Anda di halaman 1dari 12

SPESIFIKASI TEKNIS

PEKERJAAN JALAN RIGID PAVEMENT

I. PEKERJAAN PERSIAPAN

1. Sebelum pekerjaan-pekerjaan dimulai terlebih dahulu masing – masing areal


pekerjaan harus dipersiapkan dan dibersihkan dari kotoran, humus tanah, bahan
organik dan akar-akar pepohonan, perataan atau pengeprasan tanah, pembabatan
semak. Rumput, penutupan/penimbunan lubang dan lain-lain.
2. Membuat satu papan nama proyek dan ditempatkan pada tempat yang dianggap tepat
dan dapat dilihat dari jalan yang dapat dikonsultasikan dengan Pengawas/Pimpro.
Dimensi, warna, bentuk, tulisan dan ketentuan-ketentuan yang lain dapat dilihat pada
lampiran dan atau Gambar Kerja
3. Membuat dan memasang rambu-rambu pengaman yang memadai sesuai kebutuhan
untuk keselamatan pemakai jalan dan pekerja proyek di setiap lokasi pekerjaan yang
dianggap perlu. Setiap terjadi kecelakaan yang ditimbulkan oleh kelalaian
Rekanan/Kontraktor baik karena menyangkut rambu-rambu dan peringatan maupun
peletakan alatalat dan bahan bangunan yang tidak teratur menjadi tanggung jawab
Rekanan/ Kontraktor
4. Membuat dan memasang papan piket (bouwplank) pada lokasi-lokasi masing-masing
pekerjaan sesuai kebutuhan Semua bouwplank harus dipasang kuat agar tidak mudah
berubah kedudukannya dan tidak boleh hilang atau rusak.
5. Pengukuran ulang lokasi-lokasi pekerjaan sesuai yang dibutuhkan
6. Ukuran yang digunakan dalam pekerjaan ini dinyatakan dalam centimeter (cm)
kecuali untuk ukuran besi beton yang dinyatakan dalam milimeter (mm).

II. LAPIS PONDASI BAWAH


Bahan-bahan yang yang dipilih dan digunakan untuk pembangunan lapis pondasi
bawah terdiri dari bahan-bahan berbutir dipecah dan kerikil atau kerikil pasir alami dan
memenuhi persyaratan untuk lapis pondasi bawah kelas A, kelas B dan kelas C seperti
yang diuraikan pada gambar atau yang diperintahkan Pihak Direksi.
Bahan untuk pekerjaan lapis pondasi bawah bebas dari debu, zat organik serta bahan-
bahan lain yang memiliki kualitas bila bahan tersebut telah ditempatkan akan siap saling
mengikat membentuk satu permukaan yang stabil dan mantap.
Bila perlu dan sesuai dengan perintah Pihak Direksi, bahan-bahan dari berbagai sumber
atau pemasokan dapat disatukan dalam perbandingan yang diminta oleh Pihak Direksi
atau seperti yang ditunjuk dengan pengujian-pengujian untuk dapat memenuhi
persyaratan spesifikasi bahan lapis pondasi bawah.

III. PEKERJAAN KONSTRUKSI BETON


1. Standart
Semua ketentuan baik mengenai maupun metode pemasangan dan juga pelaksanaan
pekerjaan beton mengikuti semua ketentuan dalam Peraturan Beton Bertulang
Indonesia 1971 ( P.B.I. 1971 – N.I.8), terkecuali bila dinyatakan atau diinstruksikan
lain oleh Pengawas.
2. Semen

Kecuali ditentukan lain oleh Pengawas, semen yang digunakan adalah semen Tipe
I sesuai ASTM C 150, dan segala sesuatunya mengikuti ketentuan dalam P.B.I. 71.

Menyediakan tempat / gudang penyimpanan semen pada tempat – tempat yang
baik sehingga semen – semen tersebut senantiasa terlindung dari kelembaban atau
keadaan cuaca lain yang merusak, terutama sekali lantai tempat penyimpanan tadi
kuat dan berjarak minimal 30 cm dari permukaan tanah
3. Air untuk adukan

Air yang digunakan untuk bahan adukan beton, adukan pasangan dan grouting,
bahan pencuci agregat, dan untuk curing beton, adalah air tawar yang bersih dari
bahan – bahan yang berbahaya dari penggunaannya seperti minyak, alkali, sulfat,
bahan organis, garam, slit ( lanau )
4. Agregat halus (Pasir)

Pasir untuk beton, adukan dan grouting merupakan pasir alam, pasir pemecahan
batu juga dapat pula digunakan untuk mencampur agar didapat gradasi pasir yang
baik. Pasir yang dipakai mempunyai kadar air yang merata dan stabil, dan terdiri
dari butiran yang keras, padat tidak terselaput oleh material lain.

Pasir bersih dan bebas dari gumpalan – gumpalan tanah liat, alkalis bahan-bahan
organik dan kotoran-kotoran lainnya yang merusak.
5. Agregat Kasar ( Split )

Agregat kasar untuk beton dapat berupa split dari alam, batu pecah atau campuran
dari keduanya. Split yang dipakai mempunyai kadar air yang merata dan stabil.
Sebagaimana juga pada pasir, spilt keras, padat, tidak poreous, dan tidak berselaput
material lain. Dalam penggunaannya split dicuci terlebih dahulu dan diayak agar
didapat gradasi sesuai yang dikehendaki, dan material yang halus yaitu yang lebih
kecil dari 5 mm disingkirkan.
6. Baja Tulangan

Baja tulangan harus memenuhi ketentuan dalam P.B.I. ‘ 71 dengan mutu U-32
( tegangan leleh karakteristik = 3200 kg/cm2 ) untuk diameter lebih besar dari 12
mm, sedangkan untuk diameter yang lebih kecil digunakan U-24 ( tegangan leleh
karakteristik = 2400 kg/cm2 ). Berat besi dapat diperhitungkan dengan
menggunakan nominal diameter.

Semua baja tulangan yang digunakan memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
 Bebas dari kotoran-kotoran, lapisan lemak/minyak, karat, dan tidak
bercacat seperti retak dan lain-lain.
 Untuk mutu U-32 digunakan profil baja tulangan derformed (deformed
bar).
7. Pengecoran

Sebelum adukan beton dituangkan pada acuannya, kondisi permukaan dalam dari
bekisting atau tempat beton dicorkan benar-benar bersih dari segala macam
kotoran.

Pengecoran dapat dimulai setelah kondisi beton yang berbatasan dengan daerah
yang akan dicor, dan juga keadaan pembesian selesai diperiksa dan disetujui oleh
Pengawas.

Beton yang baru selesai dicor, akan dilindungi terhadap rusak atau terganggu
akibat sinar matahari ataupun hujan. Juga air yang mungkin mengganggu beton
yang sudah dicor harus ditanggulangi sampai suatu batas waktu yang disetujui
Pengawas.
8. Bekisting (Acuan Beton)

Material untuk bekisting dan perancah dibuat dari kayu, besi, atau material lain
yang disetujui Pengawas. Kesemua tipe material tadi bila digunakan tetap
memenuhi kebutuhan untuk bentuk, ukuran, kualitas dan kekuatan sehingga
didapat hasil beton yang halus, rata, dan sesuai dengan dimensi yang direncanakan.

Bekisting harus benar-benar menjamin agar air yang terkandung dalam adukan
beton tidak hilang atau berkurang. Pengerjaan bekisting sedemikian rupa sehingga
hubungan papan bekisting terjamin rapat dan tidak akan menimbulkan kebocoran.

Bila mempergunakan bekisting multiplek maka permukaan dibuat cukup rata dan
tebal multiplek yang dipakai minimal adalah 12 mm dengan perkuatan balok kayu
5/7 cm dengan jarak maksimal 40 cm dan pemakaiannya maksimum 3 kali. Kayu
yang dipakai adalah kayu kelas II yang sesuai dengan PPKI 1970 atau kayu lokal
yang setaraf. Semua pekerjaan sudut-sudut beton, bilamana tidak dinyatakan lain
dalam gambar harus ditakik 25 mm.

IV. BAHU JALAN


1. Bahan
Sumber bahan dipilih atas dasar diperolehnya persediaan (sumber bahan) dengan
memperhitungkan lokasi, kualitas dan volumr sumber bahan atau quarry. Untuk
pembangunan kembali bahu jalan yang ada, bahan yang digunakan bahan urugan yang
dipilih terdiri dari lempung berpasiran atau lempung kerikil yang memenuhi
persyaratan spesifikasi, tetapi dengan satu ukuran partikel maksimum 37,5 mm dan
dengan satu indeks plastisitas tidak lebihdari 10% terkecuali diperintahkan oleh Pihak
Direksi. Bilamana urugan berbutir yang cocok tidak dapat diperoleh serta tergantung
kepada ketentuan-ketentuan kontrak dan instruksi Pihak Direksi, bahu jalan dapat
dibangun dengan menggunakan urugan tanggul biasa bergradasi padat yang cocok
dengan satu ukuran partikel maksimum 37,5 mm dan dengan kandungan lempung
lumpur plastisitas rendah, yang mampu menghambat pertumbuhan tumbuh-tumbuhan
dan memberikan satu bahu jalan yang stabil.

V. PERSYARATAN TEKNIS
1. Tanah Padas
- Tanah padas yang digunakan adalah Tanah padas dengan kualitas baik
- Tanah padas dengan keadaan bersih tidak mengandung lumpur dan zat-zat
yang berbahaya
- Tanah Padas yang sudah dipasang atau diratakan atau dipadatan dengan mesin
gilas tiga roda 8 - 10 ton
- Dalam pemadatan mesin gilas diberi air agar pemadatan dapat memadat
dengan sempurna
2. Batu pecah / agregat kasar
Agregat kasar berupa batu pecah yang diperoleh dari batu. Yang dimaksudkan dengan
agregat kasar umumnya adalah agregat dengan besar butir lebih dari 5 mm.
 Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori. Butir-
butir agregat kasar harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh
pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan
 Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori. Butir-
butir agregat kasar harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh
pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan.
 Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur, Apabila mengandung kadar
lumpur maka agregat kasar harus dicuci.
2. S p l i t
 Split adalah batu pecah yang harus dapat melalui ayakan berlubang persegi 25 mm
dan tertinggal diatas ayakan berlubang persegi 2 mm
 Split untuk beton harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam PBI 1971-
NI.2 (Peraturan Beton Bertulang Indonesia), diantaranya : harus terdiri dari butir-
butir yang keras, tidak berpori, tidak pecah/hancur oleh pengaruh cuaca
 Split untuk pembuatan jalan harus memenuhi syarat-syarat yang disetujui oleh
Direksi
 Split untuk maksud-maksud lain daripada tersebut dalam ayat (2) bergantung pada
peruntukkannya, harus cukup keras dan bersih
3. Agregat halus (butiran pasir)
 Agregat halus keras, bebas lumpur, bersih dari atau tidak boleh tercampur dengan
tumbuh-tumbuhan, bijibijian, akar-akaran dan zat organik/ non organik lainnya
yang nantinya akan mempengaruhi kekuatannya.
 Pasir untuk adukan pasangan, adukan plesteran dan beton harus memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut :

Butiran pasir halus tajam dan keras, tidak dapat dihancurkan dengan jari

Kadar lumpur tidak boleh lebih dari 5%

 Untuk adukan plesteran dan adukan pasangan, butiran-butirannya harus dapat


melalui ayakan berlubang persegi 3 mm
 Pasir untuk pengurugan, peninggian dan tujuan lain harus bersih dan keras. Pasir
laut untuk maksud-maksud tersebut dapat dipergunakan asal dicuci terlebih dahulu
dan seijin tertulis dari Direksi Pekerjaan
4. A i r
 Air yang digunakan tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, garam, bahan-
bahan organik atau bahanbahan lain yang dapat merusak struktur. Dalam hal ini
sebaiknya dipakai air bersih yang dapat diminum
 Apabila terdapat keraguan mengenai air, Rekanan/Kontraktor diharuskan untuk
mengirimkan contoh air ke lembaga pemeriksaan bahan-bahan yang diakui untuk
diselidiki sampai seberapa banyak air itu mengandung zat-zat yang dapat merusak.
Dalam hal yang demikian pekerjaan harus dihentikan sampai di dapat keputusan
yang pasti mengenai air yang dapat dipakai untuk konstruksi dan penghentian
pekerjaan ini tidak membebaskan rekanan dari waktu pelaksanaan seluruh
pekerjaan yang telah ditetapkan

Apabila pemeriksaan contoh air seperti disebut dalam ayat (b) itu tidak dapat
dilakukan maka dalam hal adanya keraguan mengenal air, harus dengan memakai
air itu pada umur 7 dan 28 hari

Jumlah air yang dipakai untuk membuat adukan beton ditentukan dengan ukuran
isi atau ukuran berat setepat tepatnya.
6. Semen Portland
Semen adalah bahan ikat hidrolis yang digunakan dalam pekerjaan struktur beton dan
pasangan Agar daya ikat semen tidak mengalami penurunan, maka perlu diperhatikan
hal-hal sebagai berikut :

Semen harus terlindung dari hujan dan udara lembab

Penumpukan zak semen diusahakan minimum 25 cm dari dinding gudang, dan
disusun diatas balok-balok kayu minimum 20 cm diatas lantai

Tumpukan semen dibatasi maksimum 12 zak. Hal ini dimaksudkan untuk
menghindari pengerasan semen akibat berat diatas tumpukan semen tersebut.

Penumpukan diatur berurutan sesuai urutan datangnya Pemeriksaan terhadap
kualitas semen di lapangan dilakukan dengan cara meremas butiran semen
memakai tangan, jika semen telah menggumpal atau mengeras tidak boleh dipakai.

7. Platik Kedap Air



Plastik yang digunakan adalah plastik yang baik tidak mudah sobek

Plastik yang akan dipasang dalam keadaan bersih
8. Besi Beton

Besi beton yang digunakan sesuai Standar SNI

Besi yang dipasang sesuai dengan gambar kerja

Ukuran diameter besi sesuai dengan gambar kerja dan dipasangan sepengetahuan
pengawas
9. Begesting

Begesting menggunakan kayu atau plat baja yang kuat, rata dan tidak mudah patah
atau rusak

Begesting yang akan dipasang ditata dengan rapi dan lurus
10. Dowel U.24

Diamater dowel U.24 sesuai dengan gambar kerja

Dowel U.24 diberi selang atau pralon setengah atau separo panjang satu buah
dowel U.24
11. Tanah Padas

Tanah padas yang digunakan dengan mutu baik

Tanah padas dalam keadaan baik tidak mengandung lumpur dan kotor

Padas dipasang atau dikerjaan untuk bahu jalan yang sudah dibeton atau dicor
12. Aspal

Aspal yang digunakan aspal curah yang dipanaskan yang digunkan untuk menutup
celah-celah pembatas antara cor persegmen
13. Lain – lain

Komposisi campuran setiap pekerjaan harus sesuai dengan syarat-syarat dan
petunjuk Pengawas/ Direksi lapangan

Mutu semua bahan yang digunakan harus sesuai dengan syarat-syarat bahan dan
mendapat persetujuan Pengawas/ Direksi lapangan

Semua bahan yang tidak mendapat ijin atau persetujuan dari direksi, maka
Pemborong harus menyingkirkan dari lokasi pekerjaan maksimum 1 x 24 jam

Bahan-bahan lain yang dipergunakan dan belum diuraikan dalam RKS ini haruslah
barang-barang yang berkualitas baik dan mendapatkan persetujuan dari Direksi
Proyek.

14. Gambar Dokumen


Apabila terdapat ketidakjelasan, kesimpangsiuran, perbedaan dan / atau ketidak
sesuaian dan keragu-raguan diantara setiap Gambar Kerja, Kontraktor diwajibkan
melaporkan kepada Direksi / Konsultan Pengawas gambar mana yang akan dijadikan
pegangan. Hal tersebut di atas tidak dapat dijadikan alasan dan Kontraktor untuk
memperpanjang / meng- claim biaya maupun waktu pelaksanaan
15. Shop Drawing

Kontraktor wajib membuat shop drawing untuk detail khusus yang belum tercakup
lengkap dalam Gambar Kerja/Dokumen Kontrak maupun yang diminta oleh
Direksi / Konsultan Pengawas / Perencana.

Dalam Shop Drawing ini harus jelas dicantumkan dan digambarkan semua data
yang diperlukan termasuk pengajuan contoh bahan, keterangan produk, cara
pemasangan dan / atau spesifikasi / persyaratan khusus sesuai dengan spesifikasi
pabrik.
16. Ukuran
 Pada dasarnya semua ukuran dalam Gambar Kerja A (Arsitektur) pada dasarnya
adalah ukuran jadi seperti dalam keadaan selesai.
 Kontraktor tidak dibenarkan merubah atau mengganti ukuran yang tercantum di
dalam Gambar Pelaksanaan/Dokumen Kontrak tanpa sepengatahuan Direksi.
17. Sarana Kerja
 Kontraktor wajib memasukkan identitas, nama, jabatan, keahlian masing-masing
anggota kelompok kerja pelaksana dan inventarisasi peralatan yang dipergunakan
dalam pekerjaan ini
 Kontraktor wajib memasukkan identifikasi tempat kerja (workshop dan peralatan
yang dimiliki dimana pekerjaan pemborong akan dilaksanakan serta jadwal kerja
 Penyediaan tempat penyimpanan bahan/material di lapangan harus aman dari
segala kerusakan, kehilangan dan hal-hal yang dapat mengganggu pekerjaan lain
yang sedang berjalan serta memenuhi persyaratan penyimpanan bahan tersebut.
18. Standard Yang Dipergunakan
Semua pekerjaan yang akan dilaksanakan harus mengikuti Normalisasi Indonesia,
Standard Industri Kontruksi, Peraturan Nasional lainnya yang ada hubungannya
dengan pekerjaan, antara lain :
 NI-2 [ PBI-19711 Peraturan Beton Indonesia (1971)
 PUBI – 1982 Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia
 NI-3 PMI PUBB 1 Peraturan Umum Bahan Bangunan di Indonesia
 NI-8 Peraturan Semen Portland Indonesia
 Peraturan Teknis lain yang berlaku di Indonesia.
19. Syarat Bahan
 Semua bahan yang digunakan dalam pekerjaan ini harus dalam keadaan baik tidak
cacat, sesuai dengan spesifikasinya yang diminta dan bebas dari noda lainnya yang
dapat mengganggu kualitas maupun penampilan.
 Untuk pekerjaan khusus/tertentu, selain harus mengikuti standard yang
dipergunakan juga harus mengikuti persyaratan Pabrik yang bersangkutan
20. Merk Pembuatan Bahan
 Semua merk pembuatan atau merk dagang dalam uraian pekerjaan & persyaratan
Pelaksanaan teknis ini dimaksudkan sebagai dasar perbandingan kualitas dan tidak
diartikan sebagai suatu yang mengikat, kecuali bila ditentukan lain.
 Bahan/material dan komponen jadi yang dipasang/dipakai harus sesuai dengan
yang tercantum dalam Gambar, memenuhi standard spesifikasi bahan tersebut.
 Dalam pelaksanaanya, setiap bahan/material dan komponen jadi keluaran pabrik
harus di bawah pengawasan / supervisi Tenaga Ahli yang ditunjuk.
 Direksi / Konsultan Pengawas berhak menunjuk Tenaga Ahli yang ditunjuk Pabrik
dan/atau Supplier yang bersangkutan tersebut sebagai pelaksana
 Diisyaratkan bahwa satu merk pembuatan atau merk dagang yang diperkenankan
untuk setiap jenis bahan yang boleh dipakai dalam pekerjaan ini, kecuali ada
ketentuan lain yang disetujui Direksi / Konsultan Pengawas.
 Semua bahan sebelum dipasang harus disetujui secara tertulis oleh Direksi /
Konsultan Pengawas / Perencana
 Contoh bahan yang akan digunakan harus diserahkan kepada Direksi / Konsultan
Pengawas / Perencana sebanyak empat buah dari satu bahan yang ditentukan untuk
menetapkan standard of appearence.
 Paling lambat waktu penyerahan contoh bahan adalah dua minggu setelah SPMK
turun
21. Contoh Bahan/Material & Komponen Jadi
 Untuk detail-detail hubungan tertentu, Kontraktor diwajibkan membuat komponen
jadi (mock up) yang harus diperlihatkan kepada Direksi / Konsultan Pengawas /
Perencana untuk mendapat persetujuan.
 Semua bahan untuk pekerjaan ini harus ditinjau dan diuji sesuai dengan standard
yang berlaku.
22. Koordinasi Pelaksanaan
 Penunjukan Supplier dan atau Sub Kontraktor harus mendapatkan persetujuan dari
Direksi / Konsultan Pengawas
 Kontraktor wajib mengadakan koordinasi pelaksanaan atas petunjuk Direksi /
Konsultan Pengawas / Perencana dengan Kontraktor bawahan atau Supplier bahan
 Supplier wajib hadir mendampingi Direksi / Konsultan Pengawas / Perencana di
lapangan untuk pekerjaan tertentu atau khusus sesuai instruksi Pabrik
23. Persyaratan Pekerjaan
 Kontraktor wajib melaksanakan semua pekerjaan dengan mengikuti petunjuk dan
syarat pekerjaan, peraturan persyaratan pemakaian bahan bangunan yang
dipergunakan sesuai dengan uraian Pekerjaan & Persyaratan Pelaksanaan Teknis
dan / atau khusus sesuai intruksi Pabrik
 Sebelum melaksanakan setiap pekerjaan di Lapangan, Kontraktor wajib
memperhatikan dan melakukan koordinasi kerja dengan pekerjaan lain yang
menyangkut pekerjaan Struktur, Arsitektur, Mekanikal, Elektrikal, Plumbing /
Sanitasi dan mendapat ijin tertulis dari Direksi.
24. Pelaksanaan Pekerjaan
 Semua ukuran dan posisi termasuk pemasangan patok-patok di Lapangan harus
tepat sesuai Gambar Kerja.
 Kemiringan yang dibuat harus cukup untuk mengalirkan air hujan menuju ke
selokan yang ada di sekitarnya serta mengikuti persyaratan-persyaratan yang
tertera di dalam Gambar Kerja. Tidak dibenarkan adanya genangan air.
 Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor wajib meneliti Gambar
Kerja dan melakukan pengukuran kondisi lapangan
 Setiap bagian dari pekerjaan harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari
Direksi / Konsultan Pengawas sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan tersebut.
 Semua pekerjaan yang sudah selesai terpasang, apabila perlu harus dilindungi dari
kemungkinan cacat yang disebabkan oleh pekerjaan lain.
 Kontraktor tidak boleh menclaim sebagai pekerjaan tambah bila terjadi Kerusakan
suatu pekerjaan akibat keteledoran Kontraktor, Kontraktor harus memperbaikinya
sesuai dengan keadaan semula.
 Memperbaiki suatu pekerjaan yang tidak sesuai dengan persyaratan yang
berlaku/Gambar pelaksanaan atau Dokumen Kontrak.
 Penunjukan Tenaga Ahli oleh Direksi / Konsultan Pengawas yang sesuai dengan
kegiatan suatu pekerjaan.
 Semua pengujian bahan, pembuatan atau pelaksanaan di Lapangan harus
dilaksanakan oleh Kontraktor.
25. Pelaporan dan Dokumentasi
 Laporan Harian disiapkan Kontraktor dan dibuat bersama oleh Pelaksana serta
diketahui oleh Koordinator Pengawas Lapangan
 Laporan Prestasi pekerjaan dua mingguan dibuat oleh Pemborong dan diketahui
oleh Koordinator Pengawas Lapangan sesuai dengan form yang telah ditentukan
 Penilaian prestasi pekerjaan atas dasar pekerjaan yang telah diselesaikan, tidak
termasuk bahan-bahan yang telah didatangkan dan tidak atas dasar besarnya biaya
yang telah dikeluarkan oleh pemborong
 Foto dokumentasi berwarna sebagai laporan visual pelaksanaan pekerjaan disusun
dalam album laporan visual (fisik 0% s/d 100%)
 As Build Drawing di buat diatas kertas ukuran A3 dijilid rapi dan dibukukan serta
berisi :
 Gambar pelaksanaan dan perubahannya.
 Volume/ukuran komponen pekerjaan yang dilaksanakan.
 As Build Drawing ini dipakai sebagai syarat kelengkapan dalam serah terima
pertama pekerjaan.
26. Lain – lain
 Semua jenis material yang tidak tercantum dalam RKS terlebih dahulu harus seijin
Pengawas/Pimpro/Direksi dalam penggunaannya
 Hal-hal yang bersifat teknis yang belum atau tidak dapat dijabarkan dan diuraikan
dalam syarat-syarat teknis, maka Rekanan/kontraktor harus berpedoman pada
Gambar Kerja yang merupakan satu kesatuan dengan RKS ini.
VI. PENUTUP
1. Rekanan/kontraktor harus dapat menyelesaikan pekerjaan secara keseluruhan
(100%) dengan tepat mutu dan tepat waktu sesuai dengan ketentuan-ketentuan
yang ada dalam Dokumen Kontrak secara keseluruhan serta petunjuk
Direksi/Pimpro atau Pengawas.
2. Hal-hal yang belum diatur atau belum tercantum dalam RKS ini ataupun
perubahan/tambahan yang mungkin ada akan dijelaskan dalam aanwijzing dan
atau diberi petunjuk Direksi/Pimpro atau Pengawas
3. Sebelum menyerahkan pekerjaan yang pertama/kedua, pelaksana berkewajiban
menyelesaikan semua jenis pekerjaan dan pembersihan lapangan sehingga hasil
pekerjaan nampak bersih dan sempurna
4. Syarat-syarat dan peraturan teknik ini mengikat sampai pekerjaan selesai 100%
dan diserahkan untuk kedua kalinya pada Pemimpin Proyek.

PPK Bidang Bina Marga

Anda mungkin juga menyukai