Anda di halaman 1dari 36

‫‪QATHRUL GHAITS‬‬

‫هللا َّالر ْ َْح ِن َّالر ِح ْ ِي‬


‫ب ِْس ِم ِ‬
‫َالْ َح ْمد ِلل ِ ِاّلى َهدَ َان ِلإل ْسإل ِم َواإليْ َم ِان َوخ ََّص ب َ ْع َض‬
‫ِ ِْ ِ‬ ‫ِ‬ ‫َّ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫الصإلة َوال َّسإلم‬ ‫و‬
‫َ َ َّ‬ ‫ان‬
‫ِ‬ ‫ي‬‫ص‬‫ْ‬ ‫ع‬ ‫ل‬ ‫ِ‬
‫ِب‬ ‫م‬ ‫ه‬
‫ََ ْ‬‫ضَ‬‫ع‬‫ْ‬ ‫ب‬‫و‬ ‫ات‬ ‫َ‬ ‫ع‬‫ا‬ ‫لط‬ ‫ِ‬
‫ِب‬ ‫ه‬ ‫د‬ ‫ا‬‫ب‬‫َ‬ ‫ع‬
‫عَ َل َأفْضَ ِل ُّالرس ِل َس ِي ِد َو َ ِل ۤا َد َم َس ِي ِد َن م َح َّمد َو ۤا ِ ِل‬
‫ْصا ِب ِه َو َأ ْز َو ِاج ِه َوذ ِري َّ ِت ِه عَدَ َد َما َج َرى ِب ِه الْ َق َ ِل‪َ .‬ا َّما ب َ ْعد‬‫َو َأ ْ َ‬
QATHRUL GHAITS
Murtakibuddzunub Muhammad Nawawi bin Umar bin
Arabi Asy-Syafi'i berkata: "Ini adalah kitab syarah dari
permasalahan-permasalahan Syekh Al-Imam Abil Laits
Al-Muhaddits Al-Mufassir yang dikenal dengan Imam
Al-Huda Nashr bin Muhammad bin Ahmad bin
Ibrahim Al-Hanafi As-Samarqandi, kitab ini
memperjelas makna-makna dan memperkaya dasar-
dasar dari permasalahan-permasalahan tersebut.
QATHRUL GHAITS
Saya memberi nama kitab ini "QATHRUL GHAITS FI
SYARHI MASAILI ABIL LAITS". Hanya kepada Allah saya
memohon semoga Ia memberikan manfaat sebab
kitab ini kepada setiap orang yang mempelajarinya
dengan hati yang salim serta menjadikannya yang
ikhlas semata-mata mencari ridla Allah Al-Karim.
Sesungguhnya Allah Dzat yang maha pengasih lagi
maha penyayang.
QATHRUL GHAITS
‫هللا َّالر ْ َْح ِن َّالر ِح ْ ِي‬
ِ ‫ب ِْس ِم‬
Dengan menyebut asma Allah yang maha pengasih
lagi maha penyayang. Ismul jalalah (‫ )هللا‬tidak mustaq
dan tidak pula manqul. Al pada ismul jalalah adalah
zaidah lazimah bukan litta'rif (untuk mema'rifat)
tetapi Al tersebut memang sudah diletakkan
demikian. Ismul jalalah adalah suatu asma yang
mencakup pada asma-asma Allah yang indah dan
sifat-sifat-Nya yang agung.
QATHRUL GHAITS
Lafadh Ar-Rahman artinya adalah Dzat yang banyak
memberi rahmat dengan nikmat-nikmat yang agung,
sedang lafadh Ar-Rahim artinya adalah Dzat yang
banyak memberi rahmat dengan nikmat-nikmat yang
kecil. Adapun pengkhususan asma dengan asma-asma
ini ialah agar orang yang arif tahu bahwa yang berhak
untuk dimintai dalam semua masalah adalah Ia yang
maha disembah yang hakiki, pemberi semua nikmat
yang besar dan yang kecil.
QATHRUL GHAITS
Mushannif mendahului kitabnya ini dengan basmalah
karena mengikuti kitab-kitab samawi dan
mengamalkan hadits-hadist yang telah diriwayatkan.
Sebagaimana yang telah diriwayatkan dari Rasulullah
saw. beliau bersabda: "Apabila seorang hamba
menulis Bismillahhirahmanirrahim pada sebuah
papan atau kitab, maka sesungguhnya para malaikat
akan mencatat untuknya suatu pahala dan
memohonkan ampunan untuknya selagi asma itu
berada pada papan atau kitab tersebut".
QATHRUL GHAITS
(‫ )الحمد هلل رب العالمين‬Segala puja-puji bagi Allah tuhan
semesta alam; pemilik semua makhluk. (‫ )والعاقبة‬dan
pahala; yang mulia (‫ )للمتقين‬hanya bagi orang-orang yang
bertaqwa, yakni balasan Allah terhadap meninggalkan
kemaksiatan. (‫ )والصالة‬Shalawat tambahan rahmat dari
Allah yang disertai dengan penghormatan (‫ )والسالم‬dan juga
salam penghormatan dari Allah semoga selalu dihaturkan
(‫ )على سيدنا محمد‬kepada Saiyidina Muhammad saw. Beliau
adalah putra Abdillah, makhluk paling sempurna dalam
penciptaan dan budi pekertinya yang diutus di Makkah
dan diwafatkan di Madinah al-Musyarrafah,
QATHRUL GHAITS
(‫ )وآلو‬juga kepada keluarga-keluarga beliau, yaitu
diantara ahlil iman yang telah membantu beliau
(‫ )وأصحابو‬serta kepada para sahabat beliau, mereka
adalah orang-orang yang berkumpul dengan beliau
semasa hidup dan setelah kenabian beliau serta
beriman terhadap beliau. Para sahabat yang masih
hidup setelah Rasulullah wafat berjumlah seratus
duapuluh empat ribu sahabat radhiyallah anhum,
sebanyak jumlah para Nabi dan sebanyak jumlah para
wali dalam setiap tahun.
QATHRUL GHAITS
(‫)مسئلة‬: PERMASALAHAN I
APA YANG BERHUBUNGAN DENGAN HAKIKAT IMAN?
(‫ )اذا قيل لك‬Jika ditanyakan kepadamu: (‫ )مااإليمان‬Apa sajakah yang
berhubungan dengan hakikat iman yang disebut dengan
tashdiq? (‫ )فالجواب‬Maka hendaklah kamu berkata: (‫ )آمنت‬Aku
percaya, aku membenarkan dan aku mengakui ( ‫باهلل ومالئكتو وكتبو‬
‫ )ورسولو واليوم اآلخر والقدر‬terhadap Allah, terhadap para malaikat,
kitab-kitab, para utusan, terhadap hari akhir dan qadar ( ‫خيره‬
‫ )وشره من اهلل تعالى‬baik dan buruknya dari Allah.
QATHRUL GHAITS
(‫)مسئلة‬: PERMASALAHAN I
APA YANG BERHUBUNGAN DENGAN HAKIKAT IMAN?
Ini seperti yang telah dikatakan oleh Imam Muslim dari
Sayyidina Umar dari hadits Jibril. Apabila kamu mengambil
dari riwayat Imam Bukhari yang juga dari hadits Jibril, maka
hendaklah kamu berkata: Aku percaya terhadap Allah, para
malaikat, dan berjumpa dengan-Nya, terhadap para utusan,
dan ba'ats (pembangkitan).
QATHRUL GHAITS
(‫)مسئلة‬: PERMASALAHAN I
APA YANG BERHUBUNGAN DENGAN HAKIKAT IMAN?
Maksudnya, aku percaya terhadap adanya Allah, sifat-sifat
yang wajib bagi-Nya, terhadap para malaikat, sesungguhnya
mereka adalah para hamba yang dimuliakan, terhadap
melihat Allah kelak dakhirat bagi orang mukmin, terhadap
para utusan, sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang
benar dalam setiap apa yang mereka sampaikan dari Allah,
dan terhadap ba'ats dari kubur.
QATHRUL GHAITS
(‫)مسئلة‬: PERMASALAHAN I
APA YANG BERHUBUNGAN DENGAN HAKIKAT IMAN?
Sebagian ulama' mengatakan, barang siapa yang dimasa
kecilnya telah mempelajari "Aku percaya terhadap Allah, para
malaikat, kitab-kitab, para utusan, hari akhir dan qadar baik
dan buruknya dari Allah", dan dia tahu bahwa itu yang
disebut iman, hanya saja dia tidak bisa memperbaik
tafsirannya, maka dia tidak dihukumi beriman. Sebagian
ulama' juga mengatakan, iman seseorang diwaktu ya'su, yaitu
diwaktu sakaratil maut saat ia melihat tempatnya di surga dan
neraka imannya tidak diterima.
QATHRUL GHAITS
(‫)مسئلة‬: PERMASALAHAN I
APA YANG BERHUBUNGAN DENGAN HAKIKAT IMAN?
Sesungguhnya seorang hamba pada waktu itu akan melihat
tempatnya, sebagaimana yang telah diriwayatkan dari Nabi
saw.:
‫ر ِو َي َع ِن النَّ ِ ِب َص َّل هللا عَلَ ْي ِه َو َس َّ َل َأه َّه قَا َل َأ َّن ال َع ْبدَ ل َ ْن‬
‫وت َح َّّت يَ َرى َم ْو ِض ِع ِه ِف الْ َجنَّ ِة َا ْو ِف النَّ ِار‬
َ ‫يَم‬
"Diriwayatkan dari Nabi saw., bahwasanya beliau bersabda:
Sesungguhnya seorang hamba tidak akan mati hingga ia
melihat tempatnya di surga atau di neraka".
QATHRUL GHAITS
(‫)مسئلة‬: PERMASALAHAN I
APA YANG BERHUBUNGAN DENGAN HAKIKAT IMAN?
Lain halnya dengan taubat orang yang sedang sakaratil maut,
taubatnya diterima setelah imannya sah. Karena ada sebuah
keterangan yang diriwayatkan dari Ibnu Umar:
‫ر ِو َي َع ِن ا ْب ِن َُع َر َأه َّه قَا َل قَا َل َرسول ِلل َص َّل هللا عَلَ ْي ِه َو َس َّ َل ت ْق َبل‬
‫تَ ْوبَة ال َع ْب ِد الْم ْؤ ِم ِن َمالَ ْـم يغ َْر ِػ ْر اي َمالَ ْـم تَ ْبل ْغ ر ْوحه الْـحلْقو َم‬
"Diriwayatkan dari Ibnu Umar bahwasanya beliau berkata,
Rasulullah saw. bersabda: Taubat seorang hamba yang
beriman akan diterima selagi nyawanya belum sampai ke
tenggorokan".
QATHRUL GHAITS
(‫)مسئلة‬: PERMASALAHAN I
APA YANG BERHUBUNGAN DENGAN HAKIKAT IMAN?
Ketahuilah bahwasanya iman terhadap Allah ada tiga
macam. Yaitu: Iman taqlidy, iman tahqiqy dan iman istidlaly.

Iman Taqlidy : Seseorang ber-i'tiqad (berkeyakinan) terhadap


ke-esa-an Allah dengan cara mengikuti perkataan ulama'
tanpa mengetahui dalilnya. Iman seperti ini tidak akan
terbebas dari keterombang-ambingan yang disebabkan oleh
adanya sesuatu yang mendatangkan keraguan.
QATHRUL GHAITS
(‫)مسئلة‬: PERMASALAHAN I
APA YANG BERHUBUNGAN DENGAN HAKIKAT IMAN?
Iman Tahqiqy : Sebuah bisikan atau kata hati seseorang
terhadap ke-esa-an Allah, dengan sekiranya seandainya
penduduk alam berbeda dengannya dalam apa yang telah
dibisikan hatinya, niscaya tidak akan terdapat kegoyahan
dihatinya.
QATHRUL GHAITS
(‫)مسئلة‬: PERMASALAHAN I
APA YANG BERHUBUNGAN DENGAN HAKIKAT IMAN?
Iman Istidlaly : Seseorang menjadikan dalil atau petunjuk dari
sesuatu yang diciptakan terhadap yang menciptakan, dari
suatu bekas terhadap yang menjadikan bekas. Misalnya,
adanya bekas pasti menunjukkan terhadap adanya yang
membekaskan, adanya bangunan tentu menunjukkan adanya
yang membangun, adanya suatu yang diciptakan pasti
menandakan terhadap adanya yang menciptakan, dan adanya
ba'roh (kotoran unta) tentu menunjukkan tehadap adanya
ba'iir (unta), karena adanya bekas tanpa adanya yang
membekaskan adalah mustahil.
QATHRUL GHAITS
(‫)مسئلة‬: PERMASALAHAN II
BAGAIMANA IMAN TERHADAP ALLAH?
(‫ )اذا قيل لك‬Jika ditanyakan kepadamu: (‫ )كيف تؤمن باهلل‬Bagaimana
kamu beriman terhadap Allah ? (‫ )فالجواب‬Maka hendaklah
kamu berkata: (‫ )ان اهلل تعالى أحد‬Sesungguhnya Allah itu Dzat yang
esa, yaitu yang sendiri pada sifat-sifat dan dzat-Nya tidak ada
yang menyekutui-Nya, (‫ )حي‬Dzat yang maha hidup dengan
kehidupan yang qadim yang ada pada dzat-Nya bukan dengan
nyawa, (‫ )عالم‬Dzat yang maha tahu dengan pengetahuan yang
qadim yang ada pada dzat-Nya, yang mengetahui benar
terhadap yang wajib, jaiz dan yang mustahil,
QATHRUL GHAITS
(‫)مسئلة‬: PERMASALAHAN II
BAGAIMANA IMAN TERHADAP ALLAH?
(‫ )قادر‬Dzat yang maha kuasa dengan kekuasaan yang qadim
yang ada pada dzat-Nya, bukan dengan penelitian juga bukan
dengan perantara, yang mana ajzu (ketidak berdayaan) tidak
akan terjadi pada kekuasaan-Nya yang mencakup terhadap
semua sesuatu yang mumkin, (‫ )مريد‬Dzat yang maha
berkehendak dengan kehendak yang qadim yang ada pada
dzat-Nya yang mencakup terhadap semua sesuatu yang
mumkin, (‫ )سميع‬Dzat yang maha mendengar yang mengetahui
semua yang didengar dengan pendengaran yang qadim yang
ada pada dzat-Nya,
QATHRUL GHAITS
(‫)مسئلة‬: PERMASALAHAN II
BAGAIMANA IMAN TERHADAP ALLAH?
(‫ )بصير‬Dzat yang maha melihat, yang mengetahui terhadap
semua yang dilihat ketika adanya sesuatu tersebut dengan
penglihatan yang qadim yang ada pada dzat-Nya, (‫ )متكلم‬Dzat
yang maha berfirman dengan firman yang qadim yang ada
pada dzat-Nya tanpa huruf dan tanpa suara, maka 'adam
(ketiadaan) tidak mengawali dan tidak akan terjadi pada
kalam (firman) Allah yang berhubungan dengan yang wajib,
QATHRUL GHAITS
(‫)مسئلة‬: PERMASALAHAN II
BAGAIMANA IMAN TERHADAP ALLAH?
seperti firman Allah swt. Q.S. Thaahaa/20: 14

           

"Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang


hak) selain Aku, Maka sembahlah aku"
QATHRUL GHAITS
(‫)مسئلة‬: PERMASALAHAN II
BAGAIMANA IMAN TERHADAP ALLAH?
Dengan yang mustahil, seperti firman Allah
Q.S. Al-Maidah/5: 73

       

"Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga".


QATHRUL GHAITS
(‫)مسئلة‬: PERMASALAHAN II
BAGAIMANA IMAN TERHADAP ALLAH?
dan dengan yang jaiz, seperti firman Allah
Q.S. As-Shafat/37: 96

    

"Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang


kamu perbuat itu"
QATHRUL GHAITS
(‫)مسئلة‬: PERMASALAHAN II
BAGAIMANA IMAN TERHADAP ALLAH?
Menurut pendapat yang shahih, madlulul al-fadh (yang
ditunjukkan oleh lafadh-lafadh) yang kita baca semuanya
berhubungan dengan kalam Allah yang qadim, seperti yang
telah dikatakan oleh Ibnu Qasim dan mufakat sekelompok
Ulama' Mutaakhkhirin. Apabila kamu ditanya tentang Al-
Quran, apakah ia qadim atau hadits ?
QATHRUL GHAITS
(‫)مسئلة‬: PERMASALAHAN II
BAGAIMANA IMAN TERHADAP ALLAH?
Maka sebaiknya kamu meminta penjelasan terlebih dahulu
kepada orang yang bertanya, apabila ia berkata padamu,
bahwa yang saya maksud adalah yang ada pada dzat Allah
yang mana apa yang ada pada kita semua telah
menunjukkannya, maka katakanlah, ia qadim disebabkan sifat
qidamnya Dzat, karena qidam adalah termasuk dari sebagian
sifat-sifat yang wajib bagi Allah.
QATHRUL GHAITS
(‫)مسئلة‬: PERMASALAHAN II
BAGAIMANA IMAN TERHADAP ALLAH?
Dan apabila ia berkata, bahwa yang saya maksud adalah
sesuatu yang berada di antara dua buah pinggir, yaitu yang
berupa tulisan-tulisan, maka katakanlah padanya, bahwa ia
hadits disebabkan sifat hudutsnya tulisan-tulisan. Demikian
juga tentang lafadh-lafadh, maka apabila orang yang bertanya
berkata padamu, bahwa yang saya maksud adalah ditinjau
dari segi madlul (yang ditunjukkan), maka katakanlah,
bahwasanya sesuatu (lafadh) yang menunjukkan terhadap
dzat Allah, suatu sifat dari beberapa sifat-Nya atau suatu
hikayat milik-Nya adalah qadim.
QATHRUL GHAITS
(‫)مسئلة‬: PERMASALAHAN II
BAGAIMANA IMAN TERHADAP ALLAH?
Dan sesuatu yang menunjukkan terhadap benda-benda yang
baru (hawadits) atau sifat-sifatnya, misalnya dzat-dzat
makhluk atau sifat-sifatnya, seperti kebodohan dan
pengetahuan kita, semua itu adalah hadits (baru), begitu juga
dengan hikayat-hikayat hawadits. Lafadh-lafadh tersebut
dinamakan Kalamullah, karena ia-lah yang menunjukkan
terhadap Kalamullah, dan sesungguhnya makna Kalamullah
hanya akan dapat dipahami dengan melalui lafadh-lafadh
tersebut.
QATHRUL GHAITS
(‫)مسئلة‬: PERMASALAHAN II
BAGAIMANA IMAN TERHADAP ALLAH?
Kalamullah, apabila diungkapkan dengan menggunakan
bahasa arab maka dinamakan Al-Quran, apabila dengan
bahasa Ibriyyah, yaitu bahasa orang yahudi, dinamakan
Taurat, dan apabila dengan bahasa Suryaniyyah maka
dinamakan Injil dan Zabur. Adapun perbedaan ibarat
(ungkapan) tidaklah menjadi penentu terhadap adanya
perbedaan kalam, sebagaimana Allah disebut dengan
beberapa ibarot yang berbeda-beda, padahal sesungguhnya
dzat Allah adalah esa.
QATHRUL GHAITS
(‫)مسئلة‬: PERMASALAHAN II
BAGAIMANA IMAN TERHADAP ALLAH?
(‫ )باق‬Allah adalah Dzat yang maha kekal pada dzat-Nya yang
agung yang kekal adanya, tidak akan menerima fana'
(rusak/binasa), (‫ )خالق‬Dzat yang maha pencita, (‫ )رزاق‬Dzat yang
maha memberi rizki yang menciptakan banyak-banyak rizki,
atau Dzat yang banyak memberi rizki serta menyampaikannya
pada para makhluk. Yang dinamakan rizki tidaklah hanya
tertuju pada makanan dan minuman saja, akan tetapi pada
setiap apa yang bisa diambil manfaatnya oleh semua hewan,
yaitu yang berupa makanan, minuman, pakaian dan lain-lain.
QATHRUL GHAITS
(‫)مسئلة‬: PERMASALAHAN II
BAGAIMANA IMAN TERHADAP ALLAH?
Termasuk dari nikmat yang paling agung adalah taufiq untuk
bertaat. Rizki ada dua macam: Rizki yang bersifat dhahir, yaitu
yang berupa makanan-makanan pokok dan makanan-makan
lainya, itu semua milik badan, dan rizki yang bersifat bathin,
yaitu yang berupa ilmu pengetahuan dan terbukanya
pengetahuan terhadap Allah, itu semua milik hati dan asrar.
Ketahuilah bahwasannya Allah memberikan rizki kepada
semua makhluk-makhluk-Nya, dan diantara beberapa sebab
dilapangkannya rizki adalah banyak bershalat.
QATHRUL GHAITS
(‫)مسئلة‬: PERMASALAHAN II
BAGAIMANA IMAN TERHADAP ALLAH?
Firman Allah: Q.S. Thaahaa/20: 132
               

"Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat


dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak
meminta rizki kepadamu, kamilah yang memberi rezki
kepadamu. dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang
bertakwa".
QATHRUL GHAITS
(‫)مسئلة‬: PERMASALAHAN II
BAGAIMANA IMAN TERHADAP ALLAH?
Banyak bershalawat pada nabi Muhammad saw. dan
membaca istighfar. (‫ )رب‬Allah adalah Dzat yang maha
disembah. Sebagian dari yang menunjukkan terhadap hal itu
adalah perkataanmu: (‫)ربُّنَااهلل‬
َ )Tuhan kami hanyalah Allah)
(‫ )ومالك‬Dzat yang yang maha memiliki. Firman Allah:
Q.S. Ali Imran/3: 189

  

"Tuhan langit dan bumi"


QATHRUL GHAITS
(‫)مسئلة‬: PERMASALAHAN II
BAGAIMANA IMAN TERHADAP ALLAH?
Tidak ada syabih (sekutu) yang serupa bagi-Nya dalam
masalah ketuhanan, tidak ada nadhir (sekutu) yang
menyerupai dan tidak ada mumatsil (sekutu) yang menyamai
bagi-Nya. Adapun perbedaan antara kata syabih, nadhir dan
mumatsil ialah: Nadhir : Sesuatu yang menyamai walau hanya
dalam satu sisi. Syabih : Sesuatu yang menyamai dalam
banyak sisi. Mumatsil : Sesuatu yang menyamai dalam semua
sisi.
QATHRUL GHAITS
(‫)مسئلة‬: PERMASALAHAN II
BAGAIMANA IMAN TERHADAP ALLAH?
Al-Barawi mengatakan, mambahas tentang dzat dan sifat-sifat
Allah hukumnya tidak boleh َّ‫االد َراكَّ ْاد َراك‬
ْ َّ ‫( النَّ َّتَ ْرََّك‬meninggalkan
untuk mengetahui adalah mengetahui) dan membahas
masalah dzat Allah hukumnya syirik. Adapun semua sesuatu
yang terbersit dihatimu, yaitu yang berupa sifat-sifat
hawadits, maka sesungguhnya Allah tidaklah seperti itu.
QATHRUL GHAITS
(‫)مسئلة‬: PERMASALAHAN II
BAGAIMANA IMAN TERHADAP ALLAH?
FAIDATUN

Barang siapa meninggalkan empat kata, maka imannya


sempurna, yaitu: dimana, bagaimana, kapan dan berapa.
Maka jika ada seseorang berkata kepadamu: "Dimana Allah?"
Jawabnya adalah: Allah tidak berada disuatu tempat, dan
zaman (waktu) tidak mengiringi-Nya. Apabila ia berkata:
"Bagaimana Allah?" Maka katakanlah padanya, tidak ada
sesuatu apapun yang serupa dengan-Nya. Apabila ia berkata:
"Kapan Allah?" Katakanlah, pertama tanpa ada permulaan,
terakhir tanpa ada kesudahan.
QATHRUL GHAITS
(‫)مسئلة‬: PERMASALAHAN II
BAGAIMANA IMAN TERHADAP ALLAH?
Dan apabila ia berkata: "Berapa Allah?" Maka katakanlah
padanya, Allah esa (tunggal) bukan dari yang sedikit. Firman
Allah: Q.S. Al-Ikhlash/112: 1

    

"Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa".

Anda mungkin juga menyukai