Anda di halaman 1dari 41

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita haturkan kepada Allah SWT yang telah memberi nikmat,
taufik, dan hidayah Nya kepada kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Tidak lupa sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, para Sahabatnya, Keluarganya, serta sampai kita semua
selaku umatya.
Makalah dengan judul “Analisis Rencana Kegiatan Pembangunan: Rumah
Sakit Universitas Brawijaya II dengan 10 Lantai serta Luas Bangunan 1.200 m2”
ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar-dasar AMDAL. Selain untuk
memenuhi tugas mata kuliah , semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi orang
lain. Ilmu yang ada di dalamnya semoga dapat bermanfaat dalam kehidupan dan
dapat diaplikasikan dengan baik dalam kehidupan.
Kritik dan saran sangat kami butuhkan untuk perbaikan dan kesempurnaan
dalam makalah atau tugas-tugas selanjutnya. Karena sangat kami sadari bahwa
dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan dan perlu ada untuk
makalah selanjutnya.

Malang, 5 November 2018

(Penyusun)

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………...….1
DAFTAR ISI ........................................................................................................ 2
BAB I PENAPISAN ............................................................................................. 3
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 3
1.2 Tujuan dan Manfaat ............................................................................... 5
1.2.1 Tujuan ............................................................................................ 5
1.2.2 Manfaat .......................................................................................... 6
BAB II PELINGKUPAN ....................................................................................... 8
2.1 Deskripsi Rencana Usaha ..................................................................... 8
2.1.1 Status Studi Amdal ......................................................................... 8
2.1.2 Kesesuaian Lokasi Rencana Usaha
dengan Rencana Tata Ruang ......................................................... 9
2.1.3 Lingkup Pembangunan Fisik......................................................... 10
2.1.4 Garis Besar Usaha yang Menimbulkan Dampak........................... 11
2.2 Lingkup Rona Lingkungan Hidup ......................................................... 17
2.3 Hasil Pelibatan Masyarakat ................................................................. 22
2.4 Dampak Penting Hipotetik ................................................................... 26
2.5 Batas Waktu Studi Dan Batas Wilayah Uji ........................................... 27
2.6 Metode Studi ....................................................................................... 29
2.6.1 Metode Pengumpulan dan Analisis Data ...................................... 29
2.6.2 Metode Prakiraan Dampak Penting .............................................. 33
2.6.3 Metode Evaluasi Secara Holistic
Terhadap Dampak Lingkungan..................................................... 36
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 39
3.1 Kesimpulan .......................................................................................... 39
3.2 Saran ................................................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 41

2
BAB I
PENAPISAN

1.1 Latar Belakang


Kota Malang adalah sebuah kota yang terletak di Provinsi Jawa
Timur, Indonesia, kota terbesar kedua di Jawa Timur setelah Surabaya, dan kota
terbesar ke-12 di Indonesia. Kota ini didirikan pada masa Kerajaan
Kanjuruhan dan terletak di dataran tinggi seluas 145,28 km2 yang terletak di
tengah-tengah Kabupaten Malang. Bersama dengan Kota Batu dan Kabupaten
Malang, Kota Malang merupakan bagian dari kesatuan wilayah yang dikenal
dengan Malang Raya. Kota Malang mempunyai koordinat 7o16' Lintang Utara dan
112o43' Bujur Timur. Penduduk kota Malang mencapai 895.387 jiwa dengan
kepadatan penduduk mencapai 6.200/km². Banyaknya penduduk Kota Malang
dan pertumbuhan penduduk yang cukup pesat, kebutuhan akan pelayanan serta
sarana dan prasarana publika terus meningkat seiring berjalannya waktu.
Dalam rangka meningkatkan pelayanan publik di Kota Malang terutama di
bidang kesehatan, maka Universitas Brawijaya sebagai salah satu universitas
negeri setempat akan mendirikan sebuah rumah sakit sehingga pelayanan publik
di bidang kesehatan yang sangat diperlukan oleh masyarakat dapat tersedia.
Pemilihan lokasi di Jl. Sunandar Priyo Sudarmo didasarkan pada ketersediaan
lahan yang cukup luas dan berada di dekat jalan raya. Sehingga pendirian Rumah
Sakit ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama
dibidang kesehatan.
Sejalan dengan rencana meningkatkan pelayanan publik dalam bidang
kesehatan, Universitas Brawijaya berkeinginan untuk berperan serta dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan Rumah Sakit
Universitas Brawijaya II yang berlokasi di Kelurahan Purwantoro, Kecamatan
Belimbing, Kota Malang, Jawa Timur. Berdasarkan surat Kepala BAPPEDA
Nomor: 049/238/Bappeda, tanggal 28 Oktober 2014 perihal izin lokasi rencana
pembangunan termasuk dalam rencana kawasan pemukiman atau diluar kawasan
hutan sehingga dapat disimpulkan bahwa pembangunan Rumah Sakit tersebut
tidak bertentangan dengan peruntukannya. Selain itu hak kepemilikan tanah dari
lokasi yang akan dibangun, sepenuhnya telah menjadi milik pihak pemrakarsa
(berdasarkan Sertifikat Hak Milik No. 17.09.10.16.1.00028. Sertifikat No
17.09.10.16.00030, dan Sertifikat No. 17.09.10.16.00063.

3
Pembangunan Rumah Sakit Universitas Brawijaya II sebagai upaya
peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pelayanan publik dalam bidang
kesehatan dengan sarana dan prasarana yang meliputi Instalasi Rawat Inap,
Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Farmasi, Radiologi,
Laboratorium, Ruang Anak, Kamar Bersalin, Kamar Bedah, dan One Day Care
Operasi Hemmorhoid akan dibangun di atas tanah ukuran 5.500 m2 memiliki
pengaruh/dampak tertentu. Dalam setiap pembangunan akan ada berbagai usaha
atau kegiatan yang pada dasarnya akan menimbulkan dampak positif seperti
penyediaan fasilitas kesehatan masyarakat, dan peluang usaha bagi masyarakat
di sekitarnya dalam memenuhi kebutuhan para keluarga pasien.
Selain itu, kegiatan pembangunan yang intensif dalam suatu wilayah yang
memiliki aktivitas yang tinggi akan berisiko meningkatkan gangguan terhadap
lingkungan hidup, baik lingkungan tata ruang, geofisik-kimia, lingkungan ekonomi,
sosial dan budaya serta kesehatan masyarakat. Hal tersebut disebabkan karena
lingkungan yang semakin tidak nyaman dan ekosistem yang menunjang dasar-
dasar kehidupan terganggu akibat daya dukung yang merosot. Oleh karena itu
perlu dijaga keserasian antar usaha/kegiatan tersebut dengan menganalisa dari
sejak awal perencanaannya. Dengan demikian langkah pengendalian dampak
negatif dapat dipersiapkan sedini mungkin. Rumah sakit sebagai salah satu hasil
pembangunan dan upaya penunjang pembangunan dalam bidang kesehatan
merupakan sarana pelayanan umum, tempat berkumpulnya orang sakit maupun
orang sehat yang memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan, gangguan
kesehatan dan dapat menjadi tempat penularan penyakit.
Dampak-dampak tersebut akan dikaji secara mendalam dan diupayakan
jalan pengelolaannya sehingga dampak yang bersifat positif dapat ditingkatkan
dan dampak yang negatif dapat diminimalisir atau bahkan dihilangkan. Untuk itu
telah dilakukan berbagai upaya penanggulangan Berdasarkan Undang-Undang
No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
serta Undang-Undang No. 27 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup maka analisis dampak yang ditimbulkan dari proses pembangunan Rumah
Sakit Universitas Brawijaya II harus terdokumentasi dalam suatu Dokumen
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) yang penyusunannya
diatur dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2012
tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup. Sehingga
pembangunan Rumah Sakit Universitas Brawijaya II akan berdasarkan prinsip

4
pembangunan yang berwawasan lingkungan serta dilengkapi dengan informasi
yang terkait dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup secara
benar, akurat, terbuka dan tepat waktu; menjaga peruntukan fungsi lingkungan
hidup; dan menaati ketentuan tentang baku mutu lingkungan hidup dan/atau
kriteria baku kerusakan lingkungan hidup. Berdasarkan Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2008 tentang Tata Kerja Komisi Penilai AMDAL
rencana kegiatan pembangunan Rumah Sakit Universitas Brawijaya II akan dinilai
oleh Komisi Penilai AMDAL tingkat Kabupaten yaitu Kabupaten Malang karena
proyek ini berada di Kabupaten Malang dan kegiatan AMDAL yang dilakukan
merupakan AMDAL Tunggal.
Penyusunan dokumen ini dilakukan secara cermat dalam penyusunan
Dokumen AMDAL, diharapkan dapat diidentifikasi dan dianalisa komponen-
komponen dampak penting lingkungan, serta diuji dan dievaluasi oleh Komisi
Penilai yang anggotanya terdiri dari berbagai kalangan dan instansi terkait
masyarakat/LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat). Dengan adanya dokumen
Kerangka Acuan AMDAL ini diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman/acuan
untuk melaksanakan kajian dampak lingkungan hidup, sehingga studi AMDAL ini
dapat terlaksana secara lebih terkoordinasi. Dengan demikian, maka penyusunan
dokumen AMDAL ini dapat berjalan secara efektif atau efisien dari aspek waktu,
tenaga maupun biaya.

1.2 Tujuan dan Manfaat


1.2.1 Tujuan
A. Tujuan Pembuatan Dokumen AMDAL
Tujuan pembuatan dokumen AMDAL adalah :
1) Menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup serta menekan
pencemaran sehingga dampak negatifnya menjadi serendah mungkin.
2) Mengidentifikasi, memprakirakan, dan mengevaluasi dampak yang
mungkin terjadi terhadap lingkungan hidup yang disebabkan oleh kegiatan
yang direncanakan.
3) Meningkatkan dampak positif dan mengurangi sampai sekecil – kecilnya
dampak negatif yang terjadi dengan melaksanakan RKL – RPL secara
konsekuen.
B. Tujuan Pembangunan Rumah Sakit Universitas Brawijaya II
Tujuan dibangunnya Rumah Sakit Universitas Brawijaya II adalah:

5
1) Menjadi rumah sakit pilihan masyarakat dengan keunggulan dalam
pelayanan kesehatan komprehensif, bermutu tinggi, aman dan efektif.
2) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara utuh, terpadu dan
bermutu.
3) Menyelenggarakan manajemen dan peningkatan kualitas sumber daya
manusia.
4) Penguasaan ilmu dan teknologi serta pengembangan layanan unggulan.
5) Menjadi tempat pendidikan dan penelitian tenaga kesehatan dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
1.2.2 Manfaat
A. Manfaat Pembuatan AMDAL
Manfaat pembuatan dokumen Amdal Rumah Sakit Universitas Brawijaya II
bagi pemerintah, dan pemrakarsa adalah sebagai berikut :
1. Pemrakarsa
a) Dapat memberikan gambaran yang jelas terhadap manfaat dan resiko
serta sasaran proyek.
b) Memberikan gambaran yang jelas terhadap kondisi lingkungan baik
biogeofisik maupun sosial ekonomi dan budaya, dimana proyek tersebut
akan dilaksanakan.
c) Sebagai bahan penguji secara komprehensif dari perencanaan proyek,
sehingga kelemahannya dapat diperkecil.
d) Menghindari kemungkinan terjadinya konflik terutama bila timbul masalah
lingkungan hidup di daerah tersebut
2. Pemerintah :
a) Mencegah kerusakan maupun pemborosan sumberdaya, baik yang
dikelola proyek maupun tidak.
b) Menghindari konflik dengan proyek lain, maupun dengan masyarakat di
sekitarnya.
c) Menjamin manfaat yang jelas dari suatu kegiatan masyarakat umum.
d) Memberikan jaminan bagi kelangsungan pembangunan berkelanjutan.
e) Meningkatkan tanggung jawab terhadap pengelolaan lingkungan hidup.
f) Dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi perencanaan pengelolaan
lingkungan hidup baik lokal, regional, maupun nasional.
B. Manfaat Pembangunan Rumah Sakit Universitas Brawijaya II

6
Manfaat Pembangunan Rumah Sakit Brawijaya II bagi pemerintah,
pemrakarsa ,dan Masyarakat adalah sebagai berikut :
1. Pemerintah:
a) Meningkatkan ketersediaan sarana pelayanan masyarakat yang
menunjang peran pemerintah
b) Menambah pendapatan daerah
2. Pemrakarsa:
a) Mewujudkan fungsi pengabdian masyarakat dalam tri dharma perguruan
tinggi
b) Menciptakan profit center bagi Universitas terkait
c) Menaikkan simpati masyarakat terhadap Universitas terkait.
3. Masyarakat:
a) Tersedianya sarana pelayanan kesehatan di sekitar lingkungan mereka
b) Terbukanya peluang usaha atau lapangan kerja baru di dalam maupun
sekitar rumah sakit

7
BAB II

PELINGKUPAN

2.1 Deskripsi Rencana Usaha


2.1.1 Status Studi Amdal
Penyusunan dokumen AMDAL Pembangunan Rumah Sakit Universitas
Brawijaya II ini merupakan upaya dari pihak pemrakarsa pembangunan dalam hal
ini Universitas Brawijaya guna memenuhi persyaratan pembangunan berwawasan
lingkungan, karena pembangunan rumah sakit Universitas Brawijaya II dapat
menimbulkan dampak yang yang dapat mempengaruhi lingkungan dalam
keseimbangan tata ruang; geofisik; biologis; sosial ekonomi dan budaya; maupun
kesehatan masyarakat.
Studi AMDAL ini diaksanakan sebagai langkah awal dalam tahap
pelaksanaan pembangunan dan sebagai arahan dalam rencana pengelolaan
lingkungan dalam rencana pembangunan dan operasional Rumah Sakit
Universitas Brawijaya II nantinya. Studi ini dilaksanakan dengan tujuan untuk
melihat adanya perubahan keseimbangan tata ruang; geofisik; biologis; sosial
ekonomi dan budaya; maupun kesehatan masyarakat akibat kegiatan
pembangunan Rumah Sakit Universitas Brawijaya II sehingga tingkat kedalaman
kajian analisis dampak lingkungan yang ditelaah akan disesuaikan dengan kondisi
lingkungan sebelum kegitatan dilaksanakan atau kondisi rona lingkungan
eksisting sekarang sebagai dasar kondisi rona lingkungan awal sebagai dasar
kajian penyusunan Dokumen AMDAL.
Selain itu, studi AMDAL ini merupakan bentuk ketaatan dari pihak
pemrakarsa dalam memenuhi semua ketentuan perundangan dan peraturan yang
berlaku dalam kegiatan pembangunan dan pengembangan Rumah Sakit
Universitas Brawijaya II di Jl. Sunandar Priyo Sudarmo, Kel.Purwantoro, Kec.
Blimbing, Kota Malang, Provinsi Jawa Timur oleh pemrakarsa nantinya.
Rumah Sakit Universitas Brawijaya II akan mulai dibangun pada tahun
2019. Proses pembangunannya akan dilaksanakan setelah mendapatkan ijin
mendirikan bangunan (IMB) dari Pemerintah Kabupaten Malang melalui unit
pelayanan terpadu perizinan. Lokasi rencana pembangunan ini termasuk dalam
rencana kawasan pemukiman atau diluar kawasan hutan sehingga dapat

8
dikatakan bahwa pembangunan rumah sakit tersebut tidak bertentangan dengan
peruntukannya. Selain itu hak kepemilikan tanah dari lokasi yang akan dibangun,
sepenuhnya telah menjadi milik pihak pemrakarsa.
Rumah sakit ini merupakan salah satu bentuk eksistensi dari Universitas
Brawijaya melalui pembagunan secara fisik. Rumah Sakit Universitas Brawijaya II
juga merupakan salah satu profit center berbentuk rumah sakit pendidikan yang
nantinya akan meliliki fungsi sebagai tempat pendidikan, penelitian, dan pelayanan
kesehatan secara terpadu dalam bidang pendidikan berkelanjutan, dan pendidikan
kesehatan lainnya secara multiprofesi.
2.1.2 Kesesuaian Lokasi Rencana Usaha dengan Rencana Tata Ruang
Lokasi pembangunan Rumah Sakit Universitas Brawijaya II terletak di Jl.
Sunandar Priyo Sudarmo, Kel. Purwantoro, Kec. Blimbing, Malang. Lokasi
tersebut berada di depan jalan raya besar kota Malang dan terletak tidak jauh dari
Stasiun Blimbing serta Terminal Arjosari. Lokasi ini dianggap cukup strategis untuk
digunakan sebagai lahan pembangunan rumah sakit. Rumah Sakit Universitas
Brawijaya II ini nantinya akan berdiri diatas tanah seluas 5.500 m2 dengan luas
bangunan sebesar 1.200 m2 serta memiliki 10 lantai dengan fasilitas fisik meliputi
bangunan utama, bangunan rawat inap, serta kebutuhan pendukung juga
bangunan servis.

Gambar 1. Lokasi Pembangunan Rumah Sakit Universitas Brawijaya II

Luas wilayah Kelurahan Purwantoro adalah sebesar 399 ha. Luas lahan
yang ada terbagi kedalam beberapa peruntukan, yang dapat
dikelompokan seperti pemukiman, pertanian, perindustrian, fasilitas umum,
kegiatan ekonomi dan lain-lain. Luas lahan yang digunakan untuk pemukiman 161
ha terdiri atas pemukiman umum 16 ha dan 145 ha pemukiman KPR-BTN Luas
lahan untuk pertanian 83 ha yang terdiri atas : Sawah irigasi tehnis 53 ha dan 30
ha sawah tadah hujan. Luas tanah tegalan 141 ha dan pemakaman umum 5 ha

9
sedangkan untuk kegiatan ekonomi 0,7 ha dan untuk perkantoran, sekolahan dan
lapangan serta jalan sekitar 9 ha.
Berdasarkan surat No. 523/197/ Binus/Hutbun/2011 dari Dinas Kehutanan
dan Perkebunan tentang lokasi rencana Pembangunan dan Pengembangan
Rumah Sakit Universitas Brawijaya II yang terletak di Kelurahan Purwantoro,
Kecamatan Blimbing, Malang dengan peta penunjukan Kawasan Hutan Provinsi
Jawa Timur (SK. Menhut Nomor: 434/Kpts-II/Tahun 2009), terhadap lokasi
tersebut berada di luar Kawasan hutan atau tidak termasuk dalam Kawasan hutan.
2.1.3 Lingkup Pembangunan Fisik
Dalam rencana pembangunannya, Rumah Sakit Universitas Brawijaya II
akan dilengkapi dengan fasilitas fisik bangunan yang terdiri dari Fasilitas antara
lain:
a. Kelompok Bangunan Utama
1. Ruang Poliklinik Umum, Gigi, dan Spesialis (Unit Instalasi Golongan A)
- Ruang Dokter Umum
- Ruang Dokter Gigi
- Ruang Dokter Spesialis Anak
- Ruang Dokter Spesialis Paru
- Ruang Dokter Spesialis Penyakit Dalam
- Ruang Dokter Spesialis Bedah Umum & Orthopedi
- Ruang Dokter Spesialis Kebidanan & Kandungan
- Ruang Dokter Spesialis Kulit & Kelamin
- Ruang Dokter Spesialis Patologi Klinik
- Ruang Dokter Spesialis Anastesi
- Ruang Dokter Spesialis Mata
- Ruang Dokter Spesialis THT
- Ruang Dokter Spesialis Syaraf
- Ruang Dokter Spesialis Psikiatri
2. Ruang IGD 24 Jam dan ICU (Unit Instalasi golongan (C)
3. Laboratorium Klinik dan Instalasi Farmasi 24 jam ( C )
b. Kelompok Bangunan Rawat Inap
1. Kamar perawatan (A)
2. Kamar bersalin, ruang perinatologi, dan ruang anak ( C )
3. Kamar operasi (B)
c. Kelompok Fasilitas Pendukung

10
1. Taman
2. Halaman dan Area Parkir Kendaraan
3. Jalan
4. IPAL
5. Incinerator
6. Area Bisnis
d. Kelompok Bangunan Servis
1. Bangunan Pos Pengamanan/ Pos Jaga
2. Pagar Keliling + Gerbang Masuk/Keluar Kawasan
2.1.4 Garis Besar Usaha yang Menimbulkan Dampak
Secara garis besar komponen pembangunan Rumah Sakit Universitas
Brawijaya II yang dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan dapat dibagi
menjadi 4 (empat) tahapan kegiatan, yaitu: tahap pra konstruksi, tahap konstruksi,
tahap operasi dan tahap pasca operasi.
a. Tahap Pra Konstruksi
Pada tahap pra konstruksi kegiatan yang dilakukan yaitu survey,
pengukuran lokasi, sosialisasi kepada masyarakat Kota Malang khususnya
masyarakat di Kel.Purwantoro, Kec. Blimbing. Kegiatan ini diperkirakan akan
menimbulkan dampak berupa keresahan pada masyarakat.
b. Tahap Konstruksi
1. Perekrutan tenaga kerja
Kebutuhan tenaga kerja menurut jenis dan posisi untuk proyek ini disajikan
pada tabel 1.
Tabel 1. Kebutuhan Tenaga Kerja Konstruksi

No Posisi Jumlah (Orang) Spesifikasi


1 Manajer proyek 1 S-1
2 Site Manajer 1 S-1
3 Keuangan 2 S-1
4 Tenaga Administrasi 2 D-3
5 Logistik 10 SMA/STM
6 Sopir 5 SMA/STM
7 Pelaksana 10 SMA/STM
8 Mandor 5 SMA/STM
9 Kepala Tukang 6 SMA/STM

11
10 Tukang 25 SMA/STM
11 Tenaga Buruh 50 SD, SMP, STM
12 Security 10 SMA
Jumlah Total 130 orang
Kegiatan penerimaan tenaga kerja untuk konstruksi berpotensi
menimbulkan dampak negatif berupa keresahan masyarakat, jika perekrutan
tenaga kerja tidak memprioritaskan tenaga kerja lokal.
2. Base camp
Pembagunan base camp berfungsi sebagai kantor pelaksana, P3K,
penginapan pekerja, bengkel perawatan dan perbaikan alat berat serta gudang
penyimpanan material, disamping itu dilengkapi dengan sarana MCK. Kegiatan
yang berpotensi menimbulkan dampak adalah penumpukan material konstruksi,
kebisingan, lalu lintas pengangkutan material dan aktivitas para pekerja yang bisa
menimbulkan konflik dengan masyarakat setempat. Selain itu kegiatan ini juga
memberikan dampak positif berupa kesempatan usaha.
3. Penyiapan Lahan
Kegiatan penyiapan lahan meliputi kegiatan pembersihan dan pengupasan
lahan, pagar keliling lokasi pembangunan. Kegiatan ini dapat menimbulkan
dampak berupa debu, kebisingan, hilangnya sejumlah vegetasi dan fauna lokal,
dan gangguan terhadap lalu lintas.
4. Pekerjaan Konstruksi
Kegiatan pekerjaan konstruksi akan menimbulkan dampak berupa
kebisingan, debu, peningkatan emisi gas buangan, sedimentasi dan peningkatan
aliran permukaan. Kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak adalah
penumpukan material konstruksi, kebisingan, lalu lintas pengangkutan material
dan aktivitas para pekerja yang bisa menimbulkan konflik sosial dengan
masyarakat setempat. Selain itu kegiatan ini juga memberikan dampak positif
berupa lapangan kerja dan kesempatan berusaha.
c. Tahap Operasi Rumah Sakit
 Perekrutan tenaga kerja operasi
Tenaga kerja yang mendukung kegiatan operasional rumah sakit
diperkirakan 140 karyawan baik medis maupun non medis, dengan rincian sebagai
berikut:
1) Direktur Utama : 1 orang
2) Wakil Direktur Bidang Keuangan dan Administrasi : 1 orang

12
3) Wakil Direktur Bidang Pelayanan Kesehatan : 1 orang
4) Wakil Direktur Bidang Rawat Inap : 1 orang
5) Dokter Ahli/Spesialis : 12 orang
6) Dokter Umum : 10 orang
7) Front Office : 16 orang
8) Perawat : 40 orang
9) Bidan : 10 orang
10) Tenaga Adminitrasi Rumah Sakit : 40 orang
11) Pantry dan Restaurant : 6 orang
12) Laundry + Engineering : 10 orang
13) Satpam : 10 orang
Kegiatan perekrutan ini dapat menimbulkan dampak positif maupun negatif
terhadap masyarakat lokal. Dampak positif berupa terbukanya kesempatan kerja
baru. Dampak negatif yang mungkin terjadi bahwa kesempatan kerja yang
ditawarkan dengan spesifikasi tertentu beresiko terhadap tenaga kerja lokal yang
tidak tersedia sesuai kebutuhan berupa keresahan, kecemburuan dan bisa
menimbulkan konflik sosial.
 Pengoperasian rumah sakit, meliputi :
1) Instalasi Rawat Jalan
Fasilitas yang digunakan sebagai tempat konsultasi, penyelidikan,
pemeriksaan dan pengobatan pasien oleh dokter ahli di bidang masing-masing
yang disediakan untuk pasien yang membutuhkan waktu singkat untuk
penyembuhannya atau tidak memerlukan pelayanan perawatan. Kegiatan ini
menimbulkan dampak peningkatan sampah medis padat dan cair serta sampah
non medis.
2) Instalasi Gawat Darurat
Fasilitas yang melayani pasien yang berada dalam keadaan gawat dan
terancam nyawanya yang membutuhkan pertolongan secepatnya. Kegiatan ini
menimbulkan dampak peningkatan sampah medis padat dan cair serta sampah
non medis, juga peningkatan kebisingan.
3) Instalasi Rawat Inap
Fasilitas yang digunakan merawat pasien yang harus di rawat lebih dari 24
jam (pasien menginap di rumah sakit). Kegiatan ini menimbulkan dampak
peningkatan sampah medis padat dan cair serta sampah non medis.
4) Instalasi Perawatan Intensif (ICU)

13
Fasilitas untuk merawat pasien yang dalam keadaan sakit berat sesudah
operasi berat atau bukan karena operasi berat yang memerlukan pemantauan
secara intensif dan tindakan segera. Kegiatan ini menimbulkan dampak
peningkatan sampah medis padat dan cair serta sampah non medis.
5) Instalasi Kebidanan dan Penyakit Kandungan
Fasilitas menyelenggarakan kegiatan persalinan, perinatal, nifas dan
gangguan kesehatan reproduksi. Kegiatan ini menimbulkan dampak peningkatan
sampah medis padat dan cair serta sampah non medis.
6) Instalasi Bedah
Suatu unit khusus di rumah sakit yang berfungsi sebagai tempat untuk
melakukan tindakan pembedahan/operasi secara elektif maupun akurat, yang
membutuhkan kondisi steril dan kondisi khusus lainnya. Kegiatan ini menimbulkan
dampak peningkatan sampah medis padat dan cair serta sampah non medis.
7) Instalasi Farmasi
Fasilitas untuk penyediaan dan membuat obat racikan, penyediaan obat
paten serta memberikan informasi dan konsultasi perihal obat. Kegiatan ini
menimbulkan dampak peningkatan sampah medis padat dan cair serta sampah
non medis.
8) Instalasi Sterilisasi Pusat (Central Sterile Supply Department = CSSD)
Fasilitas untuk mensterilkan instrumen, linen, bahan perbekalan. Kegiatan
ini menimbulkan dampak peningkatan sampah medis padat dan cair serta sampah
non medis.
9) Instalasi Laboratorium
Fasilitas kerja khususnya untuk melakukan pemeriksaan dan penyelidikan
ilmiah (misalnya fisika, kimia, higiene, dan sebagainya). Kegiatan ini berdampak
pada peningkatan sampah medis maupun non medis, gas buangan dan kebauan.
10) Bagian Administrasi dan Manajemen
Suatu unit dalam rumah sakit yang merupakan tempat melaksanakan
kegiatan administrasi pengelolaan/manajemen rumah sakit serta tempat
melaksanakan kegiatan merekam dan menyimpan berkas-berkas jati diri, riwayat
penyakit, hasil pemeriksaan dan pengobatan pasien yang diterapkan secara
terpusat/sentral. Kegiatan ini berdampak pada peningkatan sampah non medis.
11) Instalasi Pemulasaran Jenazah dan Forensik
Fasilitas untuk meletakkan/menyimpan sementara jenazah sebelum
diambil oleh keluarganya, memandikan jenazah, pemulasaraan dan pelayanan

14
forensik. Kegiatan ini menimbulkan dampak peningkatan sampah medis padat dan
cair serta sampah non medis.
12) Instalasi Gizi/Dapur
Fasilitas melakukan proses penanganan makanan dan minuman meliputi
kegiatan pengadaan bahan mentah, penyimpanan, pengolahan, dan penyajian
makanan-minuman. Kegiatan ini berdampak pada peningkatan sampah medis
maupun non medis, gas buangan dan kebauan, limbah padat dan cair.
13) Instalasi Cuci (Laundry)
Fasilitas untuk melakukan pencucian linen rumah sakit. Kegiatan ini
menimbulkan dampak peningkatan sampah medis padat dan cair serta sampah
non medis.
14) Instalasi Air Bersih
Angka kebutuhan air bersih Rumah Sakit Siloam diprediksi berdasarkan
standar kebutuhan air bersih masyarakat perkotaan sesuai ketentuan DirJen Cipta
Karya (200 ltr/org/hr untuk pasien rumah sakit), karyawan dan pengunjung 30
ltr/org/hr, dan rata-rata tingkat hunian rumah sakit dalam wilayah Kota Malang.
Dampak yang mungkin ditimbulkan dari pemanfaatan air bersih berupa limbah
cair.
15) Instalasi Pengelolaan Air Limbah
Dari pemanfaatan air bersih di atas diperkirakan 80% dari total air yang
digunakan, maka akan terbuang sebagai air limbah. Untuk mengelola air limbah
cair tersebut diperlukan unit pengelolaan limbah cair dengan kapasitas sebesar
100 m3/hr, dengan teknologi sistem biofilter aerob dan anaerob, seperti dalam
gambar rencana. Kegiatan ini menimbulkan dampak negatif berupa limbah padat.
Sedangkan limbah cair yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan
penyiraman taman dan kolam, juga dapat dipakai sebagai cadangan untuk
pemadam kebakaran.
16) Instalasi Pengelolaan Limbah Padat
Menurut SNI 3242 tahun 2008 tentang limbah padat/sampah untuk
pemukiman kota menunjukan bahwa rata-rata limbah padat per hari sebesar 5
ltr/org/hr atau sebesar 2,5 kg /hari. Berdasarkan standar tersebut, untuk limbah
padat rumah sakit diperkirakan 3 ltr/org/hr untuk sampah medis dan 2,5 ltr/org/hr
untuk limbah non medis. Untuk mengelola limbah padat medis tersebut di atas
telah disiapkan 1 unit incenerator medis tipe Maxpell dengan kapasitas 80 kg
sampah / jam. Sedangkan limbah padat non medis pengelolaannya bekerja sama

15
dengan Dinas Kebersihan Kota Malang. Dampak dari kegiatan pengelolaan limbah
padat medis maupun non medis berupa kebauan, polusi udara, gas buangan dari
hasil pembakaran.
17) Tahap Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit
Pemeliharaan yang dilakukan dengan tujuan untuk memperpanjang usia
layanan, meliputi pemeliharaan unit medis, non medis, sanitasi dan fasilitas
penunjang. Kegiatan ini menimbulkan dampak polusi udara, kebisingan, kebauan,
limbah cair dan limbah padat.
18) Power Suply
Agar dapat beroperasi secara maksimal, Rumah Sakit Siloam
membutuhkan suplay arus listrik dari PT PLN sebesar 1400 KVA. Untuk menjaga
kesinambungan operasi rumah sakit saat terjadi pemadaman bergilir yang
dilakukan PT PLN Persero Cabang Malang maka disediakan 1 unit Genset Silent
Type (sound proof) dengan daya terpasang 1400 KVA. Dampak yang timbul dari
instalasi dan operasinya berupa kebisingan, polusi, ceceran oli, dan lain-lain.
19) Pemadam Kebakaran
Untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran, maka disediakan sarana
pemadam kebakaran berupa tabung gas untuk ruangan, 2 (dua) unit hydrant di
luar ruangan serta dilengkapi dengan sistem deteksi kebakaran dalam gedung.
Dampak yang timbul dari kegiatan ini adanya kebutuhan tambahan tenaga kerja
dengan keahlian khusus dan terhindar bahaya kebakaran pada gedung rumah
sakit.
d. Tahap Pasca Operasi
Potensi dampak lingkungan terkait pengalihan fungsi lahan dan pemutusan
hubungan kerja.

16
2.2 Lingkup Rona Lingkungan Hidup
Kompone Pra
Konstruksi Operasi Pasca Operasi
n Lingk. Konstruksi
-Fisik
1. Tanah Letak  Kontruksi  Limbah medis  Sisa limbah
geografis bangunan (limbah infeksius RS yang tidak
dan luas bertingkat/ dari ruang diolah dengan
tidak bedah, laborat,
wilayah yang tuntas dapat
 Sampah limbah patologis
akan menurunkan
akibat seperti bagian
digunakan kualitas tanah
proses tubuh atau
konstruksi jaringan tubuh,
menurunkan benda tajam
kualitas seperti pisau
tanah bedah, jarum,
 Daerah gunting, dan
resapan air limbah farmasi
berkurang seperti obat
expired)
 Limbah non
medis seperti
makanan,
peralatan kantor,
bahan mudah
terbakar, dll
 Limbah cair RS,
seperti cairan
dari dalam tubuh
yang sudah
tercemar kuman
penyakit
Limbah
tersebut
apabila
dibuang ke
tanah akan
menurunkan
kualitas tanah

17
2. Air  Kemungkin  Limbah medis  Sisa limbah
an adanya (limbah RS yang tidak
longsor/ero infeksius dari diolah dengan
si ruang bedah, tuntas dapat
 Kemungkin laborat, limbah menurunkan
an banjir, patologis kualitas tanah
 Sampah seperti bagian
dari proses tubuh atau
konstruksi jaringan tubuh,
menurunka benda tajam
n kualitas seperti pisau
air bedah, jarum,
gunting, dan
limbah farmasi
seperti obat
expired)
 Limbah non
medis seperti
makanan,
peralatan
kantor, bahan
mudah
terbakar, dll
 Limbah cair
RS, seperti
cairan dari
dalam tubuh
yang sudah
tercemar
kuman
penyakit
Limbah
tersebut apabila
dibuang ke air
akan

18
menurunkan
kualitas air
3. Udar  Debu  Infeksi
a akibat nosokomial
proses dalam RS, dan
konstruksi, di luar RS
 Bising,  Bising dari
 Komponen penggunaan
material gen set atau
bangunan mesin
yang pengolah
berbahaya limbah.
 Asap dari
pembakaran
limbah padat
pada saat
penggunaan
incenerator.
 Radiasi dari
penggunaan
alat medis
tertentu
 Bau tidak
sedap dari
limbah medis
-Kimia  Bahan  Limbah kimia
kimia dari yg dihasilkan
material (obat-obatan
bangunan dan alkes),
yang bahan-bahan
digunakan kimia beracun
seperti formalin
cair,
desinfektan,
dll.

19
-Biologi  Gangguan  Gangguan  Gangguan
vegetasi vegetasi vegetasi
 Gangguan  Gangguan  Gangguan
satwa liar biota air biota air
 Gangguan
biota air
-  Pembebas  Lahan  Pengelolaan  Jika RS tutup
Sosekbu an lahan pekerjaan limbah RS dapat
d untuk bagi yang tidak mempengeruhi
pembangu masyarakat tepat disisi lain pendapatan
nan RS sekitar dapat masyarakat
dengan  Kemungkin menigkatkan sekitar.
masyarakat an dampak ekonomi  Lahan
sekitar kerusakan namun pekerjaan
lokasi  bagi rumah berdampak menjadi
pembangu warga pada kurang.
nan sekitar, kesehatan
 Survey  Resiko masyarakat
kebutuhan rubuh. (Pemulung),
akan  Adanya  Daerah sekitar
Rumah kesempata RS dapat
Sakit di n menjadi
area berusaha peluang usaha
tersebut  Gangguan masyarakat,
 Perizinan transportasi  Penyediaan
 Perekonom darat lapangan kerja
ian bagi
masyarakat masyarakat
dimana sekitar.,
rumah sakit  Tingkat
tersebut kejahatan
akan meningkat
dibangun (pencurian)
 Kebutuhan  Salah satu
calon sumber PAD

20
pelanggan daerah
pada setempat
pelayanan
yang akan
disediakan
Rumah
Sakit
 Ketersedia
an Tenaga
Kerja
 Sumber
daya
Financial
 Sikap dan
persepsi
masyarakat
terhadap
proyek
 Master plan
kegiatan
-Kesmas  Resiko  Mempermudah  Ketersediaan
kecelakaan akses bagi sarana
baik bagi masyarakat kesehatan
pekerja sekitar, tidak lagi
maupun  Menjadi tempat tersedia
masyarakat konsultasi  Bangunan
sekitar kesehatan. yang tidak
 Gangguan  Penurunan berguna lagi
sistem sanitasi dan kosong
drainase lingkungan dapat menjadi
dan irigasi  Pengelolan tempat
 Penurunan SPAL tidak berkembang
sanitasi baik biak vektor.
lingkungan

21
 Sbg tempat
pendidikan dan
pelatihan
tenaga medis
dan
paramedis.
 Tingkat
kesehatan
masyarakat
setempat,
 Jangkauan
akses bagi
masyarakat

2.3 Hasil Pelibatan Masyarakat


Adanya rencana pembangunan Rumah Sakit Universitas Brawijaya II
dengan 10 lantai tersebut memerlukan pelibatan masyarakat dalam proses
penyusunan AMDAL nya. Hal tersebut sesuai dengan Pedoman Keterlibatan
Masyarakat Dalam Proses Analisis Dampak Lingkungan Hidup dan Izin
Lingkungan yang tercantum dalam Berita Negara Republik Indonesia Nomor 991
Tahun 2012 yang berisi tentang bentuk keseriusan pemerintah untuk melibatkan
masyarakat dalam proses penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup untuk selanjutnya disebut AMDAL. Melalui peraturan ini, keterlibatan
masyarakat diatur secara khusus sehingga tahapan-tahapan keterlibatan dimuat
secara rinci dan cakupan masyarakat yang dilibatkan disebutkan secara jelas di
dalamnya meliputi masyarakat terkena dampak, masyarakat pemerhati lingkungan
dan masyarakat yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam proses
AMDAL, dalam hal ini yaitu dampak dari adanya pembangunan Rumah Sakit
Universitas Brawijaya II dengan 10 lantai.
Dalam kasus ini tahapan keterlibatan masyarakat dimulai dengan
diumumkannya rencana studi AMDAL akibat didirikannya rumah sakit oleh
Pemrakarsa, hal ini seperti tercantum dalam Bab II huruf B Lampiran Peraturan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2012. Pengumuman
dimaksudkan agar masyarakat yang masuk dalam cakupan mengetahui rencana

22
tersebut. Kemudian masyarakat memberikan saran, tanggapan dan pendapat
terkait isi pengumuman.
Diana Conyers (seperti dikutip Siahaan, 2008: 150) mengemukakan 3
(tiga) alasan mengapa partisipasi masyarakat begitu penting dibutuhkan yaitu :
1) Partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh suatu
informasi mengenai kondisi kebutuhan dan sikap masyarakat, karena
tanpa kehadirannya program pembangunan akan mengalami kegagalan
2) Masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program pembangunan
jika mereka merasa dilibatkan, mulai dari proses persiapan, perencanaan,
dan pelaksanaannya. Hal ini akan menimbulkan perasaan memiliki
terhadap proyek-proyek atau pembangunan tersebut.
Berdasarkan BAB II huruf A Lampiran Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2012 tentang Pedoman
Keterlibatan Masyarakat Dalam Proses Analisis Dampak Lingkungan Hidup Dan
Izin Lingkungan disebutkan bahwa masyarakat yang dilibatkan dalam proses
penyusunan AMDAL mencakup masyarakat: .
1) Masyarakat terkena dampak
2) Masyarakat pemerhati lingkungan
3) Masyarakat yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam proses
AMDAL.
Dalam BAB I Lampiran Peraturan Menteri yang sama juga dijelaskan
pengertian dari masing-masing cakupan masyarakat tersebut di atas, yaitu :
1) Masyarakat terkena dampak adalah masyarakat yang berada dalam batas
wilayah studi AMDAL (yang menjadi batas sosial) yang akan merasakan
dampak dari adanya rencana usaha dan atau kegiatan, terdiri dari
masyarakat yang akan mendapatkan manfaat dan masyarakat yang akan
mengalami kerugian.
2) Masyarakat pemerhati lingkungan adalah masyarakat yang tidak terkena
dampak dari suatu rencana usaha dan/atau kegiatan, tetapi mempunyai
perhatian terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut, maupun
dampak-dampak lingkungan yang akan ditimbulkannya.
3) Masyarakat yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam proses
AMDAL adalah masyarakat yang berada di luar dan/atau berbatasan
langsung dengan batas wilayah studi AMDAL yang terkait dengan dampak
rencana usaha dan/atau kegiatan.

23
Pelibatan masyarakat sendiri merupakan bagian dari proses pelingkupan,
dalam hal ini berarti penyusun dokumen AMDAL menguraikan informasi hasil
proses pelibatan masyarakat yang diperlukan dalam proses pelingkupan. Sebelum
melakukan input proses pelingkupan maka perlu diolah hasil saran, pendapat dan
tanggapan dari masyarakat mengenai akan dibangunnya Rumah Sakit Universitas
Brawijaya II dengan 10 lantai diwilayah tersebut. Maka hasil pelibatan masyarakat
dalam proses penyusunan AMDAL didirikannya Rumah Sakit ini yaitu berupa
aspirasi dari masyarakat terkait rencana pembangunan Rumah Sakit. Aspirasi
tersebut dapat berupa kekhawatiran dari masyarakat tentang perubahan
lingkungan yang mungkin terjadi akibat didirikannya rumah sakit di daerah
tersebut, selain itu dapat juga berupa adanya perbaikan lingkungan atau
kesejahteraanakibat adanya pembangunan rumah sakit tersebut.

24
PENGUMUMAN

RENCANA PEMBANGUNAN RUMAH SAKIT


BRAWIJAYA II DENGAN 10 LANTAI

Diberitahukan kepada seluruh masyarakat Jl.


Sunandar Priyo Sudarmo Rt/Rw 01/06 Kel. Purwantoro,
Kec. Blimbing, Malang bahwa di lahan ini akan dibangun
Rumah Sakit Brawijaya II dengan 10 lantai.

Kami berharap adanya saran, tanggapan dan


masukan dari masyarakat sekitar kepada pihak kami terkait
rencana pembangunan Rumah Sakit ini mulai tanggal 1 - 3
November 2018 saran dan tanggapannya mohon
disampaikan kepada kepala rumah sakit Universitas
Brawijaya I di jalan Soekarno Hatta No. 25 Malang.

Tanggal 5 November akan diadakan pertemuan dari


perwakilan pihak rumah sakit dan perwakilan masyarakat
untuk melakukan musyawarah mengenai pembangunan
Rumah Sakit Brawijaya II dengan 10 lantai tersebut.

Info lebih lanjutnya silahkan hubungi

TELP/FAX (0341) 21037

25
2.4 Dampak Penting Hipotetik
Dampak penting hipotetik AMDAL adalah perubahan lingkungan hidup
yang sangat mendasar yang diakibatkan oleh suatu usaha dan atau kegiatan.
Proses untuk menghasilkan dampak penting hipotetik tersebut pada dasarnya
diawali melalui proses identifikasi dampak potensial. Esensi dari proses identifikasi
dampak potensial ini adalah menduga semua dampak yang berpotensi terjadi jika
rencana kegiatan dilakukan pada lokasi tersebut. Langkah ini menghasilkan daftar
dampak potensial. Pada tahap ini kegiatan pelingkupan dimaksudkan untuk
mengidentifikasi segenap dampak lingkungan hidup yang secara potensial akan
timbul sebagai akibat adanya rencana kegiatan didirikannya rumah sakit . Pada
tahapan ini hanya diinventarisasi dampak potensial yang mungkin akan timbul
tanpa memperhatikan besar/kecilnya dampak, atau penting tidaknya dampak.
Dengan demikian pada tahap ini belum ada upaya untuk menilai apakah dampak
potensial tersebut merupakan dampak penting atau tidak. Keluaran yang
diharapkan disajikan dalam bagian ini adalah berupa daftar dampak-dampak
potensial yang mungkin timbul atas adanya rencana usaha dan/atau kegiatan yang
diusulkan. Selanjutnya dilakukan evaluasi dampak Potensial. Evaluasi Dampak
Potensial esensinya adalah memisahkan dampak-dampak yang perlu kajian
mendalam untuk membuktikan dugaan (hipotesa) dampak (dari dampak yang
tidak lagi perlu dikaji). Dalam proses ini, harus dijelaskan dasar penentuan
bagaimana suatu dampak potensial dapat disimpulkan menjadi dampak penting
hipotetik (DPH) atau tidak.
Dalam Permen LH No.16 tahun 2012 selain di sebutkan diatas salah satu
kriteria penapisan untuk menentukan apakah suatu dampak potensial dapat
menjadi DPH atau tidak adalah dengan menguji apakah pihak pemrakarsa telah
berencana untuk mengelola dampak tersebut dengan cara-cara yang mengacu
pada Standar Operasional Prosedur (SOP) tertentu, pengelolaan yang menjadi
bagian dari rencana kegiatan, panduan teknis tertentu yang diterbitkan pemerintah
dan/atau standar internasional, dan lain sebagainya. Langkah ini pada akhirnya
menghasilkan daftar kesimpulan dampak penting hipotetik (DPH).Dalam bagian
ini, penyusun dokumen Amdal diharapkan menyampaikan keluaran berupa uraian
proses evaluasi dampak potensial menjadi DPH. Setelah itu seluruh DPH yang
telah dirumuskan ditabulasikan dalam bentuk daftar kesimpulan DPH akibat
rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dikaji dalam ANDAL sesuai hasil
pelingkupan. Dampak-dampak potensial yang tidak dikaji lebih lanjut, juga harus

26
dijelaskan alasan-alasannya dengan dasar argumentasi yang kuat kenapa
dampak potensial tersebut tidak dikaji lebih lanjut.
Secara rinci dampak hipotetik dari pembangunan Rumah Sakit Universitas
Brawijaya II dengan 10 lantai yaitu sebagai berikut :
 Dampak Negatif :
a. Kontruksi bangunan bertingkat
b. Daerah resapan air berkurang
c. Debu akibat proses kontruksi
d. Menurunnya kualitas udara, air dan tanah serta tercipta kebisingan.
e. Penurunan kualitas air jika limbah rumah sakit tersebut tidak diolah
dengan baik dan benar.
f. Limbah medis (limbah infeksius dari ruang bedah, laborat, benda tajam
seperti pisau bedah, jarum, gunting, dan limbah farmasi spt obat expired)
g. Limbah non medis spt makanan, peralatan kantor, dll
 Dampak Positif :
a. Kesempatan kerja & usaha meningkat
b. Peningkatan perekonomian local
c. Kesehatan masyarakat
d. Tempat pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan.

2.5 Batas Waktu Studi Dan Batas Wilayah Uji


A. Batas Wilayah Studi
Kaitan antara rencana kegiatan pembanguan rumah sakit Universitas
Brawijaya II di kabupaten Malang dengan lingkungan sekitarnya memungkinkan
terjadinya dampak pada ruang tertentu, selama periode waktu tertentu serta
berpengaruh pada komponen lingkungan tertentu pula. Batas teknis studi AMDAL
merupakan kumulatif dari keempat batas studi (Batas Proyek, Batas Ekologis,
Batas Sosial dan Batas Administratif).
1) Batas Proyek
Batas proyek ini merupakan ruang dimana seluruh komponen rencana
kegiatan pembangunan Rumah Sakit Universitas Brawijaya II akan dilakukan,
termasuk kegiatan pada tahap pra kontruksi, tahap kontruksi, tahap operasi dan
tahap pasca operasi yang dilakukan oleh pemrakarsa kegiatan pembangunan.
Rencana area lokasi di Kelurahan Purwantoro, Kecamatan Blimbing, Kota Malang
di atas tanah seluas 5.500 m2 dengan luas bangunan sebesar 1.200 m2.

27
2) Batas Ekologis
Batas ekologis merupakan ruang terjadinya sebaran dampak-dampak
yang diprakirakan timbul dengan adanyan rencana pembangunan Rumah Sakit
Universitas Brawijaya II, mengikuti masing-masing media lingkungan dimana
proses alami yang berlangsung dalam ruang tersebut diprakirakan mengalami
perubahan mendasar. Dalam hal ini media lingkungan yang diprakirakan
mengalami perubahan adalah sungai, udara serta tanah atau lahan. Media
lingkungan tersebut mengalami perubahan karena prakiraan terjadinya dampak
perubahan bentang alam, peningkatan laju erosi, peningkatan kadar debu serta
perubahan kualitas air.
3) Batas Sosial
Batas sosial merupakan ruang di sekitar rencana kegiatan pembangunan
Rumah Sakit Universitas Brawijaya II yang merupakan tempat berlangsungnya
berbagai interaksi sosial yang mengandung norma dan nilai tertentu sesuai
dengan proses dan dinamika sosial. Batas ini pada dasarnya adalah ruang dimana
masyarakat terkena dampak lingkungan yang diprakirakan timbul dari rencana
kegiatan pembangunan Rumah Sakit Universitas Brawijaya II, antara lain :
 Dampak timbulnya keresahan masyarakat terjadi pada permukiman
penduduk terdekat dengan lokasi pembangunan yaitu pada Kelurahan
Purwantoro. Dampak tersebut berupa kebisingan dan kemacetan.
 Dampak peningkatan pendapatan terjadi pada permukiman penduduk
yang ada di Kelurahan Purwantoro. Masyarakat sekitar dapat
memanfaatkan kesempatan tersebut dengan membuka ruko pada daerah
sekitar rumah sakit.
 Dampak terbukanya kesempatan kerja terjadi pada permukiman penduduk
yang ada di Kelurahan Purwantoro. Sebagian penduduk sekitar dapat
mendapatkan pekerjaan dari Rumah Sakit Brawijaya II.
4) Batas Administratif
Batas administratif ini merupakan wilayah administrasi yang mencakup
batas proyek, batas ekologis, dan batas sosial. Batas administrasi ini diperlukan
untuk mengarahkan pemrakarsa atau tim penyusun AMDAL untuk dapat
melakukan koordinasi pada lembaga pemerintahan tersebut, baik untuk koordinasi
administratif, pengumpulan data rona lingkungan, dan dalam koordinasi lainnya.
Batas administratif studi Amdal kegiatan Pembangunan dan Pengembangan

28
pembangunan Rumah Sakit Universitas Brawijaya II ini adalah Kecamatan
Kelurahan Purwantoro, Kecamatan Blimbing, Kota Malang.
5) Batas Wilayah Studi
Batas wilayah studi merupakan gabungan dari batas proyek, batas
ekologis, batas sosial, dan batas adminsitratif. Dari masing-masing batas tersebut
diplotkan pada peta yang kemudian di overlay sehingga dapat ditarik garus luar
gabungan ke empat batas tersebut.
B. Batas Waktu Kajian
Batas waktu kajian akan digunakan dalam melakukan prakiraan dan
evaluasi dampak penting hipotetik. Batas tersebut dilakukan selama keseluruhan
rangkaian kegiatan dalam Pembangunan Rumah Sakit Universitas Brawijaya II
oleh pemerintah Kota Malang sampai selesainya kegiatan pembangunan.
Penentuan batas kajian ini selanjutnya digunakan sebagai dasar untuk penentuan
perubahan rona lingkungan tanpa adanya rencana usaha dan/atau kegiatan atau
dengan adanya rencana kegiatan. Waktu kajian studi Amdal ini dirancang selama
20 tahun, dengan rincian tahap pra kontruksi selama 1 tahun, tahap pembangunan
kontruksi 5 tahun, dan tahap pasca kontruksi selama 14 tahun.

2.6 Metode Studi


2.6.1 Metode Pengumpulan dan Analisis Data
Prosedur untuk melakukan kajian lingkungan hidup merupakan tahapan-
tahapan yang harus dilaksanakan terhadap “sesuatu rencana kegiatan” yang akan
dilakukan, baik oleh institusi swasta maupun pemerintah, apakah suatu rencana
kegiatan wajib melakukan kajian lingkungan hidup dengan dokumen AMDAL
ataukah cukup dengan dokumen UKL-UPL ataupun dengan dokumen SPPL.
Untuk penetapan bentuk kajian, maka dilakukanlah proses screening atau
penapisan kegiatan yang wajib AMDAL atau tidak wajib AMDAL. Setelah dilakukan
proses penapisan, dan telah ditetapkannya rencana pembangunan ataupun
kegiatan proyek wajib AMDAL, maka tahap selanjutnya adalah melakukan
tahapan studi AMDAL yaitu melakukan pra studi lapangan dan studi literatur terkait
dengan tipologi rencana kegiatan dan tipologi lingkungan dimana kegiatan
tersebut dilaksanakan. Tahap pra studi harus menghasilkan hasil studi dalam
bentuk kerangka acuan analisis dampak lingkungan (disingkat KAANDAL).
Setelah dilakukan sidang-diskusi dengan komisi penilai AMDAL dan pemangku
kepentingan (stake-holders) maka ditetapkanlah/disetujui KA-ANDAL sebagai

29
dokumen kerangka acuan untuk melakukan studi analisis dampak lingkungan
hidup (ANDAL), dan menyusun rencana pengelolaan lingkungan hidup (RKL),
serta menyusun rencana pemantauan atau monitoring lingkungan hidup (RPL).
Secara umum studi yang akan dilakukan yaitu berdasarkan data primer
dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan, pengukuran,dan
wawancara dilapangan, untuk wawancara seluruh masyarakat berpeluang untuk
menjadi responden. Sedangkan data sekunder diperoleh dengan studi pustaka
atau literatur yang dihimpun. Metode yang digunakan untuk pengumpulan data
disesuaikan dengan komponen yang akan ditelaah.
A. Data Primer
1) Telaah Uraian Kegiatan dan Kondisi Lapangan
Pengumpulan dan penyusunan informasi mengenai kegiatan yang akan
dikaji memuat :
a. Nama dan alamat pemrakarsa kegiatan.
b. Status, jenis, tujuan, dan kegunaan kegiatan.
c. Lokasi kegiatan.
d. Hasil (output) dan umur kegiatan.
e. Uraian kegiatan mulai dari fase persiapan sampai operasi.
f. Perkiraan biaya.
g. Rencana operasional atau alur proses kegiatan.
h. Rincian mengenai limbah kegiatan.
i. Uraian tentang sistim pengelolaan limbah.
Penentuan rona lingkungan awal dimaksudkan untuk memberikan
gambaran tentang kondisi lingkungan fisik, biologis, dan sosial di wilayah yang
diperkirakan terkena dampak kegiatan, meliputi kegiatan :
a. Menetapkan komponen lingkungan yang akan dikaji.
b. Menetapkan metodologi pengukuran setiap komponen lingkungan
termasuk sampling sistem dan sampling sitenya.
c. Menyusun daftar isian dan panduan-panduannya.
d. Menetapkan cara pengolahan dan analisa data.
e. Persiapan peralatan dan bahan-bahan.
f. Pelaksanaan pengukuran/penelitian di lapangan dan analisis di
laboratorium.
g. Pengolahan, analisis dan penyusunan hasil.
2) Wawancara

30
Survey yang dilakukan dengan wawancara yang dipandu dengan kuisioner
dapat menghasilkan data dengan kualitas yang tinggi. Hal ini karena beberapa hal,
yaitu pewawancara dapat mengetahui apakah pertanyaan dapat dipahami oleh
responden dan apakah jawaban yang diberikan responden relevan dengan
pertanyaan. Kedua, pewawancara dapat menanyakan lebih lanjut tentang
jawaban yang diberikan responden dalam rangka melakukan "further
investigation". Ketiga, kehadiran pewawancara akan mempercepat penyelesaian
jawaban atas kuisioner. Beberapa kelebihan ini nampak jika dibandingkan dengan
kuisioner yang dikirim kepada responden tanpa wawancara langsung. wawancara
langsung juga memiliki kelemahan, responden cenderung menjawab seperti apa
yang diinginkan oleh pewawancara.
Wawancara dapat dilakukan dengan beberapa cara:
a. Wawancara bebas tanpa daftar atau pedoman pertanyaan. Dalam studi
dampak sosial, wawancara bebas bisa dilakukan pada waktu peninjauan
di lapangan (pra survey) di mana para peneliti menginventarisir issu dan
concerns.
b. Wawancara dengan menggunakan pedoman pertanyaan. Pedoman
pertanyaan hanya digunakan sebagai panduan, sehingga jawaban dari
responden atau narasumber bersifat terbuka. Dalam studi dampak sosial,
wawancara dengan menggunakan pedoman pertanyaan digunakan untuk
menghimpun data dari para tokoh masyarakat atau pamong desa.
Informasi yang dihimpun dari narasumber itu merupakan informasi yang
bersifat umum tentang lingkungan sekitar.
3) Komponen Kesehatan Masyarakat
Parameter yang diteliti :
a. Parameter yang berpengaruh terhadap kesehatan, meliputi : limbah, MCK,
penurunan sanitasi lingkungan, gangguan kesehatan masyarakat.
b. Kondisi sanitasi lingkungan, meliputi : peningkatan volume sampah,
peningkatan limbah cair, dan peningkatan buangan material.
4) Lokakarya
Mengadakan sebuah acara atau pertemuan yang dilakukan oleh para
ahli di AMDAL yang bertujuan untuk membahas suatu masalah yang terkait
dengan AMDAL, sekaligus untuk mencari solusi bagi permasalahan tersebut.

B. Data Sekunder

31
1. Kajian Literatur
Menurut Sugeha (2008), substansi limbah rumah sakit yang bersifat B3
telah mempunyai Peraturan Pemerintah (PP) nomor 19 tahun 1994, tentang
pengelolaan limbah B3. Pada pasal 3 ditegaskan bahwa limbah rumah sakit
termasuk didalam kelompok limbah B3, karena bersifat infeksius dan radiologis.
Oleh karena itu pihak rumah sakit wajib membuat berbagai dokumen Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), antara lain Rencana Pemantauan
Lingkungan (RPL). Kebijakan AMDAL tersebut sangat bersifat superior karena
mengemban banyak fungsi kebijakan lain. Supaya Peraturan Pemerintah (PP)
Nomor 29 tahun 1986, tentang Analisis Dampak Lingkungan dapat efektif pada
kegiatan dibidang kesehatan, KLH telah mengintervensi untuk terbitnya Keputusan
Menteri Kesehatan RI Nomor 286/Menkes/SK/VI/89 tentang kegiatan dibidang
kesehatan yang wajib membuat analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL),
rumah sakit didorong secara internal untuk mengikuti langkah-langkah pembuatan
AMDAL, sebagaimana telah digariskan oleh Kementrian Lingkungan Hidup. Dua
tahun kemudian agar keputusan tersebut dapat efektif pada kegiatan rumah sakit,
maka Keputusan Menteri Kesehatan tersebut lebih dipertegas dan diarahkan
melalui terbitnya Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 477/Menkers/Per/X/
1990. tentang AMDAL RS. Berdasarkan ketentuan tersebut, rumah sakit mulai
melaksanakan pembuatan analisis dengan bantuan konsultan. Rumah sakit yang
sudah beroperasi diarahkan untuk membuat Studi Evaluasi Lingkungan (SEL) dan
dokumen Rencana Kelola Lingkungan (RKL). Langkah itu berpedoman pada
KepMenKLH Nomor 5/MENKLH/6/87 yang berisikan lampiran tentang pedoman
Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL).
Menurut Razif dan Rakhmadany (2014), kegiatan rumah sakit yang
sangat kompleks tidak saja memberikan dampak positif bagi masyarakat
sekitarnya, tetapi juga mungkin dampak negatif. Dampak negatif itu berupa
cemaran akibat proses kegiatan maupun limbah yang dibuang tanpa pengelolaan
yang benar. Pengelolaan limbah medis yang tidak baik akan memicu resiko
terjadinya kecelakaan kerja dan penularan penyakit dari pasien ke pekerja, dari
pasien ke pasien, dari pekerja ke pasien maupun dari dan kepada masyarakat
pengunjung rumah sakit. Aktivitas selain rumah sakit seperti : puskesmas, klinik,
balai pengobatan, praktek dokter bersama, dan laboratorium kesehatan juga akan
menghasilkan sejumlah hasil samping berupa limbah, baik limbah padat, cair, dan
gas yang mengandung kuman patogen, zat-zat kimia serta alat-alat kesehatan

32
yang pada umumnya bersifat limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). Sesuai
dengan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup, maka jenis rencana usaha
pengolahan limbah B3 sebagai kegiatan utama (skala semua besaran),
kewenangan penilaiannya dilakukan oleh Komisi AMDAL Pusat. Dokumen AMDAL
yang akan disusun untuk dinilai oleh tim teknis dan tim komisi AMDAL Pusat ini
terdiri atas dokumen Kerangka Acuan ANDAL, ANDAL, RKL, dan RPL yang
diharapkan akan berfungsi sebagai pedoman dalam melakukan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan dari dampak yang terjadi akibat kegiatan tersebut.
Adanya Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 1993 tentang “Analisis
Dampak Lingkungan” merupakan suatu terobosan baru yang memungkinkan
setap Rumah Sakit yang terkenal wajib AMDAL (Rumah Sakit dengan kapasitas
lebih dari 400 tempat tidur) dapat melaksanakan dengan baik. Sedangkan bagi
yang tidak wajib AMDAL dapat melaksanakan sesuai dengan situasi dan kondisi
Rumah Sakit tetapi masih memenuhi persyaratan sanitasi lingkungan yang baik.
2.6.2 Metode Prakiraan Dampak Penting
Metode prakiraan dampak pada prinsipnya adalah untuk memprakirakan
besaran dampak (magnitude) dan tingkat kepentingan (important) dampak.
Tabel Metode Prakiraan Besaran Dampak Untuk Masing-Masing Parameter
Lingkungan Pada Jenis-Jenis Dampak Hipotetik
No Komponen Parameter Metode Keterangan
Lingkungan Prakiraan
Besaran
Dampak
1 Kualitas SO Matematik dan Analogi dengan
Udara NO2 komparatif kegiatan
CO dengan AMDAL
PM10 analog kegiatan Pembangunan
Debu (TSP) lain Rumah Sakit
Kebisingan yang sama Universitas
Brawijaya II di
Kota Malang
2 Drainase dan Pola aliran, Professional
irigasi, debit Jaringan irigasi, Judgement,
Kecepatan arus Komparatif

33
3 Kualitas air Sifat fisik air Matematik
tawar Sifat kimia air
4 Biota Air ID plangton Professional Analogi dengan
Jenis ikan Judgement dan kegiatan
5 Biota Darat Vegetasi alami analog dengan AMDAL
Vegetasi kegiatan sejenis Pembangunan
budaya Rumah Sakit
Universitas
Brawijaya II di
Kota Malang
6 Sosial Budaya Kependudukan
Ekonomi Pendapatan
masyarakat
Kesempatan
berusaha
Proses sosial
Sikap dan
persepsi
masyarakat
7 Kesehatan
Masyarakat

Berdasarkan metode tersebut di atas, akan dihasilkan kondisi masing-


masing parameter lingkungan terprediksi yang selanjutnya dikonversi dalam
bentuk skala. Besaran dampak setiap parameter yang dikaji diperoleh dengan
menghitung selisih kualitas lingkungan hidup setiap kegiatan (proyek) berlangsung
(KLp) dengan kualitas lingkungan hidup saat rona lingkungan hidup awal (mula -
mula sebelum adanya proyek (KLRLA) atau Besar prakiraan dampak = KLp –
KLRLA
Angka prakiraan besaran dampak yang akan diperoleh antara 1 s/d 4,
dengan pengertian:
+/- 1 = dampak positif/negatif kecil
+/- 2 = dampak positif/negatif sedang
+/- 3 = dampak positif/negatif besar
+/- 4 = dampak positif/negatif sangat besar

34
Namun demikian penetapan besaran dampak tersebut di atas tidak terlalu kaku,
khususnya untuk parameter tertentu yang diprakirakan akan melebihi baku mutu
dan atau telah mendekati angka batas pada perubahan skala kualitas lingkungan.
Untuk memperkirakan komponen-komponen lingkungan yang akan
terkena dampak, dilakukan pembuatan simple checklist yang menandai
komponen-komponen kegiatan yang memiliki pengaruh terhaap komponen
lingkungan. Metode prakiraan dampak dilaksanakan dengan menggunakan
pendekatan sebagai berikut:
 Pendekatan secara model matematis merupakan perkiraan dampak yang
paling baik bila tersedia cukup data dan model yang sesuai dengan data
yang ada.
 Pendekatan secara standar baku mutu lingkungan merupakan perkiraan
dampak dengan menggunakan baku mutu lingkungan yang telah
ditetapkan oleh pemerintah.
 Pendekatan secara analogi merupakan perkiraan dampak dengan mencari
persamaan pola dengan kasus-kasus serupa yang telah ada.
 Profesional judgement yang merupakan pendugaan dampak oleh tenaga
ahli berdasarkan pengalaman dan ilmu yang dimiliki yang dikaitkan dengan
fenomena di lapangan.
Secara garis besar pentingnya suatu dampak adalah bila kondisi berikut
tercapai :
1) Jumlah manusia yang terkena dampak
Dampak dapat dikatakan penting jika manusia yang terkena dampak negatif
langsung jumlahnya sama atau lebih besar dari jumlah manusia yang menerima
manfaat positif langsung proyek.
2) Luas wilayah penyebaran dampak
Dampak dikatakan penting jika sebarannya dua kali atau lebih luas dari luas
wilayah perencanaan atau telah melewati batas-batas administratif kabupaten.
1) Lamanya dampak berlangsung
Dampak dikatakan penting jika dampak berlangsung selama minimal satu
tahapan kegiatan proyek.
2) Intensitas dampak
Dampak dikatakan penting jika intensitas dampak negatif telah menyebabkan
kemerosotan daya toleransi lingkungan secara drastis dalam waktu yang
singkat dan ruang yang luas.

35
3) Banyaknya komponen lingkungan yang akan terkena dampak
Dampak dikatan penting jika komponen-komponen lingkungan yang terkena
dampak sekunder atau tersier lebih banyak atau sama dengan komponen
lingkungan yang terkena dampak penting.
4) Sifat kumulatif dampak
Dampak dikatakan penting jika akumulasi dampak terjadi terus menerus
sehingga tidak dapat diasimilasi oleh lingkungan dan menimbulkan ruang yang
relatif luas bahkan terjadi fenomena sinergetik (saling memperkuat di wilayah
sebarannya).
5) Berbalik (reversibel) atau tidak berbaliknya (Irreversibel) dampak tersebut.
Dampak dikatakan penting jika komponen lingkungan yang terkena dampak
tidak dapat dipulihkan kembali walaupun dengan intervensi manusia. Untuk
beberapa aspek, evaluasi dilakukan melalui perbandingan dengan standar
kualitas lingkungan yang berlaku.
2.6.3 Metode Evaluasi Secara Holistic Terhadap Dampak Lingkungan
Evaluasi dampak penting secara holistik dimaksudkan untuk menelaah
segenap dampak penting yang timbul dari Rencana Kegiatan Pengolahan Limbah
Medis Dengan Incinerator. Pemahaman secara menyeluruh terhadap dampak
penting ini akan memberikan kemudahan bagi penyusunan arahan pengelolaan
lingkungan dan sekaligus landasan bagi penilaian kelayakan kegiatan ditinjau dari
aspek lingkungan.
Tujuan dilakukan evaluasi dampak besar dan penting lingkungan akibat
dari komponen kegiatan yang direncanakan adalah memutuskan/menentukan
jenis dampak hipotetik yang akan dikelola, jenis dampak tersebut ditelaah secara
holistik, dan memberikan arahan atau alternatif pengelolaannya. Adapun
keputusan tentang jenis dampak hipotetik yang akan dikelola adalah jenis dampak
yang termasuk kategori dampak penting yang dikelola (PK) yang ditetapkan
berdasarkan dua kriteria sederhana berikut:
a) Pada prameter linkungan yang memiliki Baku Mutu Lingkungan tertentu:
apabila tingkat kepentingannya (∑ P) > 3 dan dampak negatif yang
diprakirakan akan terjadi menyebabkan perubahan nilai pada parameter
tertentu sehingga nilai itu akan melebihi baku mutu yang berlaku, maka
kesimpulan dampaknya termasuk kategori dampak penting yang dikelola
(PK).

36
b) Pada prameter linkungan yang tidak memiliki Baku Mutu Lingkungan:
Apabila (∑ P)> 3 dan besaran angka prakiraan dampak ≥ (+/-) 2, maka
kesimpulan dampaknya masuk kategori dampak penting yang dikelola (PK)
.
c) Diluar kedua kriteria tersebut di atas masuk dalam kategori dampak tidak
penting dan tidak dikelola (TPK).
Diluar kedua kriteria di atas, kesimpulan hasil evaluasi adalah dampak tidak
penting dan tidak dikelola (TPK) . Bila dampak yang disimpulkan merupakan
dampak penting yang dikelola (PK) , maka dampak - dampak itulah yang akan
dijadikan dasar untuk penyusunan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan
Rencana Pemantauan Lingkungan.
Jenis dampak penting tersebut kemudian di telaah secara holistik yang
dibantu dengan Bagan Aliran Dampak untuk mengetahui kecenderungan dengan
menyajikan nilai kuantitatif dan kualitatif dari setiap besaran dan sifat kepentingan
dalam bentuk uraian deskriptif secara satu kesatuan, yang dikelompokkan ke
dalam tiga kajian, yaitu:
 Kelestarian fungsi ekologis, merupakan hasil pengkajian dari parameter
fisik- kimia dan biologi yang terkena dampak besar dan penting;
 Peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar, merupakan hasil
pengkajian dari parameter sosial ekonomi, budaya dan kesehatan
masyarakat;
 Kontribusi terhadap pembangunan daerah, merupakan kajian secara
makro dimana kontribusi Rumah Sakit terhadap pembangunan daerah
sebagai konsekuensi dari diperolehnya ijin mendirikan rumah sakit yang
dapat meningkatkan pelayanan publik.
Pada tahap operasi, dampak penting yang muncul adalah (1) terbukanya
kesempatan kerja; (2) peningkatan pendapatan yang bersumber dari kegiatan
mobilisasi tenaga kerja dan (3) penurunan kualitas udara; (4) gangguan kesehatan
masayarakat yang bersumber dari kegiatan pengoperasian incinerator. Pada
tahap pasca operasi, dampak penting yang muncul adalah (5) kehilangan
kesempatan kerja (pekerjaan) yang bersumber dari kegiatan penanganan tenaga
kerja. Dari hasil prakiraan dampak telah dilakukan telaah holistik dengan deskripsi
menggunakan bagan alir untuk menilai perimbangan dampak positif dan negatif.
Dari hasil penilaian dampak positif lebih dominan dibandingkan dampak negatif.

37
Berdasarkan hasil telaahan secara holistik atas jenis dampak besar dan
penting dapat ditentukan berbagai alternatif atau arahan pengelolaannya dengan
mempertimbangkan sumber penyebab dampak, lokasi atau kondisi lingkungan
berlangsungnya dampak, dan besaran dampaknya. Sumber dampak dapat berupa
suatu komponen kegiatan atau penyebab dampak yang bersumber dari jenis
dampak yang lain. Berdasarkan arahan atau berbagai alternatif pengelolaan yang
diusulkan akan dapat diperoleh dua informasi penting yaitu:
1) Masukan untuk pengambilan keputusan atas kelayakan lingkungan
dari Rencana Proyek pembangunan Rumah Sakit
2) Masukan untuk penyusunan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL)
dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL).

38
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adapun yang dapat disimpulkan dari makalah ini, adalah:
1. Penyusunan dokumen AMDAL Pembangunan Rumah Sakit Universitas
Brawijaya II ini merupakan upaya dari pihak pemrakarsa pembangunan
dalam hal ini Universitas Brawijaya guna memenuhi persyaratan
pembangunan berwawasan lingkungan.
2. Secara rinci dampak hipotetik dari pembangunan Rumah Sakit Universitas
Brawijaya II dengan 10 lantai yaitu sebagai berikut :
Dampak Negatif :
a. Kontruksi bangunan bertingkat
b. Daerah resapan air berkurang
c. Debu akibat proses kontruksi
d. Menurunnya kualitas udara, air dan tanah serta tercipta
kebisingan.
e. Penurunan kualitas air jika limbah rumah sakit tersebut tidak diolah
dengan baik dan benar.
f. Limbah medis (limbah infeksius dari ruang bedah, laborat, benda
tajam seperti pisau bedah, jarum, gunting, dan limbah farmasi spt
obat expired)
g. Limbah non medis spt makanan, peralatan kantor, dll
Dampak Positif:
a. Kesempatan kerja & usaha meningkat
b. Peningkatan perekonomian local
c. Kesehatan masyarakat
d. Tempat pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan.
3. Berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
477/Menkers/Per/X/ 1990. tentang AMDAL RS., rumah sakit mulai
melaksanakan pembuatan analisis dengan bantuan konsultan. Rumah
sakit yang sudah beroperasi diarahkan untuk membuat Studi Evaluasi
Lingkungan (SEL) dan dokumen Rencana Kelola Lingkungan (RKL).
Langkah itu berpedoman pada KepMen KLH Nomor 5/MENKLH/6/87 yang
berisikan lampiran tentang pedoman Rencana Pemantauan Lingkungan

39
(RPL). Berdasarkan hasil telaahan secara holistik atas jenis dampak besar
dan penting dapat ditentukan berbagai alternatif atau arahan
pengelolaannya dengan mempertimbangkan sumber penyebab dampak,
lokasi atau kondisi lingkungan berlangsungnya dampak, dan besaran
dampaknya. Sumber dampak dapat berupa suatu komponen kegiatan atau
penyebab dampak yang bersumber dari jenis dampak yang lain.
Berdasarkan arahan atau berbagai alternatif pengelolaan yang diusulkan
akan dapat diperoleh dua informasi penting yaitu:
1) Masukan untuk pengambilan keputusan atas kelayakan lingkungan
dari Rencana Proyek pembangunan Rumah Sakit
2) Masukan untuk penyusunan Rencana Pengelolaan Lingkungan
(RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL).

3.2 Saran
Untuk pengembangan lebih lanjut maka penulis memberikan saran yang
sangat bermafaat dan dapat membantu manajemen Pembangunan Rumah Sakit
Brawijaya II untuk masa yang akan datang, yaitu perlunya pengkajian dampak
lingkungan secara lanjut untuk melanjutkan pembangunan Rumah Sakit Brawijaya
II dengan memperhatikan aspek dampak lingkungan yang ditimbulkan.

40
DAFTAR PUSTAKA

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 17 Tahun 2001.

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 05 Tahun


2012.

Putra, P. T., M. S. R. Hasibuan dan R. M. Syahadat. 2017. Pembangunan rumah


sakit medika dramaga dan dampaknya terhadap kualitas visual. NALARs
Jurnal Arsitektur. 17 (1): 39-50.

Razif,M dan A. Rakhmadany . 2014. Studi amdal pengolahan limbah medis


dengan incinerator di Kabupaten Sidoarjo. Seminar Nasional Waste
Management II Teknik Lingkungan ITS.

Rizal, Reda. 2016. Studi kelayakan lingkungan (AMDAL, UKL-UPL & SPPL). Buku
Ajar Edisi 3. Penerbit Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada
Masyarakat.Jakarta.

Sugeha, B.S. 2008. Implementasi kebijakan limbah cair rumah sakit berbasis
keselamatan dan kesehatan kerja. Media Administrasi dan Kebijakan
Kesehatan. 6 (2): 1-11.

41

Anda mungkin juga menyukai