2.1 Leukemia
2.1.1 Introduksi
2.1.2 Epidemiologi
2.2.2.1 Definisi
2.2.2.2 Introduksi
Parameter Jumlah
Laki-laki 36
Perempuan 21
1-2 6
2-9 35
>10 14
>100-200 28
>200 7
a. Sindroma leukostasis
Patofisiologi
Tabel 2 : Jumlah sel darah putih yang dapat berkembang menjadi leukostasis
pada berbagai jenis leukemia8
AML
Organ Gejala
Sistem saraf pusat Pusing, somnolen, dizziness, nyeri kepala, delirium, koma,
defisit neurologis fokal,
Telinga Tinitus
Group Probability Severity of Pulmonary symptoms Neurological symptom Other organ system
symptoms
` Possible Slight Mild symptoms and slight Mild tinnius, headache, Moderate fatigue
limitation limitation during ordinary dizziness
activity, comfortable at rest
2 Probable Marke Marked limitations in activity Slight visual disturbance, Severe fatigue
limiations because of symptoms, even severe tinnitus, headche,
during less than ordnary dizziness
activity, comfortable only rest
Terapi suportif
Cairan
10 | E m e r e g e n s i H e m a t o l o g i / K i k i R o s m a y a n t i
Laju cairan tergantung pada beban tumor serta hemoglobin. Jika Hb
masih normal (≥7-8 g/dL atau lebih), cairan dengan volume yang lebih
tinggi dapat diberikkan, sementara terus dilakukan pemantauan untuk
kelebihan cairan dan urin output. Jika Hb sangat rendah (≤ 6 g/dL), cairan
dengan dosis yang rendah harus diberikan, karena volume yang lebih tinggi
dapat memacu gagal jantung kongestif. Tidak ada peraturan khusus untuk
penggunaan dieuretik pada hiperleukositosis, sebagai tujuannya adalah
hemodelusi dan pengurangan viskositas. Dieuretik seperti manitol dan
furosemid dapat diberikan untuk mempertahankan urin output minimal 80%
dari total cairan input (setidaknya 2,4 L/m2/hari atau 160 mL/kgBB/hari
pada pasien ≤ 10 kg). Makismum cairan balace positif yang diterima pasien
tanpa demam adalah 600mL/m2/hari. Diuretik tidak diberikan jika ada
kontraindikasi misalnya hipovolemia3.
Cairan harus bebas kalium, kalsium atau fosfat. Hidrasi ini harus
diberikan sesegera mungkin pada pasien dengan risiko TLS. Idealnya,
diberikan 24-48 jam.
Alkalinasi Urin
11 | E m e r e g e n s i H e m a t o l o g i / K i k i R o s m a y a n t i
Transfusi produk darah
Sitoreduksi
12 | E m e r e g e n s i H e m a t o l o g i / K i k i R o s m a y a n t i
sitoreduksi low-dose. Pada leukofaresis dapat menurunkan leukosit dengan
cepat 20-60% namun, hanya dapat menurunkan jumlah leukosit sementara
maka harus diiukut dengan hidrokurea dengan dosis 50-100 mg/kgBB
Leukafaresis
13 | E m e r e g e n s i H e m a t o l o g i / K i k i R o s m a y a n t i
Sangat sulit untuk memutuskan bahwa leukapheresis berpengaruh
terhadap kematian dini. Empat dari lima pasien yang diteliti oleh Oussame
et al pada pasien dengan ALL yang menunjukkan adanya klinis gangguan
neurologis dan telah mendapatkan leuapheresis membaik setelah prosedur
selesai (1 pasien memiliki jumlah sel darah putih > 400 x 109/L, yang dapat
berkembang menjadi iskemik strok namun membaik dengan leukapheresis).
Sedangkan 1 pasien lagi meninggal akibat perdarahan sistem saraf pusat9.
Indikasi leukapheresis8,9
14 | E m e r e g e n s i H e m a t o l o g i / K i k i R o s m a y a n t i
Komplikasi3,8,9
1. Hipokalsemia
2. Kehilangan darah
3. Kehilangan trombosit
4. Akses vena
15 | E m e r e g e n s i H e m a t o l o g i / K i k i R o s m a y a n t i
5. Fragmentasi sel darah putih
16 | E m e r e g e n s i H e m a t o l o g i / K i k i R o s m a y a n t i
skema berikut menjabarkan mengenai alur menegemen hiperleukositosis
17 | E m e r e g e n s i H e m a t o l o g i / K i k i R o s m a y a n t i
2.3 Tumor Lisis Sindrom
2.3.1 Introduksi
18 | E m e r e g e n s i H e m a t o l o g i / K i k i R o s m a y a n t i
6. Terdapat gangguan ginjal sebelumnya atau tumor pada ginjal
7. Bertambanhnya usia
9. Deplesi volume
11. Adanya penggunaan zat yang dapat meningkatkan kadar asam urat termasuk
alkohol, asam askorbat, aspirin, kafein, cisplatin, diazoxide, diuretik tiazid,
adrenalin (epinefrin), etambutol, levodopa, metildopa, asam nikotinik,
pirazinamid, fenitiazin, dan teofilin.
Risk stratification
19 | E m e r e g e n s i H e m a t o l o g i / K i k i R o s m a y a n t i
Gambar 3: patofisiologi tumor lisis sindrom22
1. Hiperurisemia
20 | E m e r e g e n s i H e m a t o l o g i / K i k i R o s m a y a n t i
dan machrophage migration inhibition factor (MIF). Selain itu, mekanisme
crystal-indepndent yang berpengaruh pada hemodinamika. Diantaranya
adalah meningkatkan tekanan kapiler peritubul, meningkatkan
vasokonstriksi dan menurunkan aliran darah. Asam urat juga mencegah
pemulihan dari AKI pada TLS, karena terbukti menghambat proliferasi sel
tubulus proksimal. Semua mekanisme ini berastu dan menyebabkan AKI.
Secara klinis, hiperuresemia tidak memberikan gejala dikarenakan kristal
asam urat tidak menyebabkan kolik ginjal, menifestasi ini khas pada
nefrolitiasis asam urat.
2. Hiperkalemia
21 | E m e r e g e n s i H e m a t o l o g i / K i k i R o s m a y a n t i
penyimpanan kalium dalam tubuh berkisar 50 mEq/kg (sekitar 3500 mEq
pada orang dengan berat badan 70 kg). Homeostasis mempertahankan
tingkat kalium serum dalam kisaran serum antara (3,5-5,0 mEq/L). Jika
berlebihan 90% kalium akan di eksresikan melalui ginjal dan kurang dari <
10% melalui feses dan keringat. Selain itu, untuk membuat kadar kalium
tetap stabil dalam serum maka uptake kalium dalam sel ditingkatkan
memalui pompa Na-K-ATP ase. Saat pompa ini bekerja membutuhkan
peran stimulus dari adrenergik dan insulin. Ketika kalium terlalu banyak di
dalam sel maka akan menyebabkan penurunan tendensi kalium untuk
berdifusi ke luar sel, hal ini dikarenakan muatan anion yang rendah yang
dapat mencegah kalium meninggalkan sel. Saat terjadi peningkatan jumlah
kalium di dalam sel maka terjadi peningkatan RMP dan menyebabkan
depolarisasi kemudian menyebabkan penurunan tendensi untuk natrium
atau kalsium masuk ke dalam sel, yang kemudian menyebabkan flasid otot.
Gagal ginjal akut pada tumor lisis sindrom diakibatkan oleh urat
nefropati akut atau hiperfosfatemik nefrokalsinosis yang menyerang
tubulointerstitium. Beberapa penelitian menunjukkan bahwarasio antara
22 | E m e r e g e n s i H e m a t o l o g i / K i k i R o s m a y a n t i
asam urat urin terhadap kreatinin >1 dapat menyebabkan nefropati asam
urat, namun penelitian lain telah mencatat bahwa rasio asam urat dengan
kreatinin yang tinggi merupakan etiologi yang lain penyebab AKI.
2.3.4 Terapi9,10
Hidrasi
Alkalinasi Urin
Allupurinol10
23 | E m e r e g e n s i H e m a t o l o g i / K i k i R o s m a y a n t i
profilaksis pada pasien dengan risiko rendah atau intermediate terjadinya
tumor lisis sindrom. Smalley et al. Melalukan uji coba pada 1.172 pasien
yang di evaluasi baik efikasi dan keamanan penggunaan allupurinol IV pada
pasien dnegan hiperuresemia. Terbukti dapat menurunkan kadar asam urat
57% pada dewasa dan 88% pada anak-anak. Ketika allupurinol digunakan
sebagai profilaksis, allupurinol dapat mencegah peningkatan kadar asam
urat pada 93% dewasa dan 92% anak-anak.
Rasburicase
24 | E m e r e g e n s i H e m a t o l o g i / K i k i R o s m a y a n t i
menurunkan kebutuhan dialisis. Penelitian menunjukkan efikasi terhadap
pencegahan TLS sangat tinggi dengan dosis injeksi Rasburicase 5 mg.
Anak yang baru terdiagnosis atau relaps leukemia atau limfoma yang
tidak mendapatkan terapi oral dengan alasan fisiologis seperti muntah
dan gangguan absorpsi gastrointestinal.
Anak yang baru terdiagnosis atau relaps leukemia atau limfoma dengan
gangguan ginjal yang nyata ( kreatinin serum ≥ 1,5x batas normal)
Rendah Tinggi
Hidrasi Ya Ya
Allopurinol Ya Tidak
Rasburicase Tidak Ya
25 | E m e r e g e n s i H e m a t o l o g i / K i k i R o s m a y a n t i
Febuxostat
2.4.1 Introduksi
26 | E m e r e g e n s i H e m a t o l o g i / K i k i R o s m a y a n t i
menentukkan etiologi ini dapat dipahami dengan melihat klasifikasi anemia,
klinis yang berkaitan serta interpretasi laboratorium. Pembahasan ini
selanjutkan berfokus pada evaluasi, klasifikasi dan diferensial diagnosos
serta menegement awal anemia akut14.
2.4.2 Definisi14
Tabel 8 : nilai normal Hb. Hematocrit dan sel darah merah berdasarkan usia15
Nilai normal
27 | E m e r e g e n s i H e m a t o l o g i / K i k i R o s m a y a n t i
kedokteran emergensi, anemia dibagi menjadi dua kategori umum yakni akut
dan komplikasi yang mengancam nyawa.
Untuk mendiagnosis anemia pada anak secara akurat, terlebih dulu harus
mengetahui klasifikasi, memahami patofisologi dan terapi yang akan diberikan.
Pengumpulan sample juga harus tepat untuk memberikan interpretasi yang
akurat.
Terganggunya produksi sel darah merah, dimana prekursr sel darah merah
terhenti untuk membelah baik secara diturunkan atau didapat
Anemia akibat inaktivitas eritropoiesis, dimana tejadi peningkatan
precursor sel darah merah namun gagal untuk maturasi
Anemia akibat kehilangn darah baik akut maupun kronis.
Anemia hemolitik, dimaa sel darah merah dirusak saat berada disirkulasi
baik oleh faktor instrinsik maupun injuri eksternal. Sumsum tulang akan
berespon terhadap penurunan Hb dengan cara meningkatkan produksi
retikulosit.
28 | E m e r e g e n s i H e m a t o l o g i / K i k i R o s m a y a n t i
Tabel 9: Klasifikasi anemia14
Kehilangan darah
Kehilangan darah merupakan penyebab umum terjadinya anemia akut.
Yakni anemia defisiensi besi baik akibat chronic slow bleeding dan
29 | E m e r e g e n s i H e m a t o l o g i / K i k i R o s m a y a n t i
deficit nutrisi. Kasus yang mengancam nyawa adalah akibat trauma,
perdarahan massif saluran cerna.
Hemoglobinopati
Pasien dengan sikle sel dapat mengalami komplikasi yang mengancam
nyawa akibat acute splenic sequestration dan krisis aplastic. Krisis
aplastic ini terhentinya ertropoiesis yang umumnya berkaitan dengan
human parovirus B19.
Hemolysis akut
Akibat abnormalitas enzim sel darah merah, defek membrane,
autoimun hemolytic anemia, hemolytic uremic syndrome, DIC dan lain-
lain.
30 | E m e r e g e n s i H e m a t o l o g i / K i k i R o s m a y a n t i
Berikut akan dijelaskan mengenai skema diagnostic anemia pada anak15.
31 | E m e r e g e n s i H e m a t o l o g i / K i k i R o s m a y a n t i
2.4.5 Anamnesis14
Perlu kita nilai usia, jenis kelamin, ras, etnis, diet, riwayat
pengobatan, gejala yang mengindikasikan adanya infeksi, dan riwayat keluarga.
Sebagai contoh, anemia dapat dideteksi pada pasien dengan usia antara 3 hingga
6 bulan yang mengindikasikan adanya gangguan kongenital seperti gangguan
struktur Hb atau sintesis Hb, berbeda dengan anemia defisiensi besi, yang
umumnya tidak terdapat pada pasien dengan usia setelah usia 6 bulan. Perlu
juga diketahui, anemia selama fase neonatal dapat terjadi isoimunisasi dari
antibodi ibu atau terjadi anemia hemolitik kongenital. Riwayat adanya
hiperbilirubinemia mungkin penting sebagai petunjuk mengarah ke diagnosis
anemia hemolitik kongenital, spherocytosis herediter, riwayat splenektomi, dan
atau kolesistektomi.
32 | E m e r e g e n s i H e m a t o l o g i / K i k i R o s m a y a n t i
tertentu seperti penyakit yang berakitan dengan HbS dan HbC di Afrika atau
Amerika Afrika, serta G6PD dan talasemia yang umum pada masyarakat
mediterania. Beberapa kelainan hemoglobinopati dan defisiensi enzim dapat
memacu anemia merupakan kelainan yang diturunkan, oleh karena itu, penting
sekali ditanyakan riwayat hematologi, adakah ikterik, batu empedu atau
splenomegali.
33 | E m e r e g e n s i H e m a t o l o g i / K i k i R o s m a y a n t i
2.4.6 Pemeriksaan fisik
Pucat merupakan gejala umum yang berkaitan dengan anemia dan ini
disebabkan oleh kombinasi dari konsentrasi Hb dalam darah, kondisi
vasokonstriksi pembuluh darah kutaneus, dan ada atau tidaknya edema. Pucat
sebagai temuan pemeriksaan fisik sangat bervariasi, pada anak yang tampak
pucat dapt memiliki konsentrasi Hb yang normal. Bisa saja pasien dapat
menampakkan kulit yang sedikit kekuningan, hal ini dapat merupakan kondisi
familial dan bukan merupakan indikasi anemia atau hemolisis. Selain pucat,
temuan pemeriksaan fisik lainnya adalah nyeri kepala, pingsan, kelemahan,
kelelahan, lekas marah, takikardi, dispneu, anoreksi, dan edema. Anak-anak
dengan anemia hemolitik mungkin mengalami mual, muntah dan nyeri perut,
nyeri sendi, demam, sakit kuning, dan perubahan warna urin. Temuan
pemeriksaan fisik lain mungkin dapat memberikan petunjuk penting etiologi
anemia. Sebagai contoh, pada pemeriksaan wajah dengan gambaran tulang
rahang atas yang menonjol yang menunjukkan adanya hematopoiesis
ekstramdular pada talasemia mayor atau pada kasus jarang pada anemia
defisiensi besi yang berat. Stomatitis sudut mulut sering terlihat pada anemia
defisiensi besi, glositis khas pada defisiensi B12 atau asam folat. Pasien dengan
anemia hemolitik kongenital atau leukemia dapat ditandai dengan
splenomegali14.
34 | E m e r e g e n s i H e m a t o l o g i / K i k i R o s m a y a n t i
2.4.8 Etiologi dan Patofisiologi13
Fungsi utama sel darah merah adalah mentransport oksigen dari paru
ke jaringan dan menstransport karbon dioksida ke paru. Transport oksigen
dipengaruhi oleh sejumlah, afinitas oksigen dan aliran darah.
35 | E m e r e g e n s i H e m a t o l o g i / K i k i R o s m a y a n t i
herediter dapat menggambarkan anemia berat yang tiba-tiba, yang kadang
dapat mengancam nyawa.
36 | E m e r e g e n s i H e m a t o l o g i / K i k i R o s m a y a n t i
protoporfirin eritrosit bebas, dapat digunakan sebagai marker eritropoiesis
defisiensi besi. Protoporfirin eritrositik bebas normal pada talasemia trait.
Saturasi transferrin juga sangat bermanfaat, dimana transferrin normal 20-50%
dan kurag dari 15% mengindikasin defisiensi besi.
Keracunan timbal
37 | E m e r e g e n s i H e m a t o l o g i / K i k i R o s m a y a n t i
hepcidin dapat meningkat sebagai respon terhadap sitokin (IL-6) dan dapat
mencegah pelepasan besi dari makrofag, menyebabkan hipoferremia13.
Anemia megaloblastik
c. Hemolitik anemia
38 | E m e r e g e n s i H e m a t o l o g i / K i k i R o s m a y a n t i
dari infeksi mycoplasma atau infeksi virus, tidak jarang obat-obatan seperti
sefalosporin dapat menginduksi cold antibody.
Terapi pada penyakit ini berkaitan dengan penyebab dan tipe AIHA.
Langkah pertama adalah stabilisasi pasien, karena pasien dapat mengalami
deplesi volume akibat hemolysis intravascular. pada kebanyakan kasus AIHA
tipe warm antibody, semua unit darah dapat tidak kompatibel untuk di uji,
sebagai antibody nonspesifik.
39 | E m e r e g e n s i H e m a t o l o g i / K i k i R o s m a y a n t i
berisiko mengalami komplikasi yang mengancam nyawa seperti kiris aplasia
dan kolesistitis akut dari batu empedu, akibat dari hemolysis kronis. Pada krisis
aplastic, produksi sel darah merah ditekan akibat infeksi virus, umumnya adalah
parovirus B19. Pada pasien ini akan tampak anemia berat dan retikilositopenia.
Transfuse sel darah merah dibutuhkan pada beberapa kasus berat.
40 | E m e r e g e n s i H e m a t o l o g i / K i k i R o s m a y a n t i
Diagnostik hemolisis14
f. Hemoglobinopati
41 | E m e r e g e n s i H e m a t o l o g i / K i k i R o s m a y a n t i
yang rendah. Terapi ini adalah dengan cara diberiknnya transfuse PRBC
khususnya jika Hb <5 g/dL atau ketika ada tanda ketidakstabilan hemodinamik.
42 | E m e r e g e n s i H e m a t o l o g i / K i k i R o s m a y a n t i
Terapi inisiasi adalah immunosupresi dengan menggunakan steroid
dan atau cidosporin, dan harus diberikan sesegera mungkin.
2.4.9 Terapi13,15
43 | E m e r e g e n s i H e m a t o l o g i / K i k i R o s m a y a n t i
3. Anemia akut akibat acquired platelet disorder
Pasien dengan trombositopenia disertai adanya bukti perdarahan
harus mendapatkan transfuse platelet. Pasien dengan jumlah platelet <
10,000/ul berisiko untuk mengalami perdarahan serebral dan membutuhkan
transfuse profilaksis.
Hb yang rendah <7-8 g/dL atau kehilangan darah yang cepat lebih dari 30-
40%, membutuhkan transfuse PRBC pada sebagian pasien
Pada anak dengan anemia berat, transfuse PRBC telah terbukti aman dan
efektif serta dapat meningkatkan hematocrit sekitar 1% tiap 1 ml/kg transufi
PRBC.
Pada pasien dengan hemoglobinopati, sel darah merah ditransfusikan untuk
mencegah komplikasi akut dan kronik
Pada neonates, peningkatan hematokrit hingga diatas 0,30-0,35 dibutuhkan
ketika terdapat distress respirasi.
44 | E m e r e g e n s i H e m a t o l o g i / K i k i R o s m a y a n t i
2.5 Efek Samping Transfusi
2.5.1 Introduksi
Reaksi akut mulai dari febril non spesifik sampai yang mengancam nyawa
yakni hemolysis intravascular. jika reaksi akut transfuse dicuragi maka perlu
tindakan sebagai berikut:
45 | E m e r e g e n s i H e m a t o l o g i / K i k i R o s m a y a n t i
Cek label kantong darah dan cek identitas pasien
Jika reaksi tansfusi berat atau terdapat ketidakcocokan identitas, lepas
needle segera
Jika reaksi transfuse ringan, biarkan IV line tetap terbuka lalu berikan infus
0,9% NaCl
Rash (localized)
Lambatkan transfuse
Berikan antihistamin IM
Jika tidak ada perbaikan klinis selama 30 menit atau tanda dan gejala
memburuk, terapi sebagai kategori 2, jika membaik maka pelankan
transfuse
46 | E m e r e g e n s i H e m a t o l o g i / K i k i R o s m a y a n t i
Tabel 11: Kategori reaksi sedang-berat
Urtikaria Pruritus
Rigors Palpitasi
Takikardi
47 | E m e r e g e n s i H e m a t o l o g i / K i k i R o s m a y a n t i
Tabel 12: Kategori 3 reaksi yang mengancam nyawa
Unexplained Dispneu
bleeding (DIC)
Hentikan transfuse dan biarkan IV line tetap terbuka dengan normal salin di
tempat lain
Infus normal salin dan pertahankan TD sistolik
Pertahanka jalan nafas dan berikan oksigen dengan mask
Berikan adrenalin (1: 1000 solution) 0,01 mg/kgBB melalui inejski
intramuscular secara perlahan
Berikan kortikosteroid IV dan bronkodilator jika terdapat gambaran
anafilaksis
Berikan diuretic seperti furosemide 1 mg/kgIV
Perika urin untuk menilai secara visual adakah hemoglobinuria
Kirim unit darah dengan set transfuse, sample urin dan darah untuk
dilakukan pemeriksaan oleh transfusion center.
Hitung urin output dalam 24 jam, dan pertahankan balance cairan
48 | E m e r e g e n s i H e m a t o l o g i / K i k i R o s m a y a n t i
Nilai adakah perdarahan atau luka pada tempat suntikan. Jika terdapat bukti
adanya DIC, berikan platelet (dewasa 4-6 unit) dan cryoprecipitate (dewasa
: 12 unit) atau FFP (dewasa 3 unit)
Nilai ulang, jika hipotensi
o Berikan saline
o Berikan inotropic, jika tersedia
Jika urin output sedikit atau terbukti adanya gagal ginjal akut (peningkatan
kalium, uerum dan kreatinin):
o Pertahankan balance cairan secara akurat
o Berikan diuretic seperti furosemide 1 mg/kg IV
o Pertimbangkan pemberikan infus dopamine, jika tersedia
o Pertimbangkan untuk dialisis
Jika dicurigai bakterimia (adanya rigor, demam, kolaps, tidak adanya reaksi
hemolitik) mulai berikan antibiotic IV broad-spectrum.
2.6 TRALI
2.6.1 Introduksi
49 | E m e r e g e n s i H e m a t o l o g i / K i k i R o s m a y a n t i
berimplikasi pada sebagian kasus dengan antibody directed pada human
leukocyte antigen (HLA) klas I, HLA klas II atau neutrophil-spesific antigen,
khususnya HNA-3a. aktivasi endothelium pulmonal sangat penting dalam
perkembangan TRALI. Transfused leukoagglutinating antibodies berikatan
dengan netrofil resipien yang terletak pada endotel pulmonal dan menyebabkan
aktivasi dan pelepasan oksidase dan damaging biologic response lainnya yang
menyebabkan kebocoran kapiler18.
2.6.2 Definisi
50 | E m e r e g e n s i H e m a t o l o g i / K i k i R o s m a y a n t i
TRALI merupakan acute lung injury sementara yang berkaitan
dengan transfuse. Hal ini tidak berbeda secara fisiologi dengan ALI atau ARDS,
pada penampakkan autopsy pada kasus TRALI yang fatal ditemukan adanya
PMN mediated dab temuan autopsy ini sama dengan pasien ALI / ARDS.
Diagnosis TRALI harus dipertimbangkan pada semua kasus distress respiratori
dengan hipoksemia yang signifikan (PaO2/FiO2 kurang dari 300 mmHg)
sementara yang berkaitan dengan transfuse dan harus memenuhi kriteria untk
ALI (table1). TRALI dapat dengan atau tanpa adanya factor risiko ALI
sepanjang saat di observasi tampak insufisiensi pernapasan yang sementara dan
berkaitan dengan transfuse (table 2). Namun, perburukan fungsi pulmonal
setelah transfuse dengan penurunan status respirasi perlu dipertimbangkan
TRALI.
51 | E m e r e g e n s i H e m a t o l o g i / K i k i R o s m a y a n t i
rutin. Auskultasi paru akan ditemukan ronki difus dan penurunan suara nafas.
adanya hipoksemia dengan PaO2/FiO2 kurang dari 300 mmHg, dan penurunan
pulmonary compliance sedangkan fungsi jantung normal. Gambaran radiografi
tampak difus, infiltrate halus disertai edema pulmonal (gambar 7).
52 | E m e r e g e n s i H e m a t o l o g i / K i k i R o s m a y a n t i
menyebabkan TRALI adalah PRBs dan WB-PLTs yang tidak memiliki kadar
plasma yang tinggi19.
2.6.7 Pathogenesis18-20
53 | E m e r e g e n s i H e m a t o l o g i / K i k i R o s m a y a n t i
adesi PMNS pada paru atau menyerang biologic response modifier lainnya.
Termasuk komponenen lipofilik yang menyebabkan aktivasi produk
mikrobisidal, dan adesi PMNs, menghasilkan kerusakan endotel, kebocoran
kapiler dn TRALI. Kondisi lain, telah dijelaskan mekanisme TRALI pada
pasien neutropenia. Pada pasien ini TRALI disebabkan oleh infuse vascular
endothelial growth factor (VEGF), yang merupakan factor efektif
peningkatan permeabilitas, atau akibat infuse antibody yang menyerang HLA
klas II yang berada pada endotel vascular pulmonal sehingga menyebabkan
bentuk endotel berubah dan mengalami fenestrasi, dan selanjutnya
menyebabkan kebocoran pulmonal ringan.
54 | E m e r e g e n s i H e m a t o l o g i / K i k i R o s m a y a n t i
2.6.8 Pencegahan
2.6.9 Tatalaksana
55 | E m e r e g e n s i H e m a t o l o g i / K i k i R o s m a y a n t i
diuretic pada pasien TRALI dapat menyebabkan hypovolemia. Tidak ada data
mengenai efikasi steroid, sehingga saat ini penggunaannya belum jelas20.
56 | E m e r e g e n s i H e m a t o l o g i / K i k i R o s m a y a n t i
BAB III
DAFTAR PUSTAKA
57 | E m e r e g e n s i H e m a t o l o g i / K i k i R o s m a y a n t i
12. Sickkids. Guideline for the Prevention of Tumour Lysis Syndrome. Ickkids:
UK. 2010.
13. Nahar, Akash, dkk. Approach to Severe Anemia in Children in the
emergency room. Hematology-Oncology Childrens Hospital: Bulevard.
2014.
14. E, Steven, Krug. Pediatric Emeregncy Medicine Hematologic and
Oncologic Emergencies. Elsevier: Chicago. 2010.
15. Janus, Jenniefer, dkk. Evaluation of Anemia in Children. Aafp: West
Virginia.2015.
16. Kahsai, Daniel. Acute anemia. American College of Emergency Physicians,
American medical Association: USA. 2015.
17. WHO. Clinical Transfuison Practice. WHO: USA. 2010.
18. Latham, Tom. Transfusion Related Acute Lung Injury (TRALI).
Transfusion Medicine Clinical Policies Group: UK. 2011.
19. J, Darrell, MD Triulzi. Transfusion Related Acute Lung Injury: Current
Concept for the Clinician. International Anesthesia Research Society: USA.
2009
20. Silliman Cristhoper, R Daniel, Amruso, K Lynn, Boshkov. Transfusion
Related Acute Lung Injury. Bloodjournal: Portland. 2016
21. R, Terkeltaub. Novel Therapies for Treatment of Gout and Hyperuricemia.
Veterans Affairs Medical Center: San Diego. 2009.
22. Darmon, dkk. Acute Lysis Syndrome: a Comprehensive review. Rev Bas
Ter Intensiva: France. 2008
58 | E m e r e g e n s i H e m a t o l o g i / K i k i R o s m a y a n t i