LAPORAN PENDAHULUAN
Paru adalah struktur elastik yang dibungkus dalam sangkar toraks, yang merupakan
suatu bilik udara kuat dengan dinding yang dapat menahan tekanan. Ventilasi membutuhkan
gerakan dinding sangkar toraks dan dasarnya yaitu diafragma. Bagian terluar paru-paru
dikelilingi oleh membran halus, licin, yang meluas membungkus dinding anterior toraks dan
permukaan superior diafragma. Mediastinum adalah dinding yang membagi rongga toraks
menjadi dua bagian, mediastinum terbentuk dari dua lapisan pleura. Semua struktur toraks
kecuali paru-paru terletak antara kedua lapisan pleura. Setiap paru dibagi menjadi lobus-lobus.
Paru kiri terdiri dari lobus bawah dan atas, sementara paru kanan mempunyai lobus atas,
tengah, dan bawah. Setiap lobus lebih jauh dibagi lagi menjadi dua segmen yang dipisahkan
oleh fisura, yang merupakan perluasan pleura. Terdapat beberapa divisi bronkus didalam setiap
lobus paru. Pertama adalah bronkus lobaris yaitu tiga pada paru kanan dan dua pada paru kiri.
Bronkus lobaris dibagi menjadi bronkus segmental terdiri dari 10 pada paru kanan dan 8 pada
paru kiri, bronkus segmental kemudian dibagi lagi menjadi subsegmental, bronkus ini
dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki arteri, limfatik dan saraf. Bronkus segmental
membentuk percabangan menjadi bronkiolus yang tidak mempunyai kartilago pada
dindingnya, bronkus dan bronkiolus juga dilapisi oleh sel-sel yang permukaannya dilapisi oleh
“rambut” pendek yang disebut silia.
Gambar 2.2
Sumber : www.adam.com
b. Fisiologi
Menurut Price dan Wilson (2006) proses pernafasan dimana oksigen dipindahkan dari
udara ke dalam jaringan-jaringan, dan karbondioksida dikeluarkan ke udara ekspirasi dapat
dibagi menjadi tiga proses . Proses yang pertama yaitu ventilasi, adalah masuknya campuran
gas-gas ke dalam dan ke luar paru-paru. Proses kedua, transportasi yang terdiri dari beberapa
aspek yaitu difusi gas-gas antar alveolus dan kapiler (respirasi eksternal), distribusi darah
dalam sirkulasi pulmonal. Proses ketiga yaitu reaksi kimia dan fisik dari oksigen dan
karbondioksida dengan darah.
a. Ventilasi
Ventilasi adalah pergerakan udara masuk dan keluar dari paru karena terdapat
perbedaan tekanan antara intrapulmonal (tekanan intraalveoli dan tekanan intrapleura)
dengan tekanan intrapulmonal lebih tinggi dari tekanan atmosfir maka udara akan
masuk menuju ke paru, disebut inspirasi. Bila tekanan intapulmonal lebih rendah dari
tekanan atmosfir maka udara akan bergerak keluar dari paru ke atmosfir disebut
ekspirasi.
b. Transportasi oksigen
Tahap kedua dari proses pernafasan mencakup proses difusi di dalam paru
terjadi karena perbedaan konsentrasi gas yang terdapat di alveoli kapiler paru, oksigen
mempunyai konsentrasi yang tinggi di alveoli dibanding di kapiler paru, sehingga
oksigen akan berdifusi dari alveoli ke kapiler paru. Sebaliknya, karbondioksida
mempunyai konsentrasi yang tinggi di kapiler paru dibanding di alveoli, sehingga
karbondioksida akan berdifusi dari kapiler paru ke alveoli. Pengangkutan oksigen dan
karbondioksida oleh sistem peredaran dara, dari paru ke jaringan dan sebaliknya,
disebut transportasi dan pertukaran oksigen dan karbondioksida darah. Pembuluh darah
kapiler jaringan dengan sel-sel jaringan disebut difusi. Respirasi dalam adalah proses
metabolik intrasel yang terjadi di mitokondria, meliputi penggunaan oksigen dan
produksi karbondioksida selama pengambilan energi dari bahanbahan nutrisi.
Reaksi kimia dan fisik dari oksigen dan karbondioksida dengan darah. Respirasi
sel atau respirasi interna merupakan stadium akhir dari respirasi, yaitu saat dimana
metabolit dioksidasi untuk mendapatkan energi, dan karbondioksida terbentuk sebagai
sampah proses metabolisme sel dan dikeluarkan oleh paru-paru
1. DEFINISI
Beberapa pengertian tuberkulosis paru dari berbagai sumber, sebagai berikut :
2. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parekim paru.
Tuberkulosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, termasuk meningitis,
ginjal, tulang, dan nodus limfe. Agens infeksius utama Mycobacterium tuberculosis,
adalah batang aerobik tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitif terhadap
panas dan sinar ultraviolet . Mycobaterium Bovis dan Mycobacterium Avium pernah,
pada kejadian yang jarang, berkaitan dengan terjadinya infeksi tuberkulosis (Smeltzer
dan Bare, 2002).
2. ETIOLOGI
Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacerium tuberkulosis, sejenis kuman batang
dengan ukuran panjang 1-4 /um dan tebal 0,3 – 0,6/um, sebagian besar kuman terdiri atas
lemak (lipid), peptidoglikan dan arabinomannan. Lipid inilah yang membuat kuman lebih
tahan terhadap asam sehingga disebut Bakteri Tahan Asam (BTA), kuman dapat bertahan
hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin, hal ini karena kuman bersifat
dormant, yaitu kuman dapat aktif kembali dan menjadikan tuberkulosis ini aktif lagi. Sifat
lain adalah aerob, yaitu kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi oksigennya (Sudoyo,
2007).
Tuberkulosis ditularkan dari orang ke orang oleh transmisi melalui udara. Individu
terinfeksi, melalui berbicara, batuk, bersin, tertawa atau bernyanyi, melepaskan droplet
besar (lebih besar dari 100 µ) dan kecil ( 15 µ ). Droplet yang besar menetap, sementara
droplet yang kecil tertahan di udara dan terhirup oleh individu yang rentan. Mereka yang
kontak dekat dengan seseorang TB aktif, mempunyai resiko untuk tertular tuberkulosis, hal
ini juga tergantung pada banyaknya organisme yang terdapat di udara (Smeltzer dan Bare,
2002)
3. EFIDEMIOLOGI
Penyakit tuberkulosis adalah penyakit yang sangat epidemik karena karena kuman
mikrobakterium tuberkulosis telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia. Program
penanggulangan sangat terpadu baru dilakukan pada tahun 1995 melalui strategi DOSTS
(directly observed treatment shortcourse chemoterapy), meskipun sejak tahun 1993 telah
dicanangkan kedaruratan global penyakit tuberkulosis. Kegelisahan global ini didasarkan
pada fakta bahwa pada sebagian besar negara di dunia, penyakit tuberkolusis tidak
terkendali, hal ini disebabkan banyak penderita yang tidak berhasil disembuhkan, terutama
penderita menular (BTA positif).
Penyakit TB paru merupakan penyakit menahun/kronis ( berlangsung lama), dan
menular. Penyakit ini dapat diderita setiap orang, tetapi paling sering menyerang orang-
orang yang berusia antara 15- 45 tahun, terutama mereka yang bertubuh lemah, kurang gizi
atau yang tinggal satu rumah dan berdesak –desakan bersam pendrita TBC. Lingkungn yang
lembab, gelap dan tidak memiliki ventilasi memberikan andil bagi besar bagi seseorang
terjangkit TBC.
Penyakit Tuberkolusis dapat disembuhkan. Namun, akibat dari kurangnya informasi
berkaitan cara pencegahan dan pengobatan TBC, kematian akibat penyakit ini memiliki
prevalensi yang besar. Indonesia berada dalam peringkat ketiga terburuk didunia untuk
jumlah penderita TB. Setiap tahun muncul 500 ribu kasus baru dan lebih dari 140 ribu
lainnya meninggal.
Berdasarkan Global Tuberkolusis Control Tahun 2009 (data tahun 2007) angka
prevalensi semua tipe kasus TB, insidensi semua tipe kasus TB dan kasus baru TB paru
BTA Positif dan kematian kasus TB menunjukan bahwa pada tahun 2007 prevalensi semua
tipe TB negara indonesia sebesar 244 per 100.000 penduduk atau sekitar 565.614 kasus
semua tipe TB, insiden semua tipe TB sebesar 228 per 100.000 penduduk atau sekitar
528.063 kasus tipe TB, insidensi kasus baru TB BTA posistif sebesar 102 per 100.000 atau
sekitar 236.029 kasus baru TB paru BTA positi sedangkan kematian TB 39 per 100.000
penduduk atau 250 orang perhari. Penjarinagn suspek per provinsi tahun 2008-2010,
terdapat 14 provinsi yang mengalami peningkatan angka kejadian suspect TB, salah satunya
Kalimantan Selatan, yang tahun 2009 terjaring 189 kasus dan pada tahun 2010 meningkat
menjadi 199 kasus ( Depkes RI,2010).
Berdasarkan data yang ada di rumah sakit suaka insan banjarmasin tahun 2013 dalam
7 bulan terakhir penderita TB Paru berjumlah 108 kasus terdiri dari 75 kasus pada laki-laki
dan 33 kasus pada perempuan, yaitu pada bulan januari mencapai 13 kasus, bulan Februari
mengalami peningkatan menjadi 18 kasus, bulan maret menjadi 21 kasus, bulan april
mengalami penurunan menjadi 16 kasus, bulan mei ada 16 kasus, bulan juni mengalami
penurunan menjadi 12 kasus dan bulan juli ada 12 kasus.
4. MANIFESTASI KLINIS
Keluhan yang dirasakan pasien tuberkulosis dapat bermacammacam atau bahkan
banyak pasien ditemukan TB paru tanpa keluhan sama sekali dalam pemeriksaan kesehatan.
Menurut Sudoyo (2007) keluhan yang terbanyak adalah demam, batuk/batuk darah, sesak
nafas, nyeri dada, dan malaise. Berikut penjelasan dari masing-masing keluhan tersebut :
1. Demam
Biasanya subfebril meyerupai demam influenza. Tetapi kadangkadang panas badan
dapat mencapai 40-41oC. Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar, tetapi
kemudian dapat timbul kembali.
2. Batuk/Batuk darah
Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang
produk-produk radang keluar. Sifat batuk dimulai dari batuk kering kemudian setelah
timbul peradangan menjadi produktif. Keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah
karena terdapat pembuluh darah yang pecah.
3. Sesak nafas
Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah
meliputi setengah bagian paru-paru.
4. Nyeri dada
Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan
pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien menarik/melepaskan napasnya.
5. Malaise
Gejala malaise sering ditemukan berupa anoreksia tidak ada nafsu makan, badan makin
kurus, sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam, dll.
Pada stadium dini penyakit tuberkulosis paru biasanya tidak tampak adanya tanda atau
gejala yang khas. Tuberkulosis paru dapat didiagnosis hanya dengan tes tuberkulin,
pemeriksaan radiogram dan pemeriksaan bakteriologik
5. PATOFISIOLOGI
a. Narasi Patofisiologi TB Paru
Mycobacterium tuberkolusis yang biasanya ditularkan melaui inhalasi percikan
ludah ( droplet), orang ke orang dan mengkolonisasi bronkiolus atau alveolus. Apabila
bakteri tuberculin dalam jumlah yang bermakna berhasil menembus mekanisme
pertahanan siste pernapasan dan berhasil menempati saluran nepas bawah, maka
pejamu akan melakukan respons imun dan peradangan yang kuat. Karena respns yang
hebat ini, akibat di perantarai oleh sel T, maka hanya sekitar 5 % orang yang terpajan
basil tersebut menderita tubercolusis aktif. Penderita TBC yng bersifat menular bagi
orang lain adalah mereka yang mengidap infeksi tubercolusis aktif dan hanya pada masa
infeksi aktif.
Basil mycobacterium tubercolusis sangat sulit dimatikan apabila telah
mengkolonisasi saluran nafas bawah, maka tujuan respon imun adalah lebih untuk
mengepung dan mengisolasi basil bukan untuk mematikannya. Respons selular
melibatkan sel T serta makrofag. Makrofag mengelilingi basil diikuti oleh sel T dan
jaringan fibrosa membungkus kompleks makrofag basil tersebut. Tuberkel akhirnya
mengalami klasifikasi dan disebut kompleks Ghon, yang dapat dilihat pada
pemeriksaan sinar-x toraks. Sebelum ingesti bakteri selesai, bahan mengalami
pelunakan (perkijauan). Mikro-organisme hidup dapat memproses akses kesistem
trakeobronkus dan menyebar melalui udara ke orang lain. Bahkan walaupun telah
dibungkus secara efektif, basil dapat bertahan hidup dalam tuberkel.
Apabila partikel infeksi terisap oleh orang sehat, akan menempel pada jalan
nafas atau paru-paru . kuman menetap dijarigan paru akan tumbuh dan berkembang
biak dalam sitiplasma makrofag. Disini kuman dapat terbawa masuk ke organ tubuh
lainnya. Kuman yang bersarang di jaringan paru-paru akan membentuk sarang
tuberkolusis pneumonia kecil dan disebut sarang primer.
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi sebagai
suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil. Gumpalan basil yang lebih besar
cendrung bertahan disaluran hidung dan cabang besar bronkus. Basil tuberkel ini
membangkitkan reaksi peradangan.
Kerusakan pada paru akibat infeksi adalah disebabkan oleh basil serta reaksi
imun dam peradangan yang hebat. Edema interstisium dan pembentukan jaringan parut
permanen di alveolus meningkatkan jarak untuk difusi oksigen dan karbondioksida
sehingga pertukaran gas menurun. ( Cprwin, 2001)
b. Skema Patofisiologi