Paper Waluyo Hatmoko
Paper Waluyo Hatmoko
discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/303907841
CITATIONS READS
0 673
6 authors, including:
Rendy Firmansyah
Kementerian Pekerjaan Umum Republik Ind…
3 PUBLICATIONS 0 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Waluyo Hatmoko on 11 June 2016.
STUDI PENELITIAN
Intisari
Pengelolaan sumber daya air di Indonesia dilaksanakan berbasis wilayah sungai yang
beragam kondisinya. Keragaman tersebut meliputi antara lain luas wilayah sungai,
jumlah penduduk, aktivitas sosial ekonomi, kondisi iklim dan hidrologi, pengguna air,
tingkat pemanfaatan air, dan kelembagaan pengelolaan wilayah sungai. Dengan
beragamnya kondisi wilayah sungai, maka penanganan suatu wilayah sungai tidak dapat
disamakan dengan wilayah sungai lainnya. Untuk itu perlu adanya tipologi atau
pengelompokan wilayah sungai sesuai dengan karakteristiknya. Diperlukan informasi
mengenai wilayah sungai mana saja yang masih perlu dikembangkan, dan bagaimana
urutan prioritas pengembangannya; wilayah sungai yang perlu lebih mengutamakan
pengelolaan dan konservasi. Analisis komponen utama merupakan metode matematis
untuk mengungkap struktur utama yang tersembunyi dari data mutivariat atau multi-
dimensi. Dengan analisis komponen utama akan diperoleh 1, 2, atau 3 komponen utama
yang menjelaskan variabilitas data yang maksimal, sehingga dapat disajikan dalam
bidang dari kedua sumbu komponen utama, dimana bisa diamati kedekatan satu wilayah
sungai dengan lainnya, dan pengelompokannya. Penelitian ini mengungkap 2 buah
komponen utama dengan variabilitas maksimal dari berbagai variabel kondisi wilayah
sungai. Komponen Utama Pertama menyatakan tingkat berkembangnya suatu wilayah
sungai. Sedangkan Komponen Utama Kedua menyatakan kondisi ketersediaan air di
wilayah sungai.
Kata Kunci: pengelolaan sumber daya air, wilayah sungai, analisis komponen utama,
pengelompokan, kebijakan
LATAR BELAKANG
Pengelolaan sumber daya air di Indonesia dilaksanakan pada wilayah sungai. Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat nomor No. 4/PRT/M/2015 tentang
Kriteria dan penetapan Wilayah Sungai membagi Indonesia atas 128 wilayah sungai,
yang terdiri atas 5 wilayah sungai lintas negara; 31 wilayah sungai lintas provinsi; 28
1
Pertemuan Ilmiah Tahunan HATHI XXXII, Malang
KAJIAN PUSTAKA
Analisa Komponen Utama adalah salah satu metode dalam ilmu statistika untuk
mereduksi ukuran dimensi dari suatu variabel menjadi variable yang memiliki dimensi
lebih kecil akan tetapi masih mengandung informasi/karakteristik yang dikandung
dalam variabel awalnya. Aplikasi analisis komponen utama terutama adalah pada
teknologi informasi, dalam pengenalan pola atau pattern recognition (Jain et al., 2000),
yang digunakan untuk mengenali tulisan tangan, atau wajah seseorang, sebagaimana
yang dikembangkan oleh Thakur et al. (2004), dan Zhao et al. (2006).
Dalam pengelolaan sumber daya air, analisis komponen utama diterapkan antara lain
untuk mengevaluasi kualitas air sungai oleh Ouyang (2005) dan Abdul Zali et al.
(2011); serta analisis hujan lebat oleh Kadoya dan Chikamori (1993). Levina et al.
(2011) menggunakan SPI skala waktu 12 bulan sebagai data dasar dalam pemilihan pos
hujan untuk pemantauan kekeringan di Wilayah Sungai Pemali-Comal. Dari 147 buah
pos hujan yang ada dipilih 15 buah pos hujan tersebar pada setiap Zona Prakiraan Iklim,
dengan pendekatan statistika berupa analisis komponen utama.
LANDASAN TEORI
Tujuan analisis komponen utama adalah mereduksi dimensi data dengan tetap
memaksimalkan informasi yang terkandung di dalamnya. Jika data memiliki p buah
variabel, maka dengan analisis komponen utama akan diperoleh variabel baru yang
dinamakan komponen utama, yang saling tidak berkorelasi, dan memaksimalkan
variansi. Dengan 2-3 buah komponen utama diharapkan dapat memuat informasi
2
Pertemuan Ilmiah Tahunan HATHI XXXII, Malang
METODOLOGI STUDI
Data
Data yang digunakan berupa 5 buah data wilayah sungai yang telah dikaji dengan
menggunakan diagram radar (Firmansyah et al., 2014), yaitu: 1) Tebal aliran (runoff)
rata-rata di wilayah sungai dengan tingkat keandalan 80%; 2) Indeks Pemakaian Air,
merupakan rasio antara jumlah kebutuhan air terhadap jumlah air yang tersedia; 3)
Proporsi hutan di wilayah sungai; 4) Proporsi irigasi di wilayah sungai; dan 5) Jumlah
penduduk per km2
Metode
Metodologi yang digunakan adalah dengan menggunakan analisis komponen utama
(principal component analysis) pada 5 variabel data tersebut diatas, untuk mereduksi
menjadi 2 atau 3 komponen utama, sehingga posisi karakteristik wilayah sungai dapat
disajikan dalam sebuah bidang yang dibangun oleh dua buah komponen utama.
Komponen Utama
Variabel
1 2 3 4
Tinggi Aliran Q80% 0.34 0.69 0.42 -0.39
Indeks Pemakaian Air -0.55 0.21 -0.34 0.02
Proporsi Hutan 0.40 0.47 -0.46 0.63
Proporsi Irigasi -0.50 0.47 -0.25 -0.29
Kepadatan Penduduk -0.42 0.18 0.65 0.60
Kandungan Informasi 49% 20% 16% 11%
Kumulatif Informasi 49% 69% 85% 96%
3
Pertemuan Ilmiah Tahunan HATHI XXXII, Malang
Komponen utama pertama, yang menyerap informasi hampir 50%, memiliki bobot
tinggi pada variabel proporsi hutan, dan bobot sangat negatif untuk variabel indeks
pemakaian air, irigasi, dan kepadatan penduduk. Dengan demikian komponen utama
pertama ini menunjukkan perkembangan wilayah sungai. Nilai tinggi pada komponen
utama ini mengindikasikan wilayah sungai dengan proporsi hutan yang baik, penduduk
masih jarang, dan air yang ada belum dimanfaatkan.. Sebaliknya, nilai negatif
menunjukkan wilayah sungai yang padat, banyak penggunaan air, dan proporsi hutan
yang minim.
Komponen utama kedua, yang menjelaskan informasi sebesar 20%, memiliki bobot
tinggi pada tinggi aliran andalan Q80%. Komponen utama kedua ini mengindikasikan
wilayah sungai dengan ketersediaan air yang tinggi, dengan irigasi dan hutan yang
seimbang.
Kedua komponen utama ini menyerap informasi hampir 70%, dan dengan memetakan
posisi koordinat wilayah sungai pada kedua sumbu komponen utama maka diperoleh
posisi dan pengelompokan masing-masing wilayah sungai.
4
Pertemuan Ilmiah Tahunan HATHI XXXII, Malang
2.000
1.500
1.000
0.500
0.000
WS INDRAGIRI-AKUAMAN
WS CIBALIUNG-CISAWARNA
WS KEPULAUAN SULA-OBI
WS SESAYAP
WS SAMBAS
WS PAWAN
WS RANDANGAN
WS KAYAN
WS RETEH
WS KAHAYAN
WS ROKAN
WS ENGGANO
WS TOWARI-LASUSUA
WS NASAL-PADANG GUCI
WS BARITO-KAPUAS
WS TERAMANG-MUAR
WS HALMAHERA SELATAN
WS TEUNOM-LAMBEUSO
WS MENTAYA-KATINGAN
WS KALUKKU-KARAMA
WS BERAU-KELAI
WS KAMPAR
WS BT.NATAL-BT.BATAHAN
WS SIBERUT-PAGAI-SIPORA
WS KEPULAUAN YAMDENA-WETAR
WS CENGAL-BATULICIN
WS BELITUNG
WS TOBA-ASAHAN
WS BURU
WS KAMUNDAN-SEBYAR
WS ALAS-SINGKIL
WS PARIGI-POSO
WS BONGKA-MENTAWA
WS BT.ANGKOLA-BT.GADIS
WS JAMBO AYE
WS SADDANG
WS EINLANDEN-DIGUL-BIKUMA
WS JELAI-KENDAWANGAN
WS TONDANO-SANGIHE-TALAUD-MIANGAS
WS SEBELAT-KETAHUN-LAIS
5
-4.000
-3.000
-2.000
-1.000
-6.000
-5.000
-4.000
-3.000
-2.000
-1.000
0.000
1.000
2.000
3.000
WS ENGGANO WS FLOTIM KEPULAUAN-LEMBATA-ALOR 0.000
WS RAWA WS POMPENGAN-LARONA
WS BUKIT BATU WS BAH BOLON
WS BARU-KLUET WS SUMBA
WS WALANAE-CENRANAE
WS ALAS-SINGKIL
WS PAGUYAMAN
WS KUBU
WS LIMBOTO-BOLANGO-BONE
WS KAMPAR
WS BATANGHARI
WS NASAL-PADANG GUCI WS CIWULAN-CILAKI
WS BENGKALIS-MERANTI WS MESUJI-TULANG BAWANG
WS WOYLA-BATEUE WS PASE-PEUSANGAN
WS GUNTUNG-KATEMAN WS BENANAIN
WS TERAMANG-MUAR WS NIAS
WS BARUMUN-KUALUH WS CISADEA-CIBARENO
WS MASANG-PASAMAN WS HALMAHERA UTARA
WS BT.NATAL-BT.BATAHAN WS NOELMINA
WS BANGKA WS PENGABUAN-LAGAN
WS BELAWAN-ULAR-PADANG
WS SEBELAT-KETAHUN-LAIS
WS BENGKULU-ALAS-TALO
WS SIBERUT-PAGAI-SIPORA
WS POIGAR-RANOYAPO
WS WAMPU-BESITANG WS BUTON
WS BT.ANGKOLA-BT.GADIS WS CITANDUY
WS SIMEULUE WS KEPULAUAN SERIBU
WS SILAUT-TARUSAN WS DUMOGA-SANGKUB
Pertemuan Ilmiah Tahunan HATHI XXXII, Malang
WS SEMANGKA WS MUNA
WS INDRAGIRI-AKUAMAN WS CIDANAU-CIUJUNG-CIDURIAN
WS BELITUNG WS BODRI-KUTO
WS SIAK WS BARU-BAJULMATI
WS JAMBO AYE WS KEPULAUAN MADURA
WS KEPULAUAN KARIMUNJAWA
WS MUSI-SUGIHAN-BANYUASIN-LEMAU
WS SUMBAWA
WS ROKAN
WS BONDOYUDO-BEDADUNG
WS RETEH WS SEPUTIH-SEKAMPUNG
WS SIBUNDONG-BATANG TORU WS JENEBERANG
WS ACEH-MEUREUDU WS PROGO-OPAK-SERANG
WS TAMIANG-LANGSA WS WISO-GELIS
WS TOBA-ASAHAN WS PEKALEN-SAMPEAN
WS TEUNOM-LAMBEUSO WS SERAYU-BOGOWONTO
WS BAH BOLON WS JRATUNSELUNA
WS BATANGHARI WS PEMALI-COMAL
WS MESUJI-TULANG BAWANG WS KEPULAUAN RIAU
WS CITARUM
WS PASE-PEUSANGAN
WS LOMBOK
WS NIAS
WS BENGAWAN SOLO
WS PENGABUAN-LAGAN
WS BRANTAS
Gambar 3. Wilayah Sungai di Indonesia yang Telah Berkembang
WS BELAWAN-ULAR-PADANG WS CIMANUK-CISANGGARUNG
WS BENGKULU-ALAS-TALO WS WELANG-REJOSO
6
Pertemuan Ilmiah Tahunan HATHI XXXII, Malang
1.00
0.00
-1.00
-2.00
-3.00
-4.00
-5.00
2.000
1.500
1.000
0.500
0.000
7
Pertemuan Ilmiah Tahunan HATHI XXXII, Malang
2.500
2.000
1.500
1.000
0.500
0.000
-0.500
-1.000
-1.500
-2.000
-2.500
1.000
0.000
-1.000
-2.000
-3.000
-4.000
-5.000
-6.000
Gambar 8. Urutan Prioritas Pengembangan Wilayah Sungai di Bali dan Nusa Tenggara
8
Pertemuan Ilmiah Tahunan HATHI XXXII, Malang
2.500
2.000
1.500
1.000
0.500
0.000
-0.500
-1.000
9
Pertemuan Ilmiah Tahunan HATHI XXXII, Malang
berkembang ini, dengan skor negatif ini, maka perlu lebih mengutamakan upaya-
upaya non-fisik, antara lain pengelolaan alokasi air, kualitas air, dan konservasi
sumber daya air.
4. Wilayah sungai dengan potensi air dan hutan masih tinggi, dan prioritas
dikembangkan, yaitu dengan skor sangat positif, pada umumnya adalah wilayah
sungai di Papua dan Kalimantan.
Rekomendasi
Urutan prioritas pengembangan sumber daya air pada penelitian ini dapat digunakan
sebagai masukan dalam kebijakan pengelolaan sumber daya air nasional. Sedangkan
studi selanjutnya disarankan untuk dengan menggunakan lebih banyak variabel yang
mencakup kondisi infrastruktur, sosial-ekonomi, dan budaya masyarakat di dalam
wilayah sungai.
REFERENSI
Abdul Zali, Munirah, Ananthy Retnam, and Hafizan Juahir. 2011. “Spatial
Characterization of Water Quality Using Principal Component Analysis Approach
at Juru River Basin, Malaysia.” World Applied Sciences Journal 14: 55–59.
Firmansyah, R., Radhika, B. Purnama, A. Fathoni, dan W. Hatmoko, 2014. Prioritas
Pendayagunaan Sumber Daya Air pada Wilayah Sungai di Pulau Jawa
Berdasarkan Analisis AHP, Prosiding Kolokium Puslitbang Sumber Daya Air
2014.
Jain, A.K. , R.P.W. Duin, and J Mao. 2000. “Statistical Pattern Recognition: A
Review.” IEEE Transaction on Pattern Analysis and Machine Intelligence
(TPAMI) 22 (1): 4–37.
Kadoya, M, and H Chikamori. 1993. “Some Characteristics of Heavy Rainfalls in the
Yamato River Basin Found by the Principal Component and Cluster Analyses”,
IAHS Publication no. 213, 1993.
Levina, W. K. Adidarma, L. Martawati, dan W. Seizarwati, 2011. Analisis Pemilihan
Pos Hujan untuk Pemantauan Kekeringan di Wilayah Sungai Pemali Comal,
Jurnal Teknik Hidraulik, Vol. 2 No. 1, Juni 2011.
Ouyang, Ying. 2005. “Evaluation of River Water Quality Monitoring Stations by
Principal Component Analysis.” Water Research 39 (12): 2621–35.
doi:10.1016/j.watres.2005.04.024.
Thakur, S, J K Sing, D K Basu, M Nasipuri, and M Kundu. 2004. “Face Recognition
Using Principal Component Analysis and RBF Neural Network”, International
Journal of Simulation System Science and Technology (IJSSST) Vol. 10 No. 5,
page: 7–15.
Zhao, Haitao, Pong Chi Yuen, and J.T. Kwok. 2006. “A Novel Incremental Principal
Component Analysis and Its Application for Face Recognition.” IEEE
Transactions on Systems, Man and Cybernetics, Part B (Cybernetics) 36 (4): 873–
86. doi:10.1109/TSMCB.2006.870645.
10