Anda di halaman 1dari 51

BEDSIDE TEACHING

PEMERIKSAAN FISIK NEUROLOGI BAYI DAN ANAK

Isna Akmalia 1113103000053


Latifatul Bariyah 1113103000080
M. Nicco Hakim 11131030000
Pembimbing: dr. Deddy Ria Saputra, SpA(K)
Beberapa gejala dan tanda neurologis yang sering terdapat pada bayi
dan anak :

Kejang

Tremor

Twicting

Korea

Paralisis dan parase


KEJANG

 Jenis (klonik atau tonik, fokal atau umum)


 Lamanya kejang berlangsung
 Frekuensi
 Interval antara dua serangan
 Kesadaran saat kejang dan setelah kejang
 Apakah disertai demam?
 Riwayat kejang sebelumnya
KEJANG
TREMOR

 Gerakan halus yang konstan


 Hipokalsemia, hipoglikemia  tremor pada bayi
 hipertiroidisme, hipotermia, hipertermia, atau
degenerasi medula spinalis  tremor otot pada
bayi.
KOREA

Gerakan involunter kasar, tanpa tujuan, cepat, dan


tersentak-sentak tidak teratur, tidak terkoordinasi,
dan berhubungan dengan tonus otot yang tinggi
TWITCHING

Gerakan spasmodik yang berlangsung singkat,


dapat berlangsung pada otot yang lelah, nyeri
setempat, atau menyertai korea.
TWITCHING
PARESIS & PARALISIS

Baik paresis maupun paralisis dapat bersifat spastis atau


flaksid
 Flaksiditas  lesi LMN.
 Tanda lain lesi LMN: atrofi/hipertrofi otot, refleks
fisiologis hilang/menurun, tanpa disertai fasikulasi otot.
 Paralisis tipe UMN  flaksiditas  spastis
 Ex: pada bayi dengan kerusakan otak  flaksid sampai
6 bulan sebelum tampak spastisitas nyata.
REFLEKS SUPERFISIAL
< 1 tahun, anak
dengan poliomielitis,
Refleks Dinding lesi sentral atau
Abdomen piramidal  negatif

Menggores kulit abdomen dengan 4 goresan


yang membentuk segi empat dengan titik-titik
sudut di bawah xyphoid, di atas simfisis, dan di
kanan kiri umbilikus.
REFLEKS SUPERFISIAL

Refleks Kremaster

Menggores kulit paha bagian dalam.


(+) testis anak akan naik
(-) terdapat pada lesi medulla spinalis
ex: poliomielitis
 Pada bayi normal < 6 bulan & anak >
12 tahun refleks dapat (-)
REFLEKS TENDON DALAM

 Refleks bisep
 Refleks trisep
 Refleks patella
 Refleks tendon Achilles
 Pada bayi dan anak kecil ketukan dilakukan
menggunakan jari tangan.
 Dibandingkan kanan dan kiri
 Dalam keadaan relax
REFLEKS PATOLOGIS

 Refleks Babinski
(+) normal pada bayi sampai usia 18 bulan. Bila
terdapat pada usia 2-2,5 tahun perlu dicurigai adanya
lesi piramidal.
 Refleks Oppenheim
 Refleks Hoffmann
 Klonus pergelangan kaki
 Klonus patella
TANDA RANGSANG MESINGEAL

 Kaku kuduk (Nuchal rigidity)


 Brudzinki I
 Brudzinki II
 Kernig  sukar dilakukan pada bayi dibawah
umur 6 bulan.
Uji kekuatan & Tonus otot
GOWER’S SIGN
UJI SENSIBILITAS

 Uji Sentuhan
 Uji rasa nyeri

UJI PERASAAN
Garputala yang bergetar ditempelkan pada
sendi jari, ibu jari kaki, serta maleolus lateral
dan medial.
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
PADA NEONATUS
INSPEKSI

• Jangan memegang atau merangsang pasien, cukup


memperhatikan saja
• Perhatikan ada / tidak malformasi, trauma fisik, kejang
• Bayi cukup bulan : lebih sering tidur, rata-rata pada hari
pertama tidur selama 17 jam.
• Saat istirahat bayi cukup bulan (normal) 
Neonatus dgn masa kehamilan 32-40 minggu terlihat
abduksi pada paha dan fleksi pada sendi anggota gerak
(siku, panggul, dan kaki), simetris
Neonatus dgn masa kehamilan 25-30 minggu lengan dalam
keadaan fleksi, dan tungkai dalam fleksi atau ekstensi
INSPEKSI

• Saat istirahat bayi cukup bulan (tidak


normal)  semua anggota gerak
dalam posisi ekstensi
• Sikap frog leg
kedua tungkai abduksi penuh, bagian
lateral paha terletak di alas tempat
periksa, fleksi pada siku dgn bagian
dorsal tangan menempel di alas tempat
periksa, telapak tangan menghadap ke
atas di samping kepala.
PEMERIKSAAN KEPALA

• Palpasi ubun-ubun besar dan sutura


• Tentukan ukuran diameter dan ketegangannya
• Diameter normal 2,1±1,5 cm dan sutura tidak dapat
dimasuki ujung jari
• Sutura lebar, ubun-ubun besar menonjol dan tegang 
tekanan intrakranial tinggi, spti Hidrosefalus
• Ubun-ubun besar yang tegang dan menonjol pada bayi
dalam keadaan tidur  tidak normal (edema, perdarahan
subgaleal)
PEMERIKSAAN MOTOR
OTOT

• Atrophy  sekunder akibat tidak dipakai atau penyakit


lower motor neuron, nerve root, saraf perifer, atau otot.
Pada kebanyakan kasus, neurogenic atrofi lebih parah
dibanding miogenic atrofi
• Hipertrophy  fisiologis seringnya (body builder)
• Pseudohypertrophy  jaringan otot yang digantikan
dengan jaringan lemak dan connective tissue  bulky
appearance dengan penurunan kekuatan secara
paradoksikal, contoh Duchenne muscular distrofi
TONUS

Pemeriksaan tonus  Tahanan otot terhadap rangsangan

1. Tonus Fasik
• Menguji tahanan anggota gerak dan aktivitas reflex tendon
Pemeriksaan : Refleks patella, reflex biseps, reflex Achilles
• Pemeriksaan reflex patella : kepala pasien diletakkan dgn
muka di garis tengah, lutut dalam posisi semifleksi  tendon
diketuk dgn telunjuk atau jari tengah  ekstensi tungkai
bawah
TONUS POSTURAL

– Respon tarikan
– Suspens vertikal
– Suspens Horizontal
REAKSI TARIKAN

• Sebelum dapat duduk, seorang bayi terlebih dahulu harus mempunyai kontrol
terhadap fungsi otot lehernya.
• Sejak lahir-2 bulan : kepala anak akan tertinggal jika kita mengangkat anak tsb
pada kedua tangannya dari posisi tidur ke posisi duduk (Head leg)
• Caranya
Bayi dalam posisi supinasi  Meletakkan telunjuk di telapak tangan pasien 
telunjuk akan dipegang oleh pasien dengan refleks memegang (grasp reflex) 
ditarik perlahan-lahan ke sampai posisi duduk  dievaluasi kemampuan bayi dalam
mengontrol posisi leher dan kepalanya
Head leg negatif: Jika bayi mampu mengangkat kepalanya pada saat posisi duduk
Head leg positif: kepala masih tertinggal dibelakang pada saat bayi posisi duduk
SUSPENS VERTIKAL

• Bayi ditidurkan dalam posisi pronasi  Letakkan kedua


tangan pemeriksa di ketiak pasien tanpa meraba toraks
 bayi diangkat ke atas lurus  Saat diangkat kepala
pasien tetap tegak sebentar dan tungkai tetap fleksi
pada sendi lutut,panggul dan pergelangan kaki
• Bayi hipotoni : leher dan kepala bayi sangat lemas
• Dengan bertambahnya usia, posisi kepala bayi akan
semakin lurus (horizontal)
SUSPENSI HORIZONTAL

• Memegang thoraks pasien  mengangkat pasien


secara horizontal
• Bayi normal : Kepala diangkat bergantian dengan
fleksi anggota gerak utk menahan gaya berat
• Bayi abnormal : kepala, badan, anggota gerak
menggantung lemas atau kaku
PEMERIKSAAN REFLEKS NEONATUS PRIMER

• Refleks Moro
– Suatu reaksi kejutan yang menimbulkan perasaan jatuh pada bayi
– Cara pemeriksaan
• Bayi diletakkan pada posisi terlentang
• Kepala dibiarkan jatuh dengan cepat beberapa cm dengan hati hati ke
tangan pemeriksa
• Bayi akan kaget  lengan direntangkan dalam posisi abduksi ekstensi
dengan tangan terbuka disusul dengan gerakan aduksi dan fleksi
• Bayi prematur  tidak selalu diikuti dengan gerakan fleksi
– Abnormal jika :
• Tidak ada reaksi merentangkan lengan sama sekali
• Rentangan lengan asimetri
TONIC NECK REFLEX

• Cara Pemeriksaan
– Bayi diletakkan dalam posisi terlentang
– Posisi kepala di garis tengah, anggota gerak dalam
keadaan fleksi
– Kepala ditengokkan ke kanan
•  ekstensi anggota gerak sebelah kanan
•  fleksi anggota gerak sebelah kiri
• yang selalu terjadi adalah ekstensi lengan
EFEK WITHDRAWAL

• Cara pemeriksaan
– Menggunakan jarum untuk merangsang telapak kaki
– Normal : fleksi pada tungkai yang dirangsang dan
ekstensi pada tungkai kontrakolateral

– Ekstensi pada tungkai kontralateral tidak selalu ada


Refleks Plantar Grasp Refleks Palmer Grasp
• Letakkan jari pemeriksa pada • Letakkan jari pemeriksa pada
telapak kaki pasien telapak tangan pasien
•  fleksi jari jari kaki •  fleksi jari-jari tangan
PEMERIKSAAN OFTALMOSKOPI \
• Dilakukan secara indirek dengan obat midriatikum
atau secara direk tanpa obat
• Pemeriksaan baiknya dilakukan saat bayi menyusu
• Perhatikan adanya
• Perdarahan retina  disebabkan oleh perdarahan otak
• Korioretinitis  disebabkan oleh infeksi intrauterin
PEMERIKSAAN SENSIBILITAS

• Jarang dilakukan
• Cara menguji sensibilitas
• Refleks withdrawal
• Refleks rooting
• Refleks sentuhan
• Rangsang nyeri
PENGUKURAN LINGKAR KEPALA

• Kepala pasien diam


saat diukur
• Pengukuran diukur
dari protuberansi
oksipitalis dan
glabela
• Alat disarankan
terbuat dari metal
yang fleksibel
PEMERIKSAAN NERVUS KRANIALIS

• Nervus I (Olfaktorius) : Dilakukan pada anak usia 5-6 tahun


Sulit diperiksa secara objektif
• Nervus II (Optikus) : Sulit diperiksa secara objektif.
Saat diberikan cahaya, bayi akan berkedip atau menutup
mata
• Nervus III, IV, VI : Saat menghisap, mata bayi terbuka secara
spontan  memeriksa pergerakan bola mata
 Doll’s eye maneuver (memutar kepala pasien ke kiri dan ke
kanan untuk menilai gerakan bola mata ke lateral)
PEMERIKSAAN NERVUS KRANIALIS

• Nervus III, IV, VI : Saat menghisap, mata bayi terbuka


secara spontan  memeriksa pergerakan bola mata
Doll’s eye maneuver (memutar kepala pasien ke kiri dan
ke kanan untuk menilai gerakan bola mata ke lateral)
Uji sederhana yang bisa dilakukan adalah uji gerakan
kedua mata, refleks akomodasi dan refleks cahaya
PEMERIKSAAN NERVUS KRANIALIS

• Nervus V (Trigeminus), VII (Facialis), XII


(Hypoglossus)
Refleks rooting dan refleks isap
Refleks Rooting : menyentuh ujung jari
di sudut mulut pasien  pasien akan
menengok ke arah rangsangan dan berusaha
memasukkan ujung jari tsb ke mulutnya 
ujung jari dimasukkan ke dalam mulutnya
3 cm akan di isap (refleks isap)
PEMERIKSAAN NERVUS KRANIALIS

• Nervus VII (Facialis)


Saat pasien bangun, mengerenyutkan muka dan
menangis , perhatikan mata dan sudut mulut

• Nervus VII dan IX (Glossofaringeal) dan XII


Saat pasien menangis dan membuka mulut, perhatikan
lidah dan langit-langit (arkus faring dan uvula)
 Perhatikan ukuran lidah dan apakah ada fasikulasi
“ TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai