Disusun oleh :
NAMA NIM
YOGI FALAHUDIN 1162070076
YURAN RAMADHAN 1162070078
ZOEL FARIS HIDA 1162070081
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
1.1.LATAR BEKALANG MASALAH
1.2. RUMUSAN MASALAH
1.3. TUJUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.1. PENGERTIAN RUKUN ISLAM
2.11. Dua kalimat syahadat
2.12. SHOLAT
2.13. ZAKAT
2.14. PUASA
2.15. NAIK HAJI
BAB IV PENUTUPAN
3.1KESIMPULAN
3.2SARAN
DAFTAR PUSTAKA
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
rahmat dan pertolongan-Nya kami dapat menyusun makalah ini.
Shawalat berserta salam, selalu tercurah limpah kepada baginda Rosul
sekaligus Nabiyullah yang terakhir yakni Muhammad SAW, tak lupa
kepada keluarga, sahabat, dan semoga sampai kepada kita sebagai umat
yang terakhir. Amin
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihatk sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Kami sadar bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat pada
makalah ini, ole karena itu kami mengharapkan kritik yang membangun
dari para pembaca, akhir kata kami ucapkan Wassalamu’alaikum Wr.Wb
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
pemahaman penulis terhadap isi dan makna Rukun Islam akan meningkat dan mampu
pula meningkatkan kualitas ibadah penulis.
5
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam agama Islam terdapat beberapa aspek yang menjadi fondasi ibadah,
yang dinamakan Rukun Islam. Fondasi-fondasi ibadah tersebut merupakan
perwujudan hamba allah dalam mengimplementasikan penghambaannya kepada
Allah. Rukun Islam itu sendiri terdiri daripada lima perkara, yaitu”
6
• Menetapkan kebenaran Rasulullah saw.
2.1.2. Shalat
Menurut ahamad di dalam bukunya (2012:185) menyebutkan bahwa sholat
adalah suatu tindakan sembahyang. Untuk itu kita harus mengetahui makna
sembahyang. Sembahyang berarti memuja, mengabdi dan mematuhi tuhan dalam
seluruh hidup kita sebagai hamba tuhan kita tidak bisa mengelak dari melayaninya
sedikitpun dan dalam keadaan apapun tetap selalu hambanya.
Arti shalat menurut syara’ yaitu menyembah Allah Ta’ala dengan beberapa
perkataan dan perbuatan yang di awali dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan
salam, dan wajib melakukannya pada waktu-waktu yang telah ditentukan. Karena
sholat itu merupakan pokok agama Islam.
• Shalat yang difardhukan
• Waktu shalat
Ayat Pertama:
"Dan dirikanlah shalat pada kedua tepi siang dan pada bahagian permulaan malam.
Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan perbuatan-
perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat"(QS. Huud:
114)
7
Menurut para mufassriin, di ayat ini disebutkan waktu shalat, yaitu kedua tepi siang,
yaitu shalat shubuh dan ashar. Dan pada bahagian permulaan malam, yaitu Maghirb
dan Isya`.
Ayat kedua
َّق اَّللِذكيرل نوقيكرنءاَّنن اَّكلفنكجرر إرذن قيكرنءاَّنن اَّكلفنكجرر نكاَنن نمكشيهوُفدا أنقررم اَّل ذ
صنلةن لريديلوُرك اَّلذشكم ر
س إرنلىَ نغنس ر
Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan
Qur`anal fajri. Sesungguhnya Qur`anal fajri itu disaksikan (QS. Al-Isra`: 78)
Menurut para mufassrin, di dalam ayat ini disebutkan waktu shalat yaitu sesudah
matahari tergelincir, yaitu shalat Zhuhur dan Ashar. Sedangkan gelap malam adalah
shalat Maghirb dan Isya` dan Qur`anal fajri yaitu shalat shubuh.
Sedangkan bila ingin secara lebih spesifik mengetahui dalil tentang waktu-waktu
shalat, kita bisa merujuk kepada hadits-hadits Rasululah SAW yang shahih dan qath`i.
Tidak kalah qath`inya dengan dalil-dalil dari Al-Quran Al-Karim. Di antaranya adalah
hadits-hadits berikut ini:
Dari Jabir bin Abdullah ra. bahwa Nabi SAW didatangi oleh Jibril as dan berkata
kepadanya, "Bangunlah dan lakukan shalat." Maka beliau melakukan shalat Zhuhur
ketika matahari tergelincir. Kemudian waktu Ashar menjelang dan Jibril berkata,
"Bangun dan lakukan shalat." Maka beliau SAW melakukan shalat Ashar ketika
panjang bayangan segala benda sama dengan panjang benda itu. Kemudian waktu
Maghrib menjelang dan Jibril berkata, "Bangun dan lakukan shalat." Maka beliau
SAW melakukan shalat Maghrib ketika mayahari terbenam. Kemudian waktu Isya`
menjelang dan Jibril berkata, "Bangun dan lakukan shalat." Maka beliau SAW
melakukan shalat Isya` ketika syafaq (mega merah) menghilang. Kemudian waktu
8
Shubuh menjelang dan Jibril berkata, "Bangun dan lakukan shalat." Maka beliau
SAW melakukan shalat Shubuh ketika waktu fajar merekah/ menjelang. (HR Ahmad,
Nasai dan Tirmizy. )
Di dalam Nailul Authar disebutkan bahwa Al-Bukhari mengatakan bahwa hadits ini
adalah hadits yang paling shahih tentang waktu-waktu shalat.
Selain itu ada hadits lainnya yang juga menjelaskan tentang waktu-waktu shalat.
Salah satunya adalah hadits berikut ini:
Dari `Uqbah bin Amir ra bahwa Nabi SAW bersabda, "Ummatku selalu berada
dalam kebaikan atau dalam fithrah selama tidak terlambat melakukan shalat
Maghrib, yaitu sampai muncul bintang."(HR Ahmad, Abu Daud dan Al-Hakim dalam
Al-Mustadrak.)
• Syarat shalat
“… Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-
orang yang beriman.” [An-Nissa’: 103].
Tidak sah shalat yang dikerjakan sebelum masuknya waktu ataupun setelah keluarnya
waktu kecuali ada halangan.
9
َق نواَّكمنسلليحوُاَّ بريريءورسلليككم نوأنكريجلِنيكللكم إرلنللى
صنلرة نفاَكغرسلِيوُاَّ يويجللوُهنيككم نوأنكيِللرديِنيككم إرلنللىَ اَّكلنمنراَّفرلل ر
أنيَيِنهاَ اَّلذرذيِنن آنمنيوُاَّ إرنذاَّ قيكمتيكم إرنلىَ اَّل ذ
َّاَّكلنككعبنكيرن ِ نورإن يكنتيكم يجنيفباَ نفاَطذهذيروا
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan
(basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka
mandilah…” [Al-Maa-idah: 6].
ك فنطنهيكر
نوثرنياَبن ن
فنكلِينكمنسكحهي براَكلنكر ر،َ نولرينكنظيكر فركيرهنماَ فنإ ركن نرنأىَ نخبنفثا،ب ننكعلِنكيره
ض ثيذم لريي ن
َصيل فركيرهنما فنكلِييقنلِي ك،إرنذاَّ نجاَنء أننحيديكيم اَّكلنمكسرجند.
“Jika salah seorang di antara kalian mendatangi masjid, maka hendaklah ia membalik
sandal dan melihatnya. Jika ia melihat najis, maka hendaklah ia menggosokkannya
dengan tanah. Kemudian hendaklah ia shalat dengannya.”
3. Menutup Aurat
Berdasarkan firman Allah:
10
نيِاَ بنرني آندنم يخيذواَّ رزيِننتنيككم رعنند يكيل نمكسرجرد
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid…”
[Al-A’raaf: 31].
Yaitu, tutupilah aurat kalian. Karena mereka dulu thawaf di Baitullah dengan
telanjang.
“Allah tidak menerima shalat wanita yang sudah haidh (baligh) kecuali dengan
mengenakan penutup kepala (jilbab).”
Aurat laki-laki antara pusar dan lutut. Sebagaimana dalam hadits ‘Amr bin Syu’aib
Radhiyallahu anhum, dari ayahnya, dari kakeknya, secara marfu’:
Dari Jarhad al-Aslami, ia berkata, “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam lewat ketika
aku mengenakan kain yang tersingkap hingga pahaku terlihat. Beliau bersabda:
Sedangkan bagi wanita, maka seluruh tubuhnya adalah aurat kecuali wajah dan kedua
telapak tangannya dalam shalat.
11
اَّكلنمكرأنةي نعكوُنرةة.
“Allah tidak menerima shalat wanita yang sudah pernah haidh (baligh) kecuali
dengan mengenakan kain penutup.”
4. Menghadap ke Kiblat
Berdasarkan firman Allah Ta’ala:
Juga sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap orang yang buruk dalam
shalatnya:
Boleh (shalat) dengan tidak menghadap ke Kiblat ketika dalam keadaan takut yang
sangat dan ketika shalat sunnat di atas kendaraan sewaktu dalam perjalanan.
Allah berfirman:
12
“Jika kamu dalam keadaan takut (bahaya), maka shalatlah sambil berjalan atau
berkendaraan…” [Al-Baqarah: 239].
Dari Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anhuma, ia berkata, “Dulu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam shalat di atas kendaraannya menghadap ke arah mana saja dan shalat Witir di
atasnya. Namun, beliau tidak shalat wajib di atasnya.”
5. Niat
Hendaklah orang yang ingin shalat meniatkan dan menentukan shalat yang hendak ia
kerjakan dengan hatinya, misalnya seperti (meniatkan) shalat Zhuhur, ‘Ashar, atau
shalat sunnahnya [16]. Tidak disyari’atkan mengucapkannya karena Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam tidak pernah mengucapkannya. Jika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam berdiri untuk shalat, beliau mengucapan, “Allaahu Akbar,” dan tidak
mengucapkan apa pun sebelumnya. Sebelumnya beliau tidak melafazhkan niat sama
sekali, dan tidak pula mengucapkan, “Aku shalat untuk Allah, shalat ini, menghadap
Kiblat, empat raka’at, sebagai imam atau makmum.” Tidak juga mengucapkan,
“Tunai atau qadha’…”
Ini semua adalah bid’ah. Tidak seorang pun meriwayatkannya dengan sanad shahih
atau dha’if, musnad atau pun mursal. Tidak satu lafazh pun. Tidak dari salah seorang
Sahabat beliau, dan tidak pula dianggap baik oleh Tabi’in, ataupun Imam yang empat.
• Rukun shalat
Rukun-rukun shalat terdiri dari 13 rukun yang wajib anda ketahui :
13
1. Berdiri bagi yang mampu
2. Takbiiratul-Ihraam,
4. Ruku’,
6. Sujud dengan anggota tubuh yang tujuh sebanyak dua kali dengan
tuma’ninah,
9. Tertib rukun-rukunnya,
2.1.3. Zakat
Zakat (Bahasa Arab: زكاَةtransliterasi: Zakah) dalam segi istilah adalah harta tertentu
yang wajib dikeluarkan oleh orang yang beragama Islam dan diberikan kepada
golongan yang berhak menerimanya (fakir miskin dan sebagainya).Zakat dari segi
bahasa berarti bersih,suci,subur,berkat dan berkembang.Menurut ketentuan yang telah
ditetapkan oleh syariat Islam. Zakat merupakan rukun ketiga dari rukun Islam
Zakat yaitu membersihkan harta benda. Setiap orang Islam yang mempunyai harta
benda yang sudah sampai nishabnnya, wajib dikeluarkan zakatnnya dan dibagikan
kepada yang berhak menerimannya.
14
2.1.4. Puasa
Arti puasa yaitu menahan makan, minum, dan segala apa yang
membatalkannya, mulai dari terbit fajar hingga tenggelam matahari. Setiap orang
yang beriman kepada Allah diwajibkan berpuasa Ramadhan.
Puasa merupakan terjemah dari shoum (bahasa Arab) yang berarti menahan
diri dari sesuatu. Sedangkan menurut istilah puasa adalah menahan diri dari segala
sesuatu yang membatalkan puasa dimulai dari terbit fajar (subuh) sampai terbenam
matahari (maghrib).
Dalam Islam ada beberapa macam puasa, yang paling kita kenal adalah puasa
Ramadhan. Puasa Ramadhan hukumnya wajib bagi yang memenuhi syarat wajib.
Kewajiban ini beradasarkan firman Allah yang artinya: “Hai orang-orang yang
beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang
sebelum kamu agar kamu bertakwa” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 183).
Dalam ayat tersebut terkandung tujuan utama dari ibadah puasa, yakni supapa kita
bertakwa kepada Allah SWT.
15
oleh Rasulullah saw: Barang siapa tidak berniat puasa sejak makam, maka ia tidak
mempunya puasa (H.R. an-Nasa’i)
b. Imsak
Kita sudah terlampau akrab dengan kata imsak, lebih-lebih ketika bulan Ramadhan.
Banyak orang memahami Imsak sebagai waktu menjelang fajar (subuh) dimana
seorang muslim yang akan berpuasa berhenti makan sahur. Padahal makna dari imsak
tidaklah sesempit itu. Imsak yaitu menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa
seperti makan, minum, dan lain-lain dari mulai terbit fajar sampai terbenam matahari.
Jadi, waktu dimulainya puasa bukanlah pada saat sirine atau pengumuman imsak
disuarakan, tetapi dimulai ketika fajar (subuh). Tentang kenapa diperlukan sirine dan
jadwal waktu imsak itu supaya kita berhati-hati dan bersiap-siap karena sebentar lagi
(sekitar 5 menit lagi) fajar akan tiba.
Apabila salah satu dari hal-hal di atas tidak ada pada seorang muslim, maka ia
belum/tidak wajib mengerjakan puasa wajib.
16
• Yang membatalkan puasa
a. Makan dan minum dengan sengaja. Apabila makan dan minumnya karena
lupa atau paksaan maka hal itu tidak membatalkan puasa.
b. Muntah dengan sengaja. Apabila muntahnya tidak sengaja maka hal itu tidak
membatalkan puasa.
c. Berniat berbuka puasa. Sekali berniat berbuka puasa meskipun buka puasa itu tidak
dilaksanakan, puasanya batal.
d. Megalami haid atu nifas.
e. Keluar air mani karena memeluk atau mencium isteri/suami atau bermasturbasi.
f. Bersenggama.
g. Hilang akal.
h. Merubah niat.
17
Perbuatan makruh tidak membatalkan puasa, tetapi sepatutnya untuk
dihindari, yaitu:
a. Mandi dengan mengguyur atau berendam. Kalau dalam mandi tersebut secara tidak
sengaja tertelan air, hal itu tidak membatalkan puasa.
b. Melakukan suntikan baik suntikan itu berupa obat atau makanan.
c. Bekam
d. Berkumur-kumur, sikat gigi setelah matahari tergelincir.
e. Memakai parfum
18
c. Orang yang bepergian (musafir). Orang yang bepergian mendapat keringanan
untuk tidak berpuasa, tetapi juga harus mengganti di hari lain ketika tidak dalam
perjalanan.
d. Orang yang sudah tua dan tidak mampu lagi berpuasa juga diberi keringanan tidak
mengerjakan puasa ramadhan, dan ia diwajibkan menggantinya dengan membayar
fidyah, yaitu memberi makan sepuluh orang miskin.
• macam-macam puasa
1. Puasa wajib
a. Puasa Ramadhan
Puasa Ramadhan adalah puasa wajib yang dikerjakan bagi setiap muslim pada bulan
Ramadhan selama sebulan penuh.
b. Puasa Nadzar
Nadzar secara bahasa berarti janji. Puasa nadzar adalah puasa yang disebabkan
karena janji seseorang untuk mengerjakan puasa.
c. Puasa Kafarat
Kafarat berasal dari kata dasar kafara yang artinya menutupi sesuatu. Puasa kafarat
secara istilah artinya adalah puasa untuk mengganti denda yang wajib ditunaikan
yang disebabkan oleh suatu perbuatan dosa, yang bertujuan menutup dosa tersebut
sehingga tidak ada lagi pengaruh dosa yang diperbuat tersebut, baik di dunia maupun
di akhirat.
2. Puasa Sunnah
a. Puasa enam hari di bulan Syawal.
b. Puasa sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah
c. Puasa hari Arafah
d. Puasa Muharrom
e. Puasa Assyuro’
f. Puasa Sya’ban.
19
g. Puasa Senin dan Kamis.
h. Puasa Tengah Bulan (tiga hari setiap bulan Qamariyah).
i. Puasa Dawud
3. Puasa Makruh
Kapan puasa hukumnya makruh? Puasa yang makruh dilakukan adalah puasa pada
hari Jumat dan Sabtu yang tidak bermaksud mengqadha’ Ramadhan, membayar
nadzar atau kafarat, atau tidak diniatkan untuk puasa sunnah tertentu. Jadi seseorang
yang puasa pada hari Jumat atau Sabtu dengan niat mengqadha’ puasa Ramadhan
tidak termasuk puasa makruh. Misal tanggal 9 Dzulhijjah jatuh pada hari Sabtu maka
puasa hari Sabtu pada waktu itu menjadi puasa sunnah bukan makruh. Ada pendapat
lain yang lebih keras bahkan menyatakan bahwa puasa pada hari Jumat tergolong
puasa haram jika dilakukan tanpa didahului hari sebelum atau sesudahya.
4. Puasa Haram
Ada puasa pada waktu tertentu yang hukumnya haram dilakukan, baik karena
waktunya atau karena kondisi pelakukanya.
a. Hari Raya Idul Fitri
b. Hari Raya Idul Adha
c. Hari Tasyrik
d. Puasa sepanjang tahun / selamanya
Haji berasal dari Bahasa Arab : ( حجHajj) adalah rukun (tiang agama) Islam yang
kelima setelah mengucap dua kalimat syahadat, salat5 waktu, mengeluarkan zakat
dan puasa di bulan Ramadhon. Menunaikan ibadah haji adalah bentuk ritual tahunan
yang dilaksanakan kaum muslim sedunia yang mampu (material, fisik, dan keilmuan)
dengan berkunjung dan melaksanakan beberapa kegiatan di beberapa tempat di Arab
20
Saudi pada suatu waktu yang dikenal sebagai musim haji (bulan Zulhijah). Hal ini
berbeda dengan ibadah umrah yang bisa dilaksanakan sewaktu-waktu.
Kegiatan inti ibadah haji dimulai pada tanggal 8 Zulhijah ketika umat Islam
bermalam di Mina, wukuf (berdiam diri) di Padang Arafah pada tanggal 9 Zulhijah,
dan berakhir setelah melempar jumrah (melempar batu simbolisasi setan) pada
tanggal 10 Zulhijah. Masyarakat Indonesia lazim juga menyebut hari raya Idul Adha
sebagai Hari Raya Haji karena bersamaan dengan perayaan ibadah haji ini.
Secara lughawi, haji berarti menyengaja atau menuju, mengunjungi, atau
berziarah. Menurut etimologi (bahasa) kata haji mempunyai arti qashd, yakni tujuan,
maksud, dan menyengaja. Menurut istilah syara’, haji ialah menuju ke Baitullah dan
tempat-tempat tertentu untuk memenuhi panggilan Allah dan mengharapkan rida –
Nya yang telah ditentukan syarat dan waktunya serta melaksanakan amalan-amalan
ibadah tertentu pula. Yang dimaksud dengan temat-tempat tertentu dalam definisi
diatas, selain Ka’bah dan Mas’a(tempat sa’i), juga Arafah, Muzdalifah, dan Mina.
Yang dimaksud dengan waktu tertentu ialah bulan-bulan haji yang dimulai dari
Syawal sampai sepuluh hari pertama bulan Zulhijah. Adapun amal ibadah tertentu
ialah thawaf, sa’i, wukuf, mazbit di Muzdalifah, melontar jumrah, mabit di Mina, dan
lain-lain.
Apabila seorang muslim menjalankan ibadah haji maka ia akan di beri gelar haji, haji
adalah sebutan atau gelar untuk pria muslim yang telah berhasil menjalankan ibadah
haji. Umum digunakan sebagai tambahan di depan nama dan sering disingkat dengan
“H”. Dalam hal ini biasanya para Haji membubuhkan gelarnya dianggap oleh
mayoritas masyarakat sebagai tauladan maupun contoh di daerah mereka. Bisa
dikatakan sebagai guru atau panutan untuk memberikan contoh sikap secara lahiriah
dan batiniah dalam segi Islam sehari-hari.
a. . Hukum Haji
21
Hukum menunaikan ibadah haji adalah wajib bagi setiap muslim yang mampu
dan berkewajiban itu hanya sekali seumur hidup. Apabila melakukannya lebih dari
satu kali, maka haji yang kedua dan seterusnya hukumnya sunnah.
1. Sesuai dengan firman Allah dalam Surah Ali – Imran (3) : 97.
Artinya : Dan (diantara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan
ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi orang – orang yang mampu mengadakan
perjalanan kesana.
Adapun yang dimaksud istita’ah (mampu dan kuasa) dalam melaksanakan ibadah haji
adalah sebagai berikut.
1. Menguasai tata cara pelaksanaan haji
2. Syarat mampu bagi laki-laki dan perempuan adalah:
(a) mampu dari sisi bekal dan kendaraan,
(b) sehat jasmani , artinya tidak dalam keadaan sakit atau mengidap penyakit yang
dapat membahayakan dirinya atau jemaah lain. Selain itu juga adanya persiapan
mental dengan cara menyucikan hati seperti berdoa, berzikir atau bersedekah,
(c) jalan penuh rasa aman,
(d) mampu melakukan perjalanan.
3. Mampu dari sisi bekal mencakup kelebihan dari tiga kebutuhan:
(a) nafkah bagi keluarga yang ditinggal dan yang diberi nafkah
(b) kebutuhan keluarga berupa tempat tinggal dan pakaian,
(c) penunaian utang.
4. Syarat mampu yang khusus bagi perempuan adalah:
(a) ditemani suami atau mahrom,
(b) tidak berada dalam masa ‘iddah.
5. Memiliki biaya untuk perjalanan ke tempat haji.
2. Dalil As Sunnah
22
، نواَّكلنحلليج، نورإيِتنللاَرء اَّلذزنكلاَرة، صللنرة اي نوأنذن يمنحذمفداَّ نريسوُيل ذ
نوإرنقلاَرم اَّل ذ، ار س نشنهاَندرة أنكن لن إرلنهن إرلذ ذ
بينرنىَ اَّرلكسلنيم نعنلِىَ نخكم ر
ضاَنن
صكوُرم نرنم ن
نو ن
Artinya: “Islam dibangun di atas lima perkara: bersaksi tidak ada sesembahan yang
berhak disembah selain Allah dan mengaku Muhammad adalah utusan-Nya,
mendirikan shalat, menunaikan zakat, berhaji dan berpuasa di bulan Ramadhan.”
(HR. Bukhari no. 8 dan Muslim no. 16).
Hadits ini menunjukkan bahwa haji adalah bagian dari rukun Islam. Ini berarti
menunjukkan wajibnya.
Dari Abu Hurairah, ia berkata,
« ت نحتذللىَ نقاَلنهنللاَ ثنلنثفللاَ فنقنللاَنل ار فننسللنك ن فننقاَنل نريجةل أنيكذل نعاَرم نيِاَ نريسوُنل ذ.« َّاي نعلِنكييكيم اَّكلنحذج فنيحيَجوُا
ض ذ أنيَيِنهاَ اَّلذناَ ي
س قنكد فننر ن
ت نننعكم لننوُنجبن ك
ت نولننماَ اَّكستن ن
طكعتيكم » لنكوُ قيكلِ ي-صلِىَ ا علِيه وسلِم- ا نريسوُيل ذ ر
Artinya: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berkhutbah di tengah-
tengah kami. Beliau bersabda, “Wahai sekalian manusia, Allah telah mewajibkan
haji bagi kalian, maka berhajilah.” Lantas ada yang bertanya, “Wahai Rasulullah,
apakah setiap tahun (kami mesti berhaji)?” Beliau lantas diam, sampai orang tadi
bertanya hingga tiga kali. Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda,
“Seandainya aku mengatakan ‘iya’, maka tentu haji akan diwajibkan bagi kalian
setiap tahun, dan belum tentu kalian sanggup” (HR. Muslim no. 1337).
Sungguh banyak sekali hadits yang menyebutkan wajibnya haji hingga mencapai
derajat mutawatir (jalur yang amat banyak) sehingga kita dapat memastikan hukum
haji itu wajib.
Setiap jamaah bebas untuk memilih jenis ibadah haji yang ingin dilaksanakannya.
Rasulullah SAW memberi kebebasan dalam hal itu, sebagaimana terlihat dalam hadis
berikut.
23
Aisyah RA berkata: Kami berangkat beribadah bersama Rasulullah SAW dalam tahun
hajjatul wada. Di antara kami ada yang berihram, untuk haji dan umrah dan ada pula
yang berihram untuk haji. Orang yang berihram untuk umrah ber-tahallul ketika telah
berada di Baitullah. Sedang orang yang berihram untuk haji jika ia mengumpulkan
haji dan umrah. Maka ia tidak melakukan tahallul sampai dengan selesai dari nahar.
24
Syarat hai adalah ketentuan yang harus dipenuhi oleh seseorang yang akan
melaksanakan ibadah haji. Syarat tersebut sebagai berikut.
1.Beragama Islam
2. Telah dewasa (baligh)
3. Berakal sehat
4. Merdeka (bukan budak atau hamba)
5. Mampu (istita’ah).
Catatan :
Anak yang belum dewasa apabila menunaikan ibadah haji maka hukumnya sunnah
sehingga ia harus mengulang menunaikan ibadah haji karena hukumnya masih wajib
baginya apabila sudah dewasa.
d. Syarat sah haji
1. Islam
2. Berakal
3. Miqot zamani, artinya haji dilakukan di waktu tertentu (pada bulan-bulan haji),
tidak di waktu lainnya. ‘Abullah bin ‘Umar, mayoritas sahabat dan ulama sesudahnya
berkata bahwa waktu tersebut adalah bulan Syawwal, Dzulqo’dah, dan sepuluh hari
(pertama) dari bulan Dzulhijjah
4. Miqot makani, artinya haji (penunaian rukun dan wajib haji) dilakukan di tempat
tertentu yang telah ditetapkan, tidak sah dilakukan tempat lainnya. Wukuf dilakukan
di daerah Arofah. Thowaf dilakukan di sekeliling Ka’bah. Sa’i dilakukan di jalan
antara Shofa dan Marwah. Dan seterusnya.
e. Rukun Haji
Rukun haji adalah rangkaian amalan haji yang harus dikerjakan. Apabila amalan
tersebut tidak dikerjakan. Apabila amalan tersebut tidak dikerjakan maka ibadah
hajinya tidak sah atau batal dan tidak boleh diganti dengan dam atau denda. Akan
tetapi, harus mengulang hajinya pada waktu yang lain.
Adapun yang termasuk rukun haji adalah sebagai berikut.
25
1. Ihram
2. Wukuf di Arafah
3. Thowaf ifadhoh
4. Sa’i
5. Tahalul (bercukur)
6. Tertib dan berurutan.
Jika salah satu dari rukun ini tidak ada, maka haji yang dilakukan tidak sah.
f. Sunah Haji
diantaranya sebagai berikut:
a. Sunah-Sunnah Ihram:
1. Mandi ketika ihram Berdasarkan hadits Zaid bin Tsabit bahwasanya beliau melihat
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengganti pakaiannya untuk ihram lalu mandi.
2. Memakai minyak wangi di badan sebelum ihram Berdasarkan hadits ‘Aisyah ia
berkata, “Aku pernah memberi wewangian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
untuk ihramnya sebelum berihram dan untuk tahallulnya sebelum melakukan thawaf
di Ka’bah.”
3. Berihram dengan kain ihram (baik yang atas maupun yang bawah) yang berwarna
putih Berdasarkan hadits Ibnu ‘Abbas, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam berangkat dari Madinah setelah beliau menyisir rambut dan memakai minyak,
lalu beliau dan para Sahabat memakai rida’ dan izar (kain ihram yang atas dan yang
bawah).
26
Artinya: “Pakailah pakaianmu yang putih, sesungguhnya pakaian yang putih adalah
pakaianmu yang terbaik dan kafankanlah orang-orang yang wafat di antara kalian
dengannya.”
4. Shalat di lembah ‘Aqiq bagi orang yang melewatinya Berdasarkan hadits ‘Umar, ia
berkata, “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda di
lembah ‘Aqiq:
يعكمنرةة رفي نحذجرة: نوقيكل،صيل رفي هننذاَّ اَّكلنوُاَّرديِ اَّكليمنباَنررك أننتاَرني اَّللِذكيلِنةن آ ر
ن:ت رمكن نريبي فننقاَنل
Artinya: “Tadi malam, telah datang kepadaku utusan Rabb-ku dan berkata,
‘Shalatlah di lembah yang diberkahi ini dan katakan (niatkan) umrah dalam haji.’”
Artinya: “Telah datang kepadaku Jibril dan memerintahkan kepadaku agar aku
memerintahkan para Sahabatku supaya mereka mengeraskan suara mereka ketika
membaca talbiyah.”
Oleh karena itu, dulu para Sahabat Rasulullah berteriak. Ibnu Hazm rahimahullah
berkata, “Dulu ketika Sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berihram
suara mereka telah parau sebelum mencapai Rauha.”
6. Bertahmid, bertasbih dan bertakbir sebelum mulai ihram Berdasarkan hadits Anas,
ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat Zhuhur empat raka’at di
Madinah sedangkan kami bersama beliau, dan beliau shalat ‘Ashar di Dzul Hulaifah
dua raka’at, beliau menginap di sana sampai pagi, lalu menaiki kendaraan hingga
27
sampai di Baidha, kemudian beliau memuji Allah bertasbih dan bertakbir, lalu beliau
berihram untuk haji dan umrah.”
7. Berihram menghadap Kiblat Berdasarkan hadits Nafi’, ia berkata, “Dahulu ketika
Ibnu ‘Umar selesai melaksanakan shalat Shubuh di Dzul Hulaifah, ia memerintahkan
agar rombongan mulai berjalan. Maka rombongan pun berjalan, lalu ia naik ke
kendaraan. Ketika rombongan telah sama rata, ia berdiri menghadap Kiblat dan
bertalbiyah ,Ia mengira dengan pasti bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengerjakan hal ini.”
h. Fungsi Haji
Diantara fungsi haji adalah sebagai berikut.
28
Ibadah haji merupakan ujian iman
Ibadah haji memberikan jaminan yang besar dari Allah berupa ampunan dari
dosa dan surga.
Perwujudan solidaritas Islam yang tidak terbatas oleh suku, bangsa, ras, kulit,
dan negara.
29
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berikut ini kami uraikan hasil kesimpulan makalah ini, yaitu:
1. Pengertian Rukun Islam dalam agama Islam terdapat beberapa aspek yang
menjadi fondasi ibadah, yang dinamakan Rukun Islam. Fondasi-fondasi
30
ibadah tersebut merupakan perwujudan hamba allah dalam
mengimplementasikan penghambaannya kepada Allah.
3. Shalat lima waktu sehari semalam yang Allah syariatkan untuk menjadi sarana
interaksi antara Allah dengan seorang muslim dimana ia bermunajat dan
berdoa kepada-Nya. Juga untuk menjadi sarana pencegah bagi seorang
muslim dari perbuatan keji dan mungkar sehingga ia memperoleh kedamaian
jiwa dan badan yang dapat membahagiakannya di dunia dan akhirat.
31
6. Rukun Islam kelima adalah haji ke baitullah Mekkah sekali seumur hidup.
Adapun lebihnya maka merupakan sunnah.
3.2 Saran
Setelah mengkaji berbagai hal mengenai rukun Islam, maka penulis menyarankan
agar kita senantiasa berusaha untuk melaksanakan ibadah yang diwajibkan Allah
yang terkandung dalam rukun Islam, yaitu syahadat, sholat, zakat, puasa dan naik
haji.
DAFTAR PUSTAKA
32
H. Nur.2004. Islam antara Keyakinan dan Praktek Ritual.Yogyakarta: AK GROUP
33