Anda di halaman 1dari 4

2.

1 Peran dan Fungsi Perawat Dalam Manajemen Bencana


Pelayanan keperawatan tidak hanya terbatas diberikan pada instansi pelayanan kesehatan
seperti rumah sakit saja. Tetapi, pelayanan keperawatan tersebut juga sangat dibutuhkan dalam
situasi tanggap bencana.
Perawat tidak hanya dituntut memiliki pengetahuan dan kemampuan dasar praktek
keperawatan saja, Lebih dari itu, kemampuan tanggap bencana juga sangat di butuhkan saaat
keadaan darurat. Hal ini diharapkan menjadi bekal bagi perawat untuk bisa terjun memberikan
pertolongan dalam situasi bencana.
Namun, kenyataan yang terjadi di lapangan sangat berbeda, kita lebih banyak melihat
tenaga relawan dan LSM lain yang memberikan pertolongan lebih dahulu dibandingkan dengan
perawat, walaupun ada itu sudah terkesan lambat.

1. Peran perawat dalam fase pre-impect


a. Perawat mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan dalam
penanggulangan ancaman bencana.
b. Perawat ikut terlibat dalam berbagai dinas pemerintahan, organisasi lingkungan,
palang merah nasional, maupun lembaga-lembaga pemasyarakatan dalam
memberikan penyuluhan dan simulasi persiapan menghadapi ancaman bencana.
c. Perawat terlibat dalam program promosi kesehatan untuk meningkatkan kesiapan
masyarakat dalam mengahdapi bencana.
2. Peran perawat dalam fase impact
a. Bertindak cepat
b. Don’t promise. Perawat seharusnya tidak menjanjikan apapun dengan pasti dengan
maksud memberikan harapan yang besar pada korban yang selamat.
c. Berkonsentrasi penuh pada apa yang dilakukan
d. Kordinasi dan menciptakan kepemimpinan
e. Untuk jangka panjang, bersama-sama pihak yang tarkait dapat mendiskusikan dan
merancang master plan of revitalizing, biasanya untuk jangka waktu 30 bulan pertama.
3. Peran perawat dalam fase post impact
a. Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaan fisik, fisikologi korban
b. Stress fisikologi yang terjadi dapat terus berkembang hingga terjadi post traumatic
stress disorder (PTSD) yang merupakan sindrom dengan 3 kriteria utama. Pertama,
gejala trauma pasti dapat dikenali. Kedua, individu tersebut mengalami gejala ulang
traumanya melalui flashback, mimpi, ataupun peristiwa-peristiwa yang memacuhnya.
Ketiga, individu akan menunjukan gangguan fisik. Selain itu, individu dengan PTSD
dapat mengalami penurunan konsentrasi, perasaan bersalah dan gangguan memori.
c. Tim kesehatan bersama masyarakat dan profesi lain yang terkait bekerja sama dengan
unsure lintas sektor menangani maslah keehatan masyarakat paska gawat darurat serta
mempercepat fase pemulihan (recovery) menuju keadaan sehat dan aman.

2.2 Manajemen Penanggulangan Bencana


Manajemen bencana berbasis masyarakat adalah upaya meningkatkan kapasitas
masyarakat atau mengurangi kerentanan masyarakat. Besaran bencana merupakan
akumulasi berbagai ancaman bahaya dengan rangkaian kerentanan yang ada di masyarakat.
Rangkaian kerentanan ini antara lain terdiri dari kemiskinan, kurangnya kewaspadaan,
kondisi alam yang sensitif, ketidak-berdayaan, dan berbagai tekanan dinamis lainnya.
Kerentanan satu kelompok masyarakat dengan kelompok masyarakat yang lain berbeda
akar masalahnya, demikian pula ancaman bahayanya pun berbeda-beda jenisnya.
Berbagai jenis ancaman bahaya, berdasar penyebabnya dapat diklasifikasikan menjadi
empat, yaitu bencana geologi, bencana iklim, bencana lingkungan, dan bencana sosial.
Bencana geologi antara lain gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi, dan tanah
longsor. Bencana iklim antara lain banjir, kekeringan, dan badai. Bencana lingkungan
antara lain pencemaran lingkungan (air, udara, tanah), eksploitasi sumber daya alam
berlebihan termasuk penjarahan hutan, alih fungsi lahan di kawasan lindung, penerapan
teknologi yang keliru, dan munculnya wabah penyakit. Bencana sosial antara lain
kehancuran budaya, budaya tidak peduli, KKN, politik tidak memihak rakyat, perpindahan
penduduk, kesenjangan sosial ekonomi budaya, konflik dan kerusuhan.
Banyak pihak telah mencoba menyusun siklus manajemen dengan maksud dan tujuan
agar mudah dipahami dan mudah diaplikasikan terutama oleh masyarakat umum. Sebagai
contoh pihak United Nation Development Program (UNDP) dalam program pelatihan
manajemen bencana yang diselenggarakan tahun 1995 dan 2003, menyusun siklus
manajemen bencana dalam versi cukup sederhana.
2.2.1 Pencegahan
Pencegahan dilakukan dengan cara mengurangi ancaman dan kerentanan pihak yang
terancam bencana dengan melakukan kegiatan meliputi :

1) Identifikasi dan pengenalan secara pasti terhadap sumber bahaya/ancaman

bencana.

2) Kontrol terhadap penguasaan dan pengelolaan sumber daya alam yang secara

tiba-tiba berpotensi menjadi sumber bencana.

3) Pemantauan penggunaan tehnologi.

4) Penataan ruang dan pengelolaan lingkungan hidup.

5) Penguatan ketahanan sosial masyarakat.

2.2.2 Respon
2.2.3 Rescue
2.2.4 Rehabilitation
2.3 Konsep dasar Bencana
2.3.1 Pengertian
UU No. 24 tahun 2007 mendefinisikan bencana sebagai “peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor
alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis”. Sementara Asian Disaster
Preparedness Center (ADPC) mendefinisikan bencana dalam formulasi “The serious disruption of the
functioning of society, causing widespread human, material or environmental losses, which exceed the
ability of the affected communities to cope using their own resources” (Abarquez & Murshed, 2004).

Definisi bencana seperti dipaparkan diatas mengandung tiga aspek dasar, yaitu:
 Terjadinya peristiwa atau gangguan yang mengancam dan merusak (hazard).
 Peristiwa atau gangguan tersebut mengancam kehidupan, penghidupan, dan fungsi dari masyarakat.
 Ancaman tersebut mengakibatkan korban dan melampaui kemampuan masyarakat untuk mengatasi
dengan sumber daya mereka.

Bencana dapat terjadi, karena ada dua kondisi yaitu adanya peristiwa atau gangguan yang mengancam dan
merusak (hazard) dan kerentanan (vulnerability) masyarakat. Bila terjadi hazard, tetapi masyarakat tidak
rentan, maka berarti masyarakat dapat mengatasi sendiri peristiwa yang mengganggu, sementara bila
kondisi masyarakat rentan, tetapi tidak terjadi peristiwa yang mengancam maka tidak akan terjadi
bencana.

2.3.2 Penyebab
Klasifikasi bencana alam berdasarkan penyebabnya dibedakan menjadi tiga
jenis, yaitu :

1. Bencana alam geologis

Bencana alam ini disebabkan oleh gaya-gaya yang berasal dari dalam bumi
(gaya endogen). Yang termasuk dalam bencana alam geologis adalah gempa
bumi, letusan gunung berapi, dan tsunami.

2. Bencana alam klimatologis

Bencana alam klimatologis merupakan bencana alam yang disebabkan oleh


faktor angin dan hujan. Contoh bencana alam klimatologis adalah banjir, badai,
banjir bandang, angin puting beliung, kekeringan, dan kebakaran alami hutan
(bukan oleh manusia).

Gerakan tanah (longsor) termasuk juga bencana alam, walaupun pemicu


utamanya adalah faktor klimatologis (hujan), tetapi gejala awalnya dimulai dari
kondisi geologis (jenis dan karakteristik tanah serta batuan dan sebagainya).

3. Bencana alam ekstra-terestrial

Bencana alam Ekstra-Terestrial adalah bencana alam yang terjadi di luar


angkasa, contoh : hantaman/impact meteor. Bila hantaman benda-benda langit
mengenai permukaan bumi maka akan menimbulkan bencana alam yang
dahsyat bagi penduduk bumi.
2.3.3 Tujuan
1. Memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana.

2. Menyelaraskan peraturan perundang-undangan yang sudah ada.

3. Menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara terencana, terpadu,

terkoordinasi dan menyeluruh.

4. Menghargai budaya lokal.

5. Membangun partisipasi dan kemitraan publik serta swasta.

6. Mendorong semangat gotong royong, kesetiakawanan dan kedemawanan.

7. Menciptakan perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

2.3.4 Jenis dan Karakter


Bencana terdiri dari berbagai bentuk. UU No. 24 tahun 2007 mengelompokan bencana ke dalam
tiga kategori yaitu:
 Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang
disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin
topan, dan tanah longsor.
 Bencana non-alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non-alam
yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.
 Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang
diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau antar komunitas masyarakat,
dan teror.
Ethiopian Disaster Preparedness and Prevention Commission (DPPC) mengelompokkan bencana
berdasarkan jenis hazard, yang terdiri dari:
 Natural hazard. Ini adalah hazard karena proses alam yang manusia tidak atau sedikit memiliki kendali.
Manusia dapat meminimalisir dampak hazard dengan mengembangkan kebijakan yang sesuai, seperti tata
ruang dan wilayah, prasyarat bangunan, dan sebagainya. Natural hazard terdiri dari beragam bentuk
seperti dapat dilihat pada tabel berikut:
 Human made hazard. Ini adalah hazard sebagai akibat aktivitas manusia yang mengakibatkan kerusakan
dan kerugian fisik, sosial, ekonomi, dan lingkungan. Hazard ini mencakup:
o Technological hazard sebagai akibat kecelakaan industrial, prosedur yang berbahaya, dan kegagalan
infrastruktur. Bentuk dari hazard ini adalah polusi air dan udara, paparan radioaktif, ledakan, dan
sebagainya.
o Environmental degradation yang terjadi karena tindakan dan aktivitas manusia sehingga merusak sumber
daya lingkungan dan keragaman hayati dan berakibat lebih jauh terganggunya ekosistem.
o Conflict adalah hazard karena perilaku kelompok manusia pada kelompok yang lain sehingga menimbulkan
kekerasan dan kerusakan pada komunitas yang lebih luas.

Anda mungkin juga menyukai