30101700086
SGD 6
STEP 7
1. Mengapa pasien demam selama 7 hari, mual, badan tidak enak dan warna urine spt teh?
Jawab :
WARNA URINE SEPERTI TEH
MUAL, MUNTAH, DEMAM
2. Mengapa didapatkan nyeri tekan di kuadran kanan atas? Mengapa di kuadran kanan atas?
Jelaskan penjalarannya dan beda persarafannya!
Jawab :
3. Mengapa setelah diberi paracetamol, ranitidine dan amoksilin tidak kunjung sembuh?
Jawab :
1. Paracetamol
Paracetamol mengurangi rasa sakit dengan cara menurunkan produksi zat dalam tubuh yang
disebut prostaglandin. Prostaglandin adalah unsur yang dilepaskan tubuh sebagai reaksi
terhadap kerusakan jaringan atau infeksi, yang memicu terjadinya peradangan, demam, dan
rasa nyeri. Paracetamol menghalangi produksi prostaglandin, sehingga rasa sakit dan demam
berkurang.
2. Ranitide
Ranitidine atau ranitidin adalah obat untuk mengurangi jumlah asam lambung dalam perut.
Fungsinya untuk mengatasi dan mencegah rasa panas perut (heartburn), maag, dan sakit perut
yang disebabkan oleh tukak lambung. Ranitidin juga digunakan untuk mengobati dan mencegah
berbagai penyakit perut dan kerongkongan yang disebabkan oleh terlalu banyak asam lambung,
misalnya erosive esophagitis dan refluks asam lambung (gastroesophageal reflux disease,
GERD).
3. Amoksilin
Amoksilin adalah obat jenis antibiotik penicillin yang digunakan untuk mengobati berbagai
macam infeksi bakteri. Obat ini bekerja dengan menghentikan pertumbuhan bakteri. Antibiotik
ini hanya mengobati infeksi bakteri. Obat ini tidak akan bekerja untuk infeksi virus (seperti pilek,
flu). penggunaan antibiotik apapun yang tidak perlu atau penyalahgunaan antibiotik dapat
menyebabkan efektivitasnya menurun.
Ketiga obat tersebut hanya bersifat suportif untuk mengurangi gejala-gejala yang dikeluhkan,
namun pada hepatitis yang mengalami kerusakan pada parenkim hati tidak dapat diobati
menggunakan obat-obat suportif. Pada hepatitis penyebab utama adalah virus, sedangkan obat
yang diberikan salah satunya adalah amoksilin (antibiotic) sehingga tidak relevan antara
penyebab utama penyakit dengan obat yang diberikan.
4. Mengapa ditemukan konsistensi kenyal, permukaan rata, dan tumpul pada hepar?
Jawab :
Pada peradangan hati (hepatitis) hepar membesar, konsistensinya dapat kenyal atau lunak, nyeri
tekan, permukaan licin, tepi dapat tajam atau tumpul (bila sudah kronik).
Pada sirosis hati, hepar dapat mengecil hingga tak teraba dari sebelumnya teraba dengan
permukaan kasar dan tepi tumpul tidak rata, nyeri tekan. pada dekompensasi kordis kanan, hepar
membesar, nyeri tekan, konsistensinya kenyal atau lunak, tepi tumpul, permukaan licin.
Bila hepar teraba oleh tangan pemeriksa, tetapkan beberapa cm jaraknya teraba dari arkus kosta,
konsistensinya (lunak, kenyal atau keras seperti batu), permukaannta (licin, kasar, berbenjol),
tepinya (tajam, tumpul, berbenjol), nyeri tekan atau tidak.
Hepar yang normal tidak teraba di bawah arkus kosta. bila teraba di bawah arkus kosta
kemungkinan hepar membesar atau hepar turun (ptosis). konsistensi hepar normal adalah kenyal,
permukaannya licin, dan tepi tajam.
6. Apa hubungan kebiasaan suka jajan di warung dengan keluhan yang dirasakan penderita?
Jawab :
Rute penularan yang berhubungan dengan kebiasaan suka jajan di warung dapat terjadi melalui
rute transmisi fekal-oral (VHC atau VHE) hal ini berkaitan dengan hygiene dan sanitasi dari warung
tersebut.
Hepatitis A biasanya ditularkan sewaktu virus dari orang yang terinfeksi tertelan oleh orang lain
melalui:
1. makan makanan tercemar minum air tercemar
2. menyentuh lampin, seprai dan handuk yang dikotori tinja dari orang yang dapat menularkan
penyakit
3. hubungan langsung (termasuk seksual) dengan orang yang terinfeksi.
HEPATITIS B
Hepatitis B ditularkan kepada orang lain apabila darah atau cairan tubuh (misalnya air liur, air mani
dan lelehan vagina) yang berisi virus hepatitis B memasuki tubuh seseorang melalui:
1. Kulit pecah
2. Selaput lendir
3. Aliran darah dengan bersama-sama menggunakan alat suntik, atau menggunakan jarum setelah
seorang yang terinfeksi, luka jarum, atau alat tercemar.
4. Berhubungan kelamin dengan seorang yang terinfeksi tanpa menggunakan kondom.
5. Hepatitis B juga dapat ditularkan kepada bayi pada saat lahir dari ibu yang terinfeksi.
HEPATITIS C
1. Seorang dengan hepatitis C dapat menularkan penyakit kecuali jika infeksi tersebut telah
terhapus
2. Hepatitis C ditularkan melalui kontak dengan darah orang yang terinfeksi, dengan:
a) menggunakan jarum tercemar atau bersama-sama menggunakan alat suntik sewaktu
menyuntik narkoba, membuat tatu atau menindik kulit
b) transfusi (ini mungkin terjadi di Australia sebelum tahun 1990)
c) luka jarum suntik
d) prosedur medis yang melibatkan peralatan yang tercemar
e) bersama-sama menggunakan alat pribadi yang mungkin terkena darah (mis. pisau cukur,
sikat gigi, gunting kuku)
3. Hepatitis C jarang ditularkan melalui hubungan kelamin, tetapi lebih mungkin apabila ada
kontak dengan darah
4. Hepatitis C adakalanya mungkin ditularkan kepada bayi wanita yang menderita hepatitis C
ketika hamil atau saat melahirkan. Risiko tersebut lebih tinggi jika ibu tersebut terinfeksi baru-
baru ini, atau menderita infeksi HIV
5. Hepatitis C tidak ditularkan melalui kontak biasa seperti berpelukan, makan makanan yang
sama atau bersama-sama menggunakan alat makan, atau menggunakan kakus. Tampaknya
penyakit ini tidak ditularkan melalui susu ibu, kecuali jika tercemar dengan darah
6. Infeksi kembali dapat terjadi dengan genotipe yang berlainan.
HEPATITIS D
HDV ditularkan melalui tusukan jarum (medis atau narkoba) yang tidak steril atau dipakai
berbarengan. Virus ini juga dapat ditularkan lewat paparan darah atau cairan tubuh lainnya yang
terinfeksi, misalnya urin, sekresi vagina, air mani, darah, dan persalinan (dari ibu yang positif
hepatitis D ke bayi baru lahirnya).
Namun perlu dicatat bahwa Anda hanya dapat terkena hepatitis D jika Anda sudah menderita
hepatitis B sebelumnya. Anda bisa terinfeksi HDV dan HBV di saat yang bersamaan.
Menurut Children’s Hospital of Philadelphia, sekitar 5% penderita hepatitis B akan terkena hepatitis
D.
HEPATITIS E
Mirip dengan hepatitis A, virus hepatitis E biasanya ditularkan ketika seseorang mengonsumsi air
atau makanan yang telah terkontaminasi feses orang lain yang terinfeksi virus ini. Penularan bahkan
tetap bisa terjadi jika Anda hanya menelan sedikit saja.
Risiko Anda untuk terinfeksi HEV bisa meningkat jika Anda tinggal atau bepergian ke negara dengan
kulaitas kebersihan yang buruk, terutama di wilayah yang sangat padat penduduk. Selain itu,
penyakit ini bisa ditularkan melalui transfusi darah. Ibu hamil yang terinfeki juga bisa menularkan
virus ke janinnya. Yang lebih langka, hepatitis E bisa menular dari hewan yang terinfeksi.
Tubuh biasanya akan menyembuhkan dirinya sendiri dalam beberapa minggu. Dalam kasus lainnya,
virus ini berakibat pada gagal hati.
2. Ikterus Patologik
2. Ikterus pasca hepatik (obstruktif) : Adanya bendungan dalam saluran empedu (kolistasis) yang
mengakibatkan peninggian konjugasi bilirubin yang larut dalam air yang terbagi menjadi :
a. Intrahepatik : bila penyumbatan terjadi antara hati dengan ductus koleductus.
b. Ekstrahepatik : bila penyumbatan terjadi pada ductus koleductus.
3. Ikterus hepatoseluler (hepatik) : Kerusakan sel hati yang menyebabkan konjugasi blirubin
terganggu
6. Ikterus yang timbul sesudah 72 jam pertama sampai minggu pertama dengan penyebab :
• Biasanya karena infeksi (sepsis)
• Dehidrasi asidosis
• Defisiensi enzim G-6-PD
• Pengaruh obat
• Sindrom gilbert
7. Ikterus yang timbul pada akhir minggu pertama dan selanjutnya dengan penyebab :
• biasanya karena obstruksi
• hipotiroidime
• hipo breast milk jaundice
• infeksi
• neonatal hepatitis
• galaktosemia
2. Kernikterus; kerusakan neurologis, cerebral palsy, RM, hyperaktif, bicara lambat, tidak ada
koordinasi otot, dan tangisan yang melengking.
(Ngastiyah, 1997)(Suriadi,2001)
3. Ikterus yang timbul sesudah 72 jam pertama sampai akhir minggu pertama
• Sepsis
• Dehidrasi dan asidosis Defisiensi G-6-PD
• Pegaruh obat-obatan
• Sindroma Criggler-Najjar , sindroma Gilbert
Deskripsi:
Bilirubin terjadi dari hasil peruraian hemoglobin dan merupakan produk antara dalam proses
hemolisis. Bilirubin dimetabolisme oleh hati dan diekskresi ke dalam empedu sedangkan sejumlah
kecil ditemukan dalam serum. Peningkatan bilirubin terjadi jika terdapat pemecahan sel darah
merah berlebihan atau jika hati tidak dapat mensekresikan bilirubin yang dihasilkan.Terdapat
dua bentukbilirubin:
a) tidak langsung atau tidak terkonjugasi (terikat dengan protein).
b) langsung atau terkonjugasi yang terdapat dalam serum.
Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi lebih sering terjadi akibat
peningkatan pemecahan eritrosit, sedangkan peningkatan bilirubin tidak terkonjugasi
lebih cenderung akibat disfungsi atau gangguan fungsi hati.
Implikasi klinik:
• Peningkatan bilirubin yang disertai penyakit hati dapat terjadi pada gangguan hepatoseluler,
penyakit sel parenkim, obstruksi saluran empedu atau hemolisis sel darah merah.
• Peningkatan kadar bilirubin tidak terkonjugasi dapat terjadi pada anemia hemolitik, trauma
disertai dengan pembesaran hematoma dan infark pulmonal.
• Bilirubin terkonjugasi tidak akan meningkat sampai dengan penurunan fungsi hati hingga 50%
• Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat terjadi pada kanker pankreas dan kolelitiasis
• Peningkatan kadar keduanya dapat terjadi pada metastase hepatik, hepatitis, sirosis dan
kolestasis akibat obat – obatan.
Deskripsi:
Konsentrasi enzim ALT yang tinggi terdapat pada hati. ALT juga
terdapat pada jantung, otot dan ginjal.ALT lebih banyak terdapat dalam hati dibandingkan jaringan
otot jantung dan lebih spesifik menunjukkan fungsi hati daripada
AST. ALT berguna untuk diagnosa penyakit hati dan memantau lamanya pengobatan penyakit
hepatik, sirosis postneurotik dan efek hepatotoksik obat.
Implikasi klinik:
• Peningkatan kadar ALT dapat terjadi pada penyakit hepatoseluler, sirosis aktif, obstruksi bilier dan
hepatitis.
• Banyak obat dapat meningkatkan kadar ALT.• Nilai peningkatan yang signifikan adalah dua kali
lipat dari nilai normal.
• Nilai juga meningkat pada keadaan: obesitas, preeklamsi berat, acute lymphoblastic
leukemia (ALL)
Deskripsi:
AST adalah enzim yang memiliki aktivitas metabolisme yang tinggi, ditemukan di jantung, hati, otot
rangka, ginjal, otak, limfa, pankreas dan paru-paru. Penyakit yang menyebabkan perubahan,
kerusakan atau kematian sel pada jaringan tersebut akan mengakibatkan terlepasnya enzim ini ke
sirkulasi.
Implikasi klinik:
• Peningkatan kadar AST dapat terjadi pada MI, penyakit hati, pankreatitis akut, trauma, anemia
hemolitik akut, penyakit ginjal akut, luka bakar parah dan penggunaan berbagai obat, misalnya:
isoniazid, eritromisin, kontrasepsi oral
• Penurunan kadar AST dapat terjadi pada pasien asidosis dengan diabetes mellitus.• Obat-
obat yang meningkatkan serum transaminase :
– Asetominofen
– Co-amoksiklav
– HMGCoA reductase inhibitors
– INH
– Antiinflamasi nonsteroid
– Fenitoin
– Valproa
Sumber : pedoman interpretasi data klinik. Kemenkes RI 2011
2) Colelitiasis (nyeri di kuadran kanan atas), icterus post hepatic karena urine seperti teh, pada org
obesitas dan usia tua serta intake lemak berlebih sehingga menimbulkan kristal kolesterol dan
bukan disebabkan oleh virus (BUKAN)
3) Sirosis (hepatomegaly 2-3 jari), karena ada jaringan ikat bernodul-nodul, bukan karena suatu
virus (BUKAN)
Dx : HEPATITIS
13. Jelaskan macam-macam hepatitis dan bagaimana cara menentukan hepatitis A,B,C,D,E,F,G?
Jawab :
VIRUS HEPATITIS A HEPATITIS B HEPATITIS C HEPATITIS D HEPATITIS E
Tipe virus ssRNA Sebagian ssRNA ssRNA detektif ssRNA
dsDNA sirkular
Keluarga Hepatovirus Virus Flaviridae Partikel subvirus Virus Herpes
virus (berhubungan Hepadna dalam keluarga
dengan Deltaviridae
picornavirus)
2. Ekonomi
Tingkat sosial ekonomi masyarakat akan mempengaruhi ketersediaan air bersih dan perilaku
hidup sehat serta kemampuan untuk menyediakan atau memberikan vaksinasi hepatitis A.
Masyarakat dengan ekonomi sosial yang rendah pada umumnya jarang memperhatikan kualitas
air yang di pakai dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Air dengan kualitas yang buruk bisa
saja terkontaminasi virus hepatitis A. Selain itu keluarga yang memiliki ekonomi sosial yang rendah
pada umumnya memiliki tingkat pengetahuan rendah pula sehingga mereka tidak terlalu memikirkan
betapa pentingnya pemberian vaksinasi hepatitis A. Sehingga hepatitis a dapat menular dengan
cepat dari 1 orang ke orang lain.
4. Gaya hidup
Gaya hidup di masyarakat juga merupakan salah satu faktor resiko terjadinya penyakit hepatitis.
Kebiasaan memakan sayur mentah, seperti lalapan akan meningkatnya kemungkinan penularan
penyakit hepatitis A. Bahan makanan seperti sayur yang terkontaminasi virus hepatitis A jika
di konsumsi virus tersebut akan berpindah kepada manusia. Virus tersebut akan menginfeksi
manusia sehingga terjadi penyakit hepatitis. (Aryana, 2015)
HEPATITIS B
HEPATITIS C
Factor resiko hepatitis C
1. Jarum suntik pada pengguna narkoba suntikan
Faktor risiko hepatitis C adalah peralatan medis yang terpapar HCV seperti jarum suntik pada
pengguna narkoba suntikan (penasun). Secara global, prevalensi infeksi HCV adalah 67% di
antara para pengguna narkoba. Kalangan tenaga medis juga perlu hati-hati agar tidak tertusuk
jarum yang terpapar. Risiko akibat tertusuk jarum berkisar 3-10%. Risiko infeksi HCV tergantung
pada frekuensi prosedur medis (jumlah suntikan per orang per tahun) dan tingkat praktek
pengendalian infeksi (WHO, 2014).
2. Hubungan seksual
Infeksi HCV dapat menyebar melalui kontak seksual, meskipun risikonya diyakini rendah. Risiko
meningkat bagi mereka yang memiliki banyak pasangan seks, memiliki penyakit menular
seksual, terlibat dalam seks yang bebas, dan laki- laki yang terinfeksi HIV yang berhubungan
seks dengan laki-laki (LSL) maupun orang lain yang terinfeksi HIV. Wabah HCV telah dilaporkan
pada LSL penderita HIV di Amerika Utara, Eropa dan Asia. Bukti transmisi diyakini disebabkan
oleh hasil dari pajanan terhadap darah selama kontak seksual. Pada mereka yang terinfeksi HIV,
infeksi HCV akut lebih mungkin untuk menjadi kronik (CDC, 2014; WHO, 2014).
Penularan vertikal HCV dapat terjadi pada proses kelahiran, baik pervaginam maupun operasi.
Transmisi perinatal dari ibu yang tertular hepatitis C ke bayi mempunyai prevalensi sekitar 5%.
Sekitar 4 dari setiap 100 bayi yang lahir dari ibu dengan hepatitis C terinfeksi dengan virus.
Namun, risiko menjadi lebih besar jika ibu memiliki infeksi HIV dan hepatitis. Dihipotesiskan
bahwa ibu yang mengidap infeksi HIV mengalami penurunan daya imunitas sehingga mengalami
viral load dari HCV yang lebih tinggi menyebabkan mudahnya penularan secara vertikal (Arief,
2011; CDC, 2014).
4. Alkoholisme
Salah satu faktor risiko yang dapat memperberat kerusakan hati adalah kebiasaan
mengkonsumsi alkohol. Kecanduan alkohol (Alkoholisme) adalah masalah umum di Amerika
dengan perkiraan 17-20 juta orang. Dalam hal ini pria lebih sering mengkonsumsi daripada
wanita. Konsumsi alkohol yang lama dan berlebihan dapat menyebabkan masalah hati termasuk
penumpukan lemak di hati (fatty liver), hepatitis alkoholik (peradangan pada hati) dan sirosis
(jaringan parut permanen hati). (ACG, 2014).
Pembuatan tato dan body piercing (tindik) juga dapat menjadi metode transmisi HCV meskipun
dengan angka kejadian yang lebih rendah, terutama di kalangan pemuda, namun belum
ditemukan cukup bukti dan ada temuan yang bertentangan dalam literatur. Hal ini diakibatkan
oleh penggunaan instrumen yang tidak steril. Di Amerika Serikat, pemakaian tato dan tindik
yang tidak steril sering terjadi di penjara dan situasi informal lainnya. Studi menunjukkan tidak
ada bukti definitif untuk peningkatan risiko infeksi HCV bila tato dan tindikan dikerjakan pada
fasilitas tato/tindik komersial yang berlisensi profesional. (Tohme, 2012; CDC, 2014; WHO,
2014).
6. Factor lain
Faktor-faktor lainnya juga berpengaruh seperti transplantasi organ dari donor terinfeksi /
pengidap HCV kronik, asupan alkohol, koinfeksi dengan virus hepatitis B (HBV) atau virus
Human Immunodeficiency Virus (HIV), jenis kelamin laki-laki, dan usia tua saat terjadinya infeksi
(Gani, 2009).
Jika seseorang pernah diuji positif terinfeksi HCV, direkomendasikan untuk tidak pernah
menyumbangkan darah, organ, atau air mani (hubungan seksual) karena dapat menularkan
kepada penerima atau pasangan seksual. Seseorang juga bisa terinfeksi HCV melalui berbagi
barang-barang perawatan pribadi yang mungkin berkontak dengan darah, seperti pisau cukur
atau sikat gigi, tapi penularan ini kurang umum (CDC, 2014).
Hepatitis C tidak dapat ditularkan melalui ASI, makanan atau air atau melalui kontak biasa
seperti memeluk, mencium dan berbagi makanan atau minuman dengan orang yang terinfeksi.
(WHO, 2014).