Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penanggulangan TB di Indonesia sudah berlangsung sejak zaman
penjajahan Belanda namun terbatas pada kelompok tertentu. Setelah perang
kemerdekaan, TB ditanggulangi melalui Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru
(BP4). Sejak tahun 1969 penanggulangan dilakukan secara nasional melalui
Puskesmas dengan penyediaan obat secara gratis. Obat yang digunakan mula-
mula adalah paduan obat jangka panjang dengan Streptomisin, INH, PAS selama
1 (satu) dengan paduan obat INH, Rifampisin dan Etambutol. Selanjutnya sejak
1978 hanya digunakan obat jangka pendek dengan paduan INH, Rifampisin,
Etambutol dan Pirazinamid.
Pada tahun 1994, Indonesia telah melakukan uji coba implementasi Strategi
DOTS dengan demonstration area di Provinsi Jambi (Kabupaten Bungo Tebo)
dan Jawa Timur (Kabupaten Sidoardjo). Hasil uji coba lapangan ini memberi
angka kesembuhan yang tinggi lebih dari 85%. Angka kesembuhan yang tinggi
ini penting untuk memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya
resistensi obat ganda atau Multi Drug Resistance (MDR) yang merupakan
ancaman besar bagi masyarakat.
Sejak tahun 1995, program penanggulangan TB nasional mengadopsi
Strategi DOTS dan menerapkannya pada Puskesmas secara bertahap. Sampai
tahun 2000, hampir seluruh Puskesmas telah berkomitmen dan mengadopsi
Strategi DOTS yang diintegrasikan dalam pelayanan primernya.
Pada kenyataannya, pasien TB bukan hanya datang ke Puskesmas,
melainkan juga ke Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM)/ Balai
Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM), BP4 (Balai Pengobatan Penyakit Paru-
Paru), Rumah Sakit, klinik, dokter praktek swasta (DPS) dan dokter perusahaan.
Karena itu perlu ekspansi Strategi DOTS ke unit pelayanan kesehatan tersebut.
Secara nasional, penanggulangan TB mempunyai target angka kesembuhan
≥85% dengan cakupan pasien sedikitnya ≥70% dari perkiraan seluruh pasien
baru BTA positif yang ada. Apabila keadaan ini dapat dipertahankan selama lima
tahun berturut-turut, maka insidensi TB akan dapat diturunkan 50% dari kondisi
5 tahun sebelumnya.

1
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penulisan ini adalah agar mahasiswa
mengetahui konsep dasar penyakit dan konsep prinsip penatalaksanaan
asuhan keperawatan pada pasien Tuberkulosis dengan Strategi DOTS pada
Tingkat individu

2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui definisi Tuberkulosis
b. Untuk mengetahui prinsip penatalaksanaan pemeriksaan fisik pada klien
pasien Tuberkulosis
c. Untuk mengetahui Analisa dan perumusan diagnosa keperawatan dan
rencana keperawatan pada pasien Tuberkulosis
d. Untuk mengetahui pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien
Tuberkulosis

3. Manfaat
a. Bagi mahasiswa diharapkan memahami dan dapat menerapkan proses
prinsip penatalaksanaan keperawatan pada klien Tuberkulosis
b. Diharapkan mahasiswa/Perawat di Rumah Sakit bisa menjalin
komunikasi dan kerjasama yang baik dengan klien, keluarga dan tim
medis lainnya demi tercapainnya Asuhan Keperawatan yang berkualitas.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Menurut Tabrani (2010) Tuberkulosis paru adalah penyakit yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yakni kuman aerob yang
dapat hidup terutama di paru atau di berbagai korban tubuh yang lainnya
yang mempunyai tekanan parsial oksigen yang tinggi. Kuman ini juga
mempunyai kandungan lemak yang tinggi pada membran selnya sehingga
menyebabkan bakteri ini menjadi tahan terhadap asam dan pertumbuhan
dari kumannya berlangsung dengan lambat. Bakteri ini tidak tahan terhadap
ultraviolet, karena itu penularannya terutama terjadi pada malam hari.

B. Etiologi
Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacerium tuberkulosis, sejenis
kuman batang dengan ukuran panjang 1-4 /um dan tebal 0,3 – 0,6/um,
sebagian besar kuman terdiri atas lemak (lipid), peptidoglikan dan
arabinomannan. Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap
asam sehingga disebut Bakteri Tahan Asam (BTA), kuman dapat bertahan
hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin, hal ini karena
kuman bersifat dormant, yaitu kuman dapat aktif kembali dan menjadikan
12 tuberkulosis ini aktif lagi. Sifat lain adalah aerob, yaitu kuman lebih
menyenangi jaringan yang tinggi oksigennya (Sudoyo, 2007). Tuberkulosis
ditularkan dari orang ke orang oleh transmisi melalui udara. Individu
terinfeksi, melalui berbicara, batuk, bersin, tertawa atau bernyanyi,
melepaskan droplet besar (lebih besar dari 100 µ) dan kecil ( 1- 5 µ
)(Smeltzer dan Bare, 2002).

3
C. Patofisiologi
Tempat masuknya kuman tuberkulosis adalah saluran pernapasan,
pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Namun kebanyakan infeksi terjadi
melalui udara yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-
kuman basil tuberkel dari orang terinfeksi. Basil tuberkel yang mencapai
permukaan alveolus biasanya berada di bagian bawah lobus atas paru-paru
atau di bagian atas lobus bawah dan membangkitkan reaksi peradangan.
Leukosit polimorfonuklear (PMN) memfagosit bakteri namun tidak
membunuhnya. Selanjutnya leukosit diganti oleh makrofag, alveoli yang
terserang mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Gejala
ini dapat sembuh dengan sendirinya.
Proses dapat terus berlanjut dan bakteri terus difagosit dan
berkembangbiak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui kelenjar limfe
regional. Lesi berkembang dan terbentuk jaringan parut yang mengelilingi
tuberkel yang disebut fokus ghon dan gabungan terserangnya kelenjar limfe
regional dengan fokus ghon disebut kompleks ghon. Fokus ghon dapat
menjadi nekrotik dan membentuk masa seperti keju, dapat mengalami
kalsifiksi membentuk lapisan protektif sehingga kuman menjadi dorman.
Setelah pemajanan dan infeksi awal, individu dapat mengalami
penyakit aktif karena gangguan atau respons inadekuat dari sistem imun.
Penyakit aktif dapat juga terjadi akibat infeksi ulang atau aktivasi bakteri
dorman. Hanya sekitar 10% yang awalnya terinfeksi yang mengalami
penyakit aktif. Basil TB dapat bertahan lebih dari 50 tahun dalam keadaan
dorman. Penyakit dapat juga menyebar melalui kelenjar limfe dan
pembuluh darah yang dikenal denga penyebaran limfohematogen ke
berbagai organ lain seperti usus, ginjal, selaput otak, kulit dan lain-lain.
(Corwin, Elizabeth J.2009.Buku Saku Patofisiologi.Jakarta:Buku
Kedokteran EGC).

4
D. Tanda dan Gejala
A. Sistemik : malaise, anoreksia, berat badan menurun, dan
keluar keringat malam.
B. Akut : demam tinggi, seperti flu dan menggigil.
C. Milier : demam akut, sesak napas, dan sianosis (kulit
kuning).
D. Respiratorik : batuk lama lebih dari dua minggu, sputum yang
mukoid atau mukopurulen, nyeri dada, batuk darah,
dan gejala lain. Bila ada tanda - tanda penyebaran
ke organ lain, seperti pleura, akan terjadi nyeri
pleura, sesak napas ataupun gejala meningeal (nyeri
kepala, kaku kuduk, dan lain sebagainya)
(Ardiansyah, 2012).

5
E. Pathway

Mycobacterium Mycobacterium Bovis


Tuberculosis

Melalui inhalasi ludah

Membentuk kolonisasi di bronkioulus/ alveolus

Menembus mekanisme pertahanan

Menempati saluran napas bawah

Poliferasi sel epitel disekelilingi basil dan


membentuk dinding basil dan organ yang terinfeksi
(tuberkel)

Basil menyebar melalui kelenjar getah bening menuju


kelenjar regional

Inflamasi / infeksi menyebabkan kerusakan jaringan paru-paru

Demam, Anoreksia, Berat badan turun Nyeri dada

Perubahan nutrisi
6
Pembentukan jaringan parut dan tuberkel di permukaan paru-paru
F. Pemeriksaan penunjang
Menurut Mansjoer , dkk (1999:hal 472), pemeriksaan diagnostic
yang dilakukan pada klien dengan tuberculosis paru, yaitu :
1. Laboratorium darah rutin : LED normal / meningkat, limfositosis
2. Pemeriksaan sputum BTA : untuk memastikan diagnostic TB paru ,
namun pemeriksaan ini tidak spesifik karena hanya 30-70% pasien yang
dapat didiagnosis berdasarkan pemeriksaan ini.
3. Tes PAP ( peroksidase anti peroksidase) merupakan uji serologi
imunoperoksidase memakai alat histogin staining untuk menentukan
adanya igG spesifik terhadap basil TB
4. Tes mountoux / Tuberkulin
Tes kulit (PPD,Mantoux, potongan Vollmer): Reaksi positif (area
indurasi 10 mm atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah injeksi
intradermal antigen)
5. Tehknik Polymerase Chain Reaction
Deteksi DNA kuman secara spesifik, melalui amplikasi dalam meskipun
hanya satu mikroorganisme dalam specimen juga dapat mendeteksi
adanya resistensi
6. Pemeriksaan Radiology : Rongent thorax PA dan Lateral
Gambaran foto Thorax yang menunjang diagnosis TB, yaitu :
a. Bayangan lesi terletak dilapangan paru atas atau segmen apical
lobus bawah
b. Bayangan bewarna ( patchy ) atau bercak (nodular)

7
c. Adanya kavitas ,tunggal atau ganda
d. Kelainan bilateral terutama dilapangan atas paru
e. Adanya klasifikasi
f. Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian
g. Bayangan millie

G. Penatalaksanaan medis
Menurut Muttaqin (2008) pentalaksanaan tuberkulosis paru menjadi
tiga bagian, yaitu pencegahan, pengobatan, dan penemuan penderita (active
case finding).

1. Pencegahan Tuberkulosis Paru


a. Pemeriksaan kontrak, yaitu pemeriksaan terhadap individu yang
bergaul erat dengan penderita tuberkulosis paru Basil Tahan
Asam (BTA) positif.
b. Mass chest X-ray, yaitu pemeriksaan massal terhadap kelompok
kelompok populasi tertentu.
c. Vaksinasi BCG (Bacillus Calmette dan Guerin)
d. Kemoprofilaksis dengan menggunakan INH (Isoniazid) 5 %
mg/kgBB selama 6-12 bulan dengan tujuan menghancurkan atau
15 mengurangi populasi bakteri yang masih sedikit. Indikasi
kemoprofilaksis primer atau utama ialah bayi menyusui pada ibu
dengan BTA positif ,

2. Pengobatan Tuberkulosis Paru


Program nasional pemberatasan tuberkulosis paru, WHO
menganjurkan panduan obat sesuai dengan kategori penyakit.

8
a. Kategori I Kategori I untuk kasus dengan sputum positif dan
penderita dengan sputum negatif. Dimulai dengan fase 2
HRZS(E) obat diberikan setiap hari selama dua bulan.
b. Kategori II Kategori II untuk kasus kambuh atau gagal
dengan sputum tetap positif. Fase intensif dalam bentuk
2HRZES-1HRZE, bila setelah fase itensif sputum negatif
dilanjutkan fase lanjutan.
c. Kategori III untuk kasus dengan sputum negatif tetapi
kelainan parunya tidak luas dan kasus tuberkulosis luar paru
selain yang disebut dalam kategori I, pengobatan yang
diberikan adalah 2HRZ/6 HE, 2HRZ/4 HR, 2HRZ/4 H3R3
d. Kategori IV Kategori ini untuk tuberkulosis kronis. Prioritas
pengobatan rendah karena kemungkinan pengobatan kecil
sekali.

H. Komplikasi
Menurut Sudoyo (2007) penyakit tuberkulosis paru bila tidak
ditangani dengan benar akan menimbulkan komplikasi. Komplikasi dibagi
atas komplikasi dini dan komplikasi lanjut.
1. Komplikasi dini : pleuritis, efusi pleura, empiema, laringitis, usus,
Poncet’s arthropathy
2. Komplikasi lanjut : Obstruksi jalan nafas ; Sindrom Obstruksi Pasca
Tuberkulosis (SOFT), kerusakan parenkim berat ; SOPT / fibrosis paru,
kor pulmonal, amiloidosis, karsinoma paru, sindrom gagal nafas dewasa
(ARDS), sering terjadi pada TB milier dan kavitas TB.

9
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TB DENGAN STRATEGI DOTS

A. Pengkajian
1. Pengumpulan data
a. Identitas
1) Identitas klien, perlu dikaji identitas yang mempunyai hubungan
meliputi : nama, jenis kelamin pekerjaan, agama, tanggal masuk
rumah sakit, tanggal pengkajian, no. medrec. Diagnosa medis dan
alamat hubungan dengan penyakit TBC.
2) Identitas penaggung jawab meliputi, nama, umur, jenis kelamin,
agama, pendidikan, pekerjaan, alamat dan hubungan dengan klien.
b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada klien TB paru biasanya ditemukan keluhan utama berupa
sesak nafas disertai batuk-batuk dan nyeri.
2) Riwayat kesehatan dahulu.
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit serupa
sebelumnya
3) Riwayat Kesehatan keluarga

10
Tanyakan di keluarga apakah ada yang menderita PPOM atau
penyakit paru seperti TB paru.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Pada klien yang dimobilisasi perlu dilihat dalam hal keadaan
umumnya meliputi penampilan postum tubuh, kesadaran
keadaan umum klien, tanda-tanda vital perubahan berat
badan, perubahan suhu, bradikardi, labilitas emosional.
2) Sistem kardiovaskular

Kemungkinan terjadi penurunan ekanan darah, tachikardi,


peningkatan JVP, konjugtiva pucat, perubahan jumlah
hemoglobin/ hematokrit dan leukosit, bunyi jantung S1 dan
S2 mungkin meredup.

3) Sistem Pernafasan
Nlilai ukuran dan kesimetrisan hidung, pernafasan cuping
hidung, deformitas, warna mukosa, edema, nyeri tekan pada
sinus. Nilai-nilai ukuran, bentuk dan kesimterisan dada,
adanya nyeri, ekspansi paru, pola pernapasan, penggunaan
otot-otot pernafasan tambahan, sianosis, bunyi nafas dan
frekuensi nafas. Biasnya pada klien TB paru aktif ditemukan
dispneu, nyeri pleuritik luas, deviasi trachesa, sianosis.
Ekspansi paru berkurang pada sisi yang terkena, perkusi
hipersonar, suara nafas berkurang pada sisi yang terkena,
vokal fremitu berkurang. Terdengar ronchi basah atau
kering.
4) Sistem Gastrointestinal
Kaji adanya lesi pada bibir, kelembaban mukosa, nyeri
stomatitis, keluhan waktu menguyah. Amati bentuk
abdomen, lesi, nyeri tekan adanya massa, bising usus.
Biasanya ditemukan keluhan mual dan anorexia, palpalasi

11
pada hepar dan limpe biasanya mengalami pembesaran bila
telah terjadi komplikasi.
5) Sistem Genitourinari
Kaji terhadap kebutuhan dari genetalia, terjadinya perubahan
pada pola eliminasi BAK, jumlah urine ouput biasanya
menurun, warna perasaan yeri atau terbakar. Kaji adanya
retensio atau inkontinensia urine dengan cara palpalasi
abdomen bawah atau pengamatan terhadap pola berkemih
dan keluhan klien.
6) Sistem Muskuloskeletel
Kaji pergerakan ROM dari pergerakan sendi mulai dari
kepala sampai anggota gerak bawah, kaji nyeri pada waktu
klien bergerak. Pada klien penumothorax akibat TB
ditemukan keletihan, perasaan nyeri pada tulang-tulang dan
intolerance aktivitas pada saat sesak yang hebat.
7) Sistem Endokrin
Kaji adanya pembesaran KGB dan tiroid, kaji adakah
riwayat DM pada klien dan keluarga.
8) Sistem Persyarafan
Kaji tingkat kesadaran, penurunan sensori, nyeri, refleks,
fungsi syaraf kranial dan fungsi syaraf serebal. Pada klien
TB paru bila telah mengalami TB miliaris maka akan terjadi
komplikasi meningitis yang berakibat penurunan kesadaran,
penurunan sensasi, kerusakan nervus kronial, tanda kernig
dan bruzinsky serta kaku kuduk yang positif.
9) Sistem Integumen
Kaji keadaan kulit meliputi tekstru, kelembaban, turgor,
warna dan fungsi perabaan, kaji turgor kulit dan perubahan
suhu. Pada klien TB paru ditemukan fluktuasi suhu pada
malam hari, kulit tampak berkeringat dan perasaan panas
pada kulit. Bila klien mengalami tirah baring lama akibat

12
pneumotorax, maka perlu dikaji adalah kemerahan pada
sensi-sendi / tulang yang menonjol sebagai antisipasi dari
dekubitus.

d. Data Psikososial

1) Status emosi : pengendalian emosi mood yang dominan, mood


yang dirasakan saat ini, pengaruh atas pembicaraan orang lain,
kesetabilan emosi.

2) Konsep dari bagaimana klien melihat dirinya sebagai seorang


pria, apa yang disukai dari dirinya, sebagaimana orang lain
menilai dirinya, dapat klien mengidentifikasi kekuatan dan
kelemahan.
3) Gaya komunikasi : cara klien bicara, cara memberi informasi,
penolakan untuk berespon, komunikasi non verbal, kecocokan
bahasa verbal dan nonverbal.
4) Pola interaksi, kepada siapa klien menceritakan tentang dirinya,
hal yang menyebabkan klien merespon pembicaraan, kecocokan
ucapan dan perilaku, anggaran terhadap orang lain, hubungan
dengan lawan jenis.
5) Pola koping apa yang dilakukan klien dalam mengatasi masalah,
adalah tindakan mamadaptif, kepada siapa klien mengadukan
masalah
6) Sosial tingkat pendidikan, pekerjaan, hubungan sosial, teman
dekat, cara pemanfaatan waktu dan gaya hidup

e. Data Spiritual
Arti kehidupan yang penting dalam kehidupan, keyakinan tentang
penyakit dan proses kesembuhan, hubungan kepercayaan dengan
Tuhan, ketaatan menjalankan ritual agama, keyakinan bantuan Tuhan
dalam proses kesembuhan yang diyakini tentang kehidupan dan
kematian.

13
f. Data Penunjang
Pemeriskaan laboratorium, darah yaitu Hb, leukosit, trombosit,
hematokrit, AGD, pemeriksaan radiologik : thorax foto, sputum dan
bila perlu pemeriksaan LCS.

Data penunjang untuk klien dengan TB paru yaitu :

1) Pemeriksaan darah
a) Anemia terutama bila periode akut
b) Leukositosis ringan dengan predominasi limfosit
c) LED meningkat terutama fase akut
d) AGD menunjukkan peninggian kadar CO2.
2) Pemeriksaan radiologic
Karakteristik radiologik yang menunjang diagnosis antara lain :
a) Bayangan lesi radiologik yang terletak di lapangan atas paru
b) Bayangan yang berawan atau berbercak
c) Adanya klasifikasi
d) Kelainan yang bilateral
e) Bayangan menetap atau relatif menetap beberapa minggu
f) Bayangan milier
3) Pemeriksaan Bakteriologi
Ditemukannya kuman mycobacterium tuberculosis dari dahak
penderita TB
4) Uji Tuberkulin (Mantoux tes)
Uji tuberkulin dilakukan dengan cara mantaoux yaitu
penyuntikan melalui intrakutan menggunakan semprit
tuberkulin 1 cc jarum no. 26 Uji tuberkulin positif jika indusrasi
lebih dari 10 mm pada gizi baik atau 5 mm pada gizi buruk . hal
ini dilihat setelah 72 jam penyuntikan. Bila uji tuberkulin positif
menunjukkan adanya infeksi TB paru.
5) Therapi
a) Agen anti infeksi

14
Obat primer : isoniazid (INH), ethambutol, rifampycin,
streptomycin
b) Diet TKTP
c) Cairan rehidrasi RL

B. Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan mengaitkan data dan menghubungkan data
tersebut dengan konsep, teori dan prinsip yang relevan untuk membuat
kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan pada perawatan klien
1. Pola aktifitas dan istirahat :
Subjektif :

a. Rasa lemah
b. cepat lelah,
c. Aktivitas berat timbul sesak (nafas pendek),
d. sulit tidur,
e. berkeringat pada malam hari

Objektif

a. Takhikardi,
b. takipnea / dispnea saat kerja, iritable, demam sub febris (400 -410 C)
2. Pola Nutrisi :
Subjektif :
a. Anorexia,
b. Mual,
c. tidak enak di perut,
d. BB menurun

Objektif

a. Turgor kulit jelek,


b. kulit kering / bersisik,

15
c. lemas
3. Respirasi :
Subjektif
a. Batuk produktif (pada tahap lanjut),
b. sesak nafas,
c. Nyeri dada.
Objektif
a. Mulai batuk kering sampai batuk dengan putum hijau / purulent,
b. mukoid kuning atau bercak darah,
c. pembengkakan kelenjar limfe,
d. terdengar bunyi ronkhi basah,
e. kasar di daerah apeks paru,
f. takipnea,
g. sesak nafas,
h. pengembangan pernafasan tidak smetris (efusi pleura),
i. perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan pleura),
j. deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik)
4. Rasa Nyaman / Nyeri
Subjektif
a. Nyeri dada meningkat karena batuk berulang
Objektif
a. gelisah,
b. nyeri bisa timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura
5. Integritas Ego
Subjektif
a. Faktor stress lama,
b. masalah keuangan,
c. perasaan tak berdaya / tak ada harapan.

Objektif

Menyangkal (pd tahap dini),

16
a. ansietas,
b. ketakutan,
c. mudah tersinggung
6. Riwayat Penyakit sebelumnya:
a. Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh-sembuh
b. Pernah berobat tetapi tidak teratur
c. Riwayat kontak dengan pnderita TBC
d. Daya tahan tubuh yang turun
e. Riwayat vaksinasi yang tidak teratur
7. Riwayat Pengobatan sebelumnya :
a. Kapan pasien mendapatkan pengobatan sebelumnya
b. Jenis, warna, dosis obat yang diminum
c. Berapa lama pasien menjalani pengobatan sehubungan dengan
sakitnya
d. Kapan pasien mendapatkan pengobatan terakhir
8. Riwayat Keluarga :
a. Biasanya keluarga penderita ada yang mempunyai kesulitan yang
sama (penyakit yang sama)
9. Riwayat lingkungan :
a. Lingkungan kurang sehat (polusi, limbah), pemukiman padat,
ventilasi rumah yang kurang, jumlah anggauta keluarga yang banyak.
10. Aspek Psikososial :
a. Merasa dikucilkan
b. Tidak dapat berkomunikasi dengan bebas, menarik diri.
c. Biasanya pada keluarga yang kurang mampu.
d. Masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu
waktu yang lama dan biaya yang bayak.
e. Masalah tentang masa depan/pekerjaan pasien.
f. Tidak bersemangat, putus harapan.

C. Diagnosa Keperawatan

17
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d. secret kental
2. Nyeri akut b.d biologis : Peregangan otot-otot dada akibat batuk
3. Defisiensi pengetahuan b.d kurang pajanan

No Diagnosa Keperawaan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan

1 Ketidakefektifan bersihan Setelah dilakukan 1.1 Lakukan fisioterapi


jalan nafas tidak efektif b.d. tindakan keperawatan dada jika perlu
secret kental selama 3x24 jam 1.2 Keluarkan secret
diharapkan jalan nafas dengan batuk atau
klien efektif dengan suction
kriteria hasil : 1.3 Auskultasi suara
 mendemonstrasikan nafas,catat adanya
peningkatan ventilasi tambahan
dan oksigen yang 1.3 Posisikan pasien
adekuat untuk semi
 menunjukkan jalan fowler/fowler
nafas yang paten. 1.5 Monitor saturasi
 Mampu oksigen pasien
mengidentifikasi dan
mencegah factor
yang dapat
menghambat jalan
nafas

18
 TTV dalam batas
normal :
TD : sistole 120-130
mmHg
Diastole 80-90
mmHg
N : 60-100x/mnt
RR : 16-24x/mnt
T : 36,5-37,5⁰c
2 Nyeri akut b.d biologis : Setelah dilakukan Airway Management
Peregangan otot-otot dada tindakan keperawatan 2.1 Lakukan
akibat batuk selama 3x24 jam pengkajian nyeri
diharapkan nyeri secara
berkurang dengan kriteria komprehensif
hasil : 2.2 Observasi eaksi
 Mampu mengontrol nonverbal dari
nyeri, mampu reaksi
menggunakan teknik ketidaknyamanan
nonfarmakologi 2.3 Ajarkan teknik non
untuk mengurangi farmakologi
nyeri (relaksasi nafas
 Melaporkan bahwa dalam)
nyeri berkurang 2.4 Berikan analgetik
dengan untuk mengurangi
menggunakan nyeri
manajemen nyeri
 Mampu mengenali
nyeri (skala,
intensitas, frekuensi

19
dan tanda-tanda
nyeri)
 Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang

3 Gangguan pola tidur Setelah dilakukan 3.1 Jelaskan pentingnya


berhubungan dengan batuk tindakan keperawatan tidur yang adekuat
selama 3x24 jam 3.2 Ciptakan
diharapkan dengan lingkungan yang
kriteria hasil : nyaman
 Jumlah tidur 3.3 Kolaborasi
dalam batas pemberian obat
normal 6-8 tidur
jam/hari
 Pola tidur, kualitas
dalam batas
normal
 Perasaan segar
sesudah tidur atau
istirahat
 Mampu
mengidentifikasi
hal-hal yang
meningkatkan
tidur

D. Pelaksanaan/implementasi

20
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan
yang dihadapi kesetatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria
hasil yang diharapkan.

E. Evaluasi
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematik
dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dilakukan dengan cara yang berkesinambungan dengan melibatkan klien
dan tenaga kesehatan lainnya.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut Tabrani (2010) Tuberkulosis paru adalah penyakit yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yakni kuman aerob yang
dapat hidup terutama di paru atau di berbagai korban tubuh yang lainnya
yang mempunyai tekanan parsial oksigen yang tinggi. Pengkajian pada
pasien TB berupa 1. Pengumpulan data yang berisi identitas, riwayat
kesehatan dan pemeriksaan fisik 2. Data psikososial. Analisa data adalah
kemampuan mengaitkan data dan menghubungkan data tersebut dengan
konsep, teori dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam
menentukan masalah kesehatan pada perawatan klien 1. Pola katifitas dan
istirahat 2.pola nutrisi 3. Respirasi 4. Rasa nyaman/nyeri 5. Integritas ego 6.
Riwayat kesehatan sebelumnya 7. Riwayat pengobatan sebelumnya 8.
Riwayat sebelumnya 9. Riwayat lingkungan 10. Aspek psikososial.
Diagnosa keperawatan 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d. secret kental
2. Nyeri akut b.d biologis : Peregangan otot-otot dada akibat batuk 3.
Defisiensi pengetahuan b.d kurang pajanan

B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna . kritik
dan saran kami harapkan kami harapkan agar penulisan makalah ini
semakin baik kedepannya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi mahasiswa
keperawatan agar dapat melakukan tindakan asuhan keperawatan pada

21
pasien TB agar tercapainya asuhan keperawatan pasien TB yang
berkualitas.

DAFTAR PUSTAKA

Widoyono.2008. Penyakit Tropis:Epidemologi, Penularan,


Pencegahandan Pemberantasannya. Erlangga. Jakarta
M. Ardiansyah.2012. Keperawatan Medikal Bedah untuk
Mahasiswa. Diva press. Yogyakarta
Nuraif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC.
Jogjakarta : MediAction. bare

22

Anda mungkin juga menyukai