Anda di halaman 1dari 19

RANGKUMAN MATERI KULIAH

KEPEMIMPINAN DAN KERJA SAMA TIM

Disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Manajemen Mutu Terpadu (TQM)

Kelas : B – Manajemen Mutu Terpadu (TQM)


Disusun Oleh : Kelompok 5

1. Vira Nirmala (1613010037)


2. Hafiz Imantaka Rahadian (1613010056)
3. Revaldy Aditya Nugroho (1613010057)
4. Krisna Aziz Iksan (1613010078)
5. Chrismanto Geraldo (1613010122)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
2019
DEFINISI KEPEMIMPINAN

Kepemimpinan merupakan suatu konsep abstrak, tetapi hasil nyata.


Kadangkala kepemimpinan mengarah pada seni, tetapi seringkali pula
berkaitan dengan ilmu. Pada kenyataanya, kepemimpinan merupakan seni
sekaligus ilmu.

Ada banyak definisi mengenai kepemimpinan, tergantung pada


perspektif yang digunakan. Kepemimpinan dapat didefinisikan berdasarkan
penerapanya pada bidang militer, olahraga, bisnis, pendidikan, industri, dan
bidang-bidang lainnya. Robbins (1991) mendefinisikan kepemimpinan sebagai
kemampuan untuk mempengaruhi sekelompok anggota agar bekerja
mencapai tujuan dan sasaran yang diterapkan. Schriesheim, et al. (dalam
kreitner dan kinicki, 1992, p. 516) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah
proses pengaruh sosial dimana pemimpin mengupayakan partisipasi sukarela
para bawahannya dalam usaha mencapai tujuan organisasi. Gibson et al.
(1991, p. 364) memberikan definisi kepemimpinan sebagai kemampuan untuk
mempengaruhi motivasi atau kompetensi individu-individu lainnya dalam suatu
kelompok. Ketiga definisi tersebut hanyalah sebagian dari definisi-definisi yang
ada. Sedangkan dalam kaitannya dengan TQM, definisi yang diberikan oleh
Goetsch dan Davis (1994, p. 192) adalah bahwa kepemimpinan merupakan
kemampuan untuk membangkitkan semangat orang lain agar bersedia dan
memiliki tanggung jawab total terhadap usaha mencapai atau melampaui
tujuan organisasi.

Istilah manajer dan kepemimpinan tidaklah perlu di campuradukan,


karena kepemimpinan merupakan salah satu bagian dari manajemen. Manajer
melaksanakan fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian,
pengkoordinasian, pelaksanaan, komunikasi, dan pengawasan. Termasuk di
dalam fungsi-fungsi itu adalah perlunya pemimpin dan mengarahkan. Zaleznik
dalam Robbins (1991) menyatakan bahwa tidak semua pemimpin adalah
manajer. Seorang manajer diberikan hak-hak tertentu (formal) dalam suatu
organisasi belum tentu dapat menjadi seorang pemimpin yang efektif. Akan
tetapi kemampuan untuk mempengaruhi orang lain yang didapatkan dari luar
struktur formal adalah sama atau bahkan lebih penting daripada pengaruh
formal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seorang pemimpin dapat
muncul secara informal dari suatu kelompok dan dapat pula di tunjuk secara
formal. Secara umum seorang pemimpin yang baik harus memiliki beberapa
karakteristik berikut :

1. Tanggung jawab yang seimbang


Keseimbangan disini adalah antara tanggung jawab terhadap pekerjaan
yang dilakukan dan tanggung jawab terhadap orang yang harus
melaksanakan pekerjaan tersebut.
2. Model peranan yang positif
Peranan adalah tanggung jawab, perilaku, atau prestasi yang
diharapkan dari seseorang yang memiliki posisi khusus tertentu. Oleh
karena itu seorang pemimpin yang baik harus mampu menjadi panutan
dan contoh bawahannya.
3. Memiliki keterampilan komunikasi yang baik
Pemimpin yang baik harus bisa menyampaikan ide-idenya secara
ringkas dan jelas, serta dengan cara yang tepat.
4. Memiliki pengaruh positif
Pemimpin yang baik memiliki pengaruh terhadap karyawannya dan
menggunakan pengaruh tersebut untuk hal-hal yang positif
5. Mempunyai kemempuan untuk menyakinkan orang lain.
Pemimpin yang sukses adalah pemimpin yang dapat menggunakan
keterampilan komunikasi dan pengaruhnya untuk meyakinkan orang
lain akan sudut pandangnya serta mengarahkan mereka pada
tanggung jawab total terhadap sudut pandang tersebut.

Di samping memiliki karakteristik sebagaimana telah di jelaskan di atas,


seorang pemimpin yang baik harus dapat memainkan peranan penting dalam
melakukan tiga hal berikut, yaitu (Bennis dan Nanus, 1985, pp. 184-186) :

1. Mengatasi penolakan terhadap perubahan


Orang orang yang memiliki posisi manajemen seringkali berusaha
mengatasi hal ini dengan menggunakan kekuasaan dan kendali. Akan
tetapi pemimpin mengatasi penolakan dengan menciptakan komitmen
total secara sukarela terhadap tujuan dan nilai-nilai bersama.
2. Menjadi perantara bagi kebutuhan kelompok-kelompok di dalam dan
diluar organisasi.
Bila terjadi konflik kepentingan antara perusahaan dengan salah satu
pemasoknya, maka pemimpin harus dapat menemukan cara
mengatasinya tanpa merugikan salah satu pihak.
3. Membentuk kerangka etis yang menjadi dasar operasi setiap karyawan
dan perusahaan secara keseluruhan.
Kerangka etis ini dapat di wujudkan dengan cara :
a. Memberikan contoh perilaku etis
b. Memilih orang-orang yang berperilaku etis sebagai anggota tim.
c. Mengkomunikasikan tujuan organisasi
d. Memperkuat perilaku yang sesuai di dalam dan di luar organisasi
e. Menyampaikan posisi-posisi etis, secara internal dan eksternal

Kepemimpinan bukanlah fungsi dari kharisma. Oleh karena itu


seseorang tidak bisa hanya mengandalkan kharisma yang ia miliki
semata dalam usaha memimpin suatu kelompok tertentu. Bila seorang
pemimpin mencoba menggunakan citra dan kharismanya semata untuk
memimpin suatu organisasi, maka ia bukanlah pemimpin, tetapi
misleader. Ada beberapa karakteristik yang membedakan seorang
pemimpin dengan misleader (Drucker, 1992, p. 122) :

a. Pemimpin menentukan dan mengungkapkan misi organisasi secara


jelas.
b. Pemimpin menetapkan tujuan, prioritas, dan standar.
c. Pemimpin lebih memandang kepeminpinan sebagai tanggung jawab
dari pada suatu hak istimewa dari suatu kedudukan.
d. Pemimpin bekerja dengan orang-orang yang berpengetahuan dan
tanggung, serta dapat memberikan kontribusi kepada organisasi.
e. Pemimpin memperoleh kepercayaan, respek, dan integritas.

KEPEMIMPINAN VERSUS MAMAJEMEN

Sebagaimana telah dijelaskan bahwa tidak semua pemimpin adalah


manajer, maka konsep manajemen dan kepemimpinan pun sebenarnya agak
berbeda. Kepemimpinan merupakan salah satu bagian dari manajemen
meskipun demikian keduanya saling melengkapi. Beberapa perbedaan anatar
manajemen dan kepemimpinan menurut Kotler (dalam Goetsch dan Davis,
1994, p. 209) anatara lain :

a. Manajemen berhubungan dengan usaha menanggulangi kompleksitas;


kepemimpinan menanggulangi perubahan.
b. Manajemen berkaitan dengan perencanaan dan penganggaran untuk
mengatasi kompleksitas, kepemimpinan mengenai penentuan arah
perubahan melalui pembentukan visi.
c. Manajemen mengembangkan kemampuan untuk melaksanakan
rencana melalui pengorganisasian dan penyusunan staf; kepemimpinan
mengarahkan orang untuk bekerja berdasarkan visi.
d. Manajemen menjamin pencapaian rencana melalui pengendalian dan
pemecahan masalah kepemimpinan memotivasi dan mengilhami orang
agar berusaha melaksanakan rencana.

Di atas sudah di jelaskan mengenai perbedaan antar manajemen dengan


kepemimpinan. Tentunya antar manajer selaku orang yang melaksanakan
aktivitas manajemen dan pemimpin yang melaksanakan kepemimpinan
juga memiliki beberapa perbedaan. Dalam kontek TQM, manajer yang
sukses adalah manajer yang dapat menggabungkan karakteristik manajer
dan pemimpin secara tepat. Berikut ini adalah perbandingan antara
pemimpin dan manajer :

a. Manajer mengelola; pemimpin melakukan aktivitas.


b. Managers are copies; leaders are original.
c. Manajer memelihara; pemimpin mengembangkan.
d. Manajer berfokus pada sistem dan struktur; pemimpin berfokus pada
manusia.
e. Manajer mengandalkan pengendalian; pemimpin mengilhami.
f. Manajer menggunakan pandangan jangka pendek; pemimpin
menggunakan pandangan jangka panjang.
g. Manajer menekankan aspek bagaimana dan kapan; pemimpin
menekankan aspek apa dan mengapa.
h. Manajer menerima status quo; pemimpin menentangnya.
i. Manajer melakukan sesuatu dengan benar (do thing right); pemimpin
melakukan seuatu yang tepat (do the right things).
KEPEMIMPINAN DEMI TERCAPAINYA KUALITAS

Filosofi ini dikemukakan pertama kali oleh deming yang menyatakan bahwa
setiap perbaikan metode dan proses kerja akan memberikan rangkaian hasil
sebagai berikut :

 Perbaikan kualitas
 Penurunan biaya
 Peningkatan produktivitas
 Penurunan harga
 Peningkatan pangsa pasar
 Kelangsungan hidup yang lebih lama dalam industri/bisnis
 Lapangan kerja yang lebih luas
 Peningkatan ROI

Kepemimpinan memiliki karakteristik (Ross, 1994)

1. Visible, commite, dan knowledgeable


2. Semangat misionaris
3. Target yang agresif
4. Strong driver
5. Komunikasi nilai-nilai
6. Organisasi
7. Kontak dengan pelanggan

Prinsip-prinsip TQM (Scholtes dalam Goetsch dan Davis, 1994)

1. Fokus pada pelanggan


2. Obsesi terhadap kualitas
3. Pemahaman mengenai struktur pekerjaan
4. Kebebasan yang terkendali
5. Kesatuan tujuan
6. Melacak kesalahan dalam system
7. Kerja sama Tim
8. Pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan

Kepemimpinan yang mengarah pada kualitas meliputi 3 fungsi

1. Perencanaan kualitas
2. Pengendalian kualitas
3. Perbaikan kualitas

Dalam pasar global yang kompetitif dan selalu berubah dengan cepat, setiap
perusahan menghadapi tantangan untuk menyesuaikan diri dengan situasi
yang ada. Dalam kaitannya dengan cara menangani perubahan, manajer
dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu:

1. Driver yaitu manajer yang memimpin dengan pedoman dan arah baru
sebagai tanggapan terhadap perubahan.
2. Rider yaitu manajer yang hanya bereaksi bila terjadi perubahan.
3. Spoiler yaitu manajer yang secara aktif menolak perubahan.

GAYA KEPEMIMPINAN

Umumnya dikenali 5 macam gaya kepemimpinan yaitu :

1. Kepemimpinan otokratis yaitu mereka menentukan apa yang harus


dilakukan orang lain dan mengharapkan mereka mematuhinya.
2. Kepemimpinan demokratis yaitu orang yang menganut pendekatan ini
melibatkan para karyawan yang harus melaksanakan keputusan dalam
proses pembuatannya.
3. Kepemimpinan partisipatif yaitu orang yang menganut pedekatan ini
hanya sedikit memegang kendali dalam proses pengambilan
keputusan.
4. Kepemimpinan berorientasi pada tujuan yaitu orang yang menganut
pendekatan ini meminta untuk anggota tim untuk memusatkan
perhatiannya hanya pada tujuan yang ada.
5. Kepemimpinan situasional yaitu asumsi yang digunakan dalam gaya ini
adalah bahwa tidak ada satupun gaya kepemimpinan yang tepat bagi
setiap manajer dalam segala kondisi.

Gaya kepemiminan dalam konteks TQM

Adalah kepemimpinan yang partisipatif yang lebih tinggi level atau


tingkatannya. Agar gaya kepemimpinan partisipatif model TQM dapat
diterapkan dengan baik manajer harus didukung oleh para bawahannya,
dimana mereka respect terhadapnya dan bersedia dan mengikutinya.
Karakteristik yang harus dimiliki seorang manajer diantaranya :

 Rasa tanggung jawab yang besar


 Disiplin pribadi
 Bersifat jujur
 Memiliki kredibilitas yang tinggi
 Memiliki stamina yang tinggi
 Memegang teguh komitmen terhadap tujuan organisasi

Suatu pendekatan yang paling tepat dalam menjalin hubungan antar individu
dalam suatu perusahaan menurut (Covey, 1994) meliputi :

1. Menang/menang adalah kerangka pikiran dan hati yang terus-menerus


mencari keuntungan bersama didalam setiap interaksi manusia.
2. Menang/kalah adalah pendekatan otoriter yang berpendapat bahwa
“saya mendapatkan apa yang saya inginkan; anda tidak mendapatkan
apa yang anda inginkan.
3. Kalah/menang adalah kerangka pikiran dan hati yang selalu menjadi
pecundang, biasanya cepat menyenangkan atau memenuhi tuntutan
orang lain.
4. Kalah/kalah adalah pendekatan yang terjadi bila kedua pihak keras
kepala, egois, dan ingin membalas dendam, hasilnya adalah keduanya
rugi.
5. Menang adalah suatu pendekatan yang menyatakan bahwa “saya tidak
menginginkan orang lain kalah, tetapi yang pasti saya ingin menang;
sikap yang dipegang adalah saya mengurus diri saya sendiri dan kamu
urus dirimu sendiri”.
6. Menang/menang atau tidak ada transaksi adalah pendekatan yang
tidak menghasilkan solusi sinergistik.

KERJA SAMA TIM : KARAKTERISTIK DAN MANFAAT

Kerja sama tim merupakan salah satu unsur fundamental dalam TQM,
Tim merupakan sekelompok orang yang memiliki tujuan bersama. Faktor –
faktor yang mendasari perlunya dibentuk tim – tim tertentu dalam suatu
perusahaan adalah :

 Pemikiran dari 2 orang atau lebih cenderung lebih baik daripada


pemikiran satu orang saja.
 Konsep sinergi ( 1+1 > 2 ), yaitu bahwa hasil keseluruhan (tim) jauh
lebih baik daripada jumlah bagiannya (anggota individual).
 Anggota tim dapat saling mengenal dan saling percaya, sehingga
mereka dapat saling membantu.
 Kerja sama tim dapat menyebabkan komunikasi terbina dengan baik.

Tidak semua kumpulan orang dapat dikatakan tim. Untuk dapat


dianggap sebagai tim maka sekumpulan orang tertentu harus memiliki
karakteristik sebagai berikut :

1. Ada kesepakatan terhadap misi tim


Agar suatu kelompok dapat menjadi tim dan supaya tim tersebut dapat
bekerja dengan efektif, semua anggotanya harus memahami dan
menyepakati misinya.
2. Semua anggota mentaati peraturan tim yang berlaku
Suatu tim harus mempunyai peraturan yang berlaku, sehingga dapat
membentuk kerangka usaha pencapaian misi. Suatu kelompok atau
grup dapat menjadi tim manakala ada kesepakatan terhadap misi dan
ketaatan terhadap peraturan yang berlaku.
3. Ada pembagian tanggung jawab dan wewenang yang adil.
Keberadaan tim tidak meniadakan struktur dan wewenang. Tim dapat
berjalan dengan baik apabila tanggung jawab dan wewenang dibagi
dan setiap anggota diperlakukan secara adil.
4. Orang beradaptasi terhadap perubahan
Dalam TQM, perbuhan bukan saja tak terelakkan tetapi juga diperlukan
sekali. Sayangnya, orang umumnya menolak perubahan. Oleh karena
itu setiap anggota tim harus dapat saling membantu dalam beradaptasi
terhadap perubahan secara positif.
Menurut Johnson, Kantner, dan Kikora (dalam Goetsch dan Davis,
1994, pp. 214-215), umumnya tim dapat diklasifikasikan ke dalam tiga jenis,
yaitu :
1. Tim penyempurnaan departemen
Jenis ini paling banyak dijumpai. Tim terdiri dari personil yang
menyusun unit, departemen, atau fungsi tertentu dalam organisasi dan
seringkali disebut juga gugus kualitas (quality circle)
2. Tim perbaikan proses
Tim ini memiliki misi untuk melakukan perbaikan terhadap keseluruhan
proses. Oleh karena itu tim ini terdiri dari personil dari setiap fase
proses.
3. Gugus tugas (task force)
Gugus tugas seringkali disebut pula tim proyek, yaitu tim sementara
yang dibentuk untuk suatu misi tertentu. Yang termasuk dalam
kelompok ini adalah tim proyek khusus dan tim pemecahan masalah.
Gugus tugas terdiri dari orang-orang yang sanggup memenuhi misi
khususnya. Gugus tugas tersebut akan dibubarkan bila misinya telah
tercapai.

Faktor – faktor Penghambat Kesuksesan Kerja Sama Tim

Seperti telah dijelaskan, sekumpulan orang belum tentu merupakan


suatu tim. Orang – orang dalam suatu kelompok tidak secara otomatis dapat
bekerja sama. Seringkali tim tidak dapat berjalan sebagaimana yang
diharapkan. Penyebab utamanya adalah fakto manusia. Beberapa aspek di
antaranya adalah :

 Identitas pribadi anggota tim


sudah merupakan hal yang alamiah bila seseorang ingin tahu apakah
mereka cocok di suatu organisasi, termasuk di dalam suatu tim. Orang
mengkhawatirkan hal-hal seperti kemungkinan menjadi outsider,
pergaulan dengan anggota tim. Suatu tim tidak dapat berjalan efektif
bila anggotanya belum merasa cocok dengan tim tersebut.
 Hubungan antar anggota tim
Agar setiap anggota dapat bekerja sama, mereka harus saling
mengenal dan berhubungan. Untuk itu dibutuhkan waktu bagi anggota
yang berasal dari berbagai latar belakang tersebut agar dapat saling
membantu dan bekerja sama.
 Identitas tim didal organisasi
Faktor ini terdiri dari dua aspek. Pertama, kesesuaian atau kecocokan
tim di dalam organisasi. Aspek ini menyangkut apakah misi tersebut
merupakan prioritas dalam perusahaan ? apakah tim memperoleh
dukungan dari manajemen puncak ? Aspek Kedua, adalah pengaruh
keanggotaan dalam tim tertentu terhadap hubungan dengan anggota di
luar tim. Aspek ini terutama sangat penting dalam gugus tugas dan tim
proyek dimana anggota tim itu berusaha mempertahankan hubungan
yang telah terbina dengan rekan kerja yang bukan anggota tim. Bisa
saja mereka merasa bahwa keanggotaannya dalam tim berdampak
negatif terhadap hubungannya dengan rekan kerja yang tidak termasuk
dalam tim.

Kunci Keberhasilan kerja sama tim

1. Saling ketergantungan

2. Perluasan Tugas

3. Penjajaran
4. Bahasa yang umum

5. Kepercayaan

6. Kepemimpinan

7. Keterampilan Pemecahan masalah

8. Keterampilan menanganni konflik

9. Penilaian/tindakan

10. Perayaan

PENGERTIAN DAN PROSES KOMUNIKASI

Komunikasi diartikan sebagai usaha untuk menyampaikan maksud


tertentu kepada orang lain sehingga orang tersebut dapat memahami maksud
yang disampaikan dari pengirim kepada penerima. Kualitas proses komunikasi
ditentukan oleh seerapa jauh pemahaman penerima terhadapa pesan yang
diterimanya. Proses decoding dan encoding dipengaruhi oleh sikap,
pengetahuan(tingkat pendidikan), keterampilan, serta system sosio kultural.

Komunikasi dapat bersifat vertikal antara atasan dan bawahan, atau lateral
antar sesama unit atau kelompok yang berada pada level yang sama.
Jaringan komunikasi ada 2 jenis: formal karena adanya struktur organisasi
formal perusahaan yang menggambarkan rantai komando, dan informal
berupa informasi yang tidak pasti seperti isu atau desas-desus.

Hambatan proses komunikasi:

 Filtering, pengirim memodifikasi pesan yang akan disampaikan


 Selective perception, penerima hanya mau mendengar informasi yang
mau dia dengar
 Perbedaan Bahasa
 Keadaan emosi pengirim dan penerima

Sarana komunikasi mengenai kualitas dalam system TQM agar dapat efektif
meliputi:

1. Pelatihan dan pengembangan para manajer dan karyawan


2. Partisipasi setiap orang pada setiap level dalam membentuk patok
duga dan ukuran-ukuran kualitas proses. Hal ini dilakukan untuk
melibatkan karyawan dalam hirarki organisasi baik secara vertical
maupun horizontal
3. Pemberdayaan karyawan dengan mendelegasikan wewenang untuk
mengambil keputusan yang berkaitan dengan perbaikan kualitas dalam
bidang yang menjadi tanggung jawabnya
4. Jaminan kualitas dalam seluruh proses organisasi
5. Sistem manajemen SDM yang memberi kemudahan bagi kontribusi
semua orang dalam setiap level struktur organisasi

MANAJEMEN KONFLIK

Robbins mendefinisikan konflik sebagai segala bentuk oposisi atau


interaksi yang bersifat antagonis, yang dikarenakan kelangkaan kekuasaan
(power), sumber daya atau posisi social, dan system nilai yang berbeda.
Dengan kata lain, konflik dapat pula dirumuskan sebagai ketidaksetujuan
antara dua atau lebih anggota organisasi atau kelompok-kelompok dalam
organisasi yang timbul karena mereka harus menggunakan sumber daya yang
langka secara bersama-sama , dan atau karena mereka memiliki status,
tujuan, nilai-nilai dan persepsi yang berbeda. Anggota-anggota organisasi
yang mengalami ketidaksepakatan tersebut berusaha menjelaskan duduk
persoalan dari sudut pandang mereka masing-masing. Berdasarkan pihak-
pihak yang saling bertentangan, ada lima jenis konflik dalam kehidupan
organisasi, yaitu:

1. Konflik dalam diri individu


Konflik jenis ini terjadi karena seseorang menghadapi ketidakpastian
mengenai pekerjaan yang ia harapkan untuk dilaksanakan, jika
berbagai permintaan pekerjaan saling bertentangan, atau jika individu
diharapkan untuk melakukan lebih dari kemampuannya.
2. Konflik antar individu dalam organisasi yang sama
Konflik jenis ini sering diakibatkan oleh perbedaan-perbedaan
kepribadian dan konflik antar peranan (misalnya manajer dan
karyawan).
3. Konflik antara individu dan kelompok
Komflik ini berhubungan dengan cara individu menanggapi tekanan
untuk keseragaman yang dipaksakan oleh kelompok kerjanya. Misalnya
seseorang diasingkan oleh kelompok kerjanya karena melanggar
norma-norma kelompok.
4. Konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama
Terjadi karena adanya pertentangan kepentingan antar kelompok
dalam organisasi yang sama.
5. Konflik antar organisasi
Karena adanya bentuk persaingan ekonomi dalam system
perekonomian system negara. Biasanya konflik ini mengarah pada
timbulnya produk baru, jasa, teknologi baru, harga yang lebih murah
dan pemanfaatan sumber daya yang lebih efisien.
Pandangan terhadap konflik dalam organisasi telah mengalami
perkembangan dari masa ke masa. Ada tiga pandangan terhadap konflik yang
timbul dalam organisasi, yaitu:

1. Pandangan Tradisional
Bahwa konflik merupakan sesuatu yang sangat buruk, tidak diinginkan
dan berbahaya bagi organisasi. Penganut pandangan ini berpendapat
bahwa timbulnya konflik menunjukan adanya sesuatu yang salah dalam
organisasi. Tugas manajemen dalam pandangan ini adalah
menghilangkan konflik.
2. Pandangan Perilaku
Konflik merupakan peristiwa yang sering terjadi dalam kehidupan
organisasi. Anggota-anggota suatu organisasi sangat beraneka ragam
dan masing-masing bersifat unik serta memiliki kepentingan sendiri-
sendiri yang kadang saling bertentangan. Para penganut pandangan ini
menyatakan bahwa konflik bisa bersifat fungsional maupun
dysfunctional . meskipun sebagian besar lebih bersifat merugikan.
3. Pandangan Interaksionis
Konflik dalam organisasi merupakan hal yang tidak terhindarkan dan
bahkan diperlukan. Pandangan ini berusaha meminimumkan aspek-
aspek yang merugikan dan memaksimumkan aspek yang
menguntungkan.

Konflik Fungsional dan Dysfunctional


Ada konflik yang mendukung tercapainya tujuan dari kelompok dan
memungkinkan meningkatkan kinerja. Konflik seperti ini dapat memberikan
segi-segi positif seperti (Coser, 1950; dalam Reksohadiprojo dan Handoko,
1991,p. 235):
1. Konflik dalam :
 Penggantian pimpinan yang lebih berwibawa, penuh ide baru
dan semangat baru
 Perubahan tujuan organisasi yang lebih mencerminkan nilai-nilai
yang disesuaikan dengan perubahan situasi dan kondisi.
 Pelembagaan konflik, artinya konflik disalurkan agar tidak
merusak struktur organisasi dengan demikian konflik tidak
dipadamkan tetapi dialirkan sesuai dengan kehendak anggota
sehingga tercipta tata susunan baru peraturan permainan dalam
organisasi.
2. Konflik dengan organisasi lain mungkin dapat:
 Lebih mempersatukan para anggota organisasi
 Mendatangkan kehidupan baru di dalam hal tujuan serta nilai
organisasi
 Lebih menyadarkan para anggota terhadap strategi serta taktik
lawan
 Menjadi suatu lembaga pengawasan masyarakat

Sementara itu ada pula konflik yang bersifat desktruktif, biasanya hal ini
terjadi bila konflik yang terjadi hanya memakan pikiran, waktu, tenaga, dan
lain-lain, serta berlarut-larut tanpa terselesaikan. Konflik ini menghambat
koordinasi dan hubungan antar individu maupun antar kelompok dalam
organisasi.

Metode Manajemen Konflik


1. Metode Stimulasi Konflik
Dalam situasi konflik terlalu rendah sehingga menyebabkan para
karyawan takut berinisiatif dan menjadi pasif, manajer perlu
merangsang timbulnya persaingan dan konflik yang dapat mendorong
peningkata prestasi. Metode simulasi konflik terdiri atas:
 Penempatan orang baru atau orang luar ke dalam kelompok
 Penyusunan kembali organisasi
 Penawaran bonus, insentif dan penghargaan untuk mendorong
persaingan
 Pemilihan manajer-manajer yang tepat
 Perlakuan yang berbeda dengan kebiasaan
2. Metode Pengurangan Konflik
Bertujuan untuk menekan terjadinya antagonisme yang ditimbulkan
dalam konflik. Ada dua metode yang dapat digunakan untuk
mengurangi konflik yaitu:
 Mengganti tujuan yang menimbulkan persaingan dengan tujuan
yang lebih bisa diterima kedua kelompok yang terlibat konflik
 Mempersatukan kedua kelompok yang bertentangan untuk
menghadapi ancaman atau musuh bersama
3. Metode Penyelesaian Konflik
 Competition
 Avoidance
 Accomodation
 Compromise
 Collaboration

Anda mungkin juga menyukai