Anda di halaman 1dari 13

OUTLINE

PENGARUH HAMBATAN SAMPING AKTIVITAS STASIUN


BUARAN BARU TERHADAP TINGKAT PELAYANAN
KINERJA JALAN (STUDI KASUS : JALAN I GUSTI NGURAH
RAI JAKARTA TIMUR)

I.1 Latar Belakang

DKI Jakarta sebagai ibukota indonesia memiliki perkembangan yang sangat


pesat dalam bidang seperti ekonomi, sosial budaya serta moda transportasi umum.
Didalam perkembangan tersebut, khususnya di bidang transportasi umum maka
menyebabkan meningkatnya kebutuhan masyarakat dalam transportasi umum
untuk mendukung peningkatan tersebut, maka dibangun infrastruktur yang
menunjang peningkatan transportasi umum seperti stasiun perkereta apian, dan
tentunya akan menimbulkan hambatan samping lalu lintas yang berdampak
terhadap tingkat pelayanan jalan raya disekitar lokasi stasiun itu. Banyaknya
perjalanan/pergerakan yang terjadi akibat keberadaan stasiun tersebut dapat
diperkirakan dengan studi untuk merencanakan solusi yang di perlukan dalam
meningkatkan kinerja ruas jalan raya di daerah tersebut.
Stasiun Buaran yang awal nya berada pada 500 m setelah lampu lalu
lintas/ pertigaan, berpindah lokasi ±40 m sebelum lampu lalu lintas. Di karenakan
jarak nya Stasiun Buaran yang lama dengan Stasiun Klender Baru yang terlalu
dekat sekitar ± 600 m dan membuat kinerja stasiun tidak efisien dalam beberapa
faktor seperi pemerataan penumpang, sistem pengereman kereta, dan lain
sebagainya. Karena hal tersebut stasiun buaran didirikan yang baru dan karena
banyak nya aktifitas penumpang yang menggunakan stasiun itu tentunya akan
sering menimbulkan gangguan lalu lintas pada ruas jalan disekitarnya, seperti ada
nya Angkutan Kota(angkot), ojek, dan mobil pengantar. Sehingga menimbulkan
konflik dan antrian di jalan I Gusti Ngurah Rai . Akses untuk menuju lokasi
stasiun tersebut juga memiliki lalu lintas dengan arus kendaraan yang padat serta

1
2

dekat dengan lampu lalu lintas,hal ini yang menyebabkan gangguan terhadap
kelancaran dan kapasitas lalu lintas di Jalan I Gusti Ngurah Rai
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka dilakukan studi mengenai pengaruh
hambatan samping dari aktifitas stasiun buaran baru terhadap tingkat pelayanan
lintas di Jalan I Gusti Ngurah Rai

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang ada di atas, maka dapat diambil
rumusan masalah sebagai berikut :

a. Bagaimanakah pengaruh hambatan samping yang terjadi terhadap


volume, kecepatan dan kepadatan arus lalu lintas Jalan I Gusti
Ngurah Rai?
b. Bagaimana tingkat pelayanan Jalan I Gusti Ngurah Rai akibat
adanya stasiun buaran?
c. Bagaimana Alternatif Solusi untuk meningkatkan kinerja ruas
Jalan I Gusti Ngurah Rai akibat aktifitas di Stasiun Buaran

1.3 Tujuan Penelitian

Dengan latar belakang masalah yang telah dijelaskan diatas, maka studi ini
bertujuan :
a. Menganalisis pengaruh dan besarnya hambatan samping yang
terjadi di Jalan I Gusti Ngurah Rai
b. Meneliti tingkat pelayanan Jalan I Gusti Ngurah Rai dari nilai
kapasitas jalan dan mengetahui tingkat pelayanan jalan tersebut
c. Merencanakan alternatif solusi yang diperlukan untuk
meningkatkan kinerja ruas Jalan I Gusti Ngurah Rai akibat
aktifitas Stasiun Buaran Baru

I.4 Manfaat penelitian

Dalam penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat sebagai


berikut :
3

a. Bagi mahasiswa dapat memberikan pengetahuan dalam


menganalisis masalah transportasi, khusus nya yang berkaitan
dengan tingkat pelayanan jalan akibat aktifitas Stasiun Buaran
b. Bagi Pemerintah Daerah Dinas Perhubungan dan infomasi
dapat dijadikan masukan dalam analisis pengaruh aktifitas di
lokasi Stasiun Buaran Baru terhadap kondisi lalu lintas

1.5 Ruang Lingkup Penelitian


Untuk mengantisipasi adanya penyimpangan dalam pembahasan ini maka
perlu adanya batasan masalah untuk memperjelas arah dari rumusan
masalah di atas sebagai berikut :

a. Ruang lingkup wilayah atau lokasi penelitian dalam hal ini


difokuskan pada jalan Jl. I Gusti Ngurah Rai.
b. Perhitungan Kinerja ruas jalan ditinjau saat jam puncak
volume lalu lintas dan jam puncak aktifitas Stasiun Buaran
Baru
c. Ruang lingkup pembahasan dalam hal ini adalah mengukur
tingkat pelayanan lintas akibat hambatan yang ada di lokasi
d. Analisis kinerja ruas dihitung menggunakan MKJI 1997.
e. Analisa kinerja lalulintas pada lokasi studi, yang meliputi :
1. Analisa kinerja ruas yang ditinjau adalah kapasitas,
derajat kejenuhan, kecepatan dan tingkat pelayanan
2. Hambatan samping berdasarkan pengamatan
4

Gambar 1.1 Lokasi Penelitian


5

1.6 Flow chart Metode Penelitian

Mulai

Studi Pustaka

Penentuan Lokasi

Identifikasi Masalah

Survey

Pengumpulan Data

 Volume lalu lintas


 Geometri jalan
 Kecepatan
 Hambatan Samping

Pengolahan Data

 Volume lalu lintas


 Kecepatan
 Hambatan samping
 Kapasitas jalan
 Derajat kejenuhan
 Tingkat pelayanan

Analisa Data

Simpulan Dan saran

Gambar 1.2 Bagan Alir Penelitian.


6

1.6.1 Permasalahan

Permasalahan yang diambil adalah tentang hambatan samping


yang sering membuat kemacetan di berbagai wilayah di kota-kota besar
di Indonesia, dalam hal ini sebagai studi kasus adalah Jalan I Gusti
Ngurah Rai.

1.6.2 Studi Pustaka


a. Studi pustaka megacu pada MKJI 1997 (Manual Kapasitas Jalan
Indonesia).
b. Makalah dan penelitian yang berkaitan dengan hambatan samping.
1.6.3 Penentuan Lokasi
Lokasi yang dipilih penulis adalah Jalan I Gusti Ngurah Rai.
Dikarenakan jalan tersebut cukup padat pada jam sibuk, ditambah jalan
tersebut ada stasiun buaran kemungkinan besar akan menghasilkan
hambatan samping akibat aktifitas manusia.

1.6.4 Survey & Pengolahan data


Survey lapangan mendapatkan data-data sebagai berikut :
1.6.4.1 Volume lalu lintas adalah jumlah kendaraan yang melewati suatu
titik atau garis tertentu pada pengamatan selama satu satuan waktu
(jam).

N
𝑄=
T

Dimana :

Q = Volume

N = Jumlah kendaraan

T = Waktu pengamatan

1.6.4.2 Geometri jalan data berupa lebar jalan, lebar bahu jalan, trotoar, dan
lain-lain
7

1.6.4.3 Kecepatan tempuh adalah perhitungan angka waktu tempuh


kendaraan melewati lintasan sehingga didapat kecepatan sesaat
dengan rumus sebagai berikut :

L
𝑉=
TT

Dimana :

L = Panjang segmen jalan yang diamati (km)

TT = Waktu rata-rata yang di gunakan kendaraan menempuh segmen


yang diamati (dtk/smp)

1.6.4.4 Hambatan samping adalah dampak terhadap kinerja lalu lintas dari
aktivitas samping segmen jalan seperti pejalan kaki (bobot=0,5)
kendaraan berhenti (bobot=0,1) kendaraan keluar/masuk sisi jalan
(bobot=0,7) dan kendaraan lambat (bobot=0,4).
Kelas hambatan Kode Jumlah kejadian
samping (SCF) Per 200 m perjam
Sangat rendah VL <100
Rendah L 100-299
Sedang M 300-499
Tinggi H 500-899
Sangat Tinggi VH >900
Sumber : MKJI 1997

Dalam menentukan nilai kelas hambatan samping digunakan rumus


(MKJI 1997)

SCF = PED + PSV + EEV + SMV

Dimana :

SCF : Kelas hambatan samping

PED : Frekwensi pejalan kaki


8

PSV : Frekwensi bobot kendaraan parkir

EEV : Frekwensi bobot kendaraan masuk/keluar sisi jalan

SMV : Frekwensi bobot kendaraan lambat

1.6.4.5 Kapasitas Jalan


Kapasitas jalan adalah arus maksimum melalui suatu titik di jalan
yang dapat dipertahankan per satuan jam pada kondisi tertentu. Nilai
kapasitas diamati melalui pengumpulan data lapangan. Kapasitas
dinyatakan dalam satuan mobil peumpang (SMP). Satuan mobil
penumpang(SMP) yang digunakan untuk jalan perkotaan ditunjukan
melalui tabel berikut (MKJI 1997).
Tipe jalan : jalan satu Arus lalu lintas total Smp
arah dan jalan terbagi dua arah (kend/jam) HV MC
Dua lajur satu arah (2/1) 0 ≥ 1050 1,3 0,40

Empat lajur terbagi (4/2) 0 ≥ 1050 1,2 0,25


Tiga lajur satu arah (3/1) 0 ≥ 1100 1,3 0,40
Enam lajur terbagi (6/2) 0 ≥ 1100 1,2 0,25

Sumber : MKJI 1997

Persamaan dasar untuk menentukan kapasitas adalah sebagai berikut


:

𝐶 = 𝐶0 𝑥 𝐹𝐶𝑊 𝑥 𝐹𝐶𝑆𝑃 𝑥 𝐹𝐶𝑆𝐹 𝑥 𝐹𝐶𝐶𝑆


Dimana :
𝐶 = Kapasitas jalan (smp/jam)
𝐶0 = Kapasitas dasar (smp/jam)
𝐹𝐶𝑊 = Faktor penyesuaian lebar jalan
𝐹𝐶𝑆𝑃 = Faktor penyesuaian pemisah arah
( hanya untuk jalan tak terbagi )
𝐹𝐶𝑆𝐹 = Faktor penyesuaian hambatan samping dan bahu jalan/kereb
𝐹𝐶𝐶𝑆 = Faktor penyesuaian ukuran kota
9

1.6.4.6 Derajat Kejenuhan


Derajat kejenuhan (DS) didefinisikan sebagai rasio arus terhadap
kapasitas. Derajat kejenuhan digunakan sebagai faktor utama dalam
penentuan tingkat kinerja simpang dan segmen jalan. Nilai derajat
kejenuhan (DS) menunjukan apakah segmen jalan tersebut
mempunyai masalah kapasitas atau tidak.
Derajat kejenuhan dihitung menggunakan arus dan kapasitas
dinyatakan dalam smp/jam. Besarnya derajat kejenuhan menurut
teoritis tidak bisa lebih nilai 1 (satu) yang artinya apabila nilai
tersebut mendekati nilai 1 maka kondisi lalu lintas sudah mendekati
jenuh, dan secara visual atau secara langsung bisa dilihat di lapangan
kondisi lalu lintas yang terjadi mendekati padat dengan kecepatan
rendah.
Persamaan dejarat kejenuhan yaitu :
Q
𝐷𝑆 =
C
Dimana :
DS = derajat kejenuhan
Q = arus lalu lintas (smp/jam)
C = kapasitas (smp/jam)

1.6.4.7 Tingkat pelayanan (Level of service)


Tingkat pelayanan dapat diketahui dengan melakukan perhitungan
perbandingan antara volume lalu lintas dengan kapasitas dasar
jalan dengan menggunakan persamaan dibawah ini :
Volume Kendaraan
𝑇𝑃 =
Kapasitas ruas jalan
Adapun standar nilai LOS dalam menentukan klasifikasi jalan
adalah sebagai berikut :
10

Tingkat Rasio (V/C) Karakteristik


pelayanan

A < 0,60 Arus bebas, volume rendah dan


kecepatan tinggi,pengemudi dapat
memilih kecepatan yang dikehendaki
B 0,60 < V/C < Arus stabil, kecepatan sedikit
0,70 terbatas oleh lalu lintas, pengemudi
masih dapat bebas dalam memilih
kecepatan.
C 0,70 < V/C < Arus stabil, kecepatan dapat
0,80 dikontrol oleh lalu lintas
D 0,80 < V/C < Arus mulai tidak stabil, kecepatan
0,90 rendahdan berbeda-beda, volume
mendekati kapasitas
E 0,90 < V/C < Arus tidak stabil, kecepatan rendah
0,1 dan berbeda-beda, volume
mendekati kapasitas
F >1 Arus yang terhambat, kecepatan
rendah, volume diatas kapasitas,
sering terjadi kemacetan pada waktu
yang lama
Sumber : MKJI 1997
11

Tingkat Rasio (Q/C) Karakteristik


pelayanan

A < 0,60 Arus bebas, volume rendah dan


kecepatan tinggi,pengemudi dapat
memilih kecepatan yang dikehendaki
B 0,60 < Q/C < Arus stabil, kecepatan sedikit
0,70 terbatas oleh lalu lintas, pengemudi
masih dapat bebas dalam memilih
kecepatan.
C 0,70 < Q/C < Arus stabil, kecepatan dapat
0,80 dikontrol oleh lalu lintas
D 0,80 < Q/C < Arus mulai tidak stabil, kecepatan
0,90 rendahdan berbeda-beda, volume
mendekati kapasitas
E 0,90 < Q/C < Arus tidak stabil, kecepatan rendah
0,1 dan berbeda-beda, volume
mendekati kapasitas
F >1 Arus yang terhambat, kecepatan
rendah, volume diatas kapasitas,
sering terjadi kemacetan pada waktu
yang lama
Sumber : Edward K. Morlok, 1995

1.6.5 Simpulan dan saran

Berisi poin terpenting dari semua pembahasan yang sudah didapat


penulis mulai dari awal permasalahan sampai menemukan solusinya.
12

1.7 Sistematika Penyusunan Skripsi

Sistematika penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Merupakan bagian awal penulisan yang berisi tentang latar


belakang masalah, tujuan, ruang lingkup, pembahasan, metodologi
pembahasan, dan sistematika penyusunan skripsi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Menguraikan dasar-dasar teori dan konsep-konsep dasar yang


dianggap menunjang dalam pembahasan, dan sistematika
penyusunan skripsi.

BAB III TINJAUAN LOKASI DAN SURVEY LAPANGAN

Meliputi karakteristik wilayah studi,survey lapangan, data hasil


surve, dan kondisi arus lalu lintas.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASA

Pada analisa dan pembahasan masalah ini, akan disajikan contoh


perhitungan dari data-data yang di peroleh pada selanjutnya akan
dicantumkan dalam table-tabel.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Merupakan kesimpulan dari hasil-hasil pembahasan dan sekaligus


memberikan saran-saran yang dianggap perlu dan mungkin dapat
dijadikan pemikiran-pemikiran lebih lanjut.
13

1.8 Time Schedule Penulisan Skripsi

TIME SCHEDULE PENULISAN SKRIPSI


Keg/bulan Maret Maret April April Mei Juni
Judul
Tinjauan Pustaka
Pengumpulan Data/Survey
Pengolahan Data
Hasil Pembahasan
Simpulan dan Saran

Anda mungkin juga menyukai