Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS PENDAPATAN PETANI JERUK DI KAMPUNG LUBUK

ANAU, KENAGARIAN SAWAH LAWEH KECAMATAN BAYANG


KABUPATEN PESISIR SELATAN. STKIP. PADANG

Lisa Melina

Abstrak

Kampung Lubuk Anau, Kenagarian Sawah Laweh, Kecamatan Bayang, Kabupaten


Pesisir Selatan merupakan salah satu kampung di Provinsi Sumatera Barat, dimana mayoritas
para petaninya menfokuskan pertaniannya pada tanaman jeruk. Penelitian ini bertujuan (1)
untuk Mengetahui proses pemasaran hasil produksi Jeruk di Kampung Lubuk Anau, Bayang
Kabupaten Pesisir Selatan; (2) Mengatahui pendapatan petani dalam penjualan hasil produksi
Jeruk dalam satu kali periode penanaman di di Kampung Lubuk Anau, Bayang Kabupaten
Pesisir Selatan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif. Penelitian deskriptif ini yaitu suatu bentuk penelitian yang bertujuan untuk
mendeskripsikan variabel-variabel penelitian. Sampel yang diambil dalam penelitian adalah
keseluruhan populasi petani jeruk di Kanagarian Sawah Laweh sebanyak 16 orang.
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa (1) Petani jeruk di Nagari Sawah Laweh
memasarkan hasil panen jeruk di wilayah sekitaran Bayang atau di dalam lingkup Pesisir
Selatan karena hasil produksi yang tidak terlalu besar dan kekurangan tenaga/ mobilitas untuk
melaksanakan pemasaran ke luar daerah dan juga akibat persaingan dengan jeruk dari daerah
lain. (2) Pendapatan bersih rata-rata petani dihitung dari informasi yang diperoleh dari
pengisian instrumen penelitian oleh responden adalah sebesar + Rp. 2 Juta dengan biaya
produksi sebesar kurang dari Rp. 1 juta dan biaya penggarapan sekitar + Rp. 5 Juta Rupiah
Kata Kunci : Pendapatan, Petani Jeruk
.

Pendahuluan
Pertanian adalah sektor yang paling serius terkena dampak perubahan iklim. Hampir
semua sub-sektor pertanian, terutama hortikultura dan ternak, mempunyai risiko tinggi
terancam dampak perubahan iklim (Bappeda Kab. Pesisir Selatan, 2017). Demikian halnya
yang terjadi pada usaha tani jeruk dipengaruhi oleh perubahan iklim yang terjadi, sehingga
mengakibatkan produksi jeruk berfluktuasi.
Selain iklim, adanya serangan penyakit pada tanaman jeruk seperti Fusarium, Diplodia
dan citrus vein phloem degeneration (CVPD) juga ikut berakibat pada penurunan produksi
jeruk yang tentunya membawa kerugian bagi petani. Risiko yang dihadapi petani jeruk yang
disebabkan oleh kendala- kendala seperti yang dijelaskan di atas akan berdampak pada
produksi dan pendapatan. Petani dalam berusaha tani mempertimbangkan tinggi rendahnya
risiko yang dihadapi yang berakibat dapat mengurangi pendapatan bahkan mungkin akan
memperoleh pendapatan yang negatif. Disamping itu, pertanian Indonesia juga dihadapkan
pada permasalahan fluktuasi harga komoditas pertanian. Fluktuasi harga pertanian yang
berpengaruh pada nilai komoditas pertanian serta besarnya korbanan atau biaya yang
dikeluarkan untuk bisa mendapatkan produksi yang optimum, menjadi risiko tersendiri
terhadap pendapatan yang diharapkan petani (Nicholson, 1998).
Kampung Lubuk Anau, Kenagarian Sawah Laweh, Kecamatan Bayang, Kabupaten
Pesisir Selatan merupakan salah satu kampung di Provinsi Sumatera Barat, dimana mayoritas
para petaninya menfokuskan pertaniannya pada tanaman jeruk. Berdasarkan surat keterangan
yang diperoleh dari Bapak Nasri sebagai Wali nagari Sawah Laweh, (23 Oktober 2013/
terlampir) Terdapat 16 orang petani jeruk di kampung ini. Total luas lahan perkebunan Jeruk
di kampung ini adalah 40 hektar. Dilihat dari geliatnya, usaha tani jeruk, sekarang makin
banyak diminati oleh masyarakat.
Permasalahan yang umum dialami oleh petani jeruk di Nagari Sawah Laweh Bayang
adalah permasalahan pemasaran yang masih belum jelas. Selama ini petani menjual hasil tani
mereka ke tengkulak atau langsung menjualnya di pasar. Apabila memungkinkan, mereka
menginginkan kebun yang mereka kelola menjadi sebuah lahan untuk agrowisata. Namun hal
tersebut masih terkendala pada promosi dan pengaturannya. Selain itu, faktor hama dan
pengetahuan petani dalam mengurus tanaman jeruk menjadi kendala bagi petani dalam
bertanam jeruk

Metode
Berdasarkan tujuan penelitian yaitu Mengetahui proses pemasaran hasil produksi Jeruk
di Kampung Lubuk Anau, Bayang Kabupaten Pesisir Selatan Mengatahui pendapatan petani
dalam penjualan hasil produksi Jeruk dalam satu kali periode penanaman di di Kampung
Lubuk Anau, Bayang Kabupaten Pesisir Selatan.
Jenis penelitian ini yaitu penelitian kuatitatif. Penelitian ini bertujuan untuk
mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala pada saat penelitian dilakukan.
Manfaat penelitian deskriptif adalah dapat mendeskripsikan suatu kasus secara mendalam
tentang orang maupun lingkungan sekitar kasus berdasarkan keadaan nyata dilapangan,
dapat menyajikan lebih dari satu sudut pandang dan informasi karena hasil penelitian
tidak diasumsikan oleh peneliti di awal penelitian, tetapi diperoleh dari partisipan dan
dianalisis oleh peneliti. Populasi dalam penelitian adalah seluruh petani Jeruk yang
berjumlah 16 orang di Kampung Lubuk Anau, Nagari Sawah Laweh, Kecamatan Bayang,
Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten Pesisir Selatan.
Hasil dan Pembahasan

A. Pemasaran
Pemasaran adalah proses pencarian atas apa yang diinginkan dan dibutuhkan
konsumen, menyediakan barang atau jasa untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan
tersebut dan mengkomunikasikan nilai barang atau jasa serta penciptaan hubungan
dengan pelanggan sehingga dapat menciptakan kepuasan bagi pelanggan dan
memberikan laba bagi perusahaan yang bersangkutan. Salah satu kunci sukses dalam
bertani adalah memiliki manajemen pemasaran yang baik. Seorang petani harus tahu
dimana dan bagaimana menjual hasil taninya serta memperoleh hasil maksimal dari
pemasaran tersebut.
Jawaban pada instrumen tersebut murni dari informasi yang diberikan oleh petani
berdasarkan pertanyaan yang diajukan pada angket yang telah diberikan. Berdasarkan
perhitungan instrumen penelitian tersebut diperoleh hasil analisis untuk data pemasaran
dari hasil tani petani jeruk sebagai berikut:

Nomor Dominan
Keterangan
Pertanyaan jawaban
1 d (43,7% ) Lebih banyak petani yang menjual hasil taninya
tidak pada satu tempat/ pihak tertentu.
2 a (50%) Lebih banyak petani menjual hasil tani ke
masyarakat sekitar dibandingkan ke masyarakat
luar kabupaten atau luar provinsi
3 C (37,5%) Petani merasa mendapatkan keuntungan yang
sedikit dari hasil penjualan jeruk manis
4 a (50%) Sekitar separuh dari responden memasarkan
jeruk di sekitar Lubuk Anau
5 b (56,3%) Petani masih mengandalkan keluarga sebagai
orang yang memasarkan jeruk
6 d (50%) Sebagian Petani menyatakan tidak mengetahui
pasti berapa kali telah memasarkan jeruk hasil
kebunnya.
7 c (56,3%) Lebih dari separuh petani menyatakan bahwa
harga jeruk tidak ditentukan oleh kualitas karena
secara umum kualitas jeruk di sana relative sama.
8 a (68,8%) Untuk memberikan kepuasan lebih kepada
konsumen, petani seringkali memberi jeruk
tambahan sebagai bonus kepada pembeli
9 a (43,7%) Umumnya petani menjual hasil kebunnya pada
sekitar 8 orang toke yang datang bergantian. Ini
artinya petani tidak hanya bergantung pada 1
orang toke saja
Tabel 1.Analisis Data Rekapitulasi Hasil Instrumen Pemasaran
B. Pendapatan

Dalam melakukan kegiatan usahatani, petani berharap dapat meningkatkan


pendapatannya sehingga kebutuhan hidup sehari-hari dapat terpenuhi. Harga dan
produktivitas merupakan sumber dari faktor ketidakpastian, sehingga bila harga dan
produksi berubah maka pendapatan yang diterima petani juga berubah (Soekartawi,
1990). Pada penelitian ini, diajukan 9 pertanyaan kepada petani yang berhubungan
dengan pendapatan yang diterima petani dari hasil usaha taninya
Secara umum hasil analisis deskriptif tentang distribusi frekuensi pemasaran, dapat
dilihat sebagai berikut:

Nomor Dominan
Keterangan
Pertanyaan jawaban
10 d (31,3%) 31,3 % dari jumlah responden, mempunyai
penghasilan lebih dari 2 juta rupiah perbulan
11 a (43,7%) Hampir separuh responden mengolah sawah
sebagai tambahan penghasilan
12 b (37,5%) Sekitar 37,5% responden menghasilkan 1 ton
jeruk manis dalam satu kali panen
13 b (68,8%) Umumnya, petani jeruk hanya mempunyai anak
sebagai tanggungan hidup
14 d (62,5%) Umumnya para petani jeruk merasa cukup atas
pendapatan yang telah diterima sebagai petani
15 a (31,3%) Umumnya petani mengeluarkan biaya produksi
kurang dari 1 juta rupiah/ hektar dalam satu kali
masa panen
16 a (62,5%) Lebih dari separuh responden menyatakan Total
biaya penggarapan termasuk biaya pemeliharaan
kebun kurang dari Rp. 5 Juta/ hektar/ kali panen
17 d (56,3%) Lebih dari separuh responden menyatakan bahwa
penjualan jeruk berubah setiap tahunnya.
18 c (50%) Sebagian responden memperoleh 5 karung jeruk
dalam setiap kali panen
Tabel 2. Analisis Data Rekapitulasi Hasil Instrumen Pendapatan

Berdasarkan tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa masing-masing petani merasa


penghasilan yang mereka terima dari hasil kebun jeruk, cukup untuk mencukupi kebutuhan
mereka sehari-hari. Dan usaha tani jeruk merupakan usaha yang cukup baik sebagai usaha
utama bagi masyarakat.
Berdasarkan perhitungan tersebut, Secara umum pendapatan dapat diartikan sebagai
jumlah rupiah yang diterima sebagai dari hasil pekerjaan atau pendapatan merupakan hasil
bersih dari kegiatan suatu usaha tani yang diperoleh dari hasil bruto (kotor) dikurangi biaya
yang digunakan dalam proses produksi dan biaya pemasaran. Dalam menghasilkan barang
dan jasa di perlukan faktor-faktor produksi yang kesemuanya itu mendapatkan balas jasa atau
pendapatan yaitu tanah menghasilkan sewa, tenaga kerja menghasilkan upah dan gaji, modal
memperoleh bunga, dan konsep dasar pendapatan adalah merupakan proses arus yaitu
penciptaan barang dan jasa oleh perusahaan selama jangka waktu tertentu. Paton dan
Littleton menyebutnya sebagai produk perusahaan dan besarnya diukur dengan jumlah rupiah
aktiva baru yang diterima pelanggan (konsumen).

Kesimpulan
Berdasarkan temuan dan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Petani jeruk di
Nagari Sawah Laweh memasarkan hasil panen jeruk di wilayah sekitaran Bayang atau di
dalam lingkup Pesisir Selatan. Pemasaran hasil pertanian masih dilakukan secara lokal dan
hanya beberapa yang dikirim ke luar wilayah Pesisir Selatan. 2) Pendapatan bersih rata-rata
petani dihitung dari informasi yang diperoleh dari pengisian instrumen penelitian oleh
responden adalah sebesar + Rp. 2 Juta dengan biaya produksi sebesar kurang dari Rp. 1 juta
dan biaya penggarapan sekitar + Rp. 5 Juta Rupiah. Biaya produksi merupakan biaya yang
dibutuhkan selama produksi jeruk, termasuk pembelian bibit jeruk. Sedangkan biaya
penggarapan merupakan biaya yang dikeluarkan selama proses penggarapan dalam 1 periode
panen.

Daftar Pustaka
Adiwilaga, A. 1992. Ilmu usaha tani. Alumni, Bandung

AAK. 1983. Dasar-dasar bercocok tanam. Kansius, Yogyakarta

Andry Pandapotan Purba, 2014 Analisis pendapatan usaha tani dan saluran Pemasaran
Pepaya California, Bandung: IPB

BPS Kutai Kartanegara. 2017. Pesisir Selatan Dalam Angka. BPS Kecamatan Bayang,
Kabupaten Pesisir Selatan.

Departemen Pertanian CV Yasa Guna, Jakarta.

Djaalidan Muljono, P. (2007). Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: Grasindo

Ekowati, D dan M. Nasir., 2011. Pertumbuhan Tanaman Jagung ... Jurnal Ilmu Tanah dan
Lingkungan Fakultas Pertanian UGM. Yogyakarta

Faisal Froperda Akbar Wanda, 2015.Analisis Pendapatan Usaha Tani Jeruk Siam,
Kalimantan Selatan: Universitas Mulawarman
Harianto, 2007 Keanekaragaman Serangga pada lahan pertanian jeruk Manis di Desa
Banaran Kecamatan Bumiadji, Kota Batu, Malang: Universitas Negeri Malang

Julian Adam Ridjal, 2015 Analisis Faktor Determinan Keikutsertaan Petani Berkelompok,
Pendapatan dan Pemasaran Jeruk Siam di Kabupaten Jember, Jawa Timur:
Universitas Jember

Miles, B.M. dan Huberman, A.M. 1992. Analisis Data Kualitatif Buku Sumber Tentang
Metode-Metode Baru. Penerjemah Tjetjep Rohendi Rohodi. Jakarta: Universitas Negeri
Jakarta

Moehar. 2001. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara :Jakarta

Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya.


Mubyarto. 2003. Pengantar Ekonomi Pertanian Edisi Ketiga. LP3ES. Jakarta

RabantaSimarmata, 2009 Strategi adaptasi ekonomi petanijeruk pada saat Prapanen raya dan
saat panenraya di Desa Karo. Medan: Universitas Sumatera Utara

Sanapiah Faisal. 2001. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Soemartono, B. dkk. 1984. Bercocok Tanam Jeruk . Yasguna, Jakarta

Sugiono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suwandi. 2005. Keberlanjutan Usaha Tani pada Padi Sawah-Sapi Potong Terpadu di
Kabupaten Sragen (Jurnal, 16 Oktober 2017)

Syamsul Hadi, 2017 dengan penelitian yang berjudul Analisis Usahatani Buah Jeruk Siam
(Citrus Suhuensis) Dan Buah Naga (Hylocereusundatus) Di Kabupaten Banyuwangi
Bagian Selatan

Tetty Wijayanti dan Saefuddin, 2011,Analisis pendapatan usaha tani karet (heveabrasiliensis)
Di Desa Bunga Putih Kecamatan Marang Kayu Kabupaten Kutai Kartanegara.
Kertanegara: Universitas Kutai Kertanegara

Tohir, Kaslan, 2001, Seuntai Pengetahuan Usaha Tani Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta,

Anda mungkin juga menyukai