Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dengue Hemoragic Fever


1. Pengertian
Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (Dengue
Haemorroghic Fever) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot atau nyeri
sendi yang disertai leukopenia ruam, limfadenopati, trombositopenia
dan ditesis hemoragik. Pada DBD terjadi pembesaran plasma yang
ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan hemotokrit) atau
penumpukan cairan dirongga tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue
shock syndrome) adalah demam berdarah dengue yang ditandai oleh
renjatan/syok. (Sudoyo Aru, dkk 2009)
2. Etiologi
Virus dengue, termasuk genus Flavivirus, keluarga flaviridae.
Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4,
keempatnya ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 serotipe
terbanyak. Infeksi salah stau serotipe akan menimbulkan antibodi
terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang
terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat
memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain
tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat
ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. (Sudoyo Aru, dkk 2009)
3. Manifestasi Klinis
a. Demam Berdarah Dengue
Berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD ditegakkan
dengan sebagai berikut (NANDA NIC-NOC, 2015) :
1) Demam atau riwayat demam akut antara 2-7 hari, biasanya
bersifat bifasik.
2) Manifestasi perdarahan yang biasanya berupa :
 Uji tourniquet positif
 Petekie, ekimosis, atau purpura
 Perdarahan mukosa (epitaksis, perdarahan gusi), saluran
cerna, tempat bekas suntikan
 Hematemesis atau melena
3) Trombositopenia < 100.000/ul
4) Kebocoran plasma yang ditandai dengan
 Peningkatan nilai hematokrit > atau sama dengan 20% dari
nilai baku sesuai umur dab jenis kelamin
 Penurunan nilai hematokrit > atau sama dengan 20%
setelah pemberian cairan yang adekuat
5) Tanda kebocoran plasma seperti : hipoproteinemi, asites, efusi
pleura
4. Klasifikasi
Klasifikasi DHF dibagi menjadi 4 Derajat, menurut Sujono Riyadi
& Suharsono 2010 yaitu sebagai berikut:
DBD Derajat I : Panas 2-7 hari, uji torniquet (+), trombositopenia
(<100.000/ul) bukti adanya kebocoran plasma.
DBD Derajat II : Sama dengan derajat 1, gejala perdarahan seperti
epitaksis, hematomesis, melena, perdarahan gusi.
DBD Derajat III : Demam, perdarahan spontan disertai atau tidak
disertai hepatomegali dan ditemukan gejala-gejala kegagalan sirkulasi
meliputinadi yang cepat dan lemah, tekanan nadi menurun
(<20x/menit) atau hipotensi disertai ekstremitas dingin dan anak
gelisah.
DBD Derajat IV : Demam, perdarahan spontan, disertai atau tidak
disertai hepatomegali dan ditemukan gejala renjatan hebat (nadi tak
teraba dan tekanan darah tak terukur).
5. Patofisiologi
6. Pathway
7. Pemeriksaan Diagnosis
8. Penatalaksanaan
Menurut Sujono Riyadi & Suharsono, 2010 sebagai berikut:
a. Penatalaksanaan DHF yaitu:
1) Tirah baring
2) Makanan lunak dan diberi minum 1,5-2 liter dalam 24 jam
3) Untuk hiperpireksia dapat diberikan kompres
4) Berikan antibiotik bila terdapat kemungkinan terjadi infeksi
b. Pada pasien dengan tanda renjatan dilakukan:
1) Pemasangan infus RL/Asering dan dipertahankan selama 12-48
jam setelah renjatan diatasi
2) Observasi keadaan umum (tanda-tanda vital)
9. Komplikasi

B. Konsep Kurang Pengetahuan


1. Pengertian
Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang
mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terhadap objek terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Ketika
penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan yakni sangat
dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap objek.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga. (Notoatmodjo, 2003)
2. Tingkat Pengetahuan
Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari
oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan yang cukupdidalam domain
kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu (Notoatmodjo, 2003) :
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dan
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
oleh sebab itu “tahu” ini merupakan tingkat pengetahuan yang
paling rendah. Kata kerja untuk mengukur orang tahu tentang apa
yang dipelajari yaitu menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi,
menyatakan dan sebagainya.
b. Memahami (Comprehention)
Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dimana
dapat menginterprestasikan secara benar. Orang yang telah paham
terhadap objek atau materi terus dapat menjelaskan, menyebutkan
contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap
suatu objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi ataupun kondisi riil
(sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi
atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih
didalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu
sama lain.
e. Sintesis (Syntesis)
Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu
kemampuan untuk melaksanakan atau menghubungkan bagian-
bagian didalam suatu kemapuan untuk menyusun formulasi baru
dari formulasi yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau
objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang
ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada.
3. Proses Perilaku “TAHU”
Menurut Rogers (1974) yang dikutipoleh Notoatmodjo (2003),
perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia baik yang dapat
diamati langsung maupun tidak juga dapat diamati oleh pihak luar.
Sedangkan sebelum mengadopsi perilaku baru di dalam diri orang
tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :
a. Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam
arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
b. Interest (merasa tertarik) dimana individu mulai menaruh perhatian
dan tertarik pada stimulus.
c. Evaluation (menimbang-nimbang) individu akan menimbang baik
buruknya tindakan terhadap stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini
berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
d. Trial, dimana individu mulai mencoba perilaku baru.
e. Adaption, dan sikapnya terhadap stimulus.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
a. Faktor Internal
1) Pendidikan
Penidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap
perkembangan orang lain menuju ke arah cita-cita tertentu yang
menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan
untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan
diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang
menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas
hidup seseorang. Menurut YB Mantra yang dikutip
Notoatmodjo (2003), pendidikan dapat mempengaruhi
seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup
terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam
pembangunan Nursalam (2003) pada umumnya makin tinggi
pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi.
2) Pekerjaan
Menurut Thomas yang dikutip Nursalam (2003), pekerjaan
adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk
menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan
bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak sebagai cara
mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak
tantangan. Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan
yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai
pengaruh terhadap kehidupan keluarga.
3) Umur
Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2003), usia
adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan
sampai berulang tahun. Sedangkan menurut Huclok (1998)
semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari
segi kepercayaan masyarakat seseorang ynag lebih dewasa
dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini
akan sebagai dari pengalaman dan kematangan jiwa.
b. Faktor Eksternal
1) Faktor Lingkungan
Menurut Ann.Mariner yang dikutip dari Nursalam (2003),
linngkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar
manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi
perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.
2) Sosial Budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat
mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.
5. Cara Memperoleh Pengetahuan
Cara memperoleh pengetahuan yang dikutip dari Notoatmodjo,
2003:11 adalah sebagai berikut:
a. Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan
1) Cara coba salah (Trial and Error)
Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan
mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini
dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam
memecahkan masalah dan apabila kemugkinan itu tidak
berhasil maka dicoba. Kemungkinan yang lain sampai masalah
tersebut dapat dipecahkan.
2) Cara kekuasaan atau otoritas
Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pimpinan-pimpinan
masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama,
pemegang pemerintah, dan berbagai prinsip orang lain yang
menerima mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu
atau mebuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris
maupun penalaran sendiri.
3) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebgai upaya
memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan
permasalahan yang dihadapi masa lalu.
b. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan
Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih populer atau
disebut metodologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan
oleh Francis Bacon (1561-1626), kemudian dikembangkan oleh
Deobold Van Daven. Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan
penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan penelitian ilmiah.
6. Kriteria Tingkat Pengetahuan
Menurut Arikunto (2006) pengetahuan seseorang dapat diketahui
dan diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu :
a. Baik : Hasil Presentase 76% - 100%
b. Cukup : Hasil Presentase 56% - 75%
c. Kurang : Hasil Presentase >56%

C. Konsep Dasar Tumbuh Kembang Anak


1. Pengertian Tumbuh Kembang
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta
jaringan interseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur
tubuh sebagian atau keseluruhan sehungga dapat diukur dengan satuan
panjang dan berat (Kemenkes RI, 2015).
Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh
yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar dan gerak halus,
bicara dan bahasa, serta sosialisasi dan kemandirian (Kemenkes RI,
2015).
2. Macam-macam Tumbuh Kembang
Menurut Markum (2002) tumbuh kembang dibagi menjadi tiga
yaitu:
1) Tumbuh Kembang Fisik
Tumbuh kembang fisik meliputi perubahan dalam ukuran
besar dan fungsi organisme atau individu. Perubahan ini bervariasi
dari fungsi tingkat molekuler yang sederhana seperti aktivasi enzim
terhadap diferensiasi sel, sampai kepada proses metabolisme yang
kompleks dan perubahan bentuk fisik di masa pubertas.
2) Tumbuh Kembang Intelektual
Tumbuh kembang intelektual berkaitan dengan kepandaian
berkomunikasi dan kemampuan menangani materi yang bersifat
abstrak dan simbolik, seperti bermain, berbicara, berhitung atau
membaca.

3) Tumbuh Kembang Emosional


Proses tumbuh kembang emosional bergantung pada
kemampuan bayi untuk membentuk ikatan batin dan kemampuan
untuk bercinta kasih.
3. Ciri-ciri Tumbuh Kembang

4. Prinsip-prinsip Tumbuh Kembang


Menurut Potter dan Perry (2005) :
1) Perkembangan merupakan hal yang teratur dan mengikuti
rangkaian tertentu.
2) Perkembangan adalah sesuatu yang terarah dan berlangsung terus
menerus, dalam pola sebagai berikut:
a. Pola yang terarah ( directional trends )
1. Pola Cephalocaudal
Pertumbuhan berlagsung terus dari kepala ke arah bawah
bagian tubuh. Kepala mengalami perkembangan pertama,
lebih besar, dan bersifat kompleks. Semakin ke arah tubuh
bagian bawah semakin kecil terbentuk pola tahap
selanjutnya. Misalnya bayi terlebih dulu bisa mengontrol
kepalanya daripada ekstremitasnya.
2. Pola Proximodistal ( dari yang paling dekat ke yang jauh )
Perkembangan berlangsung terus dari daerah pusat
(proksimal) tubuh ke arah luar tubuh (distal) atau
Proximodistal perkembangan di mulai dari pusat tubuh
(midline) ke bagian yang menjauhi tubuh (perifer).
Maksudnya dari tengah yaitu paru-paru, jantung, dan
sebagainya, ke pinggir yaitu tangan (Proximal-distal).
Struktur mendahului fungsi. Ini berarti anggota tubuh
individu akan berfungsi setelah matang strukturnya. Seperti
mata, akan dapat melihat setelah otot-ototnya matang, atau
kaki dapat difungsikan setelah otot-ototnya matang.

3. Pola Differentiation
Ketika perkembangan berlangsung terus dari yang mudaah
ke arah yang lebih kompleks. Pola Differentiation yaitu
perkembangan dari yang sederhana ke fungsi dan aktivitas
yang lebih kompleks. Perkembangan ini mencakup fisik,
mental, sosial, dan emosional. Perkembangan ini
berdiferensiasi. Maksudnya, perkembangan itu berlangsung
dari umum ke khusus. Dalam semua aspek perkembangan,
baik motorik (fisik) maupun mental (psikis), respon anak
pada mulanya bersifat umum. Contohnya: (1) Bayi
menendang-nendangkan kakinya secara sembarangan
sebelum ia dapat mengaturnya untuk merangkak atau
berjalan; (2) Bayi melihat benda-benda yang lebih besar
dahulu sebelum ia dapat melihat benda-benda yang kecil; 3)
Bayi mengoceh terlebih dahulu sebelum ia dapat
mengucapkan kata-kata; (4) Bayi menunjukkan rasa takut
yang bersifat umum terhadap semua benda asing baginya,
kemudian lambat laun rasa takutnya menjadi lebih tertuju
pada hal-hal tertentu.
b. Sequential trends
Perkembangan ini sesuai dengan prinsip kontinuitas ketika
anak akan memulai tahap perkembangan. Setiap tahapan awal
akan memengaruhi tahapan berikutnya. Hal ini dapat dilihat
dari kemapuan motorik. Misalnya bayi akan belajar merangkak
sebelum berdiri dan berjalan. Jika semua dimensi tumbuh
kembang berjalan teratur dan kontinu, maka urutan dari
tumbuh kembang tersebut dapat diprediksi. Semua anak yang
normal melalui setiap tahap ini. Setiap fase dipengaruhi oleh
fase sebelumnya. Misalnya tengkurap-merangkak-berdiri-
berjalan.

c. Development pace
Kecepatan perkembangan setiap anak berbeda. Perkembangan
paling cepat sebelum dan sesudah lahir sampai dengan early
childhood, kemudian akan meningkat kembali setelah masa
adolescence dan berhenti pada masa early adulthood.
3) Sensitive periods
Periode ketika individu mudah di pengaruhi oleh hal-hal baik yang
positif atau negatif dari lingkungan. Misalnya pada masa
perkembangan fetus yakni fisiologinya akan mudah dipengaruhi
oleh berbagai faktor.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi Tumbuh Kembang
Menurut Potter dan Perry (2005) :
a. Faktor Dalam (Internal)
1) Ras/etnik atau bangsa
Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika, maka ia akan
memiliki faktor herediter ras/bangsa Indonesia atau sebaliknya.
2) Keluarga
Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh
tinggi, pendek, gemuk atau kurus.
3) Umur
Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah masa prenatal,
tahun pertama kehidupan, dan masa remaja.
4) Jenis kelamin
Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih
cepat daripada laki-laki. Akan tetapi setelah melewati masa
pubertas, pertumbuhan anak laki-laki lebih cepat.
5) Genetik
Genetik adalah bawaan anak yaitu potensi anak yang akan
menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang
berpengaruh pada tumbuh kembang anak seperti kerdil.
6) Kelainan kromosom
Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan
pertumbuhan seperti pada sindroma Down’s dan sindroma
Turner’s. Sindroma Down’s adalah suatu kelainan yakni
terdapat subnormalitas mental yang berat dan ciri-ciri wajah
yang merupai ras Mongoloid (Hinchliff, 1999: 138). Sementara
menurut Ramali (2005), sindrom Down adalah kelainan
bawaan, terutama keterbelakangan mental, bentuk wajah yang
khas ( idiosi Mongoloid, Mongoloidisme ), kelainan
kromosomal berupa trisomi atau translokasi gen secara tidak
seimbang.
b. Faktor Luar (Eksternal)
1) Faktor Prenatal
a) Gizi
Nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan
akan memengaruhi pertumbuhan janin.
b) Mekanis
Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan
kongenital seperti club foot.
c) Toksin/zat kimia
Beberapa obat-obatan dapat menyebabkan kelainan
kongenital.
d) Radiasi
Paparan radium dan sinar rontgen dapat menyebabkan
kelainan pada janin seperti deformitas anggota gerak.
e) Infeksi
Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh virus
TORCH dapat menyebabkan kelainan pada janin, katarak,
bisu tuli, retardasi mental, dan kelainan jantung.
f) Kelainan imunologi
Adanya perbedaan golongan darah antara janin dan ibu,
sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel darah merah
janin. Kemudian melalui plasenta masuk dalam peredaran
darah janin dan akan menyebabkan hemolisis yang
selanjutnya mengakibatkan kerusakan jaringan otak.
g) Psikologi ibu
Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah atau
kekerasan mental pada ibu hamil dan lain-lain.
2) Faktor Persalinan
Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala dan
asfiksia dapat menyebabkan jaringan otak.
3) Faktor Pascapersalin
a) Gizi, untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan
yang adekuat.
b) Penyakit kronis/kelainan kongenital seperti tuberkolosis,
anemia, kelainan jantung bawaan mengakibatkan retardasi
pertumbuhan jasmani.
4) Faktor lingkungan fisik dan kimia
Lingkungan sebagai tempat anak hidup berfungsi sebagai
penyedia kebutuhan dasar anak. Sanitasi lingkungan yang
kurang baik, kurangnya sinar matahari, serta paparan sinar
radioaktif dan zat kimia tertentu mempunyai dampak yang
negatif terhadap pertumbuhan anak.
5) Faktor psikologis
Hubungan anak dengan sekitarnya. Seorang anak yang tidak
dikehendaki oleh orang tuanya atau anak yang selalu merasa
tertekan, akan mengalami hambatan di dalam pertumbuhannya.
6) Faktor sosial-ekonomi
Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan,
kesehatan lingkungan yang juga menjadi faktor yang
mempengaruhi tumbuh kembang anak.
7) Faktor lingkungan pengasuhan
Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu-anak sangat
memengaruhi tumbuh kembang anak.
8) Faktor stimulasi
Pertumbuhan memerlukan rangsang/stimulasi khususnya dalam
keluarga, misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi anak,
keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain terhadap kegiatan
anak.
9) Faktor obat-obatan
Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat
pertumbuhan. Demikian halnya dengan pemakaian obat
perangsang terhadap susunan saraf yang menyebabkan
terhambatnya produksi hormon pertumbuhan.(Depkes RI,
2013)
6. Tahap-tahap Tumbuh Kembang
Menurut (Depkes RI, 2015) terdapat beberapa perkembangan pada
anak menurut umur, yaitu sebagai berikut :
1) Umur 0-3 bulan
a. Mengangkat kepala 45 derajat
b. Menggerakkan kepala dari kiri/kanan ke tengah
c. Melihat/menatap wajah
d. Mengoceh spontan/bereaksi dengan mengoceh
e. Tertawa keras
f. Terkejut/bereaksi terhadap suara keras
g. Membalas tersenyum
h. Mengenal ibu dengan penglihatan, penciuman, pendengaran,
kontak
2) Umur 3-6 bulan
a. Berbalik dari telungkup ke telentang
b. Mengangkat kepala setinggi 90 derajat
c. Menggenggam pensil
d. Meraih benda yang ada dalam jangkauan
e. Memegang tangan sendiri
f. Berusaha memperluas pandangan
g. Mengarahkan matanya pada benda-benda kecil
h. Mengeluarkan suara gembira bernada tinggi
i. Tersenyum ketika melihat mainan/gambaryang menarik saat
bermain sendiri
3) Umur 6-9 bulan
a. Duduk sendiri
b. Belajar berdiri, kedua kaki menyangga sebagian berat badan
c. Merangkak meraih mainan atau mendekati seseorang
d. Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lainnya
e. Memungut dua benda, dengan masing-masing tangan
f. Memungut benda sebesar kacang dengan cara meraup
g. Bersuara tanpa arti, seperti mamama-bababa-tatata
h. Mencari mainan yang di jatuhkan
i. Bermain tepuk tangan/ciluk-baa
j. Bergembia dengan melempar bola
k. Makan kue sendiri
4) Umur 9-12 bulan
a. Mengangkat badannya ke posisi berdiri
b. Belajar berdiri selama 30 detik atau berpegangan di kursi
c. Berjalan dituntun
d. Mengulurkan lengan untuk meraih benda yang diinginkan
e. Menggenggam erat pensil
f. Memasukkan benda ke mulut
g. Mengulang/menirukan bunyi yang didengar
h. Menyebut 2-3 suku kata yang sama tanpa arti
i. Mengeksplorasi sekitar, ingin tahu, ingin menyentuh apa aja
j. Bereaksi terhadap suara perlahan atau bisikan
k. Senang diajak bermain ciluk-baa
l. Mengenal anggota keluarga, takut pada orang yang belum
dikenal
5) Umur 12-18 bulan
a. Berdiri sendiri tanpa pegangan
b. Membungkuk memungut mainan kemudian berdiri kembali
c. Memanggil ayah dengan kata “papa” dan ibu dengan “mama”
d. Menumpuk dua kardus
e. Memasukkan kubus ke kotak
f. Menunjuk apa yang diinginkan tanpa menangis/merengek,
anak bisa mengeluarkan suara yang menyenangkan atau
menarik tangan ibu
g. Memperlihatkan rasa cemburu/bersaing
6) Umur 18-24 bulan
a. Berdiri sendiri tanpa berpegangan selama 30 detik
b. Berjalan tanpa terhuyung
c. Bertepuk tangan dan melambai
d. Menumpuk empat buah kardus
e. Memungut benda kecil dengan ibu jari dan telunjuk
f. Menggelindingkan bola ke arah sasaran
g. Menyebut 3-6 kata yang mempunyai arti
h. Menirukan pekerjaan rumah tangga
i. Memegang cangkir sendiri, belajar makan dan minum sendiri
7) Umur 24-36 bulan
a. Naik tangga sendiri
b. Dapat bermain dan menendang bola kecil
c. Mencoret-coret pensil pada kertas
d. Bicara dengan baik dengan dua kata
e. Dapat menunjukkan satu atau lebih bagian tubuhnya ketika
diminta
f. Melihat gambar dan dapat menyebut dengan benar nama dua
benda atau lebih
g. Membantu memungut mainannya sendiri atau membantu
mengangkat piring jika diminta
h. Makan sendiri tanpa banyak tumpah
i. Melepas pakaiannya sendiri
8) Umur 36-48 bulan
a. Berdiri dengan satu kaki selama dua detik
b. Melompat dengan kedua kaki diangkat
c. Mengayuh dengan sepeda roda tiga
d. Menggambar garis lurus
e. Menumpuk 8 buah kubus
f. Mengenal 2-4 warna
g. Menyebut nama, umur, dan tempat
h. Mengerti arti kata di atas, di bawah, dan di depan
i. Mendengarkan cerita
j. Mencuci dan mengeringkan tangan sendiri
k. Bermain bersama teman dan dapat mengikuti aturan permainan
l. Mengenakan sepatu sendiri
m. Mengenakan celana panjang, kemaja dan baju
9) Umur 48-60 bulan
a. Berdiri dengan satu kaki selama enam detik
b. Melompat-lompat dengan satu kaki
c. Menari
d. Menggambarkan tanda silang
e. Menggambarkan lingkaran
f. Menggambarkan orang dengan tiga bagian tubuh
g. Mengancingkan baju atau pakaian boneka
h. Menyebut nama lengkap tanpa dibantu
i. Senang menyebut kata-kata baru
j. Senang bertanya tentang sesuatu
k. Menjawab pertanyaan dengan kata-kata yang benar
l. Bicaranya mudah dimengerti
m. Bisa membandingkan/membedakan sesuatu dari ukuran dan
bentuknya
n. Menyebut angka, menghitung jari
o. Menyebut nama-nama hari
p. Berpakaian sendiri tanpa dibantu
q. Menggosok gigi tanpa dibantu
r. Bereaksi tenang dan tidak rewel ketika ditinggal ibu
10) Umur 60-72 bulan
a. Berjalan lurus
b. Berdiri dengan satu kaki selama sebelas detik
c. Menggambar orang lengkap dengan enam bagian
d. Menggambar segi empat
e. Menangkap bola kecil dengan kedua tangan
f. Mengerti arti lawan kata
g. Mengerti pembicaraan yang menggunakan tujuh kata atau lebih
h. Menjawab pertanyaan tentang benda terbuat dari apa dan
kegunaannya
i. Mengenal angka, bisa menghitung angka 5-10
j. Mengenal warna-warni
k. Mengungkapkan rasa simpati
l. Mengikuti aturan permainan
m. Berpakaian sendiri tanpa dibantu
D. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Kurang Pengetahuan pada
pasien anak DHF

Anda mungkin juga menyukai