R E F E R AT
LARINGOMALASIA
P E M B I M B I N G : D R S AT R I A N U G R A H A W, S P. T H T- K L
F A D H L U R R A H M A N A N A N D I T YA
NABILA PUTRI HAZIMA
P ERI ODE 5 FEB RUARI – 5 M ARET 2018
ANATOMI LARING
Batas atas = Aditus Laring
Batas bawah = Kartilago krikoid
Laring terdiri dari satu tulang yaitu os hyoid dan beberapa tulang rawan.
Tulang rawan yang menyusun laring adalah :
1. kartilago epiglotis
2. kartilago tiroid
3. kartilago krikoid
4. kartilago arytenoid (2 buah)
4. kartilago kornikulata (2 buah)
5. kartilago kuneiformis (2 buah)
6. kartilago tritisea
ANATOMI LARING
ANATOMI LARING
Plika vokalis dan plika vestibularis membagi rongga laring menjadi 3 bagian yaitu vestibulum
laring / supraglotik , glotik dan subglotik
Bidang antara plika vokalis kanan dan kiri disebut rima glottis / glotik
Bidang antara plika ventrikularis kanan dan kiri disebut rima vestibuli
Vestibulum laring adalah rongga laring yang terdapat di atas plika ventrikularis. Daerah ini
disebut supraglotik
Supraglotik terdiri dari :
kartilago epiglotis, plika ariepiglotika dan kartilago aritenoid
Daerah subglotik adalah rongga laring yang terletak di bawah plika vokalis
ANATOMI LARING
DEFINISI LARINGOMALASIA
• Laringomalasia adalah kelainan kongenital pada laring berupa flaksiditas dan
inkoordinasi kartilago supraglotik dan mukosa aritenoid, plika ariepiglotik dan
epiglotis, sehingga terjadi kolaps dan obstruksi saluran napas atas yang menimbulkan
gejala utama berupa stridor inspiratoris kronis pada bayi dan anak
ETIOLOGI LARINGOMALASIA
Exercise induced
laringomalasia/EIL
Pada kedua kasus tersebut kartilago tampak terkulai dan pada pemeriksaan endoskopi tampak
terjadi prolaps di atas laring selama inspirasi. Obstruksi inspiratoris ini menyebabkan stridor
inspiratoris.
PERKEMBANGAN KARTILAGO LARING
• Penelitian terhadap perkembangan kartilago laring menunjukkan perubahan yang konsisten pada
isi proteoglikan dengan pematangan.
• Kartilago neonatus terdiri dari kondroitin-4-sulfat dengan sedikit kondroitin-6-sulfat dan
hampir tanpa keratin sulfat.
• Tulang rawan orang dewasa sebagian besar terdiri dari keratin sulfat dan kondroitin-6sulfat.
• Dengan bertambahnya pematangan, matriks tulang rawan bertambah, akan menjadi
kurang air, lebih fibrosis dan kaku
MANIFESTASI KLINIK
• Timbul pada usia 6 bulan dan menghilang antara usia 12-18 bulan.
• Gejala khas :
1. Stridor inspiratoar dengan atau tanpa komponen ekspirasi. Stridor bersifat
bervibrasi dan bernada tinggi
Stridor akan bertambah berat sampai usia 8 bulan, menetap sampai usia 9
bulan.
Bertambah ketika anak aktif, menyusu, menangis, makan
Berkurang ketika bayi rileks, tidur telungkup atau jika leher dalam posisi fleksi.
2. Sulit bernapas Sianosis
3. Intake makan sulit BB↓
KLASIFIKASI LARINGOMALASIA
• Berdasarkan letak prolaps dari struktur supraglotis, Olney dkk membuat klasifikasi untuk
laringomalasia. Klasifikasinya adalah :
• Tipe 1, yaitu prolaps dari mukosa kartilago aritenoid yang tumpang tindih.
Tipe 2, yaitu memendeknya plika ariepiglotika.
2. Laringomalasia Sedang
- Pernafasan stridor saat bernapas
- Obstruksi jalan nafas (dari pita suara yang tidak kaku)
- Intake makanan sulit BB↓
- Muntah dan meludah
- GERD
3. Laringomalasia Berat
- Apnea yang mengancam jiwa
- Membutuhkan oksigen untuk bernapas
- Resesi toraks
- Masalah jantung atau paru-paru akibat kerusakan oksigen kronis
- Gangguan dalam tumbuh kembang akibat gizi kurang
DIAGNOSIS LARINGOMALASIA
• Diagnosis laringomalasia dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesis
– Riwayat stridor inspiratoris muncul 6 bulan awal kehidupan.
– Stridor berupa tipe inspiratoris dan terdengar seperti kongesti nasal, yang biasanya
membingungkan. Namun demikian stridornya persisten dan tidak terdapat sekret nasal.
– Stridor bertambah jika bayi dalam posisi terlentang, ketika menangis, ketika terjadi infeksi
saluran nafas bagian atas, dan pada beberapa kasus, selama dan setelah makan.
– Tangisan bayi biasanya normal
2. Pemeriksaan fisik
– Bayi terlihat normal dan berinteraksi secara wajar.
– Dapat terlihat takipneu ringan
– Tanda-tanda vital normal, saturasi oksigen normal
– Biasanya terdengar aliran udara nasal, suara ini meningkat jika posisi bayi terlentang
– Tangisan bayi biasanya normal
– Stridor inspiratoris.
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laringoskopi fleksibel
• Cara: Pemeriksaan dilakukan dengan posisi tegak melalui hidung
• Tujuan: menilai patensi dan gerakan dinamis (kolaps) laring serta jaringan di sekitarnya
• Hasil: ditemukan bentuk “ Ω “ pada epiglotis
DIAGNOSIS BANDING
LARINGOMALASIA
• Diagnosis banding laringomalasia adalah penyakit dengan penyebab stridor inspiratoris lain pada
anak-anak yaitu :
- hemangioma supraglotik,
- massa atau adanya jaringan intraluminal seperti kista laring,
- kelainan akibat trauma : edema dan stenosis supraglotik,
- kelainan pita suara.
TATALAKSANA LARINGOMALASIA
• Pada sebagian besar kasus, laringomalasia tidak memerlukan pengobatan tertentu.
• Bayi harus diamati secara seksama selama episode infeksi saluran napas untuk melihat adanya
gangguan respirasi.
• Laringomalasia ringan follow up pasien.
Jika secara klinis terjadi hipoksemia (Sa < 90%) dberi oksigenasi
• Laringomalasia berat
gejala: - Obstruksi napas + resesi torkas (saat tidur atau terbangun)
- Sulit makan Arypiglottoplasty atau
- Refluks berat Trakeostomi
- Gagal tumbuh
• Berdasarkan klasifikasi Olney terdapat tiga teknik aryoepiglottoplasti. Teknik
yang dipilih tergantung pada kelainan laringomalasianya:
– Laringomalasia tipe 1 dilakukan eksisi jaringan mukosa yang berlebihan pada
bagian posterolateral dengan menggunakan pisau bedah atau dengan laser CO2.
– Laringomalasia tipe 2 dengan memotong plika ariepiglotika yang pendek
mendekatnya struktur anterior dan posterior supraglotis.
– Laringomalasia tipe 3 dengan eksisi melewati ligamen glosoepiglotika untuk
menarik epiglotis ke depan dan menjahitkan sebagian dari epiglotis ke dasar lidah
PROGNOSIS LARINGOMALASIA
• Prognosis laringomalasia umumnya baik. Biasanya dapat sembuh sendiri, dan
tidak berpengaruh pada tumbuh kembang anak.
• Pada sebagian besar pasien, gejala menghilang pada usia 1- 2 tahun,