Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PERENCANAAN PEMBELAJARAN
“Tujuan Pembelajaran”

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Mata Kuliah Perencanaan Pembelajaran

Disusun oleh:
Marlina Diansari
(NIM. 1603011065)

Dosen Pengampu Mata Kuliah


Ratnawati, M.Pd

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS DHARMAS INDONESIA
DHARMASRAYA
2018
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Allah Swt yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahnya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan penulisan makalah tentang
Tujuan Pembelajaran sebagai tugas dari mata kuliah Perencanaan Pembelajaran yang di
bimbing oleh Ibu Ratnawati, M.Pd.
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini selain sebagai tugas juga
agar penyusun dan pembaca bisa memahami tujuan dari pembelajaran karena penyusun
menyajikan secara singkat, jelas dan sistematis, sehingga diharapkan dapat mudah di terima
dan di mengerti bagi pembaca makalah.
Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan rasa terima kasih yang telah
memberikan dukungan dan bantuan pihak-pihak selama penyusunan makalah ini, terutama
kepada:
1. Ibu Ratnawati, M.Pd. selaku dosen pengampu Mata Kuliah Perencanaan
Pembelajaran.
2. Rekan-rekan kelompok yang ikut serta dalam penyusunan makalah ini.
Akhir kata dengan segala keterbatasannya, penyusun berharap makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi penyusun pada khusunya dan bagi para pembaca pada umumnya.
Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari makalah ini, oleh karena itu
penyusun sangat mengharapkan saran yang membangun dari para pembaca dan semua pihak.

Dhamasraya, 9 September 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i


DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 3


A. Arti Tujuan Pembelajaran ....................................................................................... 3
B. Taksonomi Tujuan Pembelajaran ........................................................................... 3
C. Format untuk Menulis Tujuan Pembelajaran .......................................................... 7

BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 14


A. Simpulan ................................................................................................................. 14
B. Saran ....................................................................................................................... 14
DAFTAR RUJUKAN ......................................................................................................... 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tujuan pembelajaran merupakan salah satu aspek yang perlu dipertimbangkan dalam
merencanakan pembelajaran. Sebab, dalam segala kegiatan pembelajaran muaranya pada
tercapainya tujuan tersebut.
Dilihat dari sejarahnya, tujuan pembelajaran pertama kali diperkenalkan oleh B.F
Skinner pada tahun 1950 yang diterapkannya dalam ilmu perilaku (behavioral science)
dengan maksud untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Kemudian diikuti oleh Robert
Mager yang menulis buku yang berjudul Preparing Intructional Objective pada tahun 1962.
Selanjutnya diterapkan secara meluas pada tahun 1970 di seluruh lembaga pendidikan
termasuk di Indonesia. Penuangan tujuan pembelajaran ini bukan saja memperjelas arah yang
ingin dicapai dalam suatu kegiatan belajar, tetapi dari segi efisiensi diperoleh hasil yang
maksimal. Keuntungan yang dapat diperoleh melalui penuangan tujuan pembelajaran tersebut
adalah sebagai berikut: (1) waktu mengajar dapat dialokasikan dan dimanfaatkan secara
tepat; (2) pokok bahasan yang dapat dibuat seimbang, sehingga tidak ada materi pelajaran
yang dibahas terlalu mendalam atau terlalu sedikit; (3) guru dapat menetapkan berapa banyak
materi pelajaran yang dapat atau sebaiknya disajikan dalam setiap jam pelajaran; (4) guru
dapat menetapkan urutan dan rangkaian materi pelajaran secara tepat. Artinya, peletakan
masing-masing materi pelajaran akan memudahkan siswa dalam mempelajari isi pelajaran;
(5) guru dapat dengan mudah menetapkan dan mempersiapkan strategi belajar mengajar yang
paling cocok dan menarik; (6) guru dapat dengan mudah mempersiapkan berbagai keperluan
peralatan maupun bahan dalam keperluan belajar; (7) guru dapat dengan mudah mengukur
keberhasilan siswa dalam belajar; (8) guru dapat menjamin bahwa hasil belajarnya akan lebih
baik dibandingkan dengan hasil belajar tanpa tujuan yang jelas.

B. Rumusan Masalah
Dalam penuluisan makalah ini, penulis merumuskan beberapa masalah diantaranya
sebagai berikut:
1. Apa arti tujuan pembelajaran?
2. Apa saja taksonomi tujuan pembelajaran?
3. Bagaimana format untuk menulis tujuan pembelajaran?

1
C. Tujuan Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, diharapkan pembaca mampu memahami tujuan
pembelajaran dengan tepat.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Arti Tujuan Pembelajaran


Banyak pengertian yang diberikan para ahli pembelajaran tentang tujuan pembelajaran,
yang satu sama lain memiliki kesamaan di samping ada perbedaan sesuai dengan sudut
pandang gerapannya. Robert F. Mager (1962) misalnya memberikan pengertian tujuan
pemebelajaran sebagai perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa
pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu. Pengertian kedua dikemukakan Edwar L.
Dejnozka dan David E. Kapel (1981), juga Kemp (1977) yang memandang bahwa tujuan
pembelajaran adalah suatu pernyataan yang spesifik dinyatakan dalam perilaku atau
penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang
diharapkan. Perilaku ini dapat berupa fakta yang konkret serta dapat dilihat dan fakta yang
tersamar. Definisi ketiga dikemukakan oleh Fred Percival dan Henry Ellington (1984) yakni
tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan yang jelas dan menunjukan penampilan atau
keterampilan siswa tertentu yang diharapkan dapat dicapai sebagai hasil belajar.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa ketiganya mempunyai pendapat yang sama
karena unsur-unsur yang dipakai untuk merumuskan definisi dan cara perumusannya sama.

B. Taksonomi Tujuan Pembelajaran


Tujuan pembelajaran biasanya diarahkan pada salah satu kawasan dari taksonomi.
Benyamin S. Bloom dan D. Krathwohl (1964) memilah taksonomi pembelajaran dalam tiga
kawasan, yakni kawasan (1) kognitif, (2) afektif, (3) psikomotor.
1. Kawasan Kognitif
Kawasan kognitif adalah kawasan yang membahas tujuan pembelajaran berkenaan
dengan proses mental yang berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang
lebih tinggi yakni evaluasi. Kawasan kognitif ini terdiri dari 6 (enam) tingkatan yang
yang secara hierarkis berurut dari yang paling rendah (pengetahuan) sampai ke yang
paling tinggi (evaluasi) dan dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Tingkat Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan di sini diartikan kemampuan seseorang dalam menghafal atau
mengingat kembali atau mengulang kembali pengetahuan yang pernah
diterimanya.

3
Contoh:
1) Siswa dapat menyebutkan kembali bangun-bangun geometri yang berdimensi
tiga.
2) Siswa dapat menggambarkan satu buah segitiga sembarang.
b. Tingkat Pemahaman (Comprehension)
Pemahaman di sini diartikan kemampuan seseorang dalam mengartikan,
menafsirkan, menerjemahkan atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri
tentang pengetahuan yang pernah diterimanya.
Contoh:
1) Siswa dapat menjelaskan dengan kata-katanya sendiri tentang perbedaan
bangun geometri yang berdimensi dua dan berdimensi tiga.
2) Siswa dapat menerjemahkan arti kode-kode (berita morse) yang dikirim oleh
kapal laut yang akan berlabuh.
c. Tingkat Penerapan (Application)
Penerapan di sini diartikan kemampuan seseorang dalam menggunakan
pengetahuan dalam memecahkan berbagai masalah yang timbul dalam kehidupan
sehari-hari.
Contoh:
1) Siswa dapat menentukan salah satu sudut dari suatu segitiga jika diketahui
sudut-sudut lainnya.
2) Siswa dapat menghitung panjang sisi miring dari suatu segitiga siku-siku jika
diketahui sisi lainnya.
d. Tingkat Analisis (Analysis)
Penerapan di sini diartikan kemampuan seseorang dalam menggunakan
pengetahuan dalam memecahkan berbagai masalah yang timbul dalam kehidupan
sehari-hari.
Contoh:
1) Siswa dapat mengolah data mentah melalui statistika, sehingga dapat
diperoleh harga-harga range, interval kelas, panjang kelas, rata-rata, dan
standar deviasinya.
2) Siswa dapat menganalisis sejauh mana dalam dan luasnya pembahasan diskusi
yang mereka laksanakan.

4
e. Tingkat Sintesis (Synthesis)
Sintesis di sini diartikan kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan
menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk
pola baru yang lebih menyeluruh.
Contoh:
1) Siswa dapat menyusun rencana belajar masing-masing sesuai dengan
kebijakan yang berlaku di sekolah.
2) Siswa dapat mengemukakan formula baru dalam menyelesaikan suatu
masalah.
f. Tingkat Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi di sini diartikan kemampuan seseorang dalam membuat perkiraan atau
keputusan yang tepat berdasarkan kriteria atau pengetahuan yang dimilikinya.
Contoh:
1) Siswa dapat menilai unsur kepadatan isi, cakupan materi, kualitas analisis dan
gaya bahasa yang dipakai oleh seseorang penulis makalah tertentu.
2) Siswa dapat menilai kualitas kemampuan pemikiran temannya berdasarkan
kemampuan dirinya.
Di samping kawasan kognitif sebagaimana disebutkan di atas, biasanya dalam
suatu perencanaan pengajaran ada mata pelajaran tertentu memiliki tuntutan unjuk
kerja yang dinilai adalah kawasan afektif dan psikomotor. Kedua kawasan tersebut
dijelaskkan berikut ini.

2. Kawasan Afektif (Sikap dan Perilaku)


Kawasan afektif adalah satu domain yang barkaitan dengan sikap, nilai-nilai interes,
apresiasi (penghargaan) dan penyesuaian perasaan sosial. Tingkatan afeksi ini ada lima,
dari yang paling sederhana ke yang kompleks adalah sebagai berikut:
a. Kemauan Menerima
Kemauan menerima merupakan keinginan untuk memperhatikan suatu gejala atau
rancangan tertentu, seperti keinginan membaca buku, mendengar musik atau bergaul
dengan orang yang mempunyai ras berbeda.
b. Kemauan Menanggapi
Kamauan menanggapi merupakan kegiatan yang menunjuk pada partisipasi aktif
dalam kegiatan tertentu, seperti menyelesaikan tugas terstuktur, menaati peraturan,

5
mengikuti diskusi kelas, menyelesaikan tugas di laboratorium atau menolong orang
lain.
c. Berkeyakinan
Berkeyakinan berkenaan dengan kemauan menerima sistem nilai tertentu pada diri
individu. Seperti menunjukan kepercayaan terhadap sesuatu, sikap ilmiah atau
kesungguhan (komitmen) untuk melakukan suatu kehidupan sosial.
d. Penerapan karya
Penerapan karya berkenaan dengan penerimaan terhadap berbagai sistem nilai
yang berbeda-beda berdasarkan pada suatu sistem nilai yang lebih tinggi. Seperti
menyadari pentingnya keselarasan antara hak dan tanggung jawab, bertanggung jawab
terhadap hal yang telah dilakukan, memahami dan menerima kelebihan dan
kekurangan diri sendiri, atau menyadari peranan perencanaan dalam memecahkan
suatu permasalahan.
e. Ketekunan dan ketelitian
Ini adalah tingkatan afeksi yang tertinggi. Pada taraf ini individu yang sudah
memiliki sistem nilai selalu menyelaraskan perilakunya sesuai dengan sistem nialai
yang dipegangnya. Seperti bersikap objektif terhadap segala hal.

3. Kawasan Psikomotor
Domain psikomotor mencakup tujuan yang berkaitan dengan keterampilan (Skill)
yang bersifat manual atau motorik. Sebagaimana kedua domain yang lain, domain ini
juga mempunyai berbagai tingkatan. Urutan tingkatan dari yang paling sederhana sampai
ke yang paling kompleks (tertinggi) adalah:
a. Persepsi
Persepsi berkenaan dengan penggunaan indra dalam melakukan kegiatan. Seperti
mengenal kerusakan mesin dari suaranya yang sumbang, atau menghubungkan suara
musik dengan tarian tertentu.
b. Kesiapan melakukan suatu kegiatan
Kesiapan berkenaan dengan kegiatan melakukan sesuatu kegiatan (set). Termasuk
di dalamnya mental set (kesiapan mental), physical set (kesiapan fisik), atau
emotional set (kesiapan emosi perasaan) untuk melakuakan suatu tindakan.

6
c. Mekanisme
Mekanisme berkenaan dengan penampilan respons yang sudah dipelajari dan
menjadi kebiasaan, sehingga gerakan yang ditampilkan menunjukan kepada suatu
kemahiran. Seperti menulis halus, menari, atau menata laboratorium.
d. Respons terbimbing
Respons terbimbing seperti meniru (imitasi) atau mengikuti, mengulangi
perbuatan yang diperintahkan atau ditunjukkan oleh orang lain, melakuakan kegiatan
coba-coba (trial and error).
e. Kemahiran
Kemahiran adalah penampilan gerakan motorik dengan keterampilan penuh.
Kemahiran yang dipertunjukkan biasanya cepat, dengan hasil yang baik, namun
menggunakan sedikit tenaga. Seperti keterampilan menyetir kendaraan bermotor.
f. Adaptasi
Adaptasi berkenaan dengan keterampilan yang sudah berkembang pada diri
individu sehingga yang bersangkutan mampu memodifikasi (membuat perubahan)
pada pola gerakan sesuai dengan situasi dan kondisi tertentu. Hal ini terlihat seperti
pada orang bermain tenis, pola-pola gerakan disesuaikan dengan kebutuhan
mematahkan permainan lawan.
g. Originasi
Originasi menunjukkan kepada penciptaan pola gerakan baru untuk disesuaikan
dengan situasi atau masalah tertentu. Biasanya hal ini dapat dilakukan oleh orang
yang sudah mempunyai keterampilan tinggi seperti menciptakan mode pakaian,
komposisi musik, atau menciptakan tarian.

C. Format untuk Menulis Tujuan Pembelajaran


Untuk menulis tujuan pembelajaran, tata bahasa merupakan unsur yang perlu
diperhatikan. Sebab dari tujuan pembelajaran tersebut dapat dilihat konsep atau proses
berpikir seseorang dalam menuangkan ide-idenya.
Sehubungan dengan teknis penulisan tersebut, ada seorang penganjur bahwa dalam
menulis tujuan pembelajaran sebaiknya dinyatakan dengan jelas, artinya tanpa diberi
penjelasan tambahan apa pun , pembaca (guru atau siswa) sudah dapat menangkap
maksudnya.

7
Selanjutnya menurut Mager tujuan pembelajaran sebaiknya mencakup tiga elemen utama,
yakni:
1. Menyatakan apa yang seharusnya dapat dikerjakan siswa selama belajar dan
kemampuan apa yang sebaiknya dikuasainya pada akhir pelajaran.
2. Perlu dinyatakan kondisi dan hambatan yang ada pada saat mendemonstrasikan
perilaku tersebut.
3. Perlu ada petunjuk yang jelas tentang standar penampilan minimum yang dapat
diterima.
Berdasarkan pada uraian dan elemen tersebut, tujuan pembelajaran sebaiknya
dinyatakan dalam bentuk ABCD format, artinya:
A = Audience (petatar, siswa, mahasiswa, murid, dan sasaran didik lainnya).
B = Behavior (perilaku yang dapat diamati sebagai hasil belajar).
C = Condition (persyaratan yang perlu dipenuhi agar perilaku yang diharapkan
dapat tercapai).
D = Degree (tingkat penampilan yang dapat diterima).
Selanjutnya dalam menuangkan behavior yang akan diukur, perlu dihindari kata-
kata kerja yang tidak operasioanal. Berikut ini diberikan contoh kata kerja operasional
dan kata kerja yang bukan operasioanl sebagai berikut:
Kata kerja yang operasioanal
1. Menjumlahkan;
2. Memecahkan;
3. Menulis;
4. Menyatakan;
5. Menilai;
6. Mendaftar;
7. Menggambar;
8. Mengenali;
9. Tersenyum;
10. Mendorong;
Adapun kata-kata kerja yang dikategorikan pada kata kerja nonoperasional
contohnya sebagai berikut:
1. Mengetahui;
2. Mengerti;
3. Mengerti sekali;

8
4. Menghargai;
5. Sangat menghargai;
6. Percaya
7. Memperdalam;
8. Menikmati;
9. Memerangi;
10. Memahami;
Penuangan kata kerja yang operasioanl dan nonoperasioanal ini sangat
berpengaruh pada proses penilaian guru. Dalam hal ini jika kata kerja operasional
yang dirumuskan, maka dapat memudahkan guru untuk mengukur kegiatan siswa
serta mempermudah penyusunan tes. Sementara kalau kata kerja yang
nonoperasioanal, sangat banyak menyulitkan guru dalam membuat tes untuk
mengukur keberhasilan tujuan, mengingat kata kerja nonoperasioanl sifatnya luas
cakupannya dan tidak jelas.
Berikut ini akan dipaparkan kata-kata kerja operasioanal dari tiga domain
kognitif sebagaimana disebutkan diatas.
I. Kata Kerja Operasioanal untuk Kawasan Kognitif
1. Tingkat Pengetahuan
a. Menyusun/menata;
b. Mendefinisikan;
c. Menyalin;
d. Menunjuk (nama benda tertentu);
e. Mendaftar
f. Menghafalkan;
g. Menyebutkan;
h. Mengurutkan;
i. Mengenal;
j. Menghubungkan;
k. Mengingat kembali;
l. Mereproduksi
2. Tingkat Pemahaman
a. Mengklasifikasikan;
b. Menggambarkan;
c. Mendiskusikan;

9
d. Menjelaskan;
e. Mengungkapkan;
f. Mendefinisikan;
g. Menunjukkan;
h. Mengalokasikan;
i. Melaporkan;
j. Mengakui;
k. Menjatuhkan;
l. Mengkaji ulang;
m. Memilih;
n. Menyatakan;
o. Menerjemahkan;
3. Tingkat Penerapan
a. Menerapkan;
b. Memilih;
c. Mendemonstrasikan;
d. Mendramatisir;
e. Mengerjakan;
f. Membuat ilusi;
g. Menginterpretasikan;
h. Mengoperasikan;
i. Melatih;
j. Menyusun jadwal;
k. Membuat sketsa;
l. Memecahkan;
m. Mengakui;
4. Tingkat Analisis
a. Mengenali;
b. Mengira-ngira;
c. Menghitung;
d. Mengategorikan;
e. Membandingkan;
f. Melawankan;
g. Mengkritik;

10
h. Membuat diagram;
i. Membedakan;
j. Memperlakukan lain;
k. Menguji;
l. Mencoba;
m. Menginventaris;
n. Menanyakan;
o. Mengetes;
p. Membuat lain (dari yang lain).
5. Tingkat Sintesis
a. Mengatur (sesuai dengan);
b. Merangkum;
c. Mengumpulkan;
d. Mengatur komosisi;
e. Membangun;
f. Menciptakan;
g. Merancang;
h. Merumuskan;
i. Mengatur;
j. Mengorganisasi;
k. Merencanakan;
l. Menyiapkan;
m. Mengusulkan;
n. Menyusun;
o. Menulis.
6. Tingkat Evaluasi
a. Menduga-duga;
b. Membuat argumentasi;
c. Mengoreksi;
d. Melampirkan;
e. Memilih;
f. Membandingkan;
g. Mempertahankan;
h. Mengestimasi;

11
i. Memutuskan;
j. Mengira-ngira;
k. Menganggap;
l. Memberi nilai (score)
m. Memilih;
n. Mendukung;
o. Menilai;
p. Mengevaluasi.
II. Kata Kerja Opesrasional untuk Kawasan Afektif
1. Tingkat Menerima
a. Menerima;
b. Menantang/tantangan;
c. Mendengar.
2. Tingkat Respons
a. Mempertahankan;
b. Memperdebatkan;
c. Bergabung.
3. Tingkat Menilai
a. Memutuskan;
b. Menawarkan;
c. Memuji;
d. Berpendapat.
4. Mengorganisasi
a. Merumuskan;
b. Membagi;
c. Mendukung;
d. Mengklasifikasikan.
5. Tingkat Karakteristik
a. Mengunjungi;
b. Berbuat sukarela;
c. Bersikap konstan.

12
III. Kata Kerja Operasional untuk Kawasann Psikomotor
1. Gerakan Seluruh Badan
a. Senam (pagi);
b. Menggiring bola;
c. Bertanding;
d. Latihan;
e. Berenang;
f. Bersepeda.
2. Gerakan yang Terkoordinasi
a. Mengetik;
b. Menjahit;
c. Mencukur;
d. Mengelas;
e. Mengecat;
f. Melukis.
3. Komunikasi Nonverbal
a. Isyarat (tangan, mulut, mata);
b. Pantomin;
c. Morse.
4. Kebolehan dalam Bicara
a. Pidato;
b. Berargumentasi;
c. Mengajar/menatar.
Perlu diingat bahwa kawasan psikomotor tidak berjenjang seperti yang
dimaksudkan oleh Taksonomi Bloom dan Krathwohl, tetapi sekedar
mengklasifikasikan saja, sehingga gerakan seluruh badan tidak lebih tinggi
dibandingkan dengan gerakan yang terkombinasi. Komunikasi nonverbal bukan
lebih tinggi atau lebih rendah dibandingkan kebolehan dalam bicara.
Dari contoh di atas ada beberapa kata kerja operasional yang dipakai oleh
salah satu sub kawasan, tetapi dipakai juga oleh sub kawasan yang lain yang
masih dalam satu kawasan maupun antar kawasan.

13
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa:
Tujuan pembelajaran merupakan salah satu aspek yang perlu dipertimbangan dalam
merencanakan pembelajaran. Sebab segala kegiatan pembelajaran muaranya pada tercapainya
tujuan tersebut. Seorang guru dalam merencanakan pembelajaran dituntut untuk dapat
merumuskan tujuan pembelajaran secara tegas dan jelas. Perumusan tujuan pembelajaran
dapat memberikan manfaat tertentu bagi guru maupun siswa. Tujuan pembelajaran
seyogyanya dirumuskan secara jelas, yang di dalamnya mencakup komponen: Audience,
Behavior, Condition, dan Degree.

B. Saran
Perencanaan pembelajaran merupakan catatan-catatan hasil pemikiran awal seorang guru
sebelum mengelola proses pembelajaran. Rencana pembelajaran adalah penggalan-penggalan
kegiatan yang perlu dilakukan oleh guru untuk setiap pertemuan. Didalamnya harus terlihat
tindakan apa yang perlu dilakukan oleh guru untuk mencapai ketuntasan kompetensi serta
tindakan selanjutnya setelah pertemuan selesai. Oleh sebab itu guru sebelum melakukan
pembelajaran harus mengetahui tujuan pembelajaran yang akan dicapai demi kelancaran dan
kesuksesan proses pembelajaran.

14
DAFTAR RUJUKAN

Amiruddin. 2016. Perencanaan Pembelajaran. Yogyakarta: Parana Ilmu. (Hal. 53-70).


Uno, Hamzah B. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. (Hal. 34-44).

15

Anda mungkin juga menyukai