuk
kerusakan lingkungan hidup dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

1. Kerusakan lingkungan hidup akibat peristiwa alam seperti: letusan gunung berapi, gempa bumi,
angin puting beliung

2. Kerusakan lingkungan hidup karena faktor manusia Manusia sebagai penguasa lingkungan hidup di
bumi berperan besar dalam menentukan kelestarian lingkungan hidup. Manusia sebagai makhluk
ciptaan Tuhan yang berakal budi mampu merubah wajah dunia dari pola kehidupan sederhana
sampai ke bentuk kehidupan modern seperti sekarang ini. Namun sayang, seringkali apa yang
dilakukan manusia tidak diimbangi dengan pemikiran akan masa depan kehidupan generasi
berikutnya. Banyak kemajuan yang diraih oleh manusia membawa dampak buruk terhadap
kelangsungan lingkungan hidup.

Beberapa bentuk kerusakan lingkungan hidup karena faktor manusia, antara lain:

a. Terjadinya pencemaran (baik pencemaran udara, air, tanah, maupun suara) sebagai dampak
adanya kawasan industri.

b. Terjadinya banjir, sebagai dampak buruknya drainase atau sistem pembuangan air dan kesalahan
dalam menjaga daerah aliran sungai dan dampak pengrusakan hutan.

c. Terjadinya tanah longsor, sebagai dampak langsung dari rusaknya hutan. Selain hal-hal tersebut,
juga ada beberapa ulah manusia yang bersifat langsung maupun tidak langsung membawa dampak
pada kerusakan lingkungan hidup antara lain: penebangan hutan secara liar (penggundulan hutan).
perburuan liar, merusak hutan bakau, penimbunan rawa-rawa untuk pemukiman, pembuangan
sampah di sembarang tempat, bangunan liar di daerah aliran sungai (DAS), serta pemanfaatan
sumber daya alam secara berlebihan di luar batas.
4 Melestarikan lingkungan hidup merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditunda lagi dan bukan hanya
menjadi tanggung jawab pemerintah atau pemimpin negara saja, melainkan tanggung jawab setiap
insan di bumi, dari balita sampai manula. Setiap orang harus melakukan usaha untuk menyelamatkan
lingkungan hidup di sekitarnya sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Sekecil apa pun usaha
yang kita lakukan sangat besar manfaatnya bagi terwujudnya bumi yang layak huni bagi generasi
anak cucu kita kelak. Sebagai warga negara yang baik, masyarakat harus memiliki kepedulian yang
tinggi terhadap kelestarian lingkungan hidup di sekitarnya sesuai dengan kemampuan masingmasing.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan masyarakat berkaitan dengan pelestarian lingkungan hidup
antara lain: pelestarian tanah dan pelestarian udara, salah satunya dengan kepedulian terhadap
pengelolaan sampah rumah tangga secara mandiri.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sikap Peduli Terhadap Lingkungan


Dalam rangka menopang keberlangsungan suatu negara, pendidikan karakter/sikap bagi
anak bangsa berada pada posisi yang sangat penting. Karakter yang dibUtuhkan untuk itu adalah
karakter/sikap disiplin,jujur, kerja keras, bertanggung jawab dan banyak karakter lain seperti sikap
peduli terhadap lingkugan. Adapun yang kita bahas dalam bab ini adalah sikap peduli terhadap
lingkungan. Sebelum lebih jauh kita berbicara tentang sikap peduli terhadap lingkungan, terlebih
dulu kita harus memahami definisi dari sikap kepedulian terhadap lingkungan tersebut. Yang
selanjutnya kita merasa memiliki dan mencintai lingkungan sebagai tempat kita hidup dan
menopang kehidupan. Dengan memiliki sikap mamiliki dan mencintai lingkungan kita dapat
menanamkan rasa peduli lingkungan tersebut pada peserta didik sehingga sama-sama dapat
mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kata sikap didentikkan dengan karakter. Beberapa ahli memberikan pengertian terhadap
karakter atau sikap. Pengertian-pengertian tersebut diantaranya disampaikan oleh Muchlas Samani
dan Hariyanto (2012: 41), karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilku yang khas tiap
individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan
negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang dapat membuat keputusan dan siap
mempertanggung jawabkan setiap akibat dari keputusannya. Lebih lanjut, Muchlas Samani dan
Hariyanto (2012: 41) membagi sikap dan perilaku menjadi lima jangkauan sebagai berikut : (i)
sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan Tuhan, (ii) sikap dan perilaku dalam hubungannya
dengan diri sendiri, (iii) sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan keluarga, (iv) sikap dan
perilaku dalam hubungannya dengan masyarakat dan bangsa, dan (v) sikap dan perilaku dalam
hubungannya dengan alam sekitar (Muchlas Samani dan Hariyanto, 2012: 114). Sikap
peduli lingkungan adalah sikap berhubungan dengan alam sekitar sehingga jika dikaitkan dengan
jangkauan tersebut dapat digolongkan menjadi jangkauan poin kelima (v) yaitu sikap dan perilaku
dalam hubungannya dengan alam sekitar.
Scerenko dalam Muchlas Samani dan Hariyanto (2012: 42), mendefinisikan karakter sebagi
atribut dan ciri-ciri yang membentuk atau membedakan ciri pribadi, ciri etis dan kompleksitas
mental dari seseorang, suatu kelomok atau bangsa. Sementara itu menurut Helen G. douglas dalam
Muchlas Samani dan Hariyanto (2012: 42) , “character isn’t intherited, one builds its daily by the
way one thinks and acts, thought by thought, action by action”, Karakter tidak diwariskan, tetapi
sesuatu yang dibangun secara berkesinambungan hari demi hari melalui pikiran dan perbuatan,
pikiran demi pikiran, tindakan demi tindakan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2009) karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan,
akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain.
Karakter senantiasa harus dibangun secara berkesinambungan. Pusat Kurikulum (Muchlas
Samani dan Hariyanto, 2012: 9) menyarankan, implementasi pendidikan karakter hendaknya dimulai
dari nilai esensisl, sederhana, dan mudah dilaksanakan sesuai kondisi masing-masing sekolah,
misalnya bersih, rapi, nyaman, disiplin, sopan, dan santun. Selain itu, agar sikap peduli
lingkungan dapat terbentuk, maka anak perlu dilatih melalui pembiasaan, mandiri, sopan santun,
kreatif, tangkas, rajin bekerja, dan punya tanggung jawab. Oleh karena itu, sikap peduli lingkungan
yang dilakukan secara terus-menerus dapat membentuk karakter peduli lingkungan.
Berdasarkan berbagai penjelasan di atas, berarti karakter adalah sifat yang dimiliki oleh
individu, bukan bawaan sejak lahir yang dapat kita amati dari perilaku individu dalam berinteraksi
dengan Sang Pencipta, terhadap dirinya sendiri, teman sebaya, keluarga dan masyarakat. Karakter
ini harus selalu mendapatkan stimulasi positif secara berkesinambungan agar senantiasa terbentuk
pola pikir dan perilaku yang positif pula dalam pergaulannya sehari-hari. Karakter ini mempunyai
ciri-ciri khusus yang membedakan antara satu individu lainnya dalam kehidupan bermsyarakat.
Kata kedua pada frase sikap peduli lingkungan adalah peduli. Menurut Tim Penyusun Kamus
Pusat Bahasa (2002: 841), peduli berarti mengindahkan, menghiraukan, memperhatikan. Jadi orang
yang peduli adalah orang yang memperhatikan objek.
Selanjutnya kata lingkungan menurut Syamsu Yusuf dan sugandhi (2012:22) adalah
keseluruhan fenomena (peristiwa, situasi atau kondisi) fisik/alam atau sosial yang mempengaruhi
atau dipengaruhi hubungan individu. Muchlas Samani dan Hariyanto (2012: 114-133), sikap peduli
lingkungan merupakan kewajiban terhadap alam lingkungan. Manusia sebagai khalifah di bumi
memiliki kewajiban terhadap alam lingkungan untuk terus menjaga, melestarikan dan mencegah
adanya kerusakan dan pencemaran lingkungan. Adapun nilai-nilai terhadap alam lingkungan adalah
perhatian (attentiveness), kesediaan (availability), kepedulian (careness), kewarganegaraan
(citizenship or civic), komitmen (commitment), keberanian (courage), keingintahuan (courisity),
kritis (critical), dapat diandalkan (dependability), kerajinan (diligence), daya upaya atau usaha
(effort), keadilan (justice), kelembutan hati (meekness), moderasi atau suka hal yang sedang-
sedang (moderation), kerapian (oderliness), sifat menghormat/menghargai, menghargai lingkungan
(respect for environment), menghargai kesehatan (respect for healt), Pertanggung jawaban
(responsibility), amanah atau dapat dipercaya (trush worthiness), kearifan atau kebijakan
(wisdom). Penanaman nilai-nilai tersebut dapat diimplementasikan dalam pembelajaran.

2.2 Lingkungan dapat Mempengaruhi Perkembangan Anak


Suhartono dan Hartono (2002), mengemukakan bahwa apa yang dipikirkan dan dikerjakan
seseorang, atau apa yang dirasakan oleh seorang anak, remaja, atau dewasa, merupaka hasil dari
perpaduan antara apa yang ada diantara faktor-faktor biologis yang diturunkan dan pengaruh
lingkungan. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa manusia tumbuh dan berkembang di dalam
lingkungan. Lingkungan itu dapat dibedakan atas lingkungn fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan
sosial memberikan banyak pengaruh terhadap pembentukan berbagai aspek kehidupan, terutama
kehidupan sosio-psikologis. Oleh karena itu, lingkungan sangatlah berpengaruh pada perkembangan
anak karena anak akan lebih banyak berkembang melalui pergaulan dengan lingkungannya. Hal in
senada dengan yang dikemukakan oleh Woodworth bahwa dua individu mungkin memiliki hereditas
yang sama, tetapi perkembangn selanjutnya menjadi berbeda apabila diasuh dan dibesarkan dalam
dua macam lingkungan yang berbeda. Sebaliknya dua orang yang dibesarkan dalam lingkungan yang
sama, akan memperlihatkan dua perkembangan yang berbeda kalau keduanya memiliki dua
hereditas yang berbeda. Karena itu, para ahli menyimpulkan bahwa setiap individu merupakan hasil
dari hereditas dan lingkungan (Woodworth dalam Baharuddin, 2009).
Namun perkembangan seorang anak melalui pengaruh lingkungan dapat diimbangi dengan
kemampuan jasmani dan rohani dari anak itu sendiri. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Dalyono
(2009), bahwa besar kecilnya pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan dan perkembangannya
bergantung kepada keadaan lingkungan anak itu sendiri serta jasmani dan rohaninya.
Suhartono dan Hartono (2002), mengemukakan tentang Faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan bahasa anak adalah umur anak, kondisi lingkungan, kecerdasan anak, status sosial
ekonomi keluarga, dan kondisi fisik. Berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi
pekembangan sosial yaitu:
a. Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai
aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan
keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Di dalam keluarga berlaku
norma-norma kehidupan keluarga, dan dengan demikian pada dasarnya keluarga merekayasa
perilaku kehidupan budaya anak
b. Kematangan
Bersosialisasi merupakan kematangan fisik dan psikis. Untuk mampu mempertimbangan
dalam proses sosial, memberi dan menerima pendapat orang lain, memerlukan kematangan
intelektual dan emosiaonal. Disamping itu, kemampuan berbahasa ikut pula menentukan.
c. Status sosial ekonomi
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi dan status kehidupan sosial keluarga
dalam lingkungan sosial. Masyarakat akan memandang anak, buka sebagai anak independen, akan
tetapi akan dipandang dalam konteksnya yang utuh dalam keluarga anak itu, “ia anak siapa”.
d. Pendidikan
Pendidikan merupakaan proses sosialisasi anak yang terarah. Penanaman norma perilaku
yang benar secara sengaja diberikan kepada peserta didik yang belajar dikelembagaan pendidikan
(sekolah). Kepada peserta didik bukan saja diperkenalkan pada norma lingkungan dekat, tetapi
dikenalkan dengan norma kehidupan bangsa dan antar bangsa.
e. Kapasitas mental: Emosi dan Intelegensi
Kemampuan berrfikir banyak mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar,
memcahkan masalah, dan berbahasa. Anak yang kemampuan intelektualnya tinggi akan
berkemampuan berbahasa secara baik. Oleh karena itu, kemampuan intelektual tinggi, kemampuan
berbahasa yang baik, dan pengendalian emosionla secara seimbang sangat menentukan
keberhasilan dalam perkembangan sosial anak.

2.3 Jenis-Jenis Lingkungan


Menurut Sertain dalam Dalyono (2009), membagi lingkungan menjadi 3 bagian, sebagai
berikut:
1. Lingkungan alam/luar
Segala sesuatu yang termasuk lingkungan luar atau alam.
2. Lingkungan dalam
Segala sesuatu yang termasuk dalam tubuh kita termasuk makanan dan minuman yang kita makan
3. Lingkungan sosial
Semua orang, manusia lain yang mempengaruhi kita. Pengaruh sosial ada yang dapat kita rasakan
langsung dan ada juga yang kita rasakan secara tidak langsung. Yang dapat kita rasakan secara
langsung seperti pergaulan dengan teman, saudara, kawan disekolah, tempat kerja, dan lain-lain.
Sedangkan yang kita rasakan secara tidak langsung adalah radio, tv, buku, majalah, surat kabar.

2.4 Interaksi Manusia dengan Lingkungan


Sukmadinata (2009), membagi interaksi individu dengan lingkungan menjadi dua bagian
yaitu penyesuaian diri dan penolakan.
Penyesuaian Diri
Dalam penyesuaian diri, manusia dapat melakukan berbagai macam cara yaitu:
1. Mengubah dan menyesuaikan dengan keadaan lingkungan (autoplastic)
Penyesuian diri pada tahap ini adalah peniruan dan imitasi. Contoh: Anak yang terlahir do
Gorontalo, akan berbahasa Gorontalo. Anak Aceh, pasti akan berbahasa Aceh. Bukan hanya dari segi
bahasa, melainkan dari segi pakaian, penampilan, berpikir, sebagian besar merupakan dari hasil
meniru dan imitasi. Belajar merupakan suatu bentuk penyesuaian diri dari individu terhadap
tuntutan lingkungan. Makin tinggi tuntutan lingkungan, makin meningkat pula upaya belajar yang
harus dilakukan individu. Contoh: Seorang mahasiswa yang belajar di negeri asing, (Inggris) ia
menyesuaikan diri dengan lingkungan alamiah disana. Berpakaian tebal dan panas, membiasakan
makan dan minum disana, melakukan tata cara dan adat istiadat yang berlaku disana, dan
sebaginya (Purwanto, 2011).
2. Mengubah keadaan lingkungan (alloplastic)
Penyesuaian diri dengan tahap ini merupakan tahap penyesuaian dengan cara
mempengaruhi, mengubah, memperbaiki, mengembangkan, dan menciptakan sesuatu yang baru.
Seseorang mungkin mempengaruhi orang lain agar orang tersebut mengikuti jalan pikiran atau
keinginannya. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengembangkan suatu progam, menciptakan
suatu alat yang baru, dan menciptakan prosedur kerja baru. Misalnya orang transmigrasi dari Jawa
Tengah, ke Sumatera atau ke Kalimantan. Meskipun tata cara dan kehidupan masyarakat yang
didatangi itu berbeda, namun sesampainya mereka disana mereka membuat rumah dna
mengerjakan sawah-sawah seperti apa yang mereka lakukan pada tempat asl mereka. Cara-cara
hidup dan pergaulan serta adat istiadatpun dilaksanakan berdasarkan tempat asal mereka.
Pengaruh dari para transmigrasi inilah yang kemudian banyak merobah lingkungan dan masnyarakat
yang di datanginya (Purwanto, 2011).
3. Penyesuaian diri dengan otoplastic dan alloplastic
Pada tahap ini terjadi dalam kegiatan kompetisi, kooperasi dan berbagai bentuk usaha
pemecahan masalah bersama. Pemecahan masalah merupakan salah bentuk penyesuaian diri yang
sangat kompleks. Bermodalkan potensi dan kecakapan yang dimilikinya individu manusia
mempunyai kemampuan penyesuaian diri yang jauh lebih baik.
4. Turut serta dengan kegiatan yang sedang berlangsung
Menurut Baharuddin (2009), bahwa lingkungan tidak selamnya diam (statis), tetapi dia juga
berproses secara dinamis. Terhadap lingkungan yang demikian, kadang-kadang individu ikut bagian
dalam kegiatan tersebut.
Keempat jenis interaksi ini sulit dipisahkan satu dengan yang lainnya. Karena setiapm
kegaiatn merupakan kegiatan yang kompleks dan dinamis. Oleh karena itu, setiap individu
senantiasa berupaya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya dalam setiap kegaiatan
individu yang merupaka keseluruhan dari keempat jenis interaksi tersebut.
Penolakan
Terhadap hal-hal yang tak disenangi, tidak dibutuhkan atau bersifat ancaman, individu akan
melakukan usaha-usaha penolakan. Bentuk penolakan bermacam-macam, yang dapat dibedakan
menjadi dua macam yaitu:
1. Perlawanan ( aggression)
Apabila seorang individu memiliki kemampuan dan kekuatan dalam menghadapi lingkungan
yang mengancam dirinya, maka ia akan melakukan perlawanan dan pertentangan terhadap
lingkungan. Contoh: menggerutu, mencela, mencaci maki, memarahi, sampai dengan merusak dan
menghancurkan.
2. Pelarian (withdrawl)
Apabila individu merasa lemah atau tidak mempunyai kekuatan maka yang dilakukan adalah
pelarian atau menghindar diri dari suatu keadaan yang akan mengancamnya. Contoh: tidak member
reaksi, tidak hadir dalam suatu kegiatan, melepaskan diri suatu tanggung jawab, mabuk, berjudi,
dan bersifat irasional.
Menurut Baharuddin (2009), Interaksi antara individu dengan lingkungan tersebut dapat
dirumuskan dengan W-O-W. W sama dengan lingkungan (World), O sama dengan Individu
(Organisme). Rumus ini berarti bahwa lingkungan berpengaruh kepada individu dan individu kembali
berpengaruh kepada lingkungan.
Ada dua faktor utama agar interaksi dapat efisien (F. Patty dalam Baharuddin, 2009) yaitu:
1. Faktor Pemilahan
Pemilahan berarti kesanggupan individu untuk mengadakan pemilahan yang tepat dalam tindakan-
tindakan agar supaya interaksinya berlangsung secara efisien.
2. Faktor Set
Kesiapsediaan adalah keadaan siap yang dialami individu sebagai persiapan didalam memaulai
sesuatu tindakan (kegiatan). Contohnya adalah orang yang akan mengikuti kompetisi.

2.5 Peduli Terhadap Lingkungan Sekolah


Berdasarkan lampiran II Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia nomor 05
tahun 2013 tentang pedoman pelaksanaan program adiwiyata pedoman pembinaan
adiwiyata, terdapat beberapa komponen dan standar Adiwiyata yaitu sebagai berikut:
1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memuat upaya perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
2. Pelaksanaan kurikulum berbasis lingkungan, memiliki standar:
a. tenaga pendidik memiliki kompetensi dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran lingkungan
hidup;
b. peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup.
c. Kegiatan lingkungan berbasis partisipatif memiliki standar:
- melaksanakan kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang terencana bagi warga
sekolah;
- menjalin kemitraan dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dengan berbagai
pihak, antara lain masyarakat, pemerintah, swasta, media, dan sekolah lain.
3. Pengelolaan sarana pendukung ramah lingkungan memiliki standar:
a. ketersediaan sarana prasarana pendukung yang ramah lingkungan;
b. peningkatan kualitas pengelolaan sarana dan prasarana yang ramah lingkungan di sekolah
Berdasarkan hal diatas, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan sikap peduli lingkungan
khususnya lingkungan hidup (lingkungan sekolah) yang telah diterapkan di tingkat satuan pendidikan
sekolah dasar. Seluruh warga sekolah khususnya peserta didik, dibiasakan dalam pengelolaan dan
perlindungan lingkungan hidup. Kegiatan ini bertujuan untuk menciptakan suasana yang senang,
aman, tentram dan baik di lingkungan sekolah, sehingga peserta didik dapat melaksanakan proses
pembelajaran dengan baik. Peserta didik juga dapat memanfaatkan lingkungan sebagai media
pembelajaran.

BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan pada Bab II, maka dapat disimpulkan beberapa hal yaitu sebagai
berikut:
3.1.1 Apa yang dipikirkan dan dikerjakan seseorang, atau apa yang dirasakan oleh seorang anak, remaja,
atau dewasa, merupaka hasil dari perpaduan antara apa yang ada diantara faktor-faktor biologis
yang diturunkan dan pengaruh lingkungan.
3.1.2 Manusia tumbuh dan berkembang di dalam lingkungan.
3.1.3 Lingkungan itu dapat dibedakan atas lingkungn fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan sosial
memberikan banyak pengaruh terhadap pembentukan berbagai aspek kehidupan, terutama
kehidupan sosio-psikologis.
3.1.4 penerapan sikap peduli lingkungan khususnya lingkungan hidup (lingkungan sekolah) yang telah
diterapkan di tingkat satuan pendidikan sekolah dasar. Seluruh warga sekolah khususnya peserta
didik, dibiasakan dalam pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup.
3.1.5 Sikap peduli terhadap lingkungan bertujuan untuk menciptakan suasana yang senang, aman,
tentram dan baik di lingkungan sekolah, sehingga peserta didik dapat melaksanakan proses
pembelajaran dengan baik dan peserta didik juga dapat memanfaatkan lingkungan sebagai sarana
pembelajaran.

Masalah kerusakan lingkungan menjadi isu-isu strategis dalam hal pendidikan karakter yang
belakangan ini sering dibahas oleh pemerintah, pendidikan karakter wajib diterapkan disekolah-
sekolah untuk membentuk karakter generasi penerus bangsa supaya memiliki karakter yang baik,
salah satunya karakter peduli lingkungan. Pembentukan karakter dibutuhkan dalam upaya untuk
mengatasi masalah yang dihadapi negara ini salah satunya masalah kerusakan lingkungan, salah satu
permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia menurut Mu’in (2011: 326), adalah sebagai berikut:
Kerusakan lingkungan alam akibat gejala alam maupun akibat ulah manusia yang belakangan
menjadi masalah serius di Indonesia. Kerusakan alam adalah fenomena yang membutuhkan
perhatian dalam kaitannya pembangunan karakter manusia karena kerusakan alam disebabkan
karakter yang serakah, yang tak menghormati lingkungan, dan mungkin juga dibiasakan oleh karakter
manusia yang terbentuk. Berdasarkan pendapat di atas, karakter manusia dalam hal ini karakter
peduli lingkungan sangat diperlukan oleh bangsa ini untuk mencegah kerusakan lingkungan yang
belakangan menjadi permasalahan bangsa Indonesia, dengan manusia peduli terhadap lingkungan
maka kerusakan terhadap lingkungan akan berkurang. Kepedulian terhadap lingkungan bisa
dilakukan dari lingkup yang terkecil yaitu lingkungan keluarga, dengan banyak menanam pohon di
sekitar rumah dan mengolah sampah organik dan anorganik. Selain melalui keluarga, sikap peduli
lingkungan bisa dilakukan di sekolah, dimana siswa diajarkan supaya peduli terhadap lingkungan
yang ada disekitarnya.
Adanya berbagai fasilitas yang sudah lengkap di atas, peduli sebagian siswa terhadap lingkungan
masih kurang, hal ini peneliti dapatkan dari hasil pra penelitian yang dilakukan dengan melakukan
wawancara kepada salah seorang guru, dari hasil wawancara tersebut guru menyatakan bahwa
masih ada siswa yang harus disuruh ketika ada sampah bekas orang lain yang tergeletak di dekatnya,
selain itu ketika ada kotoran dalam tanaman dan melakukan penyemprotan terhadap tanaman yang
sudah layu yang membersihkan bukan siswa tetapi masih guru, selain itu ketika akan memulai
pelajaran siswa masih harus diingatkan oleh guru dalam hal kebersihan di ruang kelas mereka.
Seharusnya siswa tidak lagi disuruh oleh guru ketika ada sampah dan tanaman yang terlihat layu,
siswa seharusnya bisa dengan sadar membuang sampah walaupun sampah tersebut bukan bekas
makanan miliknya. Ketika siswa masih disuruh dan belum sadar dalam membuang sampah maka
kesadaran siswa akan terlihat ketika ada yang mengingatkan saja, ketika tidak ada yang
mengingatkan maka dikhawatirkan akan membuang sampah sembarangan atau melakukan tindakan-
tindakan lain yang bisa merusak lingkungan. Peduli lingkungan menurut Kementrian Pendidikan
Nasional Badan Penelitain dan Pengembangan Pusat Kurikulum (2010: 10) yaitu “Sikap dan tindakan
yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam sekitarnya dan mengembangkan
upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi”. Berdasarkan pengertian di
atas, sebagai manusia setiap orang harus menjaga lingkungan dan berupaya memperbaiki kerusakan
lingkungan yang sudah terjadi. Dengan masyarakat peduli terhadap lingkungan maka permasalahan
permasalahan lingkungan yang saat ini sudah terjadi tidak akan semakin besar, peduli terhadap
lingkungan bisa dilakukan dengan memulai dari diri sendiri. Adapun cara yang bisa dilakukan dalam
mengungkap dan menilai karakter peduli lingkungan pada siswa, berdasarkan penelitian yang sudah
dilakukan sebelumnya, menurut Basri (2012: 89) temuan yang didapatkan dari hasil penelitiannya
adalah sebagai berikut: Dapat disusun sebuah model atau perangkat asesmen alternatif dalam
mengungkap dan menilai karakter peduli lingkungan siswa. Perangkat asesmen yang digunakan yaitu
lembar jurnal harian yang dianggap dapat mengungkap pencapaian karakter peduli lingkungan siswa.
Selain itu, angket dapat digunakan sebagai sumber informasi mengenai tanggapan siswa terhadap
penguasaan jurnal harian dalam menilai karakter peduli lingkungan. Berdasarkan hasil penelitian di
atas yang menyatakan bahwa dalam mengungkap dan menilai karakter peduli lingkungan dapat
digunakan perangkat asesmen alternatif melalui jurnal harian. Apabila dalam melakukan penilaian
karakter peduli lingkungan siswa melakukan cara seperti itu, menurut saya kurang efektif karena
hanya dilakukan pada saat mata pelajaran tertentu saja dan membutuhkan waktu yang lama.

A. Definisi Lingkungan Hidup

Lingkungan hidup menjadi bagian mutlak dalam kehidupan manusia.


Dengan kata lain, lingkungan hidup tidak terlepas dari kehidupan
manusia. Istilah lingkungan hidup yang dalam bahasa Inggris disebut
environment, dalam bahasa Belanda disebut Millieu, sedangkan dalam
bahasa Perancis disebut dengan I'environment.

Berikut ini adalah pengertian lingkungan hidup menurut para ahli:

1. S.J MCNAUGHTON & LARRY L. WOLF


Lingkungan hidup didefinisikan sebagai semua faktor ekstrenal yang
bersifat biologis dan fisika yang langsung mempengarui kehidupan,
pertumbuhan, perkembangan dan reproduksi organism

2. PROF DR. IR. OTTO SOEMARWOTO


Lingkungan hidup merupakan jumlah semua benda dan kondisi yang ada
dalam ruang yang kita tempati yang mempengaruhi kehidupan kita

3. PROF. DR. ST. MUNADJAT DANUSAPUTRO, SH


Pengertian lingkungan hidup adalah semua benda dan kondisi, termasuk
di dalamnya manusia dan tingkah perbuatannya, yang terdapat dalam
ruang tempat manusia berada dan mempengaruhi hidup serta
kesejahteraan manusia dan jasad hidup lainnya.

3. MICHAEL ALLABY
Lingkungan hidup didefinisikan sebagai: the physical, chemical and biotic
condition surrounding and organism atau kondisi yang mencakup fisik,
kimia dan biotic termasuk organisme.

6. JONNY PURBA
Lingkungan hidup merupakan wilayah yang merupakan tempat
berlangsungnya bermacam-macam interaksi sosial antara berbagai
kelompok beserta pranatanya dengan simbol dan nilai

5. SRI HAYATI
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda dan
keadaan mahluk hidup. termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya
yang melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta
mahluk hidup lainnya

7. Pengertian lingkungan hidup menurut Undang Undang No. 23 Tahun


1997
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia
serta makhluk hidup lain. Sedangkan ruang lingkup lingkungan hidup
Indonesia meliputi ruang, tempat Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) yang ber-Wawasan Nusantara dalam melaksanakan kedaulatan,
hak berdaulat, dan yurisdiksinya.

B. Unsur-unsur Lingkungan Hidup

Istilah lingkungan hidup sering digunakan untuk menyebutkan segala


sesuatu yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup segenap
makhluk hidup di bumi. Berdasarkan UU No. 23 Tahun 1997, lingkungan
hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda dan kesatuan makhluk
hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya serta makhluk
hidup lainnya.

Unsur-unsur lingkungan hidup terbagi tiga, yaitu:

1. Unsur Hayati (Biotik); yakni unsur lingkungan hidup yang


terdiri dari makhluk hidup, seperti manusia, hewan, tumbuh-
tumbuhan, dan jasad renik. Jika kalian berada di kebun sekolah,
sehingga lingkungan hayatinya didominasi tumbuhan. Tetapi jika
berada di dalam kelas, maka lingkungan hayati yang dominan
adalah teman-teman atau sesama manusia.
2. Unsur Sosial Budaya; yakni lingkungan sosial dan budaya
yang dibuat manusia yang merupakan sistem nilai, gagasan, dan
keyakinan dalam perilaku sebagai makhluk sosial. Kehidupan
masyarakat dapat mencapai keteraturan berkat adanya sistem nilai
dan norma yang diakui dan ditaati oleh segenap anggota
masyarakat.
3. Unsur Fisik (Abiotik); yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri
dari benda-benda tidak hidup, seperti tanah, air, udara, iklim, dan
lain-lain. Keberadaan lingkungan fisik sangat besar peranannya bagi
kelangsungan hidup segenap kehidupan di bumi. Bayangkan, apa
yang terjadi jika air tak ada lagi di muka bumi atau udara yang
dipenuhi asap? Tentu saja kehidupan di muka bumi tidak akan
berlangsung secara wajar. Akan terjadi bencana kekeringan, banyak
hewan dan tumbuhan mati, perubahan musim yang tidak teratur,
munculnya berbagai penyakit, dll.
C. Urgensi Lingkungan Hidup Bagi Kehidupan

1. Urgensi Lingkungan sebagai tempat tinggal


Tiap-tiap makhluk hidup akan bertempat tinggal di dalam lingkungan
tempat mereka berada. Makhluk hidup akan selalu berkelompok dengan
jenisnya masing-masing. Dalam hal ini makhluk hidup dalam lingkungan
ada yang hidup sebagai individu, populasi, komunitas atau ekosistem
tertentu.

2. Urgensi Lingkungan sebagai tempat mencari makan.


Keseimbangan lingkungan atau ekosistem akan terjadi jika rantai
makanan, jaring makanan, dan piramida makanan tepat. Hakekatnya tiap
komponen dalam lingkunga hidup dapat dikatakan sebagai “ satu untuk
yang lain’. Contoh rumput dimakan rusa dan rusa dimakan harimau dan
seterusnya.

3. Urgensi Lingkungan sebagai Tempat Berlangsungnya Aktivitas


Kehidupan manusia diwarnai oleh berbagai aktivitas yang bertujuan
memenuhi kebutuhan bagi hidupnya. Sehubungan dengan itulah terjalin
interaksi sosial yang menunjukkan ketergantungan antar sesama
manusia. Melalui proses interaksi sosial manusia mampu mencapai
kesejahteraan bagi hidupnya.

4. Urgensi Lingkungan sebagai Wahana/Tempat bagi Kelanjutan


Kejadian tumpahnya minyak mentah di laut lepas akibat kebocoran
kapal tanker, merupakan salah satu berita buruk bagi pola kehidupan di
laut. Demikian pula kasus kebakaran hutan di Kalimantan dan Sumatra
yang membawa dampak tercemarnya udara dan ancaman bagi
kelangsungan hidup masyarakat di sekitarnya. Keadaan tersebut
menunjukkan bahwa kelangsungan hidup seluruh organisme di bumi ini
sangat tergantung pada kondisi lingkungannya.

D. Bentuk Kerusakan Lingkungan Hidup dan Faktor Penyebabnya

Lingkungan hidup mempunyai keterbatasan, baik dalam hal kualitas


maupun kuantitasnya. Dengan kata lain, lingkungan hidup dapat
mengalami penurunan kualitas dan penurunan kuantitas. Penurunan
kualitas dan kuantitas lingkungan ini menyebabkan kondisi lingkungan
kurang atau tidak dapat berfungsi lagi untuk mendukung kehidupan
makhluk hidup yang ada di dalamnya. Kerusakan lingkungan hidup dapat
disebabkan oleh beberapa faktor. Berdasarkan penyebabnya, kerusakan
lingkungan dapat dikarenakan proses alam dan karena aktivitas manusia.
1. Kerusakan Lingkungan Akibat Proses Alam
 Letusan Gunung Api; menyemburkan lava, lahar, material-material
padat berbagai bentuk dan ukuran, uap panas, serta debu-debu vulkanis
disertai dengan adanya gempa bumi lokal yang disebut dengan gempa
vulkanik. Aliran lava dan uap panas dapat mematikan semua bentuk
kehidupan yang dilaluinya, sedangkan aliran lahar dingin dapat
menghanyutkan lapisan permukaan tanah dan menimbulkan longsor
lahan. Uap belerang yang keluar dari pori-pori tanah dapat mencemari
tanah dan air karena dapat meningkatkan kadar asam air dan tanah.
Debu-debu vulkanis sangat berbahaya bila terhirup oleh makhluk hidup
(khususnya manusia dan hewan), karena mengandung kadar silika (Si)
yang sangat tinggi, sedangkan yang menempel di dedaunan tidak dapat
hilang dengan sendirinya. Tumbuhan pada kondisi ini tidak bisa
berfotosintesis dan lambat laun akan mati. Perlu waktu bertahun-tahun
untuk dapat kembali normal. Namun demikian, setelah kembali normal,
daerah tersebut akan menjadi daerah yang subur karena mengalami
proses peremajaan tanah.
 Gempa Bumi; makin besar kekuatan gempa kerusakan yang
ditimbulkannya semakin parah di muka bumi. Gempa bumi menyebabkan
bangunan-bangunan retak atau hancur, struktur batuan rusak, aliran-
aliran sungai bawah tanah terputus, jaringan pipa dan saluran bawah
tanah rusak, dan lain-lain. Jika kekuatan gempa bumi melanda lautan,
maka akan menimbulkan tsunami, yaitu arus gelombang pasang air laut
yang menghempas daratan dengan kecepatan yang sangat tinggi.
 Banjir; merupakan gejala alam murni jika kondisi alam memang
mempengaruhinya, misalnya hujan terus menerus terjadi di daerah basin,
dataran rendah, atau di lembah-lembah sungai. Banjir bisa karena ulah
manusia, seperti penggundulan hutan di kawasan resapan, timbunan
sampah yang menyumbat aliran air, ataupun karena rusaknya dam atau
pintu pengendali aliran air. Kerugian yang ditimbulkan akibat banjir,
antara lain, hilangnya lapisan permukaan tanah yang subur karena
tererosi aliran air, rusaknya tanaman, dan rusaknya berbagai bangunan
hasil budidaya manusia. Bencana banjir merupakan salah satu bencana
alam yang hampir setiap musim penghujan melanda di beberapa wilayah
di Indonesia.
 Tanah Longsor; dapat terjadi akibat proses alam ataupun karena
dampak kecerobohan manusia. Bencana alam ini dapat merusak struktur
tanah, merusak lahan pertanian, pemukiman, sarana dan prasarana
penduduk serta berbagai bangunan lainnya. Peristiwa tanah longsor pada
umumnya melanda beberapa wilayah Indonesia yang memiliki topografi
agak miring atau berlereng curam.
 Kemarau Panjang; penyimpangan iklim yang terjadi di suatu daerah
sehingga musim kemarau terjadi lebih lama dari biasanya. Bencana ini
menimbulkan banyak kerugian, seperti mengeringnya sungai dan sumber-
sumber air, munculnya titik-titik api penyebab kebakaran hutan, dan
menggagalkan berbagai upaya pertanian yang diusahakan penduduk.
 Badai atau Angin Topan ; Bencana alam ini pada umumnya
merusakkan berbagai tumbuhan, memorakporandakan berbagai
bangunan, sarana infrastruktur dan dapat membahayakan penerbangan.
Badai atau angin topan sering melanda beberapa daerah tropis di dunia
termasuk Indonesia. Beberapa daerah di Indonesia pernah dilanda gejala
alam ini. Salah satu contoh adalah angin topan yang melanda beberapa
daerah di Yogyakarta dan Jawa Tengah.
2. Kerusakan Lingkungan Hidup karena Aktivitas Manusia

a. Pencemaran Lingkungan

Pencemaran disebut juga dengan polusi, terjadi karena masuknya bahan-


bahan pencemar (polutan) yang dapat mengganggu keseimbangan
lingkungan. Bahan-bahan pencemar tersebut pada umumnya merupakan
efek samping dari aktivitas manusia dalam pembangunan. Berdasarkan
jenisnya, pencemaran dapat dibagi menjadi empat, yaitu :

1. Pencemaran Udara; ditimbulkan oleh ulah manusia antara


lain, disebabkan oleh asap sisa hasil pembakaran, khususnya bahan
bakar fosil (minyak dan batu bara) yang ditimbulkan oleh kendaraan
bermotor, mesin-mesin pabrik, dan mesin-mesin pesawat terbang
atau roket. Dampak yang ditimbulkan dari pencemaran udara,
antara lain, berkurangnya kadar oksigen (O2) di udara, menipisnya
lapisan ozon (O3), dan bila bersenyawa dengan air hujan akan
menimbulkan hujan asam yang dapat merusak dan mencemari air,
tanah, atau tumbuhan. Akibat yang ditimbulkan oleh pencemaran
udara, antara lain: Terganggunya kesehatan manusia, misalnya
batuk, bronkhitis, emfisema, dan penyakit pernapasan lainnya,
rusaknya bangunan karena pelapukan, korosi pada logam, dan
memudarnya warna cat, terganggunya pertumbuhan tanaman,
misalnya menguningnya daun atau kerdilnya tanaman akibat
konsentrasi gas SO2 yang tinggi di udara, adanya peristiwa efek
rumah kaca yang dapat menaikkan suhu udara secara global serta
dapat mengubah pola iklim bumi dan mencairkan es di kutub dan
terjadinya hujan asam yang disebabkan oleh pencemaran oksida
nitrogen.
2. Pencemaran Tanah; disebabkan karena sampah plastik
ataupun sampah anorganik lain yang tidak dapat diuraikan di dalam
tanah. Pencemaran tanah juga dapat disebabkan oleh penggunaan
pupuk atau obat-obatan kimia yang digunakan secara berlebihan
dalam pertanian, sehingga tanah kelebihan zat-zat tertentu yang
justru dapat menjadi racun bagi tanaman. Dampak rusaknya
ekosistem tanah adalah semakin berkurangnya tingkat kesuburan
tanah sehingga lambat laun tanah tersebut akan menjadi tanah
kritis yang tidak dapat diolah atau dimanfaatkan.
3. Pencemaran Air; terjadi karena masuknya zat-zat polutan
yang tidak dapat diuraikan dalam air, seperti deterjen, pestisida,
minyak, dan berbagai bahan kimia lainnya, selain itu, tersumbatnya
aliran sungai oleh tumpukan sampah juga dapat menimbulkan
polusi atau pencemaran. Dampak yang ditimbulkan dari
pencemaran air adalah rusaknya ekosistem perairan, seperti sungai,
danau atau waduk, tercemarnya air tanah, air permukaan, dan air
laut. Akibat yang ditimbulkan oleh pencemaran air antara lain :
Terganggunya kehidupan organisme air karena berkurangnya
kandungan oksigen, Terjadinya ledakan populasi ganggang dan
tumbuhan air (eutrofikasi), Pendangkalan dasar perairan, Punahnya
biota air, misal ikan, yuyu, udang, dan serangga air, Munculnya
banjir akibat got tersumbat sampah, dan menjalarnya wabah
muntaber.
4. Pencemaran Suara; menimbulkan efek psikologis dan
kesehatan bagi manusia, antara lain, meningkatkan detak jantung,
penurunan pendengaran karena kebisingan (noise induced hearing
damaged), susah tidur, meningkatkan tekanan darah, dan dapat
menimbulkan stres. Pencemaran suara adalah tingkat kebisingan
yang memiliki kekuatan > 80 desibel. Pencemaran suara dapat
ditimbulkan dari suara kendaraan bermotor, mesin-mesin pabrik,
mesin kereta api, mesin jet pesawat, dan instrumen musik.
b. Degradasi Lahan

Degradasi lahan merupakan bentuk kerusakan lingkungan akibat


pemanfaatan lingkungan oleh manusia yang tidak peduli dengan
keseimbangan lingkungan. Bentuk degradasi lahan seperti:

 Lahan kritis. Terjadi karena praktik ladang berpindah ataupun


karena eksploitasi penambangan yang besar-besaran.
 Kerusakan ekosistem laut. Terjadi karena eksploitasi hasil-hasil laut
secara besar-besaran, misalnya menangkap ikan dengan menggunakan
jala pukat, penggunaan bom, atau menggunakan racun untuk menangkap
ikan atau terumbu karang. Rusaknya terumbu karang berarti rusaknya
habitat ikan, sehingga kekayaan ikan dan hewan laut lain di suatu daerah
dapat berkurang bahkan punah.
 Kerusakan hutan. Terjadi umumnya karena ulah manusia seperti
penebangan liar, kebakaran hutan, dan praktik peladangan berpindah.
Kerugian yang ditimbulkannya misalnya punahnya habitat hewan dan
tumbuhan, keringnya mata air, serta dapat menimbulkan bahaya tanah
longsor dan banjir.
E. Upaya Melestarikan Lingkungan Hidup

Upaya melestarikan lingkungan hidup merupakan tanggung jawab kita


sebagai manusia. Dalam hal ini, usaha pelestarian lingkungan hidup tidak
hanya merupakan tanggung jawab pemerintah saja, namun menjadi
tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Pada
pelaksanaannya, pemerintah telah mengeluarkan beberapa kebijakan
yang dapat digunakan sebagai payung hukum bagi aparat pemerintah
dan masyarakat dalam bertindak untuk melestarikan lingkungan hidup.
Beberapa upaya melalui kebijakan pemerintah untuk pelestarian
lingkungan antara lain:

 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan- Ketentuan


Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup.
 Surat Keputusan Menteri Perindustrian No. 148/11/SK/4/1985
tentang Pengamanan Bahan Beracun dan Berbahaya di Perusahaan
Industri.
 Peraturan Pemerintah (PP) Indonesia Nomor 29 Tahun 1986 tentang
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
 Pembentukan Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH) pada
tahun 1991.
Beberapa upaya pelestarian lingkungan dapat pula dilakukan dengan cara
berikut ini:

 Mengolah tanah sesuai kondisi dan kemampuan lahan, serta


mengatur sistem irigasi atau drainase sehingga aliran air tidak tergenang.
 Memberikan perlakuan khusus kepada limbah, seperti diolah
terlebih dahulu sebelum dibuang, agar tidak mencemari lingkungan.
 Melakukan reboisasi pada lahan-lahan yang kritis, tandus dan
gundul, serta melakukan sistem tebang pilih atau tebang tanam agar
kelestarian hutan, sumber air kawasan pesisir/pantai, dan fauna yang ada
di dalamnya dapat terjaga.
 Menciptakan dan menggunakan barang-barang hasil industri yang
ramah lingkungan.
 Melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap perilaku para
pemegang Hak Pengusahaan Hutan (HPH) agar tidak mengeksploitasi
hutan secara besar-besaran.
Sementara itu, sebagai seorang pelajar atau mahasiswa, ada beberapa
hal yang dapat kalian lakukan sebagai bentuk upaya pelestarian
lingkungan hidup, antara lain sebagai berikut:

 Menghemat penggunaan listrik, air, dan BBM


 Menghemat penggunaan kertas dan pensil
 Membuang sampah pada tempatnya
 Memanfaatkan barang-barang hasil daur ulang,
 Menanam dan merawat pohon di sekitar lingkungan.
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Lingkungan hidup sebagai bagian yang mutlak dari kehidupan manusia


memiliki tiga unsur penting yaitu Unsur hayati (biotik), Unsur Sosial
budaya, dan Unsur Fisik (abiotik). Urgensi lingkungan hidup bagi
kehidupan manusia dapat sebagai tempat tinggal, tempat mencari
makan, tempat beraktivitas dan sebagai tempat hiburan. Tetapi semuanya
itu tidak dapat di lakukan jika lingkungan itu rusak, baik faktor dari alam
maupun faktor dari manusia sendiri. Untuk itu kita harus melakukan
berbagai upaya agar lingkungan kita bersih dan layak di tempati.

Anda mungkin juga menyukai