BAB I
PEMBAHASAN
Akuntansi Musyarakah
1.1 Pengertian Musyarakah
Musyarakah adalah akad kerjasama diantara pemilik modal yang mencampurkan modal mereka
untuk tujuan mencari keuntungan. Dalam musyarakah masing-masing mitra (LKS dan nasabah)
sama-sama menyediakan modal untuk membiayai suatu usaha tertentu, baik yang sudah berjalan
maupun yang baru.
Dalam kamus istilah keuangan dan perbanka syariah yang dikeluarkan Bank Indonesia
dijelaskan musyarakah (musyarakah) – saling bekerja sama, berkongsi, berserikat, bermitra
(cooperation, partnership) – adalah pembiayaan berdasarkan akad kerjasama antara dua pihak
atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana
dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi berdasarkan nisbah yang disepakati, sedangkan
kerugian ditanggung oleh para pihak sebesar partisipasi modal yang disertakan dalam usaha.
Dalam PSAK 106 tentang musyarakah dibahas beberapa pengertian dan istilah yang terkait
dengan pembahasan akuntansi musyarakah sebagai berikut:
Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu,
dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan
dibagi berdasarkan kesepakatan sedangkan resiko berdasarkan porsi kontribusi dana.
Musyarakah permanen adalah musyarakah dengan ketentuan bagian dana setiap mitra
ditentukan sesuai akad dan jumlahnya tetap hingga akhir masa akad.
Musyarakah menurun (musyarakah mutanaqisha) adalah musyarakah dengan ketentuan
bagian dana entitas akan dialihkan secara berahap kepada mitra sehingga bagian dana entitas
akan menurun pada akhir masa akad mitra akan menjadi pemilik penuh usaha tersebut.
Mitra aktif adalah mitra yang mengelola usaha musyarakah, baik mengelola sendiri atau
menunjuk pihak lain atas nama mitra tersebut.
Mitra Pasif adalah mitra yang tidak tidak ikut mengelola usaha musyarakah.
Dalam Accounting, Auditing, Governance Standard for Islamic Financial
Institution,memberikan definisi beberapa istilah yang terkait dengan musyarakah sebagai berikut:
Musyarakah adalah suatu bentuk kemitraan diantara bank islam dan para nasabahnya, dimana
masing-masing bagian akan memberikan sumbangsihnya kepada modal tersebut dengan tingkat
yang setara atau berbeda-beda untuk mendirikan suatu proyek baru atau bagian dalam proyek
yang telah ada, dimana masing-masing mereka akan menjadi pemegang saham modal atas dasar
tetap atau menurun dan akan memperoleh bagian keuntungan sebagimana mestinya. Akan tetapi,
kerugian akan dibagi bersama secara sebanding sesuai dengan sumbangsih modal dan apabila
tidak ditentukan lain, tidak akan ditetapkan lain.
Musyarakah tetap adalah musyarakah dimana bagian mitra dalam modal musyarakah tetap
sepanjang jangka waktunya yang ditetapkan dalam akad tersebut.
Musyarakah menurun (musyarakah menurun menjadi kepemilikan) adalah musyarakah
dimana bank memberikan kepada pihak lainnya hak untuk membeli bagian sahamnya dalam
musyarakah sehingga bagian bank menurun dan kepentingan saham mitra meningkat sampai
menjadi pemilik tunggal dari keseluruhan modal.
1.2. Karakteristik Musyarakah
Pembahasan akuntansi musyarakah tidak terlepas dari pembahasan lengkap tentang karakteristik
musyarakah. Dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional nomor 08/DSN-MUI/IV/2000 tentang
Musyarakah tertanggal 13 April 2000 (Fatwa,2006), menjelaskan ketentuan yang berkaitan
dengan musyarakah sebagai berikut:
1. Pernyataan ijab dan kabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk menunjukkan kehendal
mereka dalam mengadakan kontrak (akad), dengan memperhatikan hal-hal berikut:
a. Penawaran dan penerimaan harus secara eksplisit menunjukkan tujuan kontrak (akad)
b. Penerimaan dari penawaran dilakukan pada saat kontrak
c. Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondensi, atau dengan menggunakan cara-cara
komunikasi modern.
2. Pihak-pihak yang berkontrak harus cakap hukum dan memperhatikan hal-hal berikut:
a. Kompeten dalam memberikan atau diberikan kekuasaan perwalian
b. Setiap mitra harus menyediakan dana dana pekerjaan, dan setiap mitra melaksanakan kerja
sebagai wakil
c. Setiap mitra memiliki hak untuk mengatur aset musyarakah dalam proses bisnisnormal
d. Setiap mitra memberi wewenang kepada mitra lain untuk mengelola aset dan masing-masing
dianggap telah diberi wewenang untuk melakukan aktivitas musyarakah dengan memperhatikan
kepentingan mitranya, tanpa melakukan kelalaian dan kesalahan yang disengaja.
e. Seorang mitra tidak diizinkan untuk mencairkan atau menginvestasikan dana untuk
kepentingannya sendiri
3. Objek akad (modal, kerja, keuntungan dan kerugian)
a. Modal
1) Modal yang diberikan harus uang tunai, emas perak atau yang nilainya sama. Modal dapat
terdiri dari aset perdagangan, seperti barang-barang, property, dan sebagainya. Jika modal
berbentuk aset, harus lebih dulu dinilai dengan tunai dan disepakati oleh para mitra.
b. Kerja
1) Partisipasi para mitra dalam pekerjaan merupakan dasar pelaksanaan musyarakah; akan tetapi
kesamaan porsi kerja bukanlah merupakan syarat. Seorang mitra boleh melaksanakan kerja lebih
banyak dari yang lainnya, dan dalam hal ini ia boleh menuntut bagian keuntungan tambahan bagi
dirinya
2) Setiap mitra melaksanakan kerja dalam musyarakah atas nama pribadi dan wakil dari mitranya.
Kedudukan masing-masing dalam organisasi kerja harus dijelaskan dalam kontrak
c. Keuntungan
1) Keuntungsn harus dikuantifikasikan dengan jelas untuk menghindarkan perbedaan dan sengketa
pada waktu alokasi keuntugan atau ketika pengehentian musyarakah
2) Setiap keuntungan mitra harus dibagikan secara proporsional tas dasar seluruh keuntungan dan
tidak ada jumlah yang ditentukan diawl yang ditetapkan bagi seorang mitra
3) Seorang mitra boleh mengusulkan bahwa jika keuntungan melebihi jumlah tertentu, kelebihan
atau prosentase itu diberikan kepadanya
4) Sistem pembagian keuntungan harus tertuang dengan jelas dalam akad
d. Kerugian
Kerugian harus dibagi antara para mitra secara proporsional menurut saham masing-masing
dalam modal
4. Biaya Operasional dan Persengketaan
a) Biaya operasional dibebankan pada modal bersama
b) Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan diantara para
pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syariah setelah tidak tercapai
kesepakatan melalui musyawarah
Dalam PSAK 106 tentang Akuntansi Muyarakah, dijelaskan karakteristik musyarakah sebagai
berikut:
5. Para mitra (syarik) bersama-sama menyediakan dana untuk mendanai suatu usaha tertentu dalam
musyarakah, baik usaha yang sudah berjalan maupun yang baru. Selanjutnya mitra dapat
mengembalikan dana tersebut dan bagi hasil yang telah di sepakati nisbahnya secara bertahap
atau sekaligus kepada entitas (mitra lain).
6. Investasi musyarakah dapat diberikan dalam bentuk kas, setara kas, atau aset non kas, termasuk
aset tidak berwujud, seperti lisensi dan hak paten.
7. Karena setiap mitra tidak dapat menjamin dana mitra lainnya, maka setiap mitra dapat meminta
mitra lainnya untuk menyediakan jaminan atas kelalaian atau kesalahan yang disengaja, beberapa
hal yang mnunjukkan adanya kesalahan yang disengaja ialah:
(a) Pelanggaran terhadap akad antara lain penyalah gunaan dana investasi, manipulasi biaya, dan
pendapatan operasional; atau
(b) Pelaksanaan yang tidak sesuai dengan prinsip syariah
8. Jika tidak terdapat kesepakatan antara pihak yang bersengketa maka kesalahan yang disengaja
harus dibuktikan berdasarkan keputusan institusi yang berwenang.
9. Pendapatan usaha musyarakah dibagi diantara para mitra secara proporsional sesuai dengan dana
yang disetorkan (baik berupa kas atau non kas lainnya) atau sesuai nisbah yang disepakati oleh
para mitra. Sedangkan rugi dibebankan secara proporsional sesuai dengan dana yang disetorkan
(baik berupa kas maupun aset non kas lainnya).
10. Jika salah satu mitra memberikan kontribusi atau nilai lebih dari mitra lainnya dalam akad
musyarakah makan mitra tersebut dapat mempeoleh keuntungan lebih besar utuk dirinya. Bentuk
keuntungan lebih tersebut dapat berupa pemberian porsi keuntungan yang lebih besar dari porsi
dananya atau bentuk tambahan keuntungan lainnya.
11. Porsi jumlah bagi hasil untuk para mitra ditentukan berdasarkan nisbah yang disepakati dari hasil
usaha yang diperoleh selama periode akad bukan dari jumlah investasi yang disalurkan.
12. Pengelola musyarakah mengadministrasikan transaksi usaha yang terkait dengan investasi
musyarakah yang dikelola dalam pembukuan tersendiri.
1.3. Jenis dan Alur Transaksi Musyarakah
Musyarakah dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
1. Musyarakah permanen adalah musyarakah dengan ketentuan bagian dana setiap mitra
ditentukan sesuai akad dan jumlahnya tetap hingga akhir masa akad.
2. Musyarakah menurun (musyarakah mutanaqisha) adalah musyrakah dengan ketentuan
bagian dana mitra akan dialihkan secara bertahap kepada mitra lainnya sehingga bagian dananya
akan menurun dan pada akhir masa akad mitra lain tersebut akan menjadi pemilik penuh usaha
tersebut.
Alur transakasi musyarakah dapat dilihat dalam ilustrasi gambar berikut:
Dr. Aset
Dr. Akumulasi Penyusutan
Cr. Keuntungan
Pengembalian Aset
Musyarakah
Cr. Investasi Musyarakah
Musyarakah Menurun
Pengalihan Modal Dr. Kas / Rekening Syirkah Dr. Dana Syirkah
Musyarakah Cr. Investasi Musyarakah Temporer(Musyarakah)
Cr. Kas
Pengakuan Hasil Usaha : di akui sebagai pendapatan sebesar bagian mitra pasif sesuai
kesepakatan , sedangkan kerugian di akui sesuai dengan porsi dana
Perlakuan hasil usaha Penerimaan pendapatan bagi
Musyarakah hasil (Cash Basis);
Dr. Rekening
Mitra/Kas/kliring,dsb
Cr. Pendapatan yang akan
diterima Musyarakah
Akhir Akad
Investasi Musyarakah yang Diakui sebagai Piutang; Diakui sebagai Kewajiban
belum di kembalikan.
Dr. Piutang Mitra Aktif Dr. Investasi Musyarakah
Cr. Investasi Musyarakah Cr. Hutang Mitra Pasif
BAB II
STUDI KASUS
Bank syariah mitra umat setuju memberikan pembiayaan musyarakah untuk modal kerja
pengusaha tempe “ emang enak “ dengan data-data sebagai berikut:
1. Keutuhan modal kerja seluruhnya sebesar Rp.1.000.000.000 (satu milyard). Dibiayain oleh bank
syariah sebesar 70% dan sisanya dibiayai sendiri oleh pengusaha tersebut.
2. Porsi pembagian keuntungan (nisbah) yang disepakati 80% untuk bank syariah dan 20% untuk
pengusaha tempe emang enak dari laba kotor yang diperoleh dari usaha tempe tersebut.
3. Jangka aktu pembiayaan 12 (duabelas) bulan, dimulai tanggal satu maret 2008 sampai dengan 28
februari 2009.
4. disepakati pengusaha tempe akan mengembalikan modal musyarakah secara bertahap sebagai
berikut :
Tanggal Jumlah Modal
Selama pelaksanaan kegiatan tersebut diperoleh data-data sebagai berikut (selama tahun 2008):
No Tanggal Transaksi Penyelesaian /Jurnal (Bank
Syariah sebagai mitra pasif)
1 20 Februari Bank syariah mitra umat telah Dr. Uang Muka pra akad
mengeluarkan biaya untuk study musyarakah Rp. 1.000.000,-
kelayakan sebesar Rp. 5.000.000
dan ditanggung sendiri oleh bank Cr. Kas Rp. 1.000.000,-
syariah.
2 2 Maret Bank syariah mitra umat Dr. Investasi Musyarakah
menyerahkan uang tunai kepada Rp.5.000.000,-
pengusaha tempe sebesar
Rp.200.000.000 sebagai modal Cr. Kas/Rekening syirkah
kerja dalam bentuk uang tunai. Rp.5.000.000,-