URAIAN TEORITIS
umum, anggaran berimbang yaitu suatu kondisi di mana penerimaan sama dengan
lebih besar dari penerimaan (G > T). Anggaran surplus digunakan jika pemerintah
1. Pengeluaran rutin
Selain itu, juga terjadi pada pos pembayaran bunga utang luar negeri dan
pinjaman dalam dan luar negeri yaitu pada saat implikasi di saat
pengembalian.
dipengaruhi oleh perubahan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.
subsidi. Satu pos diantaranya yang berperan cukup besar adalah subsidi
bahan bakar minyak (BBM). Subsidi ini muncul pada pada tahun
baik prasarana fisik maupun non fisik yang dilaksanakan dalam periode
negeri dan luar negeri dalam bentuk pinjaman program. Pengelolaan dana
yang dikelola instansi pusat dan dana pembangunan yang dikelola daerah.
(Basri, 2005)
tahun 2005 mulai ditetapkan penyatuan anggaran antara pengeluaran rutin dan
pusat menurut jenis belanja, organisasi dan fungsi. (Nota Keuangan dan RAPBN,
2005).
negara yang baru, maka belanja negara menurut klasifikasi ekonomi (jenis
belanja) terdiri dari (i) belanja pegawai, (ii) belanja barang, (iii) belanja modal,
(iv) pembayaran bunga utang, (v) subsidi, (vi) hibah, (vii) bantuan sosial, dan
berlaku selama ini terdiri dari (i) dana perimbangan, dan (ii) dana otonomi khusus
dan penyesuaian. Dengan adanya perubahan format dan struktur belanja negara
menurut jenis belanja maka secara otomatis tidak ada lagi pemisahan antara
Dengan format ini, maka akan terlihat pos yang tumpang tindih antara
dan jasa, dan biaya pemeliharaan aset negara. Demikian juga sebaliknya
tetap dan aset lainnya). Pos belanja modal dirinci atas (i) belanja modal
dari belanja pegawai, bunga dan perjalanan yang tidak terkait langsung
membayar beban subsidi atas komoditas vital dan strategis tertentu yang
swasta.
5. Sementara itu, selama ini ada jenis subsidi yang sebetulnya tidak ada unsur
Tabel 2.1
Konvensi Belanja Negara menurut jenis belanja dalam I-Account
Format lama Format Baru
A. Pendapatan Negara dan Hibah A. Pendapatan Negara dan Hibah
I. Penerimaan Dalam Negeri I. Penerimaan Dalam Negeri
1. Penerimaan Perpajakan 1. Penerimaan Perpajakan
2. Penerimaan Negara Bukan Pajak 2. Penerimaan Negara Bukan Pajak
II. Penerimaan Hibah II. Penerimaan Hibah
B. Belanja Negara B. Belanja Negara
I. Belanja Pemerintah Pusat I. Belanja Pemerintah Pusat
1. Pengeluaran Rutin 1. Belanja Pegawai
a. Belanja Pegawai 2. Belanja Barang
b. Belanja Barang 3. Belanja Modal
c. Pembayaran Bunga utang 4. Pembayaran Bunga Utang
d. Subsidi 5. Subsidi
e. Pengeluaran Rutin Lainnya 6. Belanja Hibah
2. Pengeluaran Pembangunan 7. Bantuan Sosial
8. Belanja Lain-lain
II. Belanja untuk Daerah II. Belanja untuk Daerah
1. Dana Perimbangan 1. Dana Perimbangan
2. Dana Otonomi Khusus dan 2. Dana Otonomi Khusus dan
Penyesuaian Penyesuaian
C. Keseimbangan Primer C. Keseimbangan Primer
D. Surplus / Defisit Anggaran D. Surplus / Defisit Anggaran
E. Pembiayaan E. Pembiayaan
Sumber : Suminto, 2004
pemerintah telah menetapkan suatu kebijakan untuk membeli barang dan jasa,
tidak cukup hanya meraih tujuan akhir dari setiap kebijaksanaan pengeluarannya.
Semakin besar dan banyak kegiatan pemerintah semakin besar pula pengeluaran
Pemerintah
pembangunan ekonomi yaitu tahap awal, tahap menengah dan tahap lanjut. Pada
pemerintah terhadap pendapatan nasional relatif besar. Hal ini dikarenakan pada
diperlukan guna memacu pertumbuhan agar dapat lepas landas. Namun pada
tahap ini peranan investasi swasta sudah semakin membesar. Peranan pemerintah
tetap besar pada tahap menengah, oleh karena peranan swasta yang semakin besar
harus menyediakan barang dan jasa publik dalam jumlah yang lebih banyak dan
kualitas yang lebih baik. Selain itu, pada tahap ini perkembangan ekonomi
pemerintah harus turun tangan untuk mengatur dan mengurangi akibat negatif dari
polusi itu terhadap masyarakat. Pemerintah juga harus melindungi buruh yang
berada dalam posisi yang lemah agar dapat meningkatkan kesejahteraan mereka.
(Basri, 2005)
swasta terhadap GNP semakin besar. Tetapi rasio investasi pemerintah terhadap
GNP akan semakin kecil. Sementara itu, Rostow berpendapat bahwa pada tahap
tetapi tidak disadari oleh suatu teori tertentu. Selain tidak jelas apakah tahap
pertumbuhan ekonomi terjadi dalam tahap demi tahap atau beberapa tahap dapat
pendapatan per kapita meningkat maka secara relatif pengeluaran pemerintah pun
yaitu Hukum Aktivitas Pemerintah yang selalu Meningkat (The Law of Ever
Di mana :
I : Indeks waktu
(Mangkoesoebroto, 1994)
0 t
Sumber : Dumairy, 1997
kurva tersebut akan berpola gompertsian (berarti sampai dengan suatu titik
tertentu rasio G/Y akan kembali menurun) sebagaimana yang diperlihatkan oleh
G/Y
Gompertsian
Parabolik
0 t
Sumber : Dumairy, 1997
suatu teori yang disebut organic theory of state yaitu teori organis yang
Pengeluaran
Pemerintah/
GDP
Kurva 1
Kurva 2
0 Waktu
(Dumairy, 1997).
(Mangkoesoebroto, 1994)
Peacock dan Wiseman mendasarkan teori mereka pada suatu teori bahwa
masyarakat mempunyai suatu tingkat toleransi pajak, yaitu suatu tingkat dimana
2005)
katakanlah karena perang atau eksternalitas lain, maka pemerintah terpaksa harus
Pungutan pajak yang lebih besar menyebabkan dana swasta untuk berinvestasi
dan modal kerja menjadi berkurang. Efek ini disebut efek penggantian
pajak sehingga pemerintah harus meminjam dana dari luar negeri. Setelah
bertambah tetapi karena adanya kewajiban baru tersebut. Akibat lebih lanjut
adalah pajak tidak menurun kembali ke tingkat semula meskipun gangguan telah
berakhir. Selain itu, masih banyak aktivitas pemerintah yang baru kelihatan
setelah terjadinya perang dan ini disebut efek inspeksi (inspection effect). Adanya
tangan pemerintah yang sebelumnya dilaksanakan oleh swasta. Efek inilah disebut
pemerintah sehingga setelah perang selesai tingkat pajak tidak menurun kembali
pada tingkat sebelum terjadi perang. Jadi berbeda dengan pandangan Wagner,
berbentuk suatu garis,tetapi seperti tangga. Hal ini dapat dilihat pada gambar
Pengeluaran
Pemerintah/
GDP
D Pengeluaran
C F Pemerintah
G Pengeluaran
A
B Swasta
0 t t +1 Tahun
sebesar AC dan kemudian meningkat seperti yang ditunjukan pada segmen CD.
Setelah perang selesai pada tahun t+1, pengeluaran pemerintah tidak menurun ke
pembangunan.
toleransi pajak meningkat dan pemerintah dapat memungut pajak yang lebih besar
kurva mulus berslope positif sebagaimana tersirat dalam pendapat Rostow dan
Pengeluaran
Pemerintah/
GDP Wagner, Solow, Mugrave
Peacock &
Wiseman
0
Tahun
Sumber : Dumairy, 1997
pengeluaran yang berhubungan dengan gangguan tersebut. Hal ini akan diikuti
jumlah barang publik yang akan disediakan melalui anggaran belanja. Jumlah
baru tersebut menimbulkan permintaan akan barang lain yang dihasilkan oleh
sektor swasta seperti semen, baja, alat-alat pengangkutan dan sebagainya. (Basri,
2005)
berikut :
1. Penentuan permintaan
Ui = f (G, X)
i = Individu
U = Fungsi utilitas
Akan tetapi, permintaan efektif akan barang tersebut (pemerintah dan swasta)
individu (i) membutuhkan barang publik (K) sebanyak Gik. Untuk menghasilkan
pemerintah dan masyarakat harus menetapkan suatu tingkat keamanan yang dapat
ditolerir oleh masyarakat. Suatu tingkat keamanan tertentu dapat dicapai dengan
(Basri, 2005)
dan juga perubahan dari kombinasi faktor produksi yang digunakan dalam
proses produksi.
Barang dan jasa publik yang disediakan oleh pemerintah ditentukan oleh
politisi yang memilih jumlah barang dan jasa yang dihasilkan. Disamping itu, para
untuk membiayai barang dan jasa publik tersebut dalam menentukan jumlah
barang dan jasa yang akan disediakan. Para politisi memperhatikan selera atau
keinginan masyarakat, agar masyarakat merasa puas dan tetap memilih mereka
dalam sebagai wakil masyarakat. Fungsi utilitas para politisi adalah sebagai
Up = g (X, G, S)
Di mana :
Up = Fungsi utilitas
kedudukan
proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang yang ditekankan pada tiga
aspek proses, output perkapita dan jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi adalah
suatu proses bukan suatu gambaran ekonomi pada suatu waktu yang dinamis dari
output perkapita. Yang perlu diperhatikan adalah dari sisi output totalnya (GDP)
masalah makro ekonomi dalam jangka panjang. Dari satu periode ke periode
lainnya, kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang dan jasa akan
akan selalu mengalami pertambahan dalam jumlah dan kualitasnya. Investasi akan
2006)
1. Akumulasi modal
Meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru yang ditanamkan pada
tanah, peralatan fisik dan modal (SDM). Akumulasi modal terjadi apabila
dan sosial.
pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti akan
yang lebih besar berarti ukuran pasar domestiknya lebih besar. Di mana
dipengaruhi oleh tingkat dan jenis akumulasi modal dan tersedianya input
3. Kemajuan teknologi
faktor yaitu faktor ekonomi dan faktor nonekonomi. Pertumbuhan ekonomi suatu
negara tergantung pada sumber alamnya, sumber daya manusia, modal dan
mungkin terjadi selama lembaga sosial, keadaan politik dan nilai moral dalam
suatu bangsa tidak menunjang yang disebut faktor non ekonomi. (Jhingan, 2001)
Masing-masing dari ketiga komponen pokok dari definisi itu sangat penting yaitu:
tetapi tidak cukup itu saja namun masih dibutuhkan faktor-faktor lain.
ekonomi klasik. Oleh sebab itu, dewasa ini terori tersebut dikenal sebagai teori
1999).
terlibat dalam proses produksi yaitu substitusi anatara kapital (K) dan tenaga kerja
(L). Dalam keadaan di mana jumlah tenaga kerja melebihi pasok modal maka
harga tenaga kerja (tingkat upah) akan menurun terhadap harga modal (tingkat
harga faktor produksi dan melalui substitusi satu jenis faktor produksi oleh jenis
faktor produksi lainnya, hal itu satu sama lain dapat membatasi kemungkinan
ekonomi dunia tahun 1929 -1932, teori Smith kemudian dikoreksi oleh John
melalui kebijakan moneter (tingkat suku bunga dan jumlah uang beredar) maupun
sesudah Keynes yaitu Evsey D. Domar dan R.F. Harrod. Domar mengemukakan
teori tersebut untuk pertama kalinya dalam tahun 1947 dalam American Economic
oleh kedua orang ahli ekonomi secara terpisah. Tetapi karena inti dari teori
tersebut sangat sama maka lebih dikenal sebagai teori Harrod-Domar. Teori
pendek menjadi suatu teori makro jangka panjang. (Sadono Sukirno, 2006)
Bertitik tolak dari pandangan ini, analisis Harrod – Domar bertujuan untuk
negatif dan mempunyai hubungan dalam jangka panjang selama periode 1969-
1999.
mempengaruhi produk domestik bruto karena lebih bersifat konsumtif dan tidak
hubungan kausalitas positif dan signifikan terhadap produk domestik bruto. Hal
kointegrasi Engle-Granger dan uji kausalitas Granger, secara empiris kita tidak
bisa menemukan kedua arah hubungan kasusalitas, baik Hukum Wagner maupun
2003.
ekonomi. Dalam hasil penelitian ini juga disebutkan tidak terdapat hubungan
periode penelitian.