Ta Besi
Ta Besi
Iron ore and iron sand are abundant in Indonesia. The content of source of
mineral could be evaluated trought by analiysis of mineral composition. The
methods of analysis were graphimetric, spectofotometry visible and titrimetry.
Based on the experiment, the chemical composition of iron ore containing Fe,
TiO2, S, P and SiO2, are 62.30%-65.80%, 0.41%-1.14%, 0%, 0% and 2.65%-
5.85%. Mean while the composition of Fe, TiO2, SiO2, P dan totally S of iron sand
18.90%-55.30%, 2.73%-9.30%, 0%-0.09%, 0.01%-0.20% dan 6.25%-36.65%
RESTU FAUZIA ADILA. Penentuan Komposisi Bijih Besi dan Pasir Besi
sebagai Bahan Baku Pembuatan Besi Baja. Dibimbing oleh SRI MULIJANI dan
ELVI RACHMAWATI.
Disetujui oleh
Diketahui oleh
Tanggal Lulus :
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir
(TA) dengan judul “Penentuan Komposisi Bijih Besi dan Pasir Besi Sebagai
Bahan Baku Pembuatan Besi Baja”. Pembuatan laporan tugas akhir bertujuan
mendapatkan gelar Ahli Madya pada Program Keahlian Analisis Kimia. Laporan
tugas akhir disusun berdasarkan hasil Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Pusat
Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara, yang beralamat di
Jl. Jendral Sudirman No. 623, Bandung – 40211 dilakasanakan selama 2 bulan
mulai tanggal 4 Februari sampai 5 april 2013.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr Sri Mulijani sebagai
pembimbing instansi, Bapak Raden Irwan Darmansyah, AMd dan Ibu Elvi
Rachmawati, SSi sebagai pembimbing lapang yang telah memberikan bimbingan,
motivasi, arahan demi kelancaran tugas akhir ini. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada dan Ibu Ani Suryani, Ibu Tutik Astutik, Ibu Ernawati, Ibu
Novadilah Alamanda serta seluruh karyawan dan rekan-rekan PKL bagian
laboratorium kimia mineral dan laboratorium lingkungan PUSLITBANG
tekMIRA yang telah membantu selama proses PKL. Ucapan terima kasih tidak
lupa penulis ucapkan kepada ayahanda Bapak Dasril Dt Rajo Gambero (alm) dan
Ibunda Elniviat, kakak dan adik tersayang, keluarga tercinta dan teman-teman,
terutama teman-teman Analisis Kimia angkatan 47 yang turut mendukung dan
memberikan doa selama pembuatan laporan ini.
Semoga laporan ini bermanfaat, khususnya bagi penulis sendiri dan
umumya bagi semua pembaca.
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1 PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Menentukan komposisi mineral pada bijih besi dan pasir besi meliputi Fe
total, fosfor, silikat, sulfur, dan titan yang akan dimanfaatkan sebagai bahan baku
pembuatan besi baja.
dikeluarkan SK Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 150 tahun 2000
yang keduanya mengatur tentang organisasi di lingkungan DESDM.
Restrukturisasi yang terus berlanjut, antara lain menghasilkan rektualisasi visi dan
misi DESDM, pembentukan Badan Litbang ESDM berikut visi dan misinya, serta
pergantian nama menjadi Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral
dan Batu Bara (PUSLITBANG tekMIRA) yang kini berada di bawah Badan
Litbang ESDM.
3 TINJAUAN PUSTAKA
Pasir besi merupakan salah satu bahan baku dasar dalam industri besi baja
dimana keterdapatannya di Indonesia banyak dijumpai di daerah pesisir seperti di
pesisir Jawa, Sumatera, Sulawesi dan Nusa tenggara. Salah satu indikasi adanya
pasir besi tersebut yaitu tetdapat di daerah pantai selatan Ende, Nusa Tenggara
Timur. Pasir besi mengandung unsur besi, vanadium, dan titan oksida yang cukup
tinggi (Wicaksono et al. 2011). Adapun nilai mineral tersebut sangat bergantung
pada kandungan besi didalamnya (Yudhi 2006). Pasir besi terbentuk dari hasil
pelapukan dan biasanya diendapkan dalam bentuk pasir. Pembentukan pasir besi
merupakan produk dari proses kimia dan fisika dari batuan berkomposisi
menengah hingga basa atau dari batuan bersifat andesitik hingga basaltik
(Bambang dan Widi 2006). Endapan pasir besi memiliki mineral-mineral seperti
magnetit, hematit dan maghemit. Mineral tersebut mempunyai potensi untuk
dikembangan sebagai bahan industri (Yulianto et al. 2002). Wicaksono et al.
(2011) komposisi kimia pasir besi ditunjukan pada Tabel 1.
Bijih besi biasanya kaya besi oksida dan mempunyai warna yang bervariasi
mulai dari abu-abu gelap, kuning terang, ungu, dan berkarat merah. Besi itu
sendiri biasanya ditemukan dalam bentuk magnetit (Fe3O4), bijih besi (Fe2O3),
goethite, limonit (FeO(OH)), dan siderit (FeCO3). Bijih besi dapat berupa karang
yang keras sekali, butiran kecil, dan tanah yang gembur dengan warna yang
beragam dari hitam hingga merah bata. Besi adalah suatu logam yang sangat kuat
dan keras. Namun, kekerasannya tidak melebihi nikel dan kobalt sehingga perlu
diberi zat aditif atau dibentuk paduan logam dengan nikel, kobalt, atau logam lain
(Meyer 1980). Bijih besi dari tambang biasanya masih bercampur dengan pasir,
tanah liat, dan batu-batuan dalam bongkah-bongkahan yang tidak sama besar
(Hismawadi 2010).
3.4 Oksidireduktometri
perubahan tingkat oksidasi. Oksidasi ialah kehilangan satu atau lebih elektron
yang dialami oleh atom, molekul, atau ion, sedangkan reduksi merupakan
perolehan elektron (Day & Underwood 2002). Kalium dikromat merupakan salah
satu bagian dari sistem redoks selain Ce (IV) sulfat, kalium permanganat, kalium
brommat dan kalium iodat. Zat ini memiliki keterbatasan dibandingkan KMnO4
atau Ce (IV) sulfat yaitu kekuatan oksidasinya lebih lemah dan reaksinya lambat.
K2Cr2O7 besifat stabil dan stabil terhadap HCl (Khopkar 1983). Keuntungan
utamanya adalah ketersediaan sebagai standar primer dan stabilitas jangka
panjang (Harvey 2000) dan sebagai oksidator dengan daya pengoksidasi yang
relatif kuat. Titrasi dengan K2Cr2O7 sebagai titran digunakan indikator-indikator
yang berubah warna bukan karena pH yang berubah, akan tetapi karena daya
oksidasi larutan yang meningkat. Indikator yang digunakan harus zat yang dapat
dioksidasi atau direduksi (Harjadi 1986).
4 METODE
4.2.2 Pelarutan Sampel dengan Aqua Regia dan Asam Sulfat (1:1) dan
Aqua Regia
Sampel bijih besi sebanyak 2 g dimasukan ke dalam gelas piala 500 mL,
kemudian sampel dibasahkan dengan akuades. Sampel kemudian dilarutkan
dengan 5 mL H2SO4 (1:1) dan 20 mL aqua regia (3:1). Sampel dipanaskan sampai
benar-benar kering. Setelah itu ditambahkan 10 mL HCl pekat. Gelas piala di
tutup dan sampel dipanaskan sampai mengental. Sampel kemudian diencerkan
dengan akuades kira-kira 50 mL. Larutan sampel dipanaskan kembali selama 30
menit. Larutan di saring dengan kertas saring Whatman No. 42 ke dalam labu
takar 250 mL sebagai larutan induk. Endapan hasil penyaringan digunakan untuk
penetuan SiO2. pelarutan untuk pasir besi digunakan campuran asam aqua regia
dan Asam Sulfat (1:1).
Keterangan:
A = Bobot cawan dan endapan sebelum penambahan HF (gram)
B = Bobot cawan dan endapan setelah penambahan HF (gram)
W = Bobot sampel awal (gram)
𝐴𝑟 𝑆
% S Total = x BaSO4
𝑀𝑟 𝐵𝑎𝑆𝑂4
Keterangan:
A = Bobot cawan kosong (gram)
B = Bobot cawan dan abu (gram)
W = Bobot sampel (gram)
(𝑉 𝑥 𝑀)𝑥 𝐹𝑃𝑥 𝐴𝑟 𝐹𝑒
% 𝐹𝑒 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑥 100%
𝑚𝑔 𝐶𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
Keterangan:
V = Volume K2Cr2O7 (mL)
M = Molaritas K2Cr2O7
Fp = Faktor pengenceran
Salah satu bahan tambang yang banyak terdapat di bumi dan sampai saat ini
telah banyak dimanfaatkan dalam berbagai keperluan adalah besi yang biasa
terkandung pada pasir besi dan bijih besi. Penentuan kandungan atau unsur yang
terdapat pada mineral dianalisis dengan analisis basah yaitu dengan melarutkan
reagen tertentu pada kondisi tertentu pula. Komposisi kimia bijih besi dan pasir
besi biasanya ditulis dalam bentuk oksida. Jadi penulisan senyawa oksida yang
terdapat pada sertifikat hasil uji komposisi kimia sampel bijih besi dan pasir besi
merupakan konversi dari unsur-unsurnya. Pengujian dilakukan terhadap beberapa
unsur meliputi Fe sebagai unsur utama, SiO2, S total, TiO2, dan P sebagai elemen-
elemen pengotor yang harus diketahui untuk mengevaluasi tingkat keberhasilan
pengolahan. Proses penentuan komposisi kimia pada pasir besi dan bijih besi
diperlukan tahap preparasi, pelarutan sampel dan analisis kadar.
material pada ukuran maksimum. Penggerusan pasir besi dan bijih besi dilakukan
sampai berukuran 200 mesh.
Pelarutan mineral bijih besi dan pasir besi dilakukan dengan berbagai
pelarutan asam, seperti pelarutan dengan HCl-HNO3 (3:1), HF-HClO4-HNO3 dan
HCl-HNO3 (3:1)-H2SO4 (1:1). Pelarutan dengan HCl-HNO3 (3:1) digunakan untuk
melarutkan mineral yang dapat larut dalam asam biasa yang memerlukan oksidasi.
Bijih besi dilarutkan dengan campuran asam HCl-HNO3, sedangkan pasir besi
menggunakan campuran HCl-HNO3 (3:1)-H2SO4 (1:1). Hal ini disebabkan karena
pasir besi memerlukan oksidator untuk bisa larut dalam asam. Oleh karena itu
perlu ditambahkan H2SO4. Pelarutan dengan HF-HClO4-HNO3 digunakan untuk
mineral yang sukar larut dalam asam biasa dan memerlukan oksidasi dan mineral
yang banyak mengandung silikat. Asam florida berfungsi untuk merusak ikatan
antara silika dengan senyawa lain yang terkandung di dalam sampel, seperti
aluminium, oksida atau pun klorida, karena jika silika masih berikatan dengan
seyawa-senyawa tersebut maka akan mengganggu pengukuran, baik itu
pengukuran senyawa pengotor, ataupun pengukuran kadar silika. Pelarutan
dengan campuran asam HCl-HNO3-H2SO4 digunakan untuk mineral lempung
seperti pasir besi dan bijih besi.
Proses pelarutan dengan asam ini dapat melarutkan semua logam. Proses
pelarutan dilakukan dengan pemanasan karena pada suhu yang sedikit tinggi
ikatan Si-O-Al menjadi lemah. Setelah ikatan Si-O-Al lemah, dengan penambahan
asam diharapkan Si dapat terpisah sehingga diperoleh endapan SiO2 dan larutan
berwarna kuning (sebagai larutan induk) yang mengandung senyawa Al, Fe, Ti,
Mn, Mg, P dan Ca yang terdapat di dalam mineral.
pada mineral ini merupakan komponen pengotor. Semakin besar unsur SiO2 yang
terkandung maka mineral ini semakin sukar ditempa.
sehingga hal ini akan berpengaruh pada berat endapan tersebut. (Harjadi 1986).
Berdasarkan hasil analisis hanya sebagian sampel yang mengandung sulfur
dengan kadar yang kecil (Tabel 3). Kecil nya kadar sulfur yang terdapat pada
sampel menunjukan adanya kemungkinan tingginya kadar Fe tetapi hal ini juga
sangat tergantung pada kandungan unsur penyusun lainnya. Unsur S dapat
menaikkan kekuatan baja, tetapi jika kadar terlalu tinggi dapat meningkatkan
kemungkinan retak.
Unsur logam yang terikat dalam mineral bijih besi dan pasir besi ialah titan.
Adanya kandungan unsur titan dalam kedua mineral ini dapat membatasi
kandungan maksimum dari unsur besi. Penentuan kadar TiO2 dilakukan
menggunakan metode spektrofotometer. Larutan sampel dioksidasi oleh H2O2
yang akan membentuk senyawa kompleks berwarna kuning yaitu
peroksodisulfatotitanat (IV) yang dapat diukur serapannya pada panjang
gelombang 400 nm (Amelia et al. 1998). Adanya unsur Fe3+ pada sampel yang
menggangu pengukuran karena Fe dengan HCl akan membentuk FeCl3 yang
berwarna kuning. Untuk menghilang FeCl3 perlu ditambahkan H2SO4 dan H3PO4.
H3PO4 berfungsi mengkompleks Fe3+ menjadi yang tidak berwarna sedangkan
H2SO4 berfungsi mengilangkan Cl-. Reaksi yang terjadi ialah:
produk besi baja sehingga pengotor-pengotor yang ada harus dipisahkan terlebih
dahulu (Muta’alim 1994).
Kurva standar dapat dilihat pada lampiran 8. Kurva standar yang diperoleh sangat
baik dengan koofisien korelasi yang diperoleh sebesar 0.9993 dan persamaan garis
linear y = 0.00075×-0.0003. Sampel bijih besi tidak ditemukan adanya kandungan
fosfat yang ditandai dengan absorbansi dibawah 0, sedangkan pada sampel pasir
besi terkandung fosfor dengan kadar yang kecil (Tabel 4). Kecilnya kadar fosfor
yang terdapat pada sampel menunjukan adanya kemungkinan tingginya kadar Fe
tetapi hal ini juga sangat tergantung pada kandungan unsur penyusun lainnya.
Unsur – unsur non logam yang umumnya dibatasi jumlahnya didalam produk baja
adalah Sulfur (S) dan Fosfor (P). Tinggi kadar kedua unsur tersebut bisa
menurunkan keliatan (ductility) baja dan meningkatkan kemungkinan retak pada
sambungan las.
Saat titrasi ion Cr6+ direduksi menjadi ion Cr3+ yang berwarna hijau. Warna
hijau yang ditimbulkan oleh ion-ion Cr3+ yang terbentuk oleh reduksi kalium
dikromat. Titik akhir suatu titrasi dengan dikromat hanya dilihat secara visual
sehingga harus digunakan suatu indikator redoks yang memberi perubahan warna
yang kuat. Indikator yang digunakan ialah natrium difenilaminsulfonat dengan
perubahan warna menjadi violet. Untuk mengaktifkan indikator dan menurunkan
Titik ekivalen maka ditambahkan H3PO4 dan H2SO4 untuk memberikan suasana
asam (asam campur). Besi termasuk unsur utama pembentuk kerak bumi dengan
kadar rata-rata di kerak bumi mencapai 5,4%. Penambangan besi saat ini
membutuhkan bijih besi yang berkadar 55-65% Fe atau memiliki faktor
pengkayaannya (enrichment factor) yang mencapai 10-12 kali dari kadar rerata
kerak bumi. Secara komersial, bijih besi yang ditambang mempunyai komposisi
mineral seperti yang ditunjukan pada Tabel 5.
bawah kadar yang dibutuhkan sehingga perlu dilakukan peningkatan kadar Fe-
nya. Berdasarkan jenis senyawanya, kandungan Fe pada pasir besi yang dianalisa,
menunjukan bahwa mineral ini tergolong pada jenis limenit dan ulvospinel (Tabel
6).
Kandugan besi jenis ulvospinel lebih baik dibadingkan jenis limenit karena
kandungan Fe yang lebih besar.
6.1 Simpulan
6.2 Saran
Penentuan komposisi kimia pada bijih besi dan pasir besi sebaiknya
menggunakan CRM agar hasil yang diperoleh lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Amelia R, Desi Y, Eko Tr. 1998. Penerapan Metode Jis Dalam Analisis Batu
Gamping Asal Tasikmalaya, Jawa Barat. Prosiding Seminar II Kimia Dalam
Pembangunan Holoday Yogyakarta. Bandung: Puslitabang Geoteknologi
LIPI.
19
Muta’alim. 1994. Bijih Besi Sebagai Alternatif Bahan Baku Pebuatan Besi Baja.
Bandung: Puslitbang teknologi mineral dan batubara.
Meyer K. 1980. Pelletizing Of Iron Ores. Germany : Springer-Verlag Berlin.
Suratman. 2008. Benefisiasi Pasir Besi Jene Gumanti, Sulawesi Selatan, jurnal
bahan galian industri NO 34: 8-13. Bandung: Puslitbang Teknologi Mineral
Batubara .
Svehla G. 1990. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan
Semimikro. Setiono L, Penerjemah. Jakarta : PT Kalman Media Pusaka.
Terjemahan dari: Textbook of Macro and Semimicro Qualitative Inorganic
Analysis.
Wicaksono HS. 2001. Analisis Ukuran Partikel Campuran (Pasir Besi, Batubara
Dan CaO) dan Lama Penyinaran Gelombang Mikro pada Reduksi Besi
Oksida. Jurnal Teknik Material Dan Metalurgi Institut Teknologi Sepuluh
Nopember. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh November.
Widodo Ds, Ariadi R. 2010. Kimia Analisis Kuantitatif. Semarang: Graha Ilmu.
Yudhi N 2006. Penentuan Kandungan Besi di Dalam Pasir Besi dengan
Menggunakan Alat Titroprocessor. Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir,
BATAN.
Yulianto A, Bijkasana, Loeksamato. 2002. Karakteristik Magnetik Dari Pasir Besi
Cilacap, jurnal Fisika Himpunan Fisika Indonesia Vol A5 052.
21
LAMPIRAN
PUSAT
PENELITIAN DAN
PENGEMBANGAN TEKNOLOGI
MINERAL DAN BATUBARA
BAGIAN
TATA USAHA
Subbagian Subbagian
Umum dan Kepegawaian Keuangan
Subbidang Subbidang
Penyiapan Subbidang Afiliasi
Rencana Penyelenggaraan Penelitian dan
Pengembangan
Subbidang
Subbidang Informasi
Analisis dan Subbidang
Evaluasi SaranaPenelitian dan
Pengembangan
22
Sampling
Drying
Crushing Pertama:
Jaw Crusher I
Jaw Crusher II
Crushing Kedua:
Roll Crusher
(ukuran yang dihasilkan-10#)
Crushing Kedua:
Roll Crusher
(ukuran yang dihasilkan-200#)
Contoh Siap
23
Lampiran 3 Penetuan kadar SiO2 Total pada Bijih Besi secara Gravimetri
No No Label A (gram) B (gram) SiO2 (%)
1 1062 35.3756 35.3703 2.65
2 1063 36.1957 36.1829 6.40
3 1064 35.7258 35.7179 3.95
4 1065 36.1891 36.1804 4.35
5 1066 35.7288 35.7171 5.85
6 1067 35.3818 35.3716 5.10
7 1068 36.2276 36.2192 4.20
8 1069 36.4271 36.4168 5.15
9 1070 36.2276 36.2189 4.35
10 1071 35.7259 35.7177 4.10
11 1072 35.3759 35.3698 4.90
12 1073 36.1895 36.1811 4.20
Lampiran 4 Penetuan Kadar SiO2 Total pada Pasir Besi secara Gravimetri
NO No Label A (gram) B (gram) SiO2 (%)
1 1054 35.5040 35.4307 36.65
2 1055 36.3148 36.2662 24.30
3 1056 36.2747 36.2270 23.85
4 1057 35.7929 35.7554 18.75
5 1058 36.4407 36.4282 6.25
6 1059 35.3895 35.3767 6.40
7 1060 35.7704 35.7388 15.80
8 1061 36.2798 36.2401 19.85
𝐴−𝐵
% 𝑆𝐼𝑂2 = 𝑋 100 %
𝑊
Keterangan:
A = Bobot cawan dan endapan sebelum penambahan HF
B = Bobot cawan dan endapan setelah penambahan HF
W= Bobot sampel awal
35.500 − 35.4307
% 𝑆𝐼𝑂2 = 𝑥 100%
0.2000
= 36.65%
24
(𝑉 𝑥 𝑀) 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑥 𝐹𝑃𝑥 𝐴𝑟 𝐹𝑒
% 𝐹𝑒 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑥 100%
𝑚𝑔 𝐶𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
Keterangan:
V = Volume K2Cr2O7 (mL)
M = Molaritas K2Cr2O7 (0.0500 M)
Fp = Faktor Pengenceran
250
(9.30𝑥0.0500)𝑥56𝑥
% 𝐹𝑒 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 = 50 𝑥100%
200
= 65.10%
25
NO No A B BaSO4 S Total
Label (gram) (gram)
1 1054 - - - -
2 1055 - - -
3 1056 - - -
4 1057 - - - -
5 1058 19.3838 19.3864 0.26 0.03
6 1059 16.2570 16.2606 0.36 0.04
7 1060 20.5890 20.5946 0.56 0.07
8 1061 20.3628 20.3694 0.66 0.09
𝐵−𝐴
% BaSO4 = × 100%
𝑊
𝐴𝑟 𝑆
% 𝑆 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 = × BaSO4
𝑀𝑟 𝐵𝑎𝑆𝑂4
Keterangan:
A = Bobot cawan kosong (gram)
B = Bobot cawan dan abu (gram)
W = Bobot sampel (gram)
16.2606 − 16.2570
% BaSO4 = X 100%
1.000
= 0.36%
32
% 𝑆 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 = × 0.36= 0.04%
233.24
0.4
0.35
0.3
AbsorbansI
0.25
0.2
0.15
y = 0.0075x - 0.0003
0.1
R² = 0.9993
0.05
0
0 10 20 30 40 50 60
Konsentrasi PO43-
0.08
0.07
0.06
Absorbansi
0.05
0.04 y = 0.0144x - 0.0027
0.03 R² = 0.9997
0.02
0.01
0
0 1 2 3 4 5 6
Konsetrasi TiO2 Bijih Besi
0.8
0.7
0.6
AbsorbansI
0.5
0.4
0.3 y = 0.0141x + 0.0017
0.2 R² = 1
0.1
0
0 10 20 30 40 50 60
Konsentrasi TiO2
y = 0.0144 - 0.0027 ×
0.0175 + 0.0027
×= 1.4042 ppm
0.01442
1
b [Ti ]ppm x faktor pengenceran × volume sampel (L) ×
% Ti = 1000
b g sampel
× 100%
1
1.4042 × 2.5 × 0.250 × 1000
= 0.4383
0.2
TiO2
%TiO2 = × % 𝑇𝑖
𝑇𝑖
79.83
× 0.4383 = 0.7318 %
47.88
29
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Solok, Sumatera Barat pada tanggal 27 Juli 1992 yang
merupakan anak ke-9 dari 12 bersaudara dari pasangan Bapak Dasril Dt Rj
Gambero (alm) dan Ibu Elnifiat. Penulis menyelesaikan sekolah di SMAN 1 Bukit
Sundi dan lulus pada tahun 2010. Penulis diterima kuliah pada tahun 2010 di
Program Keahlian Analisis Kimia Direktorat Program Diploma Institut Pertanian
Bogor melalui jalur Ujian Saringan Masuk IPB (USMI).
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif mengikuti kepanitiaan di
beberapa kegiatan yaitu Anggota Divisi Medis Malam Keakraban analisis Kimia
48, Divisi danus bakti sosial Analisis Kimia Diploma IPB tahun 2011, pengurus
organisasi AROMATIK bagian KESMA tahun 2011. Penulis berkesempatan
melaksanakan Praktik Kerja Lapang di Pusat Penelitian dan Pengembangan
Teknologi Mineral dan Batubara.