PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
Penggabungan usaha (business combination) adalah sebagai penyatuan
dua tau lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena satu
perusahaan menyatu dengan (uniting) perusahaan lain ataupun memperoleh
kendali (control) atas aktiva dan operasi perusahaan lain. Berdasarkan definisi
tersebut, penggabungan tidak hanya terjadi ketika dua atau libih perusahaan yang
terpisah lebur menjadi satu entitas hukum, melainkan kedua atau lebih
perusahaan yang terpisah berada dalam satu pengendalian dimana salah satu
perusahaan penjadi pihak pengendali.
2
bergabung agar dapat terjaga adanya kepastian bahan baku dan
kontinuitas produksi.
- Penggabungan konglomerat, yaitu merupakan kombinasi dari
penggabungan horisontal dan vertikal. Penggabungan konglomerat ini
merupakan gabungan dari perusahaan-perusahaan yang memiliki
usaha yang berlainan misalnya perusahaan angkutan bergabung
dengan perusahaan jasa hotel dan perusahaan makanan (catering).
3
mengakuisisi seluruh saham milik perusahaan yang diakuisisi untuk
memperoleh kendali. Hubungan yang timbul dari akuisisi saham
disebut hubungan induk dan anak perusahaan. Induk perusahaan
(parent company) adalah perusahaan yang mengendalikan perusahaan
lain yang disebut sebagai perusahaan anak (subsidiary), biasanya
melalui pemilikian mayoritas di saham biasa.
4
calon pengambilalih yang menarik. Dalam industri perbankan, contohnya,
bank-bank yang independent mengakuisisi bank-bank tetangganya untuk
memperluas pangsa pasar (market share) dan berkembang menjadi bank
regional. Bank menggunakan penggabungan sebagai suatu cara untuk
mencegah pengambilalihan oleh bank asing.
5. Akuisisi Harta Tidak Berwujud (Acquisition of Intangible Assets).
Penggabungan usaha melibatkan penggabungan sumber daya tidak
berwujud maupun berwujud.
5
Perusahaan-perusahaan terpisah dalam suatu penggabungan usaha
masing-masing dapat menggunakan metode akuntansi yang berbeda untuk
mencatat aktiva dan kewajiabannya. Dalam penggabungan secara penyatuan
kepemilikan, jumlah yang dicatat oleh masing-masing perusahaan dengan
menggunakan metode akuntansi yang berbeda dapat disesuaikan menjadi
dasar akuntansi yang sama apabila perusahaan tersebut diperlukan oleh
perusahaan lainnya. Perubahan metode akuntansi untuk menyesuaikan
masing-masing harus berlaku surut, dan laporan-laporan keuangan yang
disajikan untuk periode-periode sebelumnya harus disajikan kembali
(restated).
6
ini perusahaan yang memperoleh atau membeli mencatat aktiva yang diterima
dan kewajiban yang ditanggung sebesar nilai wajarnya.
Biaya untuk memperoleh perusahaan (biaya perolehan) ditetapkan
dengan cara yang sama seperti pada transaksi lain. Biaya ini dialokasikan pada
aktiva dan kewajiban yang dapat diidentifikasikan sesuai dengan nilai
wajarnya pada tanggal penggabungan. Menurut PSAK tahun 2007 No.19
setiap kelebihan biaya perolehan atas nilai wajar aktiva bersih yang diperoleh
dialokasikan ke goodwill dan diamortisasikan selama maksimum 20 tahun.
7
Dalam MERGER
Contoh : Menjelang penggabungan dengan metode penyatuan
kepentingan, ekuitas pemegang saham PT Jala dan PT Keti adalah sebagai
berikut.
Keterangan PT Jala PT Keti Jumlah
Modal Saham @Rp 1000 Rp. 10.000.000 Rp. 5.000.000 Rp. 15.000.000
Tambahan Modal Setor Rp. 2.000.000 Rp. 3.000.000 Rp. 5.000.000
Total Modal Setor Rp. 12.000.000 Rp. 8.000.000 Rp. 20.000.00
Saldo Laba Rp. 8.000.000 Rp. 2.000.000 Rp. 10.000.000
Aset Neto dan Ekuitas Rp. 20.000.000 Rp. 10.000.000 Rp. 30.000.000
8
JURNAL PT. JALA
Asset Neto Rp. 10.000.000
Saldo Laba Rp. 1.000.000
Modal Saham @1000 Rp. 11.000.000
Mencatat penerbitan 11.000 saham dalam penyatuan kepentingan dengan PT
Keti
Dalam KONSOLIDASI
Contoh : PT Jala dan PT Keti bergabung dengan konsolidasi metode penyatuan
kepentingan. PT Jala dan PT Keti bubar, dan dibentuk PT Pede.
Keterangan PT Jala PT Keti Jumlah
Modal Saham @Rp 1000 Rp. 10.000.000 Rp. 5.000.000 Rp. 15.000.000
Tambahan Modal Setor Rp. 2.000.000 Rp. 3.000.000 Rp. 5.000.000
Total Modal Setor Rp. 12.000.000 Rp. 8.000.000 Rp. 20.000.00
Saldo Laba Rp. 8.000.000 Rp. 2.000.000 Rp. 10.000.000
Aset Neto dan Ekuitas Rp. 20.000.000 Rp. 10.000.000 Rp. 30.000.000
9
KASUS 4 (Saham yang diterbitkan melebihi modal setor)
PT. Pede menerbitkan 21.000 sahamnya Rp. 1000 par; untuk PT Jala
10.000 dan PT Keti 11.000 atas asset neto mereka. Disini saham yang diterbitkan
PT Pede melebihi modal setornya Rp. 20.000.000.
JURNAL PT. PEDE
Asset Neto Rp. 30.000.000
Saldo Laba Rp. 9.000.000
Modal Saham @1000 Rp. 21.000.000
Mencatat penerbitan 10.000 saham untuk PT Jala dan 11.000 untuk PT Keti
dalam penyatuan kepentingan.
10
Modal Saham @Rp1000 par Rp.10.000.000 Rp. 20.000.000
Tambahan Modal Setor Rp. 5.000.000 Rp. 4.000.000
Saldo Laba Rp. 5.000.000 Rp. 6.000.000
Total Rp. 20.000.000 Rp. 30.000.00
11
Dalam PELAPORAN OPERASI GABUNGAN
Laporan keuangan perusahaan penerus dalam penggabungan dengan
metode penyatuan kepentingan, baik yang terjadi awal tahun, tengah tahun atau
akhir tahun, diperlakukan sebagai penggabungan dalam awal tahun. Jurnal untuk
mencatat penggabungan tengah tahun pada 1 Juli 2014 diilustrasikan pada Kasus-
kasus berikut:
Neraca saldo kedua perusahaan pada 30 Juni 2014 sebagai berikut:
PT Tomat PT Minat
Asset Lain Rp. 72.000.000 Rp. 28.000.000
Beban Rp. 18.000.000 Rp. 7.000.000
Total Debet Rp. 90.000.000 Rp. 35.000.000
12
Setelah Jurnal itu dicatat, neraca saldo PT Tomat menjadi sbb:
Debet Kredit
Asset Lain Rp. 100.000.000
Beban Rp. 25.000.000
Modal saham Rp. 10.000 par Rp. 73.000.000
Saldo Laba Rp. 20.000.000
Pendapatan Rp. 32.000.000
Total Rp. 125.000.000 Rp. 125.000.000
Kasus 2 (Konsolidasi)
PT Wali dibentuk untuk mengkonsolidasikan PT Tomat dan PT Minat. Pada 1
Juli 20X4, PT Wali menerbitkan saham 73.000 sahamnya Rp.1000par untuk aset
neto PT Tomat 50.000 dan aset neto PT Minat 23.000.
JURNAL PT. TOMAT
Asset Lain Rp.100.000.000
Beban Rp. 25.000.000
Modal saham Rp. 1.000 par Rp. 73.000.000
Saldo Laba Rp. 20.000.000
Penghasilan Rp. 32.000.000
Mencatat penerbitan 73.000 saham dalam PT Tomat dan Minat dengan
penyatuan kepentingan
13
2.6. Penerapan Metode Pembelian
Metode pembelian didasarkan pada asumsi bahwa penggabungan usaha
merupakan suatu transaksi yang salah satu entitas memperoleh aktiva bersih dari
perusahaan-perusahaan lain yang bergabung. Berdasarkan metode ini perusahaan
yang memperoleh atau membeli mencatat aktiva yang diterima dan kewajiban
yang ditanggung sebesar nilai wajarnya.
Biaya untuk memperoleh perusahaan (biaya perolehan) ditetapkan dengan
cara yang sama seperti pada transaksi lain. Biaya ini dialokasikan pada aktiva dan
kewajiban yang dapat diidentifikasikan sesuai dengan nilai wajarnya pada
tanggal penggabungan. Menurut PSAK tahun 2007 No.19 setiap kelebihan biaya
perolehan atas nilai wajar aktiva bersih yang diperoleh dialokasikan
ke goodwill dan diamortisasikan selama maksimum 20 tahun.
Merger, konsolidasi, akuisisi adalah hal yang sangat umum dilakukan
agar perusahaan dapat memenangkan persaingan, serta terus tumbuh dan
berkembang. Merger merupakan salah satu pilihan terbaik untuk memperkuat
fondasi bisnis, jika merger tersebut dapat memberikan sinergi. Dalam makalah ini
kami akan lebih memfokuskan pembahsan terhada penggabungan usaha yang
berbentuk meregr. Sutan Remy Syahdeini dalam makalah berjudul “Merger,
Konsolidasi dan Akuisisi Bank” memberikan definisi merger atau penggabungan
usaha adalah penggabungan dari dua Bank atau lebih dengan cara tetap
mempertahankan berdirinya salah satu Bank dan melikuidasi Bank-bank lainnya.
Prosedur Akuntansi Penggabungan usaha Metode Purchase :
a. Menyesuaikan nilai aktiva dan kewajiban milik perusahaan yang akan
digabung sebesar nilai wajarnya
b. Mencatat transaksi penggabungan sebesar nilai investasinya (biaya
perolehan). Jika pengakuisisi mengeluarkan saham, maka nilai wajar
saham tersebut sebesar harga pasar pada tanggal transaksi penggabunga.
Bila harga pasar tidak dapat digunakan sebagai indikator, maka diestimasi
secara proporsional perusahaan pengakuisisi atau yang diakuisisi (mana
yang lebih dapat ditentukan).
14
c. Membuat jurnal pemilikan aktiva dan kewajiban dari perusahaan yang
digabung. Apabila terjadi selisih antara nilai investasi dengan aktiva
bersih yang diterima perusahaan pengakuisisi, maka selisih tersebut
dicatat ke dalam rekening goodwill pada kelompok aktiva.
d. Apabila penggabungan dianggap sebagai pembelian maka harus ada dasar
baru untuk membukukan dan mempertanggungjawabkan aktiva yang
diperoleh. Dalam hal ini, aktiva harus dicatat sebesar harga pokoknya
bagi pembeli sehingga jumlahnya tidak perlu sama dengan nilai yang
perlu dilaporkan pada buku penjual.
e. Ketika transaksi pembelian berlangsung ,kita perlu menyesuaikan atau
menentukan nilai aktiva dan kewajiban milik perusahaan yang akan
digabung sebesar nilai wajarnya pada saat itu.
f. Nilai agregat yang diberikan kepada aktiva bersih yang diperoleh
(termasuk goodwill) akan sama dengan biaya yang terpakai dalam
transaksi pembelian tersebut.
g. Pada penggabungan usaha yang tergolong sebagai pembelian ,alat tukar
yang diberikan untuk mengambil alih perusahaan lain bisa berupa uang
,bisa juga berupa aktiva lain atau surat berharga dari pembeli. Jika aktiva
selain kas digunakan ,maka nilainya saat itu perlu diperhatikan agar total
harga beli bisa ditentukan.
h. Mencatat transaksi penggabungan sebesar nilai investasinya (biaya
perolehan). Jika pengakuisisi mengeluarkan saham, maka nilai wajar
saham tersebut sebesar harga pasar pada tanggal transaksi penggabungan.
Bila harga pasar tidak dapat digunakan sebagai indikator, maka diestimasi
secara proporsional perusahaan pengakuisisi atau yang diakuisisi (mana
yang lebih dapat ditentukan dengan menggali factor-faktor lain dari
transaksi pertukaran).
i. Membuat jurnal pemilikan aktiva dan kewajiban dari perusahaan yang
digabung. Apabila terjadi selisih antara nilai investasi dengan aktiva
15
bersih yang diterima perusahaan pengakuisisi, maka selisih tersebut
dicatat ke dalam rekening goodwill pada kelompok aktiva.
j. Jika harga beli lebih rendah dari jumlah aktiva bersih yang dapat
diidentifikasi ada beberapa perlakuan akuntansi yang bisa
dipertimbangkan untuk digunakan,mungkin kita berpendapat bahwa
penghematan tersebut yang diperoleh berkat kemampuan pembeli untuk
membeli dengan harga lebih murah harus diakui sebagai laba periode
berjalan.Akan tetapi aktiva yang dibeli lazimnya dicatat sebesar harga
pokoknya dan keuntungan pada umumnya tidak diakui dari pembelian
tetapi justru dari penjualan,perlakuan lain dengan memperlakukan selisih
tersebut sebagai goodwill negative dan memasukkan saldonya bersama-
sama dengan ekuitas pada neraca.
Negative Goodwill adalah lawan dari Goodwill, entah kenapa ini lebih
dikenal sebagai goodwill negative dibandingkan dengan BADWILL. Goodwill
negative terjadi apabila suatu perusahaan dibeli oleh perusahaan lain lebih rendah
dari net asset-nya. Dengan contoh perhitungan dan pengakuan goodwill di atas,
goodwill negative didapatkan dari beberapa kemungkinan yang tertera pada
beberapa kasus diatas.
16
Tanah 5.000.000 10.000.000
Gedung-net 35.000.000 50.000.000
Peralatan-net 25. 35.000.000
Paten 000.000 5.
Total asset -- 000.000
Hutang 100.000.000 145.000.000
Hutang wesel 6.000.000 7.000.000
Hutang lain 15.000.000 13.500.000
Total liabilitas 4.00 4.
Asset neto 0.000 500.000
25.00 25.
0.000 000.000
75.000.000 120.000.000
Selisih antara biaya perolehan diatas nilai wajar asset neto yang diperoleh
diakui sebagai goodwill. Sebaliknya selisih lebih nilai wajar asset neto yang
diperoleh diatas biaya perolehan diakui sebagai negative goodwill.
Kasus 1 (Goodwill)
PT X membayar Rp 40.000.000 kas dan menerbitkan 50.000 sahamnya
Rp 1.000 par, harga pasar Rp2.000 /saham untuk asset neto PT Y. Jurnal
mencatat penggabungan pada buku-buku X saat itu sbb:
17
Mencatat penerbitan 50.000 saham ditambah Rp40.000.000 kas dalam
penggabungan Y dengan metode pembelian.
18
Tambahan Modal Setor Rp. 40.000.000
Mencatat penerbitan 40.000 par ditambah Rp20.000.000 wesel bayar 10%
dalam penggabungan Y dengan pembelian.
Jumlah yang ditetapkan pada tiap-tiap akun aktiva dan kewajiban pada
jurnal diatas ditetapkan sesuai dengan ketetapan PSAK No.22 untuk
penggabungan usaha secara pembelian. Karena nilai sebesar Rp120.000.000 dari
aktiva bersih yang diperoleh dapat diidentifikasi melebihi harga beli Rp
100.000.000 sebesar Rp20.000.000 jumlah yang ditetapkan atas aktiva tidak
lancar dikurangkan sebesar 20 persen (kelebihan sebesar Rp20.000.000/nilai
wajar aktiva tidak lancar Rp100.000.000). Pengurangan pada aktiva tidak lancar
adalah sbb:
19
wajar terhadap Biaya* Tidak Lancar
Tanah 10.000.000 2.000.000 8.000.000
Bangunan 50.000.000 10.000.000 40.000.000
Peralatan 35.000.000 7.000.000 28.000.000
Hak paten 5.000.000 1.000.000 4.000.000
Total 100.000.000 20.000.000 80.000.000
20
Hutang 30.000.000 18.000.000 18.000.000
Hutang lain 20.000.000 12.000.000 12.000.000
Modal saham Rp.1000 par 150.000.000 50.000.000
Tambahan modal setor 20.000.000 4.000.000
Saldo laba 65.000.000 11.000.000
Penjualan 155.000.000 45.000.000
Total kredit 440.000.000 140.000.000
Perbedaan dalam pencatatan dengan metode penyatuan dan pembelian (000 rupiah)
Penyatuan
Pembelian
Kepentingan
Dr. Cr. Dr. Cr.
Penerbitan Sekuritas
Investasi dalam Wita 65.000 90.000
21
Modal saham Rp.1000 par 50.000 50.000
Tambahan modal setor 4.000 40.000
Saldo laba 11.000
Alokasi Investasi
Kas 12.500 12.500
Piutang-neto 30.000 30.000
Persediaan 20.000 25.000
Pabrik dan peralatan neto 35.000 45.000
Goodwill 11.500
Harga pokok penjualan 32.500 --
Beban lain 10.000 --
Hutang 18.000 18.000
Hutang lain 12.000 12.000
Penjualan 45.000 --
Investasi dalam Wita 65.000 94.000
Laporan Keuangan
Pada laporan keuangan gabungan dalam peraga 7-3 berikut ini terdapat
perbedaan-perbedaan ;
Dalam metode penyatuan , penjualan dan beban digabungkan . sedangkan
dalam metode pembelian tidak.
22
Dalam metode penyatuan, seluruh biaya penggabungkan dibukukan sebagai
beban, sedangkan dalam metode pembelian, biaya tidak langsung
penggabungan dibukukan pada tambahan modal setor dan biaya langsung ke
investasi.
Perbedaan total aset PT Bulan antara ke dua metode Rp. 26.500.000 adalah
akibat pengalokasian kelebihan biaya investasi diatas nilai buku yang
diperoleh ke persediaan Rp. 5.000.000, aset tetap dan peralatan
Rp.10.000.000 dan goodwill Rp. 11.500.000 dalam metode pembelian..
Tambahan modal setor dalam m etode penyatuan Rp. 24.000.000 adalah
selisih modal setor gabungan Rp. 224.000.000 terhadap modal saham
gabungan Rp. 200.000.000. Tambahan modal setor dalam metode
pembelianRp.58.000.000 berasal dari saldo awal Rp.20.000.000 ditambah
dari penerbitan 50.000 saham sebesar Rp.40.000.000 ,dikurangi
Rp.2.000.000 dari biaya pendaftaran dan percetakan saham.
PT Bulan
Laporan Keuangan Komparatif
Untuk tahun yang berakhir pada Desember 2014
(dalam 000 rupiah)
Penyatuan Pembelian
Laporan laba rugi
Penjualan 200.000 155.000
Harga pokok penjualan (132.500) (100.000)
Beban lain (48.500) (32.500)
Penghasialan neto 19.000 22.500
Laporan saldo laba
23
Saldo laba 1 januari 2014 (seperti dilaporkan) 65.000 65.000
Pertambahan dari pooling 11.000
Saldo laba 1 januari 2014 (seperti restated) 76.000
Penghasilan neto 19.000 22.500
Saldo laba 31 desember 2014 95.000 87.500
Neraca
Aset
Kas 54.000 54.000
Piutang-net 90.000 90.000
Persediaan 100.000 105.000
Aset tetap dan peralatan net 155.000 165.000
Goodwill -- 11.500
Total asset 399.000 425.500
Kewajiban dan ekuitas pemegang saham
Hutang 48.000 48.000
Hutang lain 32.000 32.000
Modal saham Rp. 1000 par 200.000 200.000
Tambahan modal setor 24.000 58.000
Saldo laba 95.000 87.500
Total kewajiban dan ekuitas pemegang 399.000 425.500
saham
24
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Penggabungan usaha dilakukan untuk tujuan tertentu dari dua perusahaan
atau lebih menjadi unit-unit tunggal yang lebih besar. penggabungan usaha dapat
dilakukan dalam banyak bentuk yang berbeda. Akuntansi untuk penggabungan
usaha terdiri dari dua metode,antara lain metode penyatuan kepemilikan (pooling
of interest) dan metode pembelian (Purchase Method) dimana kedua-duanya
masih dipakai di Indonesia.
Metode pembelian merupakan suatu metode penggabungan usaha dimana
berupa transaksi yang salah satu entitas memperoleh aktiva bersih dari
perusahaan-perusahaan lain yang bergabung.Berdasarkan metode ini perusahaan
yang memperoleh atau membeli mencatat aktiva yang diterima dan kewajiban
yang ditanggung sebesar nilai wajarnya.
Secara umum,metode pembelian mengikuti prinsip akuntansi yang sama
dalam pencatatan penggabungan usaha yang diikuti dalam akuntansi untuk
aktiva-aktiva dan kewajiban-kewajiban berdasarkan prinsip akuntansi yang
berlaku secara umum.
Ada tiga kelompok biaya yang dikeluarkan pada saat penggabungan
usaha dilakukan yaitu biaya langsung yang berhubungan dengan penerbitan
saham,biaya langsung yang tidak berhubungan dengan penerbitan saham dan
biaya tidak langsung seperti gaji manajemen.
Ada beberapa ketentuan atau poin penting dari metode pembelian,
diantaranya : (a) Apabila penggabungan dianggap sebagai pembelian aktiva
harus dicatat sebesar harga pokoknya bagi pembeli sehingga jumlahnya tidak
25
perlu sama dengan nilai yang perlu dilaporkan pada buku penjual, (b) Ketika
transaksi pembelian berlangsung ,kita perlu menyesuaikan atau menentukan nilai
aktiva dan kewajiban milik perusahaan yang akan digabung sebesar nilai
wajarnya pada saat itu, (c) Jika pengakuisisi mengeluarkan saham, maka nilai
wajar saham tersebut sebesar harga pasar pada tanggal transaksi
penggabungan.perusahaan pengakuisisi, (d) Apabila terjadi selisih antara nilai
investasi dengan aktiva bersih yang diterima perusahaan pengakuisisi, maka
selisih tersebut dicatat ke dalam rekening goodwill pada kelompok aktiva dan
Jika harga beli lebih rendah dari jumlah aktiva bersih yang dapat diidentifikasi
selisih tersebut sebagai goodwill negative dan memasukkan saldonya bersama-
sama dengan ekuitas pada neraca.
3.2. SARAN
Indonesia sebaiknya sudah tidak lagi menggunakan metode penyatuan
kepemilikan, karena dianggap kurang relevan dan mengabaikan nilai ekonomis
yang ditukar dalam transaksi. Negara maju telah melarang metode penyatuan
kepentingan ini, dan lebih memilih menggunakan metode pembelian. Namun, di
Indonesia kedua metode ini masih digunakan.
26