Anda di halaman 1dari 8

ASPEK KENYAMANAN TERMAL PADA

PENGKONDISIAN RUANG DALAM


James Rilatupa1

ABSTRACT
This paper discusses the thermal comfort for room as a part of comfort principles in architecture
design. This research was conducted in Engineering Faculty of Tarumanagara University with measured
dry bulb temperature (DBT), wet bulb temperature, and wind velocity. Based on measured data to
resulted the effective temperature from diagram of effective temperature and relative humidity from
psychometric diagram. The result showed Library Room and Classroom I have comforted condition,
meanwhile for Classroom II and Room of Student Secretariat has uncomforted condition. The aim of this
research is to describe the role of architecture in building design which should pay attention to the
climate and nature condition in order to minimize uncomforted condition.

Keywords: effective temperature, relative humidity, thermal comfort.

ABSTRAK
Tulisan ini menjelaskan tentang kenyamanan termal ruang sebagai bagian dari prinsip-prinsip
kenyamanan dalam desain arsitektur. Penelitian ini dilakukan di Fakultas Teknik Universitas
Tarumanagara dengan mengukur suhu udara kering (DBT), suhu udara basah (WBT), dan kecepatan
udara. Berdasarkan hasil pengukuran data diperoleh suhu efektif dari diagram suhu efektif dan
kelembaban relatif dari diagram psikometri. Hasil penelitian menunjukkan Ruang Perpustakaan dan
Ruang Kelas I memiliki kondisi nyaman, sedangkan untuk Ruang Klelas II dan Ruang Sekretariat
Mahasiswa kondinya kurang/tidak nyaman. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan peran
arsitektur dalam desain bangunan yang harus memperhatikan kondisi iklim dan alam untuk
meminimalkan kondisi ketidaknyamanan.

Kata kunci: suhu efektif, kelembaban relatif, kenyamanan termal

1
Department of Architectural Engineering, Faculty of Engineering, Universitas Kristen Indonesia,
Jalan Mayjen Sutoyo, Jakarta 13630, INDONESIA, E-mail: jrilatupa@yahoo.com, Tel.: +62-21-
8009190, Fax.: +62-21-8094074
Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 18, No. 3, Agustus 2008 191
1. PENDAHULUAN dinyatakan nyaman apabila tidak kurang
Kenyamanan adalah bagian dari dari 90 persen responden yang diukur
salah satu sasaran karya arsitektur. menyatakan nyaman secara termal.
Kenyamanan terdiri atas kenyamanan
psikis dan kenyamanan fisik. 2. TINJAUAN PUSTAKA
Kenyamanan psikis yaitu kenyamanan Untuk menyelenggarakan
kejiwaan (rasa aman, tenang, gembira, aktivitasnya di dalam ruang agar
dll) yang terukur secara subyektif terlaksanan secara baik, manusia
(kualitatif). Sedangkan kenyamanan memerlukan kondisi fisik tertentu di
fisik dapat terukur secara obyektif sekitarnya yang dianggap nyaman.
(kuantitatif); yang meliputi kenyamanan Salah satu persyaratan kondisi fisik yang
spasial, visual, auditorial dan termal. nyaman adalah suhu nyaman, yaitu sutu
kondisi termal udara di dalam ruang
Kenyamanan termal merupakan yang tidak mengganggu tubuhnya. Suhu
salah satu unsur kenyamanan yang ruang yang terlalu rendah akan
sangat penting, karena menyangkut mengakibatkan kedinginan atau
kondisi suhu ruangan yang nyaman. menggigil, sehingga kemampuan
Seperti diketahui, manusia merasakan beraktivitas menurun. Sementara itu,
panas atau dingin merupakan wujud dari suhu ruang yang tinggi akan
sensor perasa pada kulit terhadap stimuli mengakibatkan kepanasan dan tubuh
suhu di sekitarnya. Sensor perasa berkeringat, sehingga mengganggu
berperan menyampaikan informasi aktivitas juga. Dapat dikatakan kondisi
rangsangan kepada otak, dimana otak kerja akan menurun atau tidak
akan memberikan perintah kepada maksimum pada kondisi udara yang
bagian-bagian tubuh tertentu agar tidak nyaman.
melakukan antisipasi untuk
mempertahankan suhu sekitar 37ºC. Hal Menurut Olgay (1963), tingkat
ini diperlukan organ tubuh agar dapat produktivitas dan kesehatan manusia
menjalankan fungsinya secara baik. sangat dipengrauhi oleh kondisi iklim
setempat. Apabila kondisi iklim
Dalam kaitannya dengan bangunan, (berkaitan dengan suhu udara,
kenyamanan didefinisikan sebagai suatu kelembaban, radiasi matahari, angin,
kondisi tertentu yang dapat memberikan hujan, dsbnya) sesuai denan kebutuhan
sensasi yang menyenangkan bagi fisik manusia, maka tingkat
pengguna bangunan. Manusia dikatakan produktivitas dapat mencapai titik
nyaman secara termal ketika ia tidak maksimum. Demikian pula halnya
dapat meyatakan apakah ia menghendaki dengan tingkat kesehatan akan mencapai
perubahan suhu yang lebih panas atau optimal apabila kondisi iklim juga
lebih dingin dalam suatu ruangan. mendukung pencapaian tersebut.
Sementara itu, Standard Amerika Puncak produktivitas dan kesehatan
(Anonymous, 1989) mendefinisikan manusia dicapai pada iklim yang
kenyamanan termal sebagai perasaan berbeda antara tempat satu dan lainnya
dalam pikiran manusia yang di dunia ini. Di daerah kutub manusia
mengekspresikan kepuasan terhadap mencapai tingkat produktivitas
lingkungan termalnya. Dalam standard maksimum pada musim panas (Juli –
ini juga disyaratkan bahwa suatu kondisi
192 Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 18, No.3, Agustus 2008
September), sedangkan di daerah kenyamanan untuk kondisi khatulistiwa
subtropis kondisi optimal tercapai pada adalah 19ºTE (batas bawah) - 26ºTE
musim dingin. Sementara itu di daerah (batas atas). Pada suhu 26ºTE, banyak
tropis dengan panas matahari yang manusia mulai berkeringat. Sementara
menyengat membuat manusia mudah itu kemampuan kerja manusia mulai
lelah pada musim panas, sehingga menurun pada suhu 26,5ºTE - 30ºTE.
produktivitas rendah. Kondisi lingkungan mulai sulit bagi
manusia pada suhu 33,5ºTE – 35,5ºTE
Suhu udara merupakan faktor yang
dan tidak memungkinkan lagi pada suhu
paling berpengaruh terhadap kondisi
nyaman (termal) manusia. Hoppe (1988) 35ºTE - 36ºTE.
memperlihatkan bahwa suhu manusia
3. LOKASI DAN METODE
naik ketika suhu ruang dinaikkan sekitar
3.1. Lokasi dan bahan
21ºC. Kenaikan lebih lanjut pada suhu Lokasi yang digunakan dalam
ruang tidak menyebabkan suhu kulit penelitian ini adalah ruang Fakultas
naik, namun menyebabkan kulit Teknik Kampus Tarumanagara.
berkeringat. Pada suhu ruang sekitar Sementara itu alat yang digunakan
20ºC suhu nyaman untuk kulit tercapai. adalah sling termometer (Gambar 1)
Selain suhu udara, suhu radiasi matahari untuk menghitung suhu udara kering dan
dari sekeliling permukaan (plafon, suhu udara basah, anemometer untuk
dinding, pintu, jendela dan lantai) juga mengukur kecepatan udara (Gambar 2),
ikut mempengaruhi kenyamanan ruang. diagram temperatur efektif, diagram
Sementara itu, pengaruh kelembaban psikometri (untuk mendapatkan nilai
udara pada kenyamanan ruang tidak kelembaban udara) dan alat tulis.
sebesar pengaruh suhu udara. Faktor
kecepatan udara juga mempengaruhi
kenyamanan termal, dimana semakin
besar kecepatan udara akan berpengaruh
terhadap semakin rendahnya suhu kulit
manusia.
Menurut Lippsmeir (1994) batas-
batas kenyamanan untuk kondisi
khatulistiwa adalah pada kisaran suhu
udara 22,5ºC - 29ºC dengan kelembaban Gambar 1. Sling termometer
udara 20 – 50%. Selanjutnya dijelaskan
bahwa nilai kenyamanan tersebut harus
dipertimbangkan dengan kemungkinan
kombinasi antara radiasi panas, suhu
udara, kelembaban udara dan kecepatan
udara. Penyelesaian yang dicapai
menghasilkan suhu efektif (TE). Suhu
efektif ini diperoleh dengan percobaan-
percobaan yang mencakup suhu udara,
kelembaban udara dan kecepatan udara. Gambar 2. Anemometer
Menurut penyelidikan, batas-batas
Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 18, No. 3, Agustus 2008 193
3.2. Metode Penelitian Data-data yang diperoleh dari hasil
Penelitian dilakukan pada 4 (empat) pengukuran suhu tabung kering, suhu
ruang yang ada di Fakultas Teknik tabung basah dan kecepatan udara
Universitas Tarumanagara. Metode tersebut akan diplot pada diagram suhu
penelitian ini meliputi: efektif untuk mendapatkan suhu efektif
- Pengukuran langsung dilakukan pada (Gambar 3). Pada Gambar 3 tersebut
terlihat hasil plot pada diagram suhu
ruang-rung yang dijadikan penelitian
efektif dengan menggunakan nilai suhu
dengan menggunakan 7 – 9 titik ukur
tabung kering, suhu tabung basah dan
untuk mendapatkan keakuratan data.
- Penelitian ini menggunakan sling kecepatan udara untuk Ruang Kelas II;
dimana terlihat suhu efektifnya adalah
thermometer untuk mendapatkan
27,8°C. Untuk mendapatkan nilai
suhu udara kering dan suhu udara
kelembaban udara pada diagram
basah dan anemometer untuk
psikometri digunakan hasil pengukuran
mendapatkan data kecepatan udara.
dari suhu tabung kering dan suhu tabung
- Data yang yang diperoleh kemudian
akan dirata-ratakan untuk basah (Gambar 4). Pada Gambar 4
mendapatkan suhu efektif pada tersebut, juga terlihat hasil plot pada
ruang-ruang penelitian dengan diagram psikometri dengan
menggunakan diagram suhu efektif. menggunakan nilai suhu tabung kering
dan suhu tabung basah untuk Ruang
- Data rata-rata suhu udara kering dan
Kelas II; dan nilai kelembaban udara
suhu udara basah yang diperoleh
yang diperoleh adalah 77,5%.
berdasarkan hasil pengukuran sling
thermometer dianalisa dengan Berdasarkan hasil pengukuran suhu
menggunakan diagram psikometri tabung kering dan suhu tabung basah
untuk mendapatkan kelembaban tersebut, maka diperoleh suhu efektif
udara pada ruang penelitian. dari digram suhu efektif dan nilai
kelembaban udara dari diagram
4. HASIL DAN PEMBAHASAN psikometri untuk masing-masing
Hasil penelitian menunjukkan ruangan; seperti yang terlihat pada Tabel
bahwa hasil pengukuran suhu tabung 2. Dari Tabel 2 tersebut terlihat bahwa
kering yang tertinggi dijumpai pada nilai suhu efektif terendah dijumpai pada
Ruang Perpustakaan (30,89ºC) dan yang Ruang Kelas I (25,4°C) dan yang
terendah pada Ruang Kelas II (30,55ºC). tertinggi pada Ruang Sekretariat
Sementara itu suhu tabung basah yang Mahasiswa (28,0°C). Menurut
tertinggi terdapat pada Ruang Kelas II Lippsmeier (1994) batasan kenyamanan
(27,11ºC) dan yang terendah pada Ruang untuk suhu efektif pada daerah
Kelas I (23,44ºC). Kecepatan udara khatulistiwa adalah 19°C – 26°C,
tertinggi diperoleh pada Ruang Kelas I sementara itu Koenigsberger (1973)
(0,90 m/s) dan yang terendah terdapat di menyatakan daerah suhu nyaman untuk
Ruang Sekretariat Mahasiswa (0,11 m/s). wilayah tropis adalah 22°C - 27°C.
Data hasil pengukuran untuk masing- Berdasarkan pernyataan tersebut, terlihat
masing ruang di Fakultas Teknik bahwa hanya Ruang Kelas I dan Ruang
Universitas Tarumangara dapat dilihat Perpustakaan mempunyai kondisi
pada Tabel 1. nyaman, sedangkan kondisi ruangan

194 Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 18, No.3, Agustus 2008
lainnya kurang nyaman. dan suhu efektif 26,5°C; sebenarnya
Nilai kelembaban udara yang telah diatur dengan pendingin ruangan.
diperoleh berdasarkan diagram Ruang ini juga memiliki beberapa
psikometri yang tertinggi terdapat di bukaan (3 jendela dan 1 pintu), tetapi
Ruang Kelas II (77,5%) dan yang sirkulasi udara kurang baik. Meskipun
terendah di Ruang Kelas I (53,0). demikian dengan adanya pendingin
Kelembaban udara ini menunjukkan ruangan, kondisi kenyamanan untuk
perbandingan antara tekanan uap air ruang ini juga dapat diatur sesuai dengan
yang ada terhadap tekanan uap air kebutuhan pengguna ruangan, sehingga
maksimum (jenuh) dalam kondisi suhu kurang dijumpai adanya kendala.
udara tertentu. Umumnya titik jenih Menurut Mangunwijaya (1981),
akan naik dengan meningkatnya suhu kelembaban udara yang nyaman untuk
udara (Karyono, 2001). Hal ini terbukti tubuh di daerah tropis adalah 40% -
dengan hasil penelitian, dimana terlihat 70%. Kelembaban udara pada Ruang
pada Ruang Kelas I dengan suhu efektif Perpustakaan adalah 63,5%, sehingga
25,4°C nilai kelembaban udaranya 53% masih nyaman untuk tubuh. Sementara
bila dibandingkan dengan Ruang Kelas itu Ruang Kelas I (luas 88,35 m²)
II yang suhu efektifnya 27,8°C nilai memiliki suhu efektif 25,4°C dan
kelembaban udaranya 77,5%. Terlihat kelembaban udara 53,0%; sehingga
bahwa suhu yang semakin tinggi akan dapat dikatakan ruang ini nyaman untuk
menaikkan kelembaban udaranya, karena aktivitas penggunanya. Ruang ini juga
titik jenuh uap airnya juga semakin memiliki pendingin ruangan dan 3 (tiga)
meningkat. Dengan kata lain, semakin bukaan (2 jendela dan 1 pintu), sirkulasi
tinggi suhu udara maka daya serapnya udara kurang berjalan dengan cukup
terhadapa uap air juga semakin baik. Ruang ini lebih sering
meningkat. menggunakan pendingin ruangan bila
dipakai untuk kegiatan belajar (kuliah).
Kondisi kenyamanan untuk Ruang
Perpustakaan yang memiliki luas 135 m²

Tabel 1. Hasil pengukuran suhu tabung kering, suhu tabung basah, dan kecepatan udara

No. Pengukuran R. Perpus- Ruang Kelas Ruang Kelas Ruang


takaan I II Sek. Mhs
1 Rataan suhu tabung kering (DBT) 30,89ºC 30,72ºC 30,55ºC 30,86ºC
2. Rataan suhu tabung basah (WBT) 25,61°C 23,44ºC 27,11ºC 26,64ºC
3. Kecepatan udara 0,58 m/s 0,90 m/s 0,38 m/s 0,11 m/s
4. Jumlah titik ukur 9 9 9 7
5. Lantai 8 7 6 7

Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 18, No. 3, Agustus 2008 195
Gambar 3. Diagram suhu efektif untuk ruang kelas II

Gambar 4. Diagram psikometri untuk ruang kelas

196 Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 18, No.3, Agustus 2008
Tabel 2. Suhu efektif dan kelembaban udara

No. Pengukuran R. Perpus- Ruang Kelas I Ruang Kelas II R. Sekretariat


takaan Mahasiswa
1 Suhu Efektif 26,5°C 25,4°C 27,8°C 28,0°C
2. Kelembaban Udara 63,5% 53,0% 77,5% 72,5%
3. Luas 135 m² 88,35 m² 72 m² 36 m²
4. Pendingin ruangan Ada Ada Ada Tidak ada
5. Kondisi ruangan Nyaman Nyaman Kurang nyaman Kurang nyaman

Ruang Kelas II adalah ruang yang buatan (lampu); selain itu ruang ini tidak
dipakai untuk kegiatan belajar dengan memiliki pendingin ruangan.
luas 72 m². Berdasarkan diagram suhu
efektif, ruangan ini kurang nyaman 5. KESIMPULAN
dengan suhu efektif 27,8°C dan Data yang diperoleh berdasarkan
kelembaban udara 77,5%. Ruangan ini pengukuran pada Fakultas Teknik
memiliki banyak bukaan (jendela) di Uniersitas Contoh ini menggambarkan
sepanjang dinding bagian luar, sehingga bahwa kenyamanan termal suatu ruang
udara dan cahaya matahari masuk ke sangat dibutuhkan dalam aktivitas
dalam ruangan; akan tetapi pada di pengguna ruang-ruang tersebut. Dari
bagian dinding sebaliknya tidak penilaian yang diperoleh ternyata luas
memiliki bukaan kecuali pintu, dan dan arah bukaan mempengaruhi kondisi
membuat sirkulasi udara tidak kenyamanan ruang. Semakin luas ruang
berlangsung dengan baik. Meskipun dan arah bukaan yang tepat membantu
memiliki pendingin ruangan, tetapi kondisi kenyamanan ruang.
cahaya matahari yang masuk juga cukup
Ruang Perpustakaan dan Ruang
banyak. Hal ini menyebabkan masuknya
Kelas I memiliki kondisi yang nyaman,
udara panas dan mendukung penilaian
karena suhu efektifnya masih masuk
suhu efektif ruang yang masuk dalam
dalam kategori nyaman; demikian juga
kategori kurang nyaman. Sementara itu
dengan kelembaban udara pada kedua
Ruang Sekretariat Mahasiswa adalah
ruang tersebut masih termasuk dalam
ruang kegiatan mahasiswa yang luasnya
kondisi nyaman. Sementara itu untuk
36 m². Berdasarkan diagram suhu
Ruang Kelas II dengan luas 72 m²
efektif, ruangan ini kurang nyaman
ternyata masuk dalam kategori kurang
dengan suhu efektif 28°C dan
nyaman, meskipun memiliki banyak
kelembaban udara 72,5%. Ruangan ini
bukaan. Hal ini dipengaruhi oleh arah
hanya memiliki sedikit bukaan (2 jendela
bukaan yang mendapatkan radiasi
dan 1 pintu), sehingga udara dan cahaya
matahari secara langsung, sehingga
yang masuk ke dalam hanya sedikit.
memungkinkan masuknya udara panas
Sirkulasi udara kurang baik karena
yang menyebabkan kondisi suhu efektif
kurangnya ventilasi dan untuk
dan kelembaban udara juga semakin
penerangan dibutuhkan penerangan
tinggi. Hal sebaliknya terjadi untuk
Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 18, No. 3, Agustus 2008 197
Ruang Sekretariat Mahasiswa yang Hoppe, P. (1988), Comfort Requirement
tidak mempunyai pendingin ruangan. in Indoor Climate, Energy and
Kondisi kurang nyaman pada ruang ini Buildings, vol. 11: 249-267,
dihasilkan akibat sirkulasi udara yang ASHRAE, USA.
kurang baik, karena minimnya bukaan Karyono, T.H. (2001), Teori dan Acuan
pada ruang ini. Kenyamanan Termis dalam
Berdasarkan hasil penelitian ini, Arsitektur, Catur Libra Optima,
ternyata peran arsitektur sangat Jakarta.
mendukung kenyamanan termal ruang. Lippsmeir, G. (1994), Bangunan
Penataan bangunan dan ruang sebaiknya Tropis, Erlangga, Jakarta.
memperhatikan kondisi iklim dan alam Mangunwijaya, Y.B. (1981), Pasal-
Pasal Penghantar Fisika
setempat; sehingga dapat meminimalkan
Bangunan, Gramedia. Jakarta.
ketidaknyaman ruang.
Olgay, V. (1963), Design with Climate:
Bioclimatic Approach to
DAFTAR PUSTAKA Arvhitectural Regionalism,
Anonymous (1989), Handbook of Princenton University Press,
Fundamental, Chapter 8: Princenton.
Physiological Principles, Comfort
and Health, ASHRAE, USA.

198 Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 18, No.3, Agustus 2008

Anda mungkin juga menyukai