Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hidrokel adalah penumpukan cairan yang berlebihan di antara
lapisan parietalis dan viseralis tunika vaginalis. Dalam keadaan normal,
cairan yang berada di dalam rongga itu memang ada dan berada dalam
keseimbangan antara produksi dan reabsorbsi oleh sistem limfatik di
sekitarnya.
Hidrokel merupakan kondisi kronis umum pada pria, akan
menyebabkan gangguan psikologis, sosial, ekonomi dan tekanan fisik.
Banyak pria dengan hidrokel berpikir bahwa mereka tidak akan
disembuhkan, sering malu dengan kondisi, dan sering kehilangan harapan
hidup normal. Hidrokel umumnya tidak menyakitkan. Namun, jika rasa
sakit hadir, dapat mengganggu aktivitas sehari-hari dan hidrokel besar
bahkan dapat menyebabkan pasien mengalami kesulitan dengan hubungan
seksual.
Hidrokel dapat ditemukan pada beberapa mamalia dan juga pada
manusia, muncul pada satu sisi atau bilateral sebagai variabel derajat
pembesaran cairan dari skrotum tanpa rasa sakit.[ CITATION Las12 \l
1033 ] Kelainan ini ditemukan pada 80-90% bayi laki-laki, 90-95% di
antaranya akan menghilang spontan sebelum usia 2 tahun. Hanya sekitar
6% kasus hidrokel memiliki gejala klinis. Hidrokel juga ditemukan pada
satu dari seratus laki-laki dewasa, biasanya terjadi setelah dekade kedua
kehidupan.

BAB II

PEMBAHASAN

1
2.1 Definisi
Hidrokel merupakan pengumpulan cairan di dalam prosesus
vaginalis, dan hal ini dapat menyebabkan pembengkakan di daerah
inguinal atau skrotum.[ CITATION Mah \l 1033 ]
Hidrokel testis adalah keadaan patologis karena akumulasi cairan
serosa antara lapisan tunika vaginalis yang terjadi ketika produksi cairan
dengan tunika vagina meningkat atau resorpsi menurun.[ CITATION
Las12 \l 1033 ]

2.2 Etiologi
Hidrokel reaktif disebabkan oleh adanya trauma, torsi, atau infeksi
pada testis atau skrotum. Operasi abdomen atau retroperitoneal yang
mengganggu aliran limfatik juga dapat menyebabkan hidrokel reaktif.
Hidrokel reaktif menyebabkan inflamasi dan pengumpulan cairan pada
testis.[ CITATION Mah \l 1033 ]
Penyebab penyakit ini dikategorikan sebagai bawaan atau didapat.
Hidrokel kongenital, yang hasil dari komunikasi antara tunical dan rongga
peritoneal karena prosesus vaginalis yang paten, biasanya sembuh dengan
18-24 bulan, sedangkan hidrokel karena didapat biasanya idiopatik dan
dapat terjadi setiap saat selama kehidupan dewasa. Mekanisme yang tepat
dari pembentukan hidrokel idiopatik tidak diketahui. Faktor-faktor seperti
peningkatan cairan serosa sekresi, kurangnya limfatik eferen, dan tidak
memadai reabsorpsi cairan yang disekresi oleh mesothelium adalah
penyebab yang mungkin. Selain idiopatik penyebab lainnya adalah infeksi,
infark, torsi, tumor, radioterapi, TBC, atau filariasis. Ini mempengaruhi
1% dari laki-laki dewasa, dan hidrokel pada dewasa terlihat sebagian pada
pria lebih dari 40 tahun. Hydroceles bilateral pada7-10% pasien. Pengaruh
hidrokel pada Gonad belum diteliti secara luas. Beberapa penelitian telah
menyarankan bahwa hydroceles mungkin berhubungan dengan infertilitas
dengan mengganggu spermatogenesis.[ CITATION Las12 \l 1033 ]
1. Pada anak-anak atau bayi baru lahir
a. Belum sempurnanya penutupan prosesus vaginalis sehingga terjadi
aliran cairan peritoneum ke prosesus vaginalis.
b. Belum sempurnanya sistem limfatik di daerah skrotum dalam
melakukan reabsorbsi cairan hidrokel.
2. Pada orang dewasa :

2
a. Idiopatik (primer) dan sekunder.
b. Penyebab sekunder terjadi karena didapatkan kelainan pada testis
atau epididimis yang menyebabkan terganggunya sistem sekresi
atau reabsorbsi cairan di kantong hidrokel.
c. Kelainan pada testis itu mungkin suatu tumor, infeksi, atau trauma
pada testis/epididimis.

2.3 Manifestasi Klinis


1. Pasien mengeluh adanya benjolan di kantong skrotum yang tidak
nyeri.
2. Pada pemeriksaan fisis didapatkan adanya benjolan di kantong
skrotum dengan konsistensi kistus dan pada pemeriksaan
penerawangan menunjukkan adanya transiluminasi.
3. Pada hidrokel yang terinfeksi atau kulit skrotum yang sangat tebal
kadang-kadang sulit melakukan pemeriksaan ini, sehingga harus
dibantu dengan pemeriksaan ultrasonografi.

2.4 Klasifikasi
Hidrokel diklasifikasan menjadi lima yaitu hidrokel komunikan,
hirokel nonkomunikan, hidrokel reaktif, hidrokel pada cord, hidrokel pada
canal of nuck, dan hidrokel abdominoskrotal. Hidrokel komunikan
melibatkan PPV yang memanjang hingga ke 4 dalam skrotum. Pada kasus
ini PPV bersambung dengan tunika vaginalis yang mengelilingi testis.
Kelainan anatomisnya identik dengan kelainan pada hernia indirek. Akan
tetapi defek pada hidrokel lebih kecil sehingga hanya terjadi akumulasi
cairan. Hidrokel nonkomunikan berisi cairan yang terperangkap dalam
tunika vaginalis pada skrotum. Prosesus vaginalisnya tertutup sehingga
cairan tidak dapat terhubung dengan ruang abdomen. Hidrokel ini umum
terjadi pada bayi, dan biasanya cairan akan direabsorbsi sebelum umur 1
tahun. Hidrokel reaktif adalah hidrokel nonkomunikan yang berkembang
dari kondisi inflamasi pada skrotum. Hidrokel pada cord terjadi bila
prosesus vaginalis menutup diatas testis, tetapi tetap ada hubungan kecil
dengan peritoneum. Pada hidrokel ini, terdapat sebuah daerah seperti
kantung pada inguinal canal yang terisi oleh cairan. Cairan ini tidak
sampai masuk ke dalam skrotum. Hidrokel pada canal of nuck terjadi pada
wanita saat cairan terakumulasi didalam prosesus vaginalis pada saluran

3
inguinal. Hidrokel abdominoscrotal terjadi karena pembukaan kecil pada
prosesus vaginalis. Cairan masuk ke dalam hidrokel dan terperangkap.
Hidrokel akan terus membesar dan suatu saat akan meluas ke atas menuju
abdomen.[ CITATION Mah \l 1033 ]
Menurut letak kantong hidrokel terhadap testis, secara klinis
dibedakan beberapa macam hidrokel, yaitu:
1. Hidrokel testis.
Kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi tetis sehingga testis tidak
dapat diraba. Pada anamnesis, besarnya kantong hidrokel tidak
berubah sepanjang hari.
2. Hidrokel funikulus.
Kantong hidrokel berada di funikulus yaitu terletak di sebelah cranial
dari testis, sehingga pada palpasi testis dapat diraba dan berada di luar
kantong hidrokel. Pada anamnesis kantong hidrokel besarnya tetap
sepanjang hari.
3. Hidrokel komunikan.
Merupakan hidrokel yang terjadi karena adanya factor/penyebab lain,
bukan dari daerah tunika vaginalis itu sendiri. Ada hubungan dengan
rongga perut, bias membesar dan biasanya lebih cepat dan harus
dioperasi. Jenis ini biasanya terjadi congenital dimana terjadi akibat
adanya kegagalan penutupan saluran tempat turunnya testis dari
rongga perut ke dalam skrotum. Cairan peritoneum mengalir melalui
saluran yang terbuka tersebut dan terperangkat di dalam skrotum
sehingga skrotum membengkak. Secara normal, hidrokel akan
menghilang dengan sendirinya dalam beberapa bulan setelah bayi lahir.
Apabila setelah anak berumur 1 tahun cairan hidrokel ini tetap ada
maka dapat dilakukan tindakan operatif.
Berdasarkan lama terjadinya diklasifikasikan menjadi:
1. Hidrokel akut.
Biasanya berlangsung dengan cepat dan dapat menyebabkan nyeri.
Cairan berwarna kemerahan mengandung protein, fibrin, eritrosit, dan
sel polimorf.
2. Hidrokel kronis.
Hidrokel jenis ini hanya menyebabkan peregangan tunika secara
perlahan dan walaupun akan menjadi besar dan memberikan rasa berat,
jarang menyebabkan nyeri.

4
Hidrokel dapat juga diklasifikasikan menjadi dua jenis berdasarkan
kapan terjdinya, yaitu:
1. Hidrokel primer.
Hidrokel primer terlihat pada anak akibat kegagalan penutupan
prosesus vaginalis. Prosesus vaginalis adalah suatu divertikulum
peritoneum embriotik yang melintasi kanalis inguinalis dan
membentuk tunika vaginalis. Hidrokel jenis ini akan menutup dan
cairan dalam tunika akan diabsorbsi.
2. Hidrokel sekunder.
Pada orang dewasa hidrokel sekunder cenderung berkembang lambat
dalam suatu masa dan dianggap sekunder terhadap obstruksi aliran
keluar limfe. Dapat disebabkan oleh kelainan testis atau epididimis.
Keadaan ini dapat terjadi karena radang atau karena suatu proses
neoplastik. Radang lapisan mesotel dan tunika vaginalis menyebabkan
terjadinya produksi cairan berlebihan yang tidak dapat dibuang keluar
dalam jumlah yang cukup oleh saluran limfe dalam lapisan luar tunika.

2.5 Patofisiologi
Hidrokel disebabkan oleh kelainan congenital (bawaan sejak lahir)
ataupun ketidaksempurnaan dari prosesus vaginalis tersebut menyebabkan
tidak menutupnya rongga peritoneum dengan prosesus vaginalis. Sehingga
terbentukalah rongga antara tunika vaginalis dengan cavum peritoneal dan
menyebabkan terakumulasinya cairan yang berasal dari system limfatik
disekitar. Cairan yang seharusnya seimbang antara produksi dan reabsorbsi
oleh system limfatik disekitarnya. Tetapi pada penyakit ini telah
terganggunya system sekresi atau reabsorbsi cairan limfa. Dan terjadilah
penimbunan di tunika vaginalis tersebut. Akibat dari tekanan yang terus-
menerus mengakibatkan obstruksi aliran limfe atau vena di dalam
funikulus spermatikus. Dan terjadilah atrofi testis dikarenakan akibat dari
tekanan pembuluh darah yang ada di daerah sekitar testis tersebut.

5
2.6 Pathway

Primer (kelainan Sekunder (trauma epididimis,


bawaan) infeksi, tumor testis)

Sistem limfatik yang Penutupan prosesus vaginalis Terganggunya system


belum sempurna yang tidak sempurna sekresi/reabsorbsi cairan
plasma dan transudat
Terlambatnya proses Keluarnya cairan dari
reabsorbsi cairan rongga abdomen
Cairan menumpuk di lapisan
parietal dan visceral

Penumpukan cairan di
tunika vaginalis
HIDROKEL

Penumpukan cairan di Media berkembangnya Infeksi testis Infeksi


skrotum bakteri

Skrotum membesar

Pre operasi Post operasi

Perubahan Klien merasa Perasaan tidak Kurangnya Gangguan


status tidak percaya nyaman saat informasi sirkulasi
kesehatan diri berpakaian tentang penyakit testikular
Klien cemas Gangguan Gangguan rasa Deficit pengetahuan Atrofi testis
dengan citra tubuh nyaman
kondisinya Gangguan
spermatogenesis
Ansietas
Perubahan
2.7 Pemeriksaan Diagnostik fungsi seksual
Disfungsi seksual

6
Diagnostic hidrokel dapat dibuat dengan transiluminasi skrotum.
Bila dilakukan transiluminasi pada hidrokel terlihat translusen, terlihat
benjolan terang dengan massa gelap oval dari bayangan testis.
Pemeriksaan USG dapat dipertimbangkan apabila hasil pemeriksaan
transiluminasi tidak jelas yang disebabkan oleh tebalnya kulit skrotum
pasien. Dengan hasil USG berwarna keabu-abuan.

2.8 Penatalaksanaan
Hidrokel pada bayi biasanya ditunggu hingga anak mencapai usia 1
tahun dengan harapan setelah prosesus vaginalis menutup, hidrokel akan
sembuh sendiri; tetapi jika hidrokel masih tetap ada atau bertambah besar
perlu difikirkan untuk dilakukan koreksi. Tindakan untuk mengatasi cairan
hidrokel adalah dengan aspirasi dan operasi. Aspirasi cairan hidrokel tidak
dianjurkan karena selain angka kekambuhannya tinggi, juga dapat
menimbulkan penyulit berupa infeksi.
Indikasi untuk mengobati hidrokel termasuk rasa sakit, penampilan
kosmetik skrotum, atau preferensi pasien. Manajemen konservatif hidrokel
meliputi pengamatan, aspirasi, dan sclerotherapy. Metode ini konservatif,
sclerotherapy merupakan yang paling banyak disukai dan dapat
diindikasikan pada pasien dengan ukuran hidrokel kecil sampai sedang,
yang tidak bersedia menjalani operasi, atau yang merupakan calon bedah
miskin. Operasi konvensional untuk hidrokel idiopatik adalah eksisi dan
eversi beserta kantungnya, dan prosedur ini tetap menjadi metode bedah
yang paling populer. Teknik lain untuk mengobati hidrokel pada orang
dewasa adalah teknik lipatan dan drainase internal hidrokel.
Penatalaksanaan biasa untuk hydrocelectomy pada orang dewasa
adalah cara skrotum. Masalah yang paling merepotkan dalam metode ini
adalah pembengkakan skrotum yang sangat tidak menyenangkan, yang
menciptakan banyak kesulitan bagi pasien dan penanganan oleh ahli
bedah. Masalah ini dapat dihindari dengan melakukan hydrocelectomy
menggunakan Penatalaksanaan inguinal pada orang dewasa. Terlepas dari
hampir menghilangkan masalah pasca operasi yaitu ketidaknyamanan
skrotum karena pembengkakan, metode ini memungkinkan inspeksi,
penemuan keganasan testis, dan mengambil tindakan yang aman dan tepat.

7
Hal ini juga memungkinkan pemeriksaan yang mudah, penemuan, dan
kinerja tindakan yang tepat bersama hernia inguinalis.

BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

8
3.1 Pengkajian
1. Identitas klien yang mencakup nama, jebis kelamin, umur, alamat,
pekerjaan.
2. Anamnesa
Anamnesa berkaitan tentang lamanya pembengkakan skrotum dan apakah
ukuran pembengkakan itu bervariasi, baik pada waktu istirahat maupun
pada keadaan emosional (menangis, ketakutan).
3. Pemeriksaan Fisik
Pada pemerisaan fisik, hidrokel dirasakan sesuatu yang oval atau bulat,
lembut dan tidak nyeri tekan. Hidrokel dapat dibedakan dengan hernia
melalui beberapa cara:
a. Pada saat pemeriksaan fisik dengan transiluminasi/diaponaskopi
hidrokel berwarna merah terang, dan hernia berwarna gelap.
b. Hidrokel pada saat diinspeksi terdapt benjolan yang hanya ada di
skrotum, dan hernia di lipatan paha.
c. Auskultasi pada hidrokel tidak terdapat suara bising usus.
d. Pada saat dipalpasi hidrokel terasa seperti kistik, tetapi pada hernia
terasa kenyal.
e. Hidokel tidak dapat didorong, hernia biasanya dapat didorong.
f. Bila dilakukan transiluminasi pada hidrokel terlihat transulen, pada
hernia tidak.
4. Kaji system perkemihan.
5. Kaji setelah pembdahan: infeksi, perdarahan, disuria, dan drainase.
6. Lakukan transiluminasi test: ambil senter, pegang skrotum, sorot dari
bawah. Bila sinar merata pada bagian skrotum sorot dari bawah, bila sinar
merata pada bagian skrotum maka berarti isinya cairan (bila waranya
redup).

3.2 Diagnosa
1. Pre Operasi
a. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan
skrotum.
b. Resiko kerusakan integritas kulit: skrotum berhubungan dengan
adanya gesekan dan peregangan jaringan kulit skrotum.
c. Perubahan body image: citra tubuh berhubungan dengan perubahan
bentuk skrotum.
d. Ansietas pada orangtua berhubungan dengan kondisi anaknya dan
kurang pengetahuan merawat anak.

9
2. Post Operasi
a. Resiko infeksi berhubungan dengan insisi post operasi.
b. Deficit pengetahuan orangtua berhubungan dengan kondisi anak:
prosedur pembedahan, perawatan post operasi, program
penatalaksanaan.
c. Nyeri berhubungan dengan gangguan pada kulit jaringan, trauma
pembedahan.

3.3 Intervensi

No Diagnose Tujuan & Kriteria


Intervensi
. Keperawatan Hasil
1. Gangguan rasa Setelah dilakukan a. Kaji skala,
nyaman (nyeri) intervensi, rasa tidak karakteristik, dan
berhubungan nyaman berkurang lokasi nyeri yang
dengan bahkan hilang dengan dialami klien sesuai
pembengkakan criteria hasil: dengan PQRST.
a. Pembengkakan b. Catat petunjuk
skrotum.
skrotum nonverbal seperti
berkurang. gelisah, menolak
b. Klien merasa
untuk bergerak,
nyaman, nyeri
berhati-hati saat
klien berkurang
beraktivitas dan
bahkan hilang.
meringis.
c. Skala nyeri 0-3.
c. Ajarkan pasienuntuk
memulai posis yang
nyaman atau teknik
relaksasi misalnya
duduk dengan kaki
agak terbuka.
d. Berikan tindakan
nyaman massage
punggung, mengubah
posisi dan aktivitas
senggang.
e. Observasi dan catat

10
pembesaran scrotum.
f. Kolaborasi pemberian
analgesic sesuai
indikasi.
Resiko kerusakan Setelah dilakukan a. Kaji adanya tanda
integritas kulit: intervensi, kerusakan kerusakan kulit seperti
skrotum integritas kulit tidak lecet dan kemerahan
berhubungan terjadi dengan criteria sekitar area
dengan adanya hasil: pembesaran (lipatan
Tidak ada lecet dan
gesekan dan paha).
kemerahan di sekitar b. Berikan salep
peregangan
2. area pembesaran. pelumas.
jaringan kulit
c. Kurangi aktivitas
skrotum.
klien selama sakit.
d. Berikan posisi yang
nyaman: abduksi.
e. Anjurkan klien
menggunakan pakaian
yang longgar terutama
celana.
3. Perubahan body Setelah dilakukan a. Kaji pengetahuan
image: citra tubuh intervensi, klien tidak pasien tentang kondisi
berhubungan merasa bahwa dan pengobatan, dan
dengan perubahan penyakit ini dapat ansietas sehubungan
bentuk skrotum. disembuhkan, dengan dengan situasi saat ini.
b. Perhatikan perilaku
criteria hasil:
a. Keluarga sabar menarik diri dari pada
menghadapi keluarga, tidak efektif
kondisi anaknya. menggunakan
pengingkaran atau
perilaku yang
mengindikasikan
terlalu
mempermasalahkan
tubuh dan fungsinya.

11
c. Tentukan tahap
berduka. Perhatikan
tanda dpresi
berat/lama.
d. Akui kenormalan
perasaan.
e. Anjurkan orang
terdekat untuk
memperlakukan
pasien secara normal
dan bukan sebagai
orang cacat.
f. Yakinkan keluarga
bahwa penyakit ini
dapat disembuhkan
dan tetap sabar
menghadapi kondisi
anaknya.
Ansietas pada Setelah dilakukan b. Jelaskan tindakan
orangtua intervensi, orangtua yang akan dilakukan
berhubungan memahami dan terhadap anaknya
dengan kondisi mengerti tentang sebelum tindakan,
c. Libatkan orangtua
anaknya dan prognosa dan
dalam perawatan
kurang diagnosis penyakit
anaknya.
4. pengetahuan yang dialami oleh
d. Berikan informasi
merawat anak. anaknya dengan
bahwa penyakit ini
criteria hasil:
dapat hilang dengan
a. Cemas yang
sendirinya.
dialami orangtua
klien berkurang
hilang bahkan

5. Resiko infeksi Setelah dilakukan a. Cuci tangan sebelum


berhubungan intervensi diharapkan dan sesudah
dengan insisi post resiko terjadinya melakukan aktivitas

12
operasi. infeksi tidak terjadi walaupun
dengan criteria hasil: menggunakan sarung
a. Berkurangnya
tangan steril.
tanda-tanda b. Batasi penggunaan
peradangan alat atau prosedur
seperti kemerah- invasife jika
merahan, gatal, memungkinkan.
c. Gunakan teknik steril
panas, perubahan
pada waktu
fungsi.
penggantian balutan/
penghisapan/berikan
lokasi perawatan,
misalnya jalur
invasive.
d. Gunakan sarung
tangan/pakaian pada
waktu merawat luka
yang
terbuka/antisipasi dari
kontak langsung
dengan sekresi
ataupun ereksi.
6. Deficit Setelah dilakukan a. Kaji ulang pemk
pengetahuan intervensi, klien batasan aktivitas
orangtua memahami dan pesca operasi.
b. Dorong aktivitas
berhubungan mengerti tentang
sesuai toleransi
dengan kondisi prosedur
dengan periode
anak: prosedur pembedahan,
istirahat periodik.
pembedahan, perawatan setelah
c. Diskusikan perawatan
perawatan post operasi dan
insisi, termasuk
operasi, program pengobatan dengan
mengganti balutan,
penatalaksanaan. criteria hasil:
pembatas mandi, dan
a. Klien menyatakan
kembali ke dokter.
pemahamannya
d. Identifikasi gejala

13
proses penyakit, yang memerlukan
pengobatan dan evaluasi medic,
potensial contoh peningkatan
komplikasi. nyeri, edema/eritema,
luka, adanya drainase,
demam.
Nyeri berhubungan Setelah dilakukan a. Kaji nyeri, catat
dengan gangguan intervensi diharapkan lokasi, karakteristik,
pada kulit jaringan, nyeri klien berkurang beratnya (0-10).
trau,a pembedahan. bahkan hilang dengan Selidiki dan laporkan
criteria hasil skala perubahan nyeri
nyeri 0-3 dan klien dengan cepat.
7. b. Pertahankan istirahat
tidak menangis serta
dengan posisi
gelisah.
semifowler.
c. Dorong ambulasi dini.
d. Berikan aktivitas
hiburan
e. Berikan alagesik
sesuai indikasi

14
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Hidrokel merupakan pengumpulan cairan di dalam prosesus
vaginalis, dan hal ini dapat menyebabkan pembengkakan di daerah
inguinal atau skrotum. Penyebab hidrokel antara lain:
1. Pada anak-anak atau bayi baru lahir
a. Belum sempurnanya penutupan prosesus vaginalis sehingga terjadi
aliran cairan peritoneum ke prosesus vaginalis.
b. Belum sempurnanya sistem limfatik di daerah skrotum dalam
melakukan reabsorbsi cairan hidrokel.
2. Pada orang dewasa:
a. Idiopatik (primer) dan sekunder.
b. Penyebab sekunder terjadi karena didapatkan kelainan pada testis
atau epididimis yang menyebabkan terganggunya sistem sekresi
atau reabsorbsi cairan di kantong hidrokel.
c. Kelainan pada testis itu mungkin suatu tumor, infeksi, atau trauma
pada testis/epididimis.

15

Anda mungkin juga menyukai