Anda di halaman 1dari 3

1.

Pendahuluan
Pada dasarnya, produk yang berbasis teh mempunyai spektrum industri yang sangat luas
yang mencakup teh untuk minuman yang meliputi teh kemasan ( packet tea), tea bag, instant tea
, flavoured tea , teh wangi (teh melati), decafeinated tea , dan aneka minuman siap saji ( ready to
drink tea ) antara lain teh botol, teh kotak ( tetrapack tea ), canning tea , fermented tea, fruit tea,
ice tea, tea cola , dan foamy tea.

Teh untuk bahan campuran makanan antara lain dalam bentuk tea-candies, tea-noodles,
tea biscuits, tea-cake, tea-rice, tea-porridge, tea-ice-cream, dietary food dan teh untuk keperluan
industri pewarna makanan dan pengawet makanan alami. Teh untuk industri farmasi antara lain
dalam bentuk teh jamu, food supplement , cafein, catechin (anti kanker), tea flavin , tea rubigin ,
vitamin (B,C,E) dan fluoride.

Teh untuk keperluan industri toiletries dan disposable under wear karena adanya sifat anti
mikroba dari teh. Kandungan fluor yang tinggi dalam teh telah mendorong penggunaan teh untuk
industri pasta gigi, dan obat kumur. Teh untuk industri kosmetik antara lain perfume, beuty oil
dari minyak biji teh, deodorant dan aneka bahan pewarna kosmetik. Teh untuk biopestisida antar
lain berupa disinfectant dan saponin dari biji teh untuk pembasmi hama udang.

Saat ini konsumsi teh dunia masih didominasi oleh penggunaan teh sebagai produk
minuman. Dari sejumlah produk minuman teh jadi tersebut, ternyata tea bag merupakan produk
yang paling banyak dikonsumsi didunia yang diperkirakan mencapai 80% dari total konsumsi teh
untuk minuman. Produk-produk tertentu mampu menguasai pasar tertentu, misalnya canning tea
mampu menguasai 22% dari total pasar minuman Jepang. Demikian pula ice tea yang berasal
dari instant tea mampu menguasai 30% dari total teh di Amerika Serikat.

Pasar dalam negeri Indonesia sendiri merupakan pasar yang sangat besar dan potensial,
mengingat konsumsi teh di Indonesia masih sangat rendah yaitu hanya 288 gram/kapita/tahun.
Diperkirakan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan manfaat minum teh bagi
kesehatan, meningkatnya daya beli masyarakat dan adanya berbagai promosi baik promosi
generik dari FAO maupun promosi merk dari para produsen teh maka konsumsi teh di Indonesia
akan meningkat mencapai sekitar 600 gram/kapita/tahun. Tingkat konsumsi tersebut sama
dengan tingkat konsumsi teh per kapitan di negara-negara produsen teh lainnya seperti India,
China, dan Srilangka.

Di Indonesia jenis minuman teh yang populer sehingga mampu mengalahkan pangsa
pasar dari carbonated drink adalah teh botol. Saat ini pangsa pasar teh botol mencapai 28% dari
total pasar minuman di Indonesia, sementara pangsa pasar carbonated drink adalah 27%. Pangsa
pasar terbesar masih dikuasai oleh air minum mineral dalam kemasan (42%).

Produsen sekaligus eksportir teh dunia didominasi oleh lima negara yaitu Sri Langka,
Kenya, India, China dan Indonesia. Pangsa produksi kelima negara tersebut terhadap total
produksi dunia pada tahun 1998 mencapai 76,5%, sedangkan pangsa ekspornya mencapai
80,3%. Urutan pangsa produksi mulai dari yang terbesar adalah India (29,4%), China (22,4%),
Kenya (9,9%), Sri Langka (9,5%), dan Indonesia (5,6%). Karena jumlah pada pola konsumsi di
kelima negara tersebut berbeda, urutan pangsa ekspor menjadi sebagai berikut: Sri Lanka
(21,0%), Kenya (20,8%), China (17,2%), India (16%) dan Indonesia (5,3%).

Di Indonesia dan beberapa negara lainnya, teh merupakan minuman sehari-hari yang
banyak disukai karena kadungan kafein yang lebih rendah jika dibandingkan dengan kopi. Satu
cangkir teh mengandung 45 mg kafein, sedangkan kopi mengandung 90 mg kafein.

Pengolahan teh terbesar didominasi dalam bentuk teh hitam, sisanya teh hijau, sedangkan
industri teh wangi merupakan hasil olahan teh hitam.

CARA MEMBUAT
Proses pertama: pemetikan

Daun teh yang dipetik adalah dua daun yang paling berada di pucuk dan satu buah kuntum. Daun
dipetik dengan menggunakan tangan meski ada pula mesin untuk memetik daun teh. Masih
digunakan tenaga manusia karena mesin bisa merusak daun teh serta sulit untuk membawa mesin
yang besar ke dataran tinggi tempat perkebunan teh. Pemetikan daun teh juga ada caranya lho fren,
batang daun nggak boleh dipilin atau dijepit, tetapi ditarik.

Proses kedua: pelayuan

Daun yang sudah dipetik lalu dijemur di tempat yang sirkulasi udaranya bagus fren. Proses ini
untuk mengurangi kadar air pada daun yang membuat bobot daun berkurang sampai ¼ bagian.
Proses pelayuan berfungsi untuk mencegah terjadinya oksidasi.

Proses ketiga: oksidasi

Baru pada proses ketiga inilah daun teh akan dimasukkan ke dalam ruangan dengan suhu tertentu
untuk mengalami proses oksidasi. Proses ini kerap disebut oleh para pembuat teh yaitu fermentasi
karena pada proses ini daun teh akan berubah warna dan menjadi semakin layu. Meski disebut
dengan proses fermentasi, tidak ada penggunaan mikroorganisme seperti fermentasi pada
umumnya. Proses oksidasi inilah yang membedakan jenis teh satu dengan yang lainnya. Pada teh
oolong misalnya proses oksidasi hanya sampai 40% saja sedangkan untuk teh hitam oksidasi
dibiarkan sampai 100%.

Proses keempat: penghilangan warna hijau

Tergantung dari jenis teh yang akan dibuat, proses oksidasi bisa dihentikan dengan mengeluarkan
daun teh dari ruangan khusus dan dilakukan proses pemanasan sedang tanpa merusak rasa teh.
Untuk pembuatan teh skala besar di pabrik-pabrik, proses pemanasan dilakukan dengan
meletakkan daun teh ke dalam sebuah drum yang diputar-putar sambil dipanaskan dengan suhu
tertentu. Proses ini dalam bahasa Cina disebut dengan shaqing.
Proses terakhir: pembentukan dan pemeliharaan

Agar rasa teh bisa keluar dengan sempurna, daun teh yang sudah kering kemudian dimasukkan ke
dalam tas yang besar. Dengan menggunakan tangan atau mesin, tas yang berisi daun teh ini lalu
ditekan-tekan agar nantinya saripati di dalam daun teh bisa keluar dengan baik saat diseduh dengan
air panas. Tahap yang terakhir adalah proses pemeliharaan yang berbeda-beda untuk masing-
masing jenis teh. Ada yang difermentasi tahap kedua, ada yang dipanggang untuk mendapatkan
potensi maksimalnya, dan ada yang diberi dengan perisa untuk teh rasa-rasa itu lho fren. Sampai
sini masih panjang lagi urusan teh mulai dari pengemasan daun teh atau membuat minuman teh di
dalam kemasan.

Sumber:

Ghani, M.A., (2002). Dasar-Dasar Budi Daya Teh. Jakarta : Panebar Swadaya.

Bambang K.(2008). Prospek Teh Indonesia sebagai Minuman Fungsional. http://www.scribd.com


(28 Februari 2009).

Bambang, K. 1994. Petunjuk Teknis Pengolahan Teh. Balai Penelitian Teh dan Kina. Gambung.
Bandung.

Belitz, H. D. And Grosch, W. 1999. Food Chemistry. Second Edition. Springer. Jerman.

Nazaruddin dan Paimin. 1993. Teh, Pembudidayaan dan Pengolahan. Penebar Swadaya.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai