Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

Penggabungan usaha terjadi apabila dua perusahaan atau lebih membentuk


suatu organisasi tunggal untuk menjalan usaha. Penggabungan usaha dapat dilakukan
dalam banyak bentuk yang berbeda. Penggabungan kesatuan-kesatuan usaha ini
sering kali dicapai melalui penyatuan bermacam-macam perusahaan menjadi unit-
unit tunggal yang lebih besar. Pengendalian terhadap kesatuan usaha dapat dicapai
melalui pemilikan saham atau melalui dewan pimpinan yang saling berpautan satu
sama lain. Bermacam-macam tujuan dapat dicapai dalam penggabungan
usaha.Tujuan ini diantaranya adalah perolehan daerah pemasaran yang lebih luas dan
volume penjulan yang lebih besar,perolehan atau pengembangan organisasi yang
lebih kuat dan produksi yang lebih baik serta bakat manajemen,penghematan
biaya,efisiensi pada skala operasi yang lebih besar,peningkatan pengendalian
pasar,perbaikan posisi bersaing dan lainnya.
Akuntansi untuk penggabungan usaha terdiri dari dua metode yaitu
penggabungan usaha berdasarkan penyatuan kepentingan (Pooling of interest) dan
dengan metode pembelian (purchase Method). Metode penyatuan kepemilikan
dianggap kurang relevan dan mengabaikan nilai ekonomis yang ditukar dalam
transaksi sehingga dilarang penggunaannya diberbagai Negara maju, namun di
Indonesia kedua metode ini masih digunakan.
Secara umum, metode pembelian mengikuti prinsip akuntansi yang sama
dalam pencatatan penggabungan usaha yang diikuti dalam akuntansi untuk aktiva dan
kewajiban berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku secara umum.
Biaya perolehan bagi entitas pembeli untuk memperoleh perusahaan lain
dalam suatu penggabungan usaha diukur dengan jumlah kas yang dikeluarkan atau
nilai wajar aktiva lain yang didistribusikan atau surat berharga yang diterbitkan.
Aktiva dinilai sesuai dengan nilai wajarnya pada saat transaksi penggabungan
terjadi,biasanya perusahaan menggunakan jasa independen untuk menilai nilai wajar
atau pun nilai pasar aktiva tersebut.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian
Penggabungan usaha (business combination) adalah sebagai penyatuan
dua tau lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena satu
perusahaan menyatu dengan (uniting) perusahaan lain ataupun memperoleh
kendali (control) atas aktiva dan operasi perusahaan lain. Berdasarkan definisi
tersebut, penggabungan tidak hanya terjadi ketika dua atau libih perusahaan yang
terpisah lebur menjadi satu entitas hukum, melainkan kedua atau lebih
perusahaan yang terpisah berada dalam satu pengendalian dimana salah satu
perusahaan penjadi pihak pengendali.

2.2. Bentuk Penggabungan Usaha


Adapun bentuk-bentuk penggabungan usaha menurut Arifin S (2002 :
240-241) dapat dibedakan ke dalam beberapa golongan, antara lain sebagai
berikut :
1. Ditinjau dari bentuk penggabungannya, terdapat tiga bentuk
penggabungan usaha sebagai berikut :
- Penggabungan horisontal, yaitu penggabungan perusahaan-perusahaan
yang sejenis yang menjadi satu perusahaan yang lebih besar. Pada
umumnya dasar dibentuknya penggabungan usaha ini adalah untuk
menghindari adanya persaingan diantara perusahaan yang sejenis dan
meningkatkan efisiensi diantara perusahaan-perusahaan yang
bersangkutan tersebut.
- Penggabungan vertikal, yaitu penggabungan perusahaan yang
sebelumnya, keduanya mempunyai hubungan yang saling
menguntungkan, misalnya suatu perusahaan lain yang kemudian
pemasok (supplier) bahan baku perusahaan lain yang kemudian

2
bergabung agar dapat terjaga adanya kepastian bahan baku dan
kontinuitas produksi.
- Penggabungan konglomerat, yaitu merupakan kombinasi dari
penggabungan horisontal dan vertikal. Penggabungan konglomerat ini
merupakan gabungan dari perusahaan-perusahaan yang memiliki
usaha yang berlainan misalnya perusahaan angkutan bergabung
dengan perusahaan jasa hotel dan perusahaan makanan (catering).

2. Sedangkan dari segi hukumnya, penggabungan usaha dibagi menjadi :


- Merger statutori (merger). Jenis penggabungan usaha dimana hanya
ada satu dari perusahaan yang bergabung yang bertahan dan
perusahaan lainnya dibubarkan. Aktiva dan kewajiban dari perusahaan
yang diakuisisi dipindahkan ke perusahaan pengakuisisi dan
perusahaan yang diakuisisi dibubarkan atau dilikuidasi. Setelah merger
operasi dari perusahaan yang dulunya terpisah sekarang berada di
bawah satu entitas.
- Konsolidasi statutori (konsolidasi). Penggabungan usaha di mana
kedua perusahaan yang bergabung dibubarkan serta aktiva dan
kewajiban dari perusahaan perusahaan tersebut dipindahkan ke
perusahaan yang baru dibentuk. Operasi dari perusahaan yang dulunya
terpisah sekarang berada di bawah satu entitas dan tidak satu pun
perusahaan yang bergabung masih tetep berdiri sejak dilakukan
konsolidasi.
- Akuisisi saham. Terjadi jika satu perusahaan mengakuisisi saham
berhak suara dari perusahaan lain dan kedua perusahaan tetap
beroperasi sebagai dua entitas yang terpisah, tetapi mempunyai
hubungan istimewa (hubungan afiliasi). Karena tidak ada perusahaan
yang dilikuidasi, perusahaan pengakuisisi memperlakukan
kepemilikannya di perusahaan yang diakuisisi sebagai investasi.
Dalam akuisisi saham, perusahaan pengakuisisi tidak perlu

3
mengakuisisi seluruh saham milik perusahaan yang diakuisisi untuk
memperoleh kendali. Hubungan yang timbul dari akuisisi saham
disebut hubungan induk dan anak perusahaan. Induk perusahaan
(parent company) adalah perusahaan yang mengendalikan perusahaan
lain yang disebut sebagai perusahaan anak (subsidiary), biasanya
melalui pemilikian mayoritas di saham biasa.

2.3. Alasan-Alasan Penggabungan Usaha


Jika perluasan adalah sasaran utama dari perusahaan, mengapa usaha
diperluas melalui penggabungan dan bukan dengan melakukan konstruksi
fasilitas-fasilitas baru? Beberapa alasan yang mungkin untuk memilih
penggabungan usaha sebagai alat perluasan adalah:
1. Manfaat Biaya (Cost Adventage). Seringkali lebih murah bagi perusahaan
untuk memperoleh fasilitas yang dibutuhkan melalui pengembangan. Hal
ini benar, terutama pada periode inflasi.
2. Risiko Lebih Rendah (Lower Risk). Membeli lini produk dan pasar yang
telah didirikan biasanya lebih kecil risikonya dibandingkan dengan
mengembangkan produk baru dan pasarnya. Penggabungan usaha kurang
berisiko terutama ketika tujuannya adalah diversifikasi.
3. Penundaan Operasi Pengurangan (Fewer Operating Delays). Fasilitas-
fasilitas pabrik yang diperoleh melalui penggabungan usaha dapat
diharapkan untuk segera beroperasi dan memenuhi peraturan yang
berhubungan dengan lingkungan dan peraturan pemerintah yang lainnya.
4. Mencegah Pengambilalihan (Avoidance of Takeovers). Beberapa
perusahaan bergabung untuk mencegah pengakuisisian diantara mereka.
Karena perusahaan-perusahaan yang lebih kecil cenderung lebih mudah
diserang untuk diambilalih, beberapa di antara mereka memakai strategi
pembeli yang agresif sebagai pertahanan terbaik melawan usaha
pengambilalihan oleh perusahaan lain. Perusahaan-perusahaan dengan
rasio hutang-terhadap ekuitas yang tinggi biasanya bukan merupakan

4
calon pengambilalih yang menarik. Dalam industri perbankan, contohnya,
bank-bank yang independent mengakuisisi bank-bank tetangganya untuk
memperluas pangsa pasar (market share) dan berkembang menjadi bank
regional. Bank menggunakan penggabungan sebagai suatu cara untuk
mencegah pengambilalihan oleh bank asing.
5. Akuisisi Harta Tidak Berwujud (Acquisition of Intangible Assets).
Penggabungan usaha melibatkan penggabungan sumber daya tidak
berwujud maupun berwujud.

2.4. Metode Akuntansi untuk Penggabungan Usaha


- Metode Penyatuan Kepentingan (pooling of interest)
Suatu penggabungan usaha yang memenuhi kriteria PSAK tahun 2007
No. 22 untuk penyatuan kepemilikan harus dipertanggungjawabkan sesuai
dengan metode penyatuan. Dalam metode penyatuan kepemilikan,
diasumsikan bahwa kepemilikan perusahaan-perusahaan yang bergabung
adalah satu kesatuan dan secara relatif tetap tidak berubah pada entitas
akuntansi yang baru. Karena tidak ada salah satupun dari perusahaan-
perusahaan yang bergabung telah dianggap memperoleh perusahaan-
perusahaan yang bergabung lainnya, tidak ada pembelian, tidak ada harga
pembelian, sehingga karenanya tidak ada dasar pertanggungjawaban yang
baru.
Pada metode penyatuan, aktiva dan kewajiban dari perusahaan-
perusahaan yang bergabung dimasukkan dalam entitas gabungan sebesar nilai
bukunya. Oleh karena itu setiap goodwill pada buku masing-masing
perusahaan yang bergabung akan dimasukkan sebagai aktiva pada entitas yang
masih beroperasi (disatukan). Laba ditahan dari perusahaan-perusahaan yang
bergabung juga dimasukkan dalam entitas yang disatukan, dan pendapatan
yang bergabung untuk seluruh tahun dengan mengabaikan tanggal
penggabungan usaha dilakukan.

5
Perusahaan-perusahaan terpisah dalam suatu penggabungan usaha
masing-masing dapat menggunakan metode akuntansi yang berbeda untuk
mencatat aktiva dan kewajiabannya. Dalam penggabungan secara penyatuan
kepemilikan, jumlah yang dicatat oleh masing-masing perusahaan dengan
menggunakan metode akuntansi yang berbeda dapat disesuaikan menjadi
dasar akuntansi yang sama apabila perusahaan tersebut diperlukan oleh
perusahaan lainnya. Perubahan metode akuntansi untuk menyesuaikan
masing-masing harus berlaku surut, dan laporan-laporan keuangan yang
disajikan untuk periode-periode sebelumnya harus disajikan kembali
(restated).

Prosedur Akuntansi Penggabungan usaha Metode Pooling Of Interest


a) Semua aktiva dan kewajiban milik perusahaan yang bergabung dinilai
pada nilai buku saat diadakan penggabungan
b) Besarnya nilai investasi pada perusahaan yang bergabung sebesar jumlah
modal perusahaan yang digabung atau sebesar aktiva bersih perusahaan
yang digabung
c) Bila terjadi selisih antara jumlah yang dibukukan sebagai modal saham
yang diterbitkan ditambah kompensasi pembelian lainnya dalam bentuk
kas ataupun aktiva lainnya dengan jumlah aktiva bersih yang diperoleh,
maka harus diadakan penyesuaian terhadap modal perusahaan yang akan
digabung
d) Laporan keuangan gabungan adalah penjumlahan dari laporan keuangan
milik perusahaan yang bergabung.

- Metode Pembelian (purchase)


Metode pembelian didasarkan pada asumsi bahwa penggabungan
usaha merupakan suatu transaksi yang salah satu entitas memperoleh aktiva
bersih dari perusahaan-perusahaan lain yang bergabung. Berdasarkan metode

6
ini perusahaan yang memperoleh atau membeli mencatat aktiva yang diterima
dan kewajiban yang ditanggung sebesar nilai wajarnya.
Biaya untuk memperoleh perusahaan (biaya perolehan) ditetapkan
dengan cara yang sama seperti pada transaksi lain. Biaya ini dialokasikan pada
aktiva dan kewajiban yang dapat diidentifikasikan sesuai dengan nilai
wajarnya pada tanggal penggabungan. Menurut PSAK tahun 2007 No.19
setiap kelebihan biaya perolehan atas nilai wajar aktiva bersih yang diperoleh
dialokasikan ke goodwill dan diamortisasikan selama maksimum 20 tahun.

Prosedur Akuntansi Penggabungan usaha Metode Purchase


 Menyesuaikan nilai aktiva dan kewajiban milik perusahaan yang akan
digabung sebesar nilai wajarnya
 Mencatat transaksi penggabungan sebesar nilai investasinya (biaya
perolehan). Jika pengakuisisi mengeluarkan saham, maka nilai wajar
saham tersebut sebesar harga pasar pada tanggal transaksi penggabunga.
Bila harga pasar tidak dapat digunakan sebagai indikator, maka diestimasi
secara proporsional perusahaan pengakuisisi atau yang diakuisisi (mana
yang lebih dapat ditentukan).
 Membuat jurnal pemilikan aktiva dan kewajiban dari perusahaan yang
digabung. Apabila terjadi selisih antara nilai investasi dengan aktiva
bersih yang diterima perusahaan pengakuisisi, maka selisih tersebut
dicatat ke dalam rekening goodwill pada kelompok aktiva.

2.5. Penerapan Metode Penyatuan Kepentingan


Dalam metode ini, jumlah yang dicatat berdasarkan metode yang berbeda
harus disesuaikan dan laporan keuangan harus dinyatakan kembali. Disini tidak
ada pembelian oleh salah satu perusahaan yang bergabung terhdap yang lain.

7
Dalam MERGER
Contoh : Menjelang penggabungan dengan metode penyatuan
kepentingan, ekuitas pemegang saham PT Jala dan PT Keti adalah sebagai
berikut.
Keterangan PT Jala PT Keti Jumlah
Modal Saham @Rp 1000 Rp. 10.000.000 Rp. 5.000.000 Rp. 15.000.000
Tambahan Modal Setor Rp. 2.000.000 Rp. 3.000.000 Rp. 5.000.000
Total Modal Setor Rp. 12.000.000 Rp. 8.000.000 Rp. 20.000.00
Saldo Laba Rp. 8.000.000 Rp. 2.000.000 Rp. 10.000.000
Aset Neto dan Ekuitas Rp. 20.000.000 Rp. 10.000.000 Rp. 30.000.000

KASUS 1 (Modal Setor melebihi Modal Saham)


PT. Jala menerbitkan 7000 sahamnya untuk asset neto PT Keti. Dalam
hal ini modal setor Rp. 20.000.000, dan modal saham Rp. 17.000.000.
tambahan modal setor Rp. 3.000.000, dan saldo laba Rp. 10.000.000.
JURNAL PT. JALA
Asset Neto Rp. 10.000.000
Modal Saham @1000 Rp. 7.000.000
Tambahan Modal Setor Rp. 1.000.000
Saldo Laba Rp. 2.000.000
Mencatat penerbitan 7000 saham dengan penyatuan kepentingan dengan PT
Keti

KASUS 2 (Modal Saham melebihi Modal Setor)


PT. Jala menerbitkan 11.000 sahamnya untuk asset neto PT Keti.
Disini modal saham PT. Jala Rp. 21.000.000, dan modal setor Rp. 20.000.000.
tidak ada tambahan modal setor dan saldo laba Rp. 9.000.000. maksimum
gabungan saldo laba Rp. 10.000.000 telah berkurang Rp. 1.000.000.

8
JURNAL PT. JALA
Asset Neto Rp. 10.000.000
Saldo Laba Rp. 1.000.000
Modal Saham @1000 Rp. 11.000.000
Mencatat penerbitan 11.000 saham dalam penyatuan kepentingan dengan PT
Keti

Dalam KONSOLIDASI
Contoh : PT Jala dan PT Keti bergabung dengan konsolidasi metode penyatuan
kepentingan. PT Jala dan PT Keti bubar, dan dibentuk PT Pede.
Keterangan PT Jala PT Keti Jumlah
Modal Saham @Rp 1000 Rp. 10.000.000 Rp. 5.000.000 Rp. 15.000.000
Tambahan Modal Setor Rp. 2.000.000 Rp. 3.000.000 Rp. 5.000.000
Total Modal Setor Rp. 12.000.000 Rp. 8.000.000 Rp. 20.000.00
Saldo Laba Rp. 8.000.000 Rp. 2.000.000 Rp. 10.000.000
Aset Neto dan Ekuitas Rp. 20.000.000 Rp. 10.000.000 Rp. 30.000.000

KASUS 3 (Modal Setor melebihi Saham yang diterbitkan)


PT. Pede menerbitkan 17.000 sahamnya Rp. 1000 par; untuk PT Jala
10.000 da untuk PT Keti 7000 atas asset neto mereka. Dalam hal ini modal setor
PT. Pede Rp. 20.000.000 melebihi saham yang diterbitkannya Rp. 17.000.000.
JURNAL PT. PEDE
Asset Neto Rp. 30.000.000
Modal Saham @1000 Rp. 17.000.000
Tambahan Modal Setor Rp. 3.000.000
Saldo Laba Rp. 10.000.000
Mencatat penerbitan 10000 saham untu PT Jala dan 7000 untuk PT Keti
dengan penyatuan kepentingan

9
KASUS 4 (Saham yang diterbitkan melebihi modal setor)
PT. Pede menerbitkan 21.000 sahamnya Rp. 1000 par; untuk PT Jala
10.000 dan PT Keti 11.000 atas asset neto mereka. Disini saham yang diterbitkan
PT Pede melebihi modal setornya Rp. 20.000.000.
JURNAL PT. PEDE
Asset Neto Rp. 30.000.000
Saldo Laba Rp. 9.000.000
Modal Saham @1000 Rp. 21.000.000
Mencatat penerbitan 10.000 saham untuk PT Jala dan 11.000 untuk PT Keti
dalam penyatuan kepentingan.

Dalam SAHAM PEMBENDAHARAAN


Ada dua alternatif pencatatan akuntansi dalam merjer bila salah satu
perusahaan yang bergabung memiliki saham perusahaan lainnya. Jika investasi
itu oleh perusahaan bukan penerus maka pada penggabungan dikembalikan
kepada penerus dan dibukukan sebagai saham pembendaharaan. Kalau
investasinya oleh perusahaan penerus maka saham tersebut dipensiunkan
(constructively retired).
Contoh : Pada soal ini, aset bersih perusahaan penerus, lebih rendah Rp.
500.000 dari aset gabungan yang tercatat.
PT Paman memiliki 500 dalam PT Sati pada saat keduanya bergabung .
PT Paman membukukan investasinya tersebut Rp. 500.000. Data PT Paman dan
PT Sati saat bergabung sebagai berikut :
PT Paman PT Sati
Investasi dalam PT Sati Rp. 500.000
Asset lainnya Rp. 19.500.000 Rp. 30.000.000
Total Rp. 20.000.000 Rp. 30.000.000

10
Modal Saham @Rp1000 par Rp.10.000.000 Rp. 20.000.000
Tambahan Modal Setor Rp. 5.000.000 Rp. 4.000.000
Saldo Laba Rp. 5.000.000 Rp. 6.000.000
Total Rp. 20.000.000 Rp. 30.000.00

KASUS 1 (Jika PT Sati sebagai Penerus)


PT Sati menerbitkan 10.000 sahamnya untuk 10.000 saham PT Paman
(rasio pertukaran 1:1, merjer dengan penyatuan kepentingan)
JURNAL PT. SATI
Asset Neto Rp. 19.500.000
Saham Pembendaharaan Rp. 500.000
Modal Saham @1000 Rp. 10.000.000
Tambahan Modal Setor Rp. 5.000.000
Saldo Laba Rp. 5.000.000
Mencacat merjer dengan PT Paman

KASUS 2 (Jika PT Paman sebagai Penerus)


PT Paman menerbitkan 19.600 sahamnya untuk PT Sati (rasio
pertukaran 1:1, merjer dengan penyatuan kepentingan)
JURNAL PT. SATI
Asset Neto Rp. 30.000.000
Investasi dalam PT Sati Rp. 500.000
Modal Saham @1000 Rp. 19.600.000
Tambahan Modal Setor Rp. 3.900.000
Saldo Laba Rp. 6.000.000
Mencacat merjer dengan PT Sati

11
Dalam PELAPORAN OPERASI GABUNGAN
Laporan keuangan perusahaan penerus dalam penggabungan dengan
metode penyatuan kepentingan, baik yang terjadi awal tahun, tengah tahun atau
akhir tahun, diperlakukan sebagai penggabungan dalam awal tahun. Jurnal untuk
mencatat penggabungan tengah tahun pada 1 Juli 2014 diilustrasikan pada Kasus-
kasus berikut:
Neraca saldo kedua perusahaan pada 30 Juni 2014 sebagai berikut:
PT Tomat PT Minat
Asset Lain Rp. 72.000.000 Rp. 28.000.000
Beban Rp. 18.000.000 Rp. 7.000.000
Total Debet Rp. 90.000.000 Rp. 35.000.000

Modal saham Rp. 10.000 par Rp. 50.000.000 Rp. 20.000.000


Saldo Laba Rp. 17.000.000 Rp. 6.000.000
Pendapatan Rp. 23.000.000 Rp. 9.000.000
Total Kredit Rp. 90.000.000 Rp. 35.000.000

KASUS 1 (Merger, PT Tomat sebagai penerus)


PT Tomat menerbitkan 23.000 saham Rp. 1.000 par untuk memperoleh asset
neto PT Minat pada 1 Juli 2014.
JURNAL PT. TOMAT
Asset Lain Rp. 28.000.000
Beban Rp. 7.000.000
Modal saham Rp. 1.000 par Rp. 23.000.000
Saldo Laba Rp. 3.000.000
Penghasilan Rp. 9.000.000
Mencatat penerbitan 23.000 saham dalam merger dengan penyatuan
kepentingan

12
Setelah Jurnal itu dicatat, neraca saldo PT Tomat menjadi sbb:
Debet Kredit
Asset Lain Rp. 100.000.000
Beban Rp. 25.000.000
Modal saham Rp. 10.000 par Rp. 73.000.000
Saldo Laba Rp. 20.000.000
Pendapatan Rp. 32.000.000
Total Rp. 125.000.000 Rp. 125.000.000

Kasus 2 (Konsolidasi)
PT Wali dibentuk untuk mengkonsolidasikan PT Tomat dan PT Minat. Pada 1
Juli 20X4, PT Wali menerbitkan saham 73.000 sahamnya Rp.1000par untuk aset
neto PT Tomat 50.000 dan aset neto PT Minat 23.000.
JURNAL PT. TOMAT
Asset Lain Rp.100.000.000
Beban Rp. 25.000.000
Modal saham Rp. 1.000 par Rp. 73.000.000
Saldo Laba Rp. 20.000.000
Penghasilan Rp. 32.000.000
Mencatat penerbitan 73.000 saham dalam PT Tomat dan Minat dengan
penyatuan kepentingan

Dalam BEBAN PENGGABUNGAN


Dalam penyatuan kepentingan, biaya-biaya registrasi dan pendaftaran sahan,
penyediaan informasi pada pemegang saham, akuntan dan konsultan serta
perantara dicatat sebagai beban. Jurnal yang dibuat untuk mencatat beban :
Beban Rp. xxx
Kas Rp. xxx

13
2.6. Penerapan Metode Pembelian
Metode pembelian didasarkan pada asumsi bahwa penggabungan usaha
merupakan suatu transaksi yang salah satu entitas memperoleh aktiva bersih dari
perusahaan-perusahaan lain yang bergabung. Berdasarkan metode ini perusahaan
yang memperoleh atau membeli mencatat aktiva yang diterima dan kewajiban
yang ditanggung sebesar nilai wajarnya.
Biaya untuk memperoleh perusahaan (biaya perolehan) ditetapkan dengan
cara yang sama seperti pada transaksi lain. Biaya ini dialokasikan pada aktiva dan
kewajiban yang dapat diidentifikasikan sesuai dengan nilai wajarnya pada
tanggal penggabungan. Menurut PSAK tahun 2007 No.19 setiap kelebihan biaya
perolehan atas nilai wajar aktiva bersih yang diperoleh dialokasikan
ke goodwill dan diamortisasikan selama maksimum 20 tahun.
Merger, konsolidasi, akuisisi adalah hal yang sangat umum dilakukan
agar perusahaan dapat memenangkan persaingan, serta terus tumbuh dan
berkembang. Merger merupakan salah satu pilihan terbaik untuk memperkuat
fondasi bisnis, jika merger tersebut dapat memberikan sinergi. Dalam makalah ini
kami akan lebih memfokuskan pembahsan terhada penggabungan usaha yang
berbentuk meregr. Sutan Remy Syahdeini dalam makalah berjudul “Merger,
Konsolidasi dan Akuisisi Bank” memberikan definisi merger atau penggabungan
usaha adalah penggabungan dari dua Bank atau lebih dengan cara tetap
mempertahankan berdirinya salah satu Bank dan melikuidasi Bank-bank lainnya.
Prosedur Akuntansi Penggabungan usaha Metode Purchase :
a. Menyesuaikan nilai aktiva dan kewajiban milik perusahaan yang akan
digabung sebesar nilai wajarnya
b. Mencatat transaksi penggabungan sebesar nilai investasinya (biaya
perolehan). Jika pengakuisisi mengeluarkan saham, maka nilai wajar
saham tersebut sebesar harga pasar pada tanggal transaksi penggabunga.
Bila harga pasar tidak dapat digunakan sebagai indikator, maka diestimasi
secara proporsional perusahaan pengakuisisi atau yang diakuisisi (mana
yang lebih dapat ditentukan).

14
c. Membuat jurnal pemilikan aktiva dan kewajiban dari perusahaan yang
digabung. Apabila terjadi selisih antara nilai investasi dengan aktiva
bersih yang diterima perusahaan pengakuisisi, maka selisih tersebut
dicatat ke dalam rekening goodwill pada kelompok aktiva.
d. Apabila penggabungan dianggap sebagai pembelian maka harus ada dasar
baru untuk membukukan dan mempertanggungjawabkan aktiva yang
diperoleh. Dalam hal ini, aktiva harus dicatat sebesar harga pokoknya
bagi pembeli sehingga jumlahnya tidak perlu sama dengan nilai yang
perlu dilaporkan pada buku penjual.
e. Ketika transaksi pembelian berlangsung ,kita perlu menyesuaikan atau
menentukan nilai aktiva dan kewajiban milik perusahaan yang akan
digabung sebesar nilai wajarnya pada saat itu.
f. Nilai agregat yang diberikan kepada aktiva bersih yang diperoleh
(termasuk goodwill) akan sama dengan biaya yang terpakai dalam
transaksi pembelian tersebut.
g. Pada penggabungan usaha yang tergolong sebagai pembelian ,alat tukar
yang diberikan untuk mengambil alih perusahaan lain bisa berupa uang
,bisa juga berupa aktiva lain atau surat berharga dari pembeli. Jika aktiva
selain kas digunakan ,maka nilainya saat itu perlu diperhatikan agar total
harga beli bisa ditentukan.
h. Mencatat transaksi penggabungan sebesar nilai investasinya (biaya
perolehan). Jika pengakuisisi mengeluarkan saham, maka nilai wajar
saham tersebut sebesar harga pasar pada tanggal transaksi penggabungan.
Bila harga pasar tidak dapat digunakan sebagai indikator, maka diestimasi
secara proporsional perusahaan pengakuisisi atau yang diakuisisi (mana
yang lebih dapat ditentukan dengan menggali factor-faktor lain dari
transaksi pertukaran).
i. Membuat jurnal pemilikan aktiva dan kewajiban dari perusahaan yang
digabung. Apabila terjadi selisih antara nilai investasi dengan aktiva

15
bersih yang diterima perusahaan pengakuisisi, maka selisih tersebut
dicatat ke dalam rekening goodwill pada kelompok aktiva.
j. Jika harga beli lebih rendah dari jumlah aktiva bersih yang dapat
diidentifikasi ada beberapa perlakuan akuntansi yang bisa
dipertimbangkan untuk digunakan,mungkin kita berpendapat bahwa
penghematan tersebut yang diperoleh berkat kemampuan pembeli untuk
membeli dengan harga lebih murah harus diakui sebagai laba periode
berjalan.Akan tetapi aktiva yang dibeli lazimnya dicatat sebesar harga
pokoknya dan keuntungan pada umumnya tidak diakui dari pembelian
tetapi justru dari penjualan,perlakuan lain dengan memperlakukan selisih
tersebut sebagai goodwill negative dan memasukkan saldonya bersama-
sama dengan ekuitas pada neraca.

Negative Goodwill adalah lawan dari Goodwill, entah kenapa ini lebih
dikenal sebagai goodwill negative dibandingkan dengan BADWILL. Goodwill
negative terjadi apabila suatu perusahaan dibeli oleh perusahaan lain lebih rendah
dari net asset-nya. Dengan contoh perhitungan dan pengakuan goodwill di atas,
goodwill negative didapatkan dari beberapa kemungkinan yang tertera pada
beberapa kasus diatas.

Ekses Pembelian dalam Penggabungan


Pada 27 desember 20x4 PT A memperoleh asset neto PT X dalam
penggabungan dengan pembelian. Asset dan liabilitas PT Y saat itu adalah
sebagai berikut.

Keteranga Nilai buku Nilai wajar


n
Kas 5.000.000 5.000.000
Piutang-net 15.000.000 15.000.000
Persediaan 20.000.000 25.000.000

16
Tanah 5.000.000 10.000.000
Gedung-net 35.000.000 50.000.000
Peralatan-net 25. 35.000.000
Paten 000.000 5.
Total asset -- 000.000
Hutang 100.000.000 145.000.000
Hutang wesel 6.000.000 7.000.000
Hutang lain 15.000.000 13.500.000
Total liabilitas 4.00 4.
Asset neto 0.000 500.000
25.00 25.
0.000 000.000
75.000.000 120.000.000

Selisih antara biaya perolehan diatas nilai wajar asset neto yang diperoleh
diakui sebagai goodwill. Sebaliknya selisih lebih nilai wajar asset neto yang
diperoleh diatas biaya perolehan diakui sebagai negative goodwill.

Kasus 1 (Goodwill)
PT X membayar Rp 40.000.000 kas dan menerbitkan 50.000 sahamnya
Rp 1.000 par, harga pasar Rp2.000 /saham untuk asset neto PT Y. Jurnal
mencatat penggabungan pada buku-buku X saat itu sbb:

Jurnal yang dicatat PT X


Investasi dalam Y Rp. 140.000.000
Kas Rp. 40.000.000
Saham Biasa Rp.1000par Rp. 50.000.000
Tambahan Modal Setor Rp. 50.000.000

17
Mencatat penerbitan 50.000 saham ditambah Rp40.000.000 kas dalam
penggabungan Y dengan metode pembelian.

Jurnal yang dicatat PT X


Kas Rp. 5.000.000
Piutang Net Rp. 15.000.000
Persediaan Rp. 25.000.000
Tanah Rp. 10.000.000
Gedung Rp. 50.000.000
Peralatan Rp. 35.000.000
Paten Rp. 5.000.000
Goodwill Rp. 20.000.000
Hutang Rp. 7.000.000
Hutang Wesel Rp. 13.500.000
Liabilitas Lain Rp. 4.500.000
Investasi dalam Y Rp. 140.000.000
Membebankan biaya Y keaset identifiable yang diperoleh dan liabilitas
berdasarkan nilai wajar dan ke goodwill.

Kasus 2 (Negative Goodwill)


PT X menebitkan 40000 saham Rp 1000 par dengan harga pasar
Rp2000/saham dan juga memberikan wesel bayar 5 tahun bunga 10% Rp
20.000.000 untuk asset neto PT Y. Jurnal pencatatan dengan pembelian saat itu
adalah:
Jurnal yang dicatat PT X
Investasi dalam Y Rp. 100.000.000
Wesel Bayar 10% Rp. 20.000.000
Saham Biasa Rp.1000par Rp. 40.000.000

18
Tambahan Modal Setor Rp. 40.000.000
Mencatat penerbitan 40.000 par ditambah Rp20.000.000 wesel bayar 10%
dalam penggabungan Y dengan pembelian.

Jurnal yang dicatat PT X


Kas Rp. 5.000.000
Piutang Net Rp. 14.000.000
Persediaan Rp. 25.000.000
Tanah Rp. 8.000.000
Gedung Rp. 40.000.000
Peralatan Rp. 28.000.000
Paten Rp. 4.000.000
Hutang Rp. 6.000.000
Hutang Wesel Rp. 13.500.000
Liabilitas Lain Rp. 4.500.000
Investasi dalam Y Rp. 100.000.000

Jumlah yang ditetapkan pada tiap-tiap akun aktiva dan kewajiban pada
jurnal diatas ditetapkan sesuai dengan ketetapan PSAK No.22 untuk
penggabungan usaha secara pembelian. Karena nilai sebesar Rp120.000.000 dari
aktiva bersih yang diperoleh dapat diidentifikasi melebihi harga beli Rp
100.000.000 sebesar Rp20.000.000 jumlah yang ditetapkan atas aktiva tidak
lancar dikurangkan sebesar 20 persen (kelebihan sebesar Rp20.000.000/nilai
wajar aktiva tidak lancar Rp100.000.000). Pengurangan pada aktiva tidak lancar
adalah sbb:

Nilai wajar Kurang 20% Jumlah yang


Aktiva Tidak Pengurangan dapat ditetapkan
Lancar Atas Kekurangan Nilai untuk aktiva

19
wajar terhadap Biaya* Tidak Lancar
Tanah 10.000.000 2.000.000 8.000.000
Bangunan 50.000.000 10.000.000 40.000.000
Peralatan 35.000.000 7.000.000 28.000.000
Hak paten 5.000.000 1.000.000 4.000.000
Total 100.000.000 20.000.000 80.000.000

2.7. Penyatuan dan Pembelian dibandingkan


Pada 31 desember 2014 PT Bulan da PT Wita bergabung. Penerus adalah
PT Bulan menerbitkan 50.000 sahamnya RP. 1000 par dengan harga pasar
Rp.90.000.000 untuk aset neo PT Wita. Biaya registrasi dan penerbitan saham
Rp. 2.000.000 dan biaya langsung lainnya Rp. 4.000.000 dibayar PT Bulan.
Neraca dalam peraga 7-1 berikut ini neraca perbandingan PT Bulan dan
PT Wita sebelum merger dalam metode penyatuan kepentingan dan metode
pembelian. Nilai buku dan nilai wajar sebelum merger:

Neraca Saldo Komparatif


30 Desember 2014
Nilai buku Nilai Buku Nilai Wajar
PT Bulan PT Wita PT Wita
Kas 46.500.000 12.500.000 12.500.000
Piutang-net 60.000.000 30.000.000 30.000.000
Persediaan 80.000.000 20.000.000 25.000.000
Aset tetap dan penjualan net 120.000.000 35.000.000 45.000.000
Harga pokok penjualan 100.000.000 32.500.000
Beban lain 32.500.000 10.000.000
Total debet 440.000.000 140.000.000

20
Hutang 30.000.000 18.000.000 18.000.000
Hutang lain 20.000.000 12.000.000 12.000.000
Modal saham Rp.1000 par 150.000.000 50.000.000
Tambahan modal setor 20.000.000 4.000.000
Saldo laba 65.000.000 11.000.000
Penjualan 155.000.000 45.000.000
Total kredit 440.000.000 140.000.000

Jurnal: dibandingkan jurnal pencatatan antara kedua metode.


 Kelompok penerbitan saham menunjukan bahwa dalam metode penyatuan,
investasi dalam Wita Rp. 65.000.000, yaitu nilai buku aset neto Wita per 1
januari 2015. Sedangkan dalam metode pembelian, investasi dalam Wita Rp.
90.000.000, yaitu harga pasar saham yang di terbitkan PT Bulan pada 31
Desember 2014.
 Kelompok biaya langsung penggabungan menunjukan bahwa berdasarkan
metode penyatuan semua tambahan biaya penggabungan dicatat sebagai
beban. Sedangkan dalam metode pembelian, biaya registrasi dan penerbitan
saham dibebankan pada tambahan modal setor dan biaya langsung lainnya
ditambahkan pada biaa perolehan PT Wita.
 Kelompok alokas menunjukan bahwa biaya investasi Rp. 94.000.000 lebih
besar dari nilai wajar aset neto yang identifiable Rp. 82.500.000 dibukukan ke
goodwill Rp.11.500.000.

Perbedaan dalam pencatatan dengan metode penyatuan dan pembelian (000 rupiah)
Penyatuan
Pembelian
Kepentingan
Dr. Cr. Dr. Cr.
Penerbitan Sekuritas
Investasi dalam Wita 65.000 90.000

21
Modal saham Rp.1000 par 50.000 50.000
Tambahan modal setor 4.000 40.000
Saldo laba 11.000

Biaya langsung penggabungan


Beban 6000 --
Investasi dalam Wita -- 4.000
Tambahan modal setor -- 2.000
Kas 6000 6.000

Alokasi Investasi
Kas 12.500 12.500
Piutang-neto 30.000 30.000
Persediaan 20.000 25.000
Pabrik dan peralatan neto 35.000 45.000
Goodwill 11.500
Harga pokok penjualan 32.500 --
Beban lain 10.000 --
Hutang 18.000 18.000
Hutang lain 12.000 12.000
Penjualan 45.000 --
Investasi dalam Wita 65.000 94.000

Laporan Keuangan
Pada laporan keuangan gabungan dalam peraga 7-3 berikut ini terdapat
perbedaan-perbedaan ;
 Dalam metode penyatuan , penjualan dan beban digabungkan . sedangkan
dalam metode pembelian tidak.

22
 Dalam metode penyatuan, seluruh biaya penggabungkan dibukukan sebagai
beban, sedangkan dalam metode pembelian, biaya tidak langsung
penggabungan dibukukan pada tambahan modal setor dan biaya langsung ke
investasi.
 Perbedaan total aset PT Bulan antara ke dua metode Rp. 26.500.000 adalah
akibat pengalokasian kelebihan biaya investasi diatas nilai buku yang
diperoleh ke persediaan Rp. 5.000.000, aset tetap dan peralatan
Rp.10.000.000 dan goodwill Rp. 11.500.000 dalam metode pembelian..
 Tambahan modal setor dalam m etode penyatuan Rp. 24.000.000 adalah
selisih modal setor gabungan Rp. 224.000.000 terhadap modal saham
gabungan Rp. 200.000.000. Tambahan modal setor dalam metode
pembelianRp.58.000.000 berasal dari saldo awal Rp.20.000.000 ditambah
dari penerbitan 50.000 saham sebesar Rp.40.000.000 ,dikurangi
Rp.2.000.000 dari biaya pendaftaran dan percetakan saham.

Laporan Keuangan Komparatif Bulan dan Wita tahun Penggabungan

PT Bulan
Laporan Keuangan Komparatif
Untuk tahun yang berakhir pada Desember 2014
(dalam 000 rupiah)

Penyatuan Pembelian
Laporan laba rugi
Penjualan 200.000 155.000
Harga pokok penjualan (132.500) (100.000)
Beban lain (48.500) (32.500)
Penghasialan neto 19.000 22.500
Laporan saldo laba

23
Saldo laba 1 januari 2014 (seperti dilaporkan) 65.000 65.000
Pertambahan dari pooling 11.000
Saldo laba 1 januari 2014 (seperti restated) 76.000
Penghasilan neto 19.000 22.500
Saldo laba 31 desember 2014 95.000 87.500
Neraca
Aset
Kas 54.000 54.000
Piutang-net 90.000 90.000
Persediaan 100.000 105.000
Aset tetap dan peralatan net 155.000 165.000
Goodwill -- 11.500
Total asset 399.000 425.500
Kewajiban dan ekuitas pemegang saham
Hutang 48.000 48.000
Hutang lain 32.000 32.000
Modal saham Rp. 1000 par 200.000 200.000
Tambahan modal setor 24.000 58.000
Saldo laba 95.000 87.500
Total kewajiban dan ekuitas pemegang 399.000 425.500
saham

24
BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Penggabungan usaha dilakukan untuk tujuan tertentu dari dua perusahaan
atau lebih menjadi unit-unit tunggal yang lebih besar. penggabungan usaha dapat
dilakukan dalam banyak bentuk yang berbeda. Akuntansi untuk penggabungan
usaha terdiri dari dua metode,antara lain metode penyatuan kepemilikan (pooling
of interest) dan metode pembelian (Purchase Method) dimana kedua-duanya
masih dipakai di Indonesia.
Metode pembelian merupakan suatu metode penggabungan usaha dimana
berupa transaksi yang salah satu entitas memperoleh aktiva bersih dari
perusahaan-perusahaan lain yang bergabung.Berdasarkan metode ini perusahaan
yang memperoleh atau membeli mencatat aktiva yang diterima dan kewajiban
yang ditanggung sebesar nilai wajarnya.
Secara umum,metode pembelian mengikuti prinsip akuntansi yang sama
dalam pencatatan penggabungan usaha yang diikuti dalam akuntansi untuk
aktiva-aktiva dan kewajiban-kewajiban berdasarkan prinsip akuntansi yang
berlaku secara umum.
Ada tiga kelompok biaya yang dikeluarkan pada saat penggabungan
usaha dilakukan yaitu biaya langsung yang berhubungan dengan penerbitan
saham,biaya langsung yang tidak berhubungan dengan penerbitan saham dan
biaya tidak langsung seperti gaji manajemen.
Ada beberapa ketentuan atau poin penting dari metode pembelian,
diantaranya : (a) Apabila penggabungan dianggap sebagai pembelian aktiva
harus dicatat sebesar harga pokoknya bagi pembeli sehingga jumlahnya tidak

25
perlu sama dengan nilai yang perlu dilaporkan pada buku penjual, (b) Ketika
transaksi pembelian berlangsung ,kita perlu menyesuaikan atau menentukan nilai
aktiva dan kewajiban milik perusahaan yang akan digabung sebesar nilai
wajarnya pada saat itu, (c) Jika pengakuisisi mengeluarkan saham, maka nilai
wajar saham tersebut sebesar harga pasar pada tanggal transaksi
penggabungan.perusahaan pengakuisisi, (d) Apabila terjadi selisih antara nilai
investasi dengan aktiva bersih yang diterima perusahaan pengakuisisi, maka
selisih tersebut dicatat ke dalam rekening goodwill pada kelompok aktiva dan
Jika harga beli lebih rendah dari jumlah aktiva bersih yang dapat diidentifikasi
selisih tersebut sebagai goodwill negative dan memasukkan saldonya bersama-
sama dengan ekuitas pada neraca.

3.2. SARAN
Indonesia sebaiknya sudah tidak lagi menggunakan metode penyatuan
kepemilikan, karena dianggap kurang relevan dan mengabaikan nilai ekonomis
yang ditukar dalam transaksi. Negara maju telah melarang metode penyatuan
kepentingan ini, dan lebih memilih menggunakan metode pembelian. Namun, di
Indonesia kedua metode ini masih digunakan.

26

Anda mungkin juga menyukai