Berbagai metode penelitian ilmiah dapat diterapkan dalam penelitian hadis misalnya,
misalnya metode deskriptif, perbandingan, normatif, dan kesejarahan. Adapun penjelasan
dari metode tersebut ialah:
1. Metode Deskriptif
Digunakan untuk menjelaskan makna matan dan lambang ungkapan perawi dalam
Sand sehingga dapat diketahui mana yang diterima dan mana yang ditolak.
2. Metode Perbandingan
Digunakan untuk membandingkan antara satu Sanad dan Sanad lain, atau antara satu
matan dan matan yang lain dalam satu tema untuk memeriksa adanya keganjilan
(syadz) dan cacat (‘illah).
3. Metode Normatif
Digunakan untuk memecahkan satu masalah. Tolak ukur penelitian matan adalah
tidak bertentangan dengan Al-qur’an, hadis yang lebih kuat, akal sehat, indra, sejarah,
dan susunan bahasa.
4. Metode Kesejarahan
Digunakan untuk mengetahui ketersambungan Sanad dan mengetahui kredibilitas
periwayatnya. Para ahli hadis berpendapat bahwa studi matan dan kitab-kitab riwayah
menjadi tidak berarti jika tidak disertai dengan. ‘ilm la-hadis dirayah atau analisis
kesejarahan mengenai perkataan dan perbuatan Rasulullah SAW, sifat dan keadaan
para periwayat, serta matan hadis.
Salah seorang guru besar hadis dan ilmu hadis di universitas Al-Azhar, Thaha Al-
Dasuqi Hubaisyi, berpendapat bahwa analisis kesejarahan merupakan keharusan bagi
periwayat hadis karena tugas mereka adalah mentransfer informasi dari beberapa
generasi. Sementara itu, tugas peneliti adalah meneliti sifat dan kondisi periwayat hadis.
Karena hadis itu sendiri merupakan dokumentasi sejarah maka pendekatan kesejarahan
mutlak digunakan dalam penelitian hadis, baik itu Sanad yang terdiri atas sejarah para
periwayat hadis maupun matan yang merupakan isi hadis yang diriwayatkan.
Keempat metode diatas sangat diperlukan dalam penelitian hadis. Selanjutnya, setelah
menelusuri Sanad dan matan melalui takhrij, dapat ditemukan beberapa hal berikut.
Sebelum masa pengodifikasian hadis, para mukharrij mengumpulkan hadis langsung dari
para penghafal dengan di sertai Sanad. Setelah masa pengodifikasian hadis, mukharrij
mengumpulkan data dari buku-buku induk hadis dengan mengggunakan metode takhrij.
Sehubungan dengan metode takhrij yang menelusuri hadis dari beberapa buku induk ada
Lima metode yang dapat dipergunakan:
a. Takhrij bi al-lafzh, yaitu penelusuran hadis melalui lafal matan, baik di bagian
awal, tengah, maupun akhir. Lafal ini mempunyai akar kata yang dapat di-
tashrif(perubahan bentuk kata).
b. Takhrij bi Al-maudhu yaitu penelusuran hadis yang didasarkan pada topik, seperti
bab shalat, nikah, dan jual beli.
c. Takhrij bi awwal Al-matn,yaitu penelusuran hadis menggunakan permulaan
matan.
d. Takhrij bi Al-rawi Al-a’la, yaitu penelusuran hadis melalui nama perawi pertama
dalam Sanad.
e. Takhrij bi Al-Shifah, yaitu penelusuran hadis berdasarkan status hadis.
2. Pengolahan data
Setelah data terhimpun, maka dapat di ketahui berbagai informasi mengenai hadis
yang di maksud. Untuk mempermudah dalam penelitian ada baiknya sanad direntangkan
dalam bentuk skema.
a. Kritik internal
Kritik internal ialah kritik pada matan dengan meneliti apakah matan tersebut
bertentangan dengan alquran, hadis yang lebih kuat, atau logika.
b. Kritik eksternal
Yaitu kritik pada sanad dengan meneliti apakah sanad tersebut tersambung
dengan periwayat di atasnya dari awal sampai akhir.
5. Matan.
3.
Analisis Pembuatan
skema
6 4. Sanad. Sanad.
Kesimpulannya
apakah:
mauquf,
marfu’, sahih,
hasan, da’if,
mutawatir, atau
ahad.
Penjelasan dari skema tersebut sebagai berikut:
1. Penelusuran Hadis
Penelusuran Hadis dilakukan ke berbagai buku induk hadis yang masih lengkap Sanad
dan matannya. Dalam menelusuri hadis boleh menggunakan metode takhrij bi la-lafzh,
misalnya hadis berikut:
“ya Allah, sesungguhnya aku mohon perlindungan kepada engkau dari sifat lemah,
malas, rasa takut, dan penyakit pikun.”(HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Hadis tersebut telah dicari di kitab Al-Mufahras Il Alfazh Al-Hadits Al-Nabawi dan
ditemukan di dalam juz IV halaman 137.
Kode di atas memberikan informasi bahwa hadis tersebut terdapat di berbagai kitab
induk hadis.
4. Analisis Hadis
Analisis hadis di atas bergantung pada tujuan awal takhrij, yaitu ingin mengetahui
kuantitas sanad (jumlah periwayat hadis dalam Sanad). Berikut penjelasannya.
1
M. Syuhudi Ismail, Metodologi penelitian Hadis Nabi, Bulan Bintang, hal. 52-64
Sementara itu, jalur Al-Bukhari dianalisis melalui musaddad, sekalipun mayoritas
ulama sepakat bahwa semua hadis dalam sahih Al-Bukhari dan sahih Muslim
adalah sahih. Sehubungan dengan analisis jalur bukhari melalui musaddad dapat
disimpulkan sebagai berikut
a. Sanadnya muttashil (bersambung) dari awal sampai akhir. Anas bin Malik adalah
seorang sahabat yang mendengar hadis ini langsung dari nabi. Sulaiman bin
Tharkhan menegaskan dengan kata Sami’tu (mendengar) dari Anas. Demikian
juga dengan mu’tamir menegaskan dengan sami’tu dari ayahnya. Musaddad
merupakan syeikh dari Al-Bukhari. Yang juga menegaskan dengan kata
haddatsana dari mu’tamir. Kemudian Bukhari menegaskan Pula dengan
haddatsana dari syeikhnya.
b. Semua periwayat dalam Sanad hadis di atas menurut ulama al-jarh Kwa al-ta’dil
telah memenuhi syarat, yaitu adil dan kuat hafalannya ulama sepakat bahwa
sahabat bersifat adil sehingga tidak perlu diteliti. Sulaiman bin Tharkhan adalah
orang yang tepercaya dan amat jujur,mu’tamir adalah orang yang terepercaya dan
ahli ibadah, dan musaddad adalah orang yang tepercaya.
c. Antara satu Sanad dan Sanad yang lain tidak dapat keganjilan atau peretentangan.
Demikian juga dengan matannya. Jika terdapat perbedaan hanya pada lafal matan
tetapi maknanya tetap sama.
d. Sanad dan matan tidak terdapat cacat yang tersembunyi.
5. Hasil Takhrij
Hasil takrim berdasarkan analisis Sanad dan matan diatas dapat disimpulkan
bahwa.
a. Dari segi kualitas Sanad dan matan adalah Sahih karena telah memenuhi lima
kriteria hadis sahih, yaitu sanad yang teras,ambung, periwayat yang
adil,periwayat yang dhabith, terbebas dari sifat ganjil dan terbebas pula dari cacat
yang tersembuyi.
b. Dari segi sandaran berita hadis tersebut marfu’ karena disandarkan langsung
kepada Rasulullah.
c. Dari segi kuantitas Sanad, hadis tersebut Aziz dikalangan sahabat karena hanya
diriwayatkan oleh dua orang sahabat saja. Sementara itu, dikalangan tabi’in dan
tabi’ tabi’in disebut masyhur karena perawinya lebih dari tiga orang, tetapi tidak
mencapai mutawatir.
BAB III
takhrij secara etimologi atau bahasa takhrij berarti mengeluarkan, menampakkan,
meriwayatkan, melatih, dan mengajarkan.
Sementara itu menurut terminologi atau istilah, takhrij ialah berkembang sesuai dengan
situasi dan kondisi.
Berbagai metode penelitian ilmiah dapat diterapkan dalam penelitian hadis misalnya,
misalnya metode deskriptif, perbandingan, normatif, dan kesejarahan.
1. Metode deskriptif
2. Metode perbandingan
3. Metode normatif
4. Metode kesejarahan
Hadis memerlukan pemikir-pemikir untuk menggali produk hukum yang sesuai dengan
perkembangan zaman. Demikian lak hadis yang mengenai kehidupan masyarakat yang
sesuai dengan pada zaman rosulullah sehingga pada era sekarang perlu pembaharuan
dalam memahaminya,dan perlu solusi dalam menghadapi berbagai permasalahan.