Pembimbing:
DR.dr. Debbie Latupeirissa, SpA
(K)
Sumber: Praveen Kumar, Kalpana Chandra. A Clinical Study of Febrile Thrombocytopenia. Indian Journal of Clinical Practice. 2013.
Epidemiologi DBD berdasarkan data WHO
• Indonesia dimasukkan dalam
kategori “A” dalam stratifikasi DBD
oleh World Health Organization
(WHO) 2001.
• Tingginya angka perawatan rumah
sakit dan kematian akibat DBD,
khususnya pada anak.
• Data Departemen Kesehatan RI
menunjukkan pada tahun 2006
(dibandingkan tahun 2005)
terdapat peningkatan jumlah
penduduk, provinsi dan kecamatan
yang terjangkit penyakit ini, Sumber: World Health Organization (WHO). Comperhensive
dengan case fatality rate sebesar guidelines for pervention and control of dengue and dengue
1,01% hemorragic fever: WHO 2011.
.
Patofisiologi
Penurunan produksi platelet
• Pada infeksi oleh virus dengue dapat terjadi aktivasi sistem koagulasi
yang berlebihan karena adanya pengeluaran Platelet Factor-IV yang
dimediasi oleh kompleks viral-antibodi.
• Pada infeksi dengue juga dapat terjadi disfungsi endotel sehingga
akan memperberat koagulopati konsumtif.
Manifestasi Klinis
Anamnesis:
• Karakteristik perdarahan (jenis, durasi, lokasi, keparahan)
• Menggali pola demam yang terjadi, untuk menentukan etiologi penyakit.
• Menanyakan gejala-gejala prodormal lain, seperti nyeri otot, nyeri retroortbita, nyeri
sendi.
• Tanda dan gejala pada umumnya, serta factor pencetus, termasuk onset yang tiba-
tiba, petekie, menoragia, epistaksis, perdarahan gusi, riwayat infeksi virus, tendensi
memar.
• Riwayat bepergian ke daerah endemis dalam 2 minggu terakhir, untuk menentukan
etiologi dari penyakit.4
Pemeriksaan Fisik
• Tanda-tanda syok:
- Anak gelisah sampai terjadi penurunan kesadaran, sianosis.
- Nafas cepat, nadi teraba lembut kadang tidak teraba.
- Tekanan darah turun
- Akral dingin, capillary refill time menurun (<3detik)
- Diuresis menurun sampai anuria.
• Tanda-tanda defisit neurologis dapat ditemukan apabila sudah ditemukan
komplikasi terhadap sistem saraf seperti malaria serebral
• Tanda-tanda sepsis
Derajat Perdarahan
• Tatalaksana suportif :
• - Tirah baring
• - Pemberian rehidrasi oral ataupun parenteral
• - Penggunaan antipiretik
• - Pemberian nutrisi yang adekuat
• - Transfusi darah bila ada indikasi
• - Mobilisasi
Pengawasan
Sumber: World Health Organization: Background document: the diagnosis, prevention and treatment of typhoid fever. Communicable disease surveillance and response:
vaccines and biological. Geneva: World Health Organization, 2003.h. 20.
Tatalaksana Demam Tifoid Dengan Komplikasi
Terapi optimal Obat alternative
Amoksisilin 100 14
MDR Fluorokuinolon 15 10-14
TMP-SMX 8-40 14
Seftriakson Seftriakson 60
60 10-14 10-14
atau atau Sefotaksim 80
Resisten kuinolon
Sumber: World Health Organization: Background document: the diagnosis, prevention and treatment of typhoid fever. Communicable
disease surveillance and response: vaccines and biological. Geneva: World Health Organization, 2003.h. 20.
Tatalaksana Malaria
• Lini 1
• ACT+ Primakuin, ACT (Artemycin Combination Therapy) diberikan
selama 3 hari, terdapat 2 sediaan :
• Lini pertama : Artesunat 4 mg/KgBB/Kali
• Dapat ditambah Dihyfroartemisin 2-4 mg/KgBB/Kali + piperakuin 16-
32 mg/kgbb/kali→ untuk daerah yang resisten dengan artesunat dan
amodiakuin
• Primakuin : P. Falciparum : 0,75mg/kgBB, 1 kali
• P. Vivax : 0,25 mg/kgBB/kali, 14 hari
Tatalaksana Malaria
• Lini 2
• P. Falciparum :
• Kina + Primakuin dosis :
• Kina 10mg/kgBB/hari, 3 kali/hari, selama 7 hari
• Doksisiklim : usia 8-14 tahun : 2,2mg/kgBB/hari,2 kali/hari,7 hari
• Usia >15 tahun : 3,5 mg/kgBB/kali, 2kali/hari, 7 hari
• Primakuin : P. Falciparum : 0,75mg/kgBB, 1 kali
• P. Vivax : 0,25 mg/kgBB/kali, 14 hari
• Untuk P.ovale dan P.Malariae :
• ACT : lini pertama artesunat 4 mg/kgBB/kali + amodiakuin 10 mg/kgBB/kali, selama 3 hari
• Tambahan Dihydroartemisin 2-4 mg/kgBB/kali +piperakuin 16-32 mg/kgBB/kali, selama 3 hari
Komplikasi
• Dalam sebuah studi retrospektif di Bhavnagar hospital didapatkan dari 190
pasien dengan demam trombositopenia, 76 % sembuh, 5% pasien dirujuk
ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi dan 18% pasien meninggal dengan
penyebab : sepsis yang disertai gagal multi organ, malaria dengan
komplikasi, syok hipovolemik karena DBD.
• Mortalitas dan morbiditas yang terjadi pada kasus demam dengan
trombositopenia sering kali disebabkan oleh komplikasi berupa gagal multi
organ yang disebabkan oleh komplikasi penyakit yang mendasari atau
timbulnya sepsis.
• Pada severe trombositopenia (hitung jumlah trombosit <20.000/ml)sering
kali terjadi perdarahan namun jarang menyebabkan mortalitas dan
morbiditas.
Komplikasi
Sumber: Praveen Kumar, Kalpana Chandra. A Clinical Study of Febrile Thrombocytopenia. Indian Journal of Clinical
Practice. 2013.
Prognosis
• Keterlambatan diagnosis pada pasien demam dengan
trombositopenia mempermudah timbulnya komplikasi sehingga
prognosis pasien dapat semakin memburuk.
• Prognosis pasien dengan demam trombositopenia ini semakin baik
jika ditangani dengan cepat dan tepat melalui monitoring yang ketat
dan pemberian terapi yang adekuat.
Kesimpulan
• Demam dengan trombositopenia memiliki berbagai macam penyebab
dan menjadi salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Penyebab
tersering dari demam dengan trombositopenia ini sendiri adalah DBD,
Malaria, sepsis dan demam tifoid.
• Prevalensi terbanyak dijumpai pada rentang usia 18-30 tahun
• Manifestasi klinis perdarahan paling sering dijumpai pada severe
Trombositopenia (hitung jumlah trombosit <20.000/ml).
• Tatalaksana dari demam dengan trombositopenia ini terdiri dari
tatalaksana umum yang bersifat suportif dan tatalaksana khusus yang
bertujuan untuk terapi kausalnya
Terima kasih
Daftar Pustaka
• Praveen Kumar, Kalpana Chandra. A Clinical Study of Febrile Thrombocytopenia. Indian Journal of
Clinical Practice. 2013. Jun;165(6): 953-57.
• B D Nakhale, J P Baghat, A H Dube. Study of Febrile Thrombcytopenia. International Journal of
Recent Trends in Science and Technology. 2016. February; 18(1): 197-201.
• World Health Organization (WHO). Comperhensive guidelines for pervention and control of dengue
and dengue hemorragic fever: WHO 2011
• Shankar R, Panna Kamdar, Ajay S. Clinical and Laboratory Evalution of Fever with Thrombocytopenia.
Indian Journal of Clinical Practice. 2013. September;159(6): 360-63.
• Halstead SB. Dengue Fever and Dengue Hemorrhagic Fever. Dalam : Behrman RE, Kliegman RM,
Jenson HB, penyunting. Textbook of Pediatrics. Edisi ke-17. Philadelphia : WB Saunders.2004.h.1092-
4
• Demam Tifoid. Dalam: Ikatan Dokter Anak Indonesia: Pedoman Pelayanan Medis Jilid I. Jakarta:
Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2009. h. 47-9.
• George R. Thrombocytopenia during chilhood. Pediatr. Rev. 2005. January ;26(2) : 401-9.
• World Health Organization-South East Asia Regional Office. Comprehensive Guidelines for Prevention and
Control of Dengue and Dengue Hemorrhagic Fever. India: WHO; 2011.p.61-7.
• Treatment of typhoid fever. Dalam: World Health Organization: Background document: the diagnosis,
prevention and treatment of typhoid fever.Geneva: World Health Organization, 2003. h. 19–23.
• Departemen Kesehatan RI. Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria Di Indonesia. Jakarta. 2006;Hal:1-
12,15-23,67-68.
• Kaushansky K, Roth GJ. Megakaryocytes and Platelets. In : Greer JP, Foerster J, Lukens JN, editors. Wintrobe`s
Clinical Hematology. 13th ed. USA: Lippincott Williams and Wilkins, 2009. p.1058-1060.
• Amita Gandhi, Pankaj Akholkar. Clinical and Laboratory Evaluation of Patients with Febrile
Thrombocytopenia. National Journal of Medicine Research. 2015. March;48(5): 43-46.