Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM TEKNIK

KIMIA 1
ABSORPSI

Dosen Pembimbing: Rispiandi. ST., MT

Kelompok / Kelas : 1 / 2A-TK

Nama Anggota : 1. Annisa Aulia A. 171411001


2. Fathurrahman 171411008
3. Kautsar Yudha 171411017
4. Riza Yuliawati N. 171411023

Tanggal Praktikum : 5 Desember 2018


Tanggal Pengumpulan Laporan : 13 Desember 2018

PROGRAM STUDI D-III TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Absorpsi adalah operasi penyerapan komponen-komponen yang terdapat di
dalam gas dengan menggunakan cairan, sehingga tingkat absorbsi gas akan sebanding
dengan daya kelarutan gas tersebut dalam cairan. Kebalikan dari proses absorpsi
adalah desorpsi, yaitu pelepasan molekul gas dari zat cair yang melarutkannya.
Adanpun tujuan dari proses absorpsi adalah pertama untuk mendapatkan senyawa
yang bernilai tinggi dari campuran gas atu uap; kedua, untuk mengeluarkan senyawa
yang tidak diinginkan dari produk; ketiga, pembentukan persenyaaan kimia dari
arsorben dengan salahsatu senyawa dalam campuran gas.

Bila gas dikontakkan dengan zat cair, maka sejumlah molekul gas akan
meresap dalam zat cair dan juga terjadi sebaliknya, sejumlah molekul gas
meninggalkan zat cair yang melarutkannya. Pada awal waktu, yang terjadi kecepatan
pelarutan gas dalam zat cair lebih besar bila dibandingkan dengan proses pelepasan
gas dari cairan pelarutnya, dengan bertambahnya waktu, kecepatan dari pelepasan gas
juga bertambah hngga pada suatu ketika terjadi kecepatan pelarutan dan pelepasan
sama besar. Keadaan ini disebut keadaan setimbang, tekanan yang diukur pada
keadaan ini disebut tekanan setimbang pada temperatur tertentu

Daya larut gas dalam cairan bergantung dari suhu dan tekananya, semakin
tinggi suhunya semakin rendah daya larut gas dalam cairan, sedangkan semakin
tinggi tekanan, gas akan larut lebih banyak dalam cairan.

Dalam industri, proses ini banyak digunakan anatara lain dalam proses
pengambilan amonia yang ada dalam gas kota yang berasal dari pembakaran
batubaradengan menggunakan air. Atau penghilangan gas H2S yang dikandung dalam
gas alam dengan menggunakan larutan alkali.
1.2 TUJUAN
1. Memahami proses absorpsi dan prinsip kerjanya
2. Menghitunglaju kecepatan absorbsi CO2 kedalam air
3. Menghitung jumlah CO2 bebas dalam air

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 DASAR TEORI


Alat yang digunakan dalam absorpsi gas pada percobaan ini adalah menara
isian. Alat ini tersiri dari sebuah kolom berbentuk silinder atau menara yang
dilengkapi dengan pemasukan gas dan ruang distribusi pada bagian bawah,
pemasukan zat cair dan distributornya pada bagian atas, sedangkan pengeluaran gas
dan zat cair masing-masing di atas dab di bawah, serta suatu massa bentuknya zat
padat tak aktif (inert) di atas penyangganya. Bentuk ini disebut menara isian (tower
packing). Penyangga mempunyai fraksi ruang terbuka yang cukup besar untik
menegah terjadinya kebanjiran pada dinding penyangga.

Zat cair yang masuk bisa berupa pelarut murni atau larutan encer zat terlarut
di dalam pelarut disebut cairan lemah (weak liwour). Didistribusikan di atas isian itu
dengan distributor, sehingga pada operasi yang ideal, membasahi permukaan isian itu
secara seragam.

Gas yang mengandung zat terlarut, disebut gas kaya atau gas gemuk ( rich
gas), masuk ke ruangan pendistribusi yang terdapat di bawah aisian dan mengalir ke
atas melalui celah-celah antar isian, berlawanan arah dengan aliran zat cair. Isian atas
melalui celah-celah antara isian, berlawanan arah dengan aliran zat cair. Isian itu
memberikan permukaan yang luas untuk kontak anatara zat cair dan gas dan
membantu terjadinya kontak yang akrab antara kedua fasa. Zat terlarut yang ada
dalam gas gemuk itu diserap oleh zat cair yang masuk ke dalam menara, dan gas
encer atau gas kurus (lean gas) lalu keluar dari atas. Sambil mengalir ke bawah di
dalam menara, zat cair itu makin lama makin kaya akan zat terlarut, dan zat pekat
(strong liqour) akan kelar dari bawah menara.

Analisa karbon dioksida terlarut dalamNaOH. Absorbsi karbon dioksida


dari campuran udara ke dlama larutan NaOH ditujukan oleh reaksi (untuk kondisi
pada umumnya ) sebagai berikut:

CO2+2NaOHNa2CO3+H2O

Pada kondisi percobaan absorbsi, jumlaCO2 yang diambil dari aliran udara dapat
ditentukan dari jumlah NaOH dan Na2CO3 dalam sample cairan dengan anggapan
tidak ada CO2 bebas yang tidak bereaksi dalam cairan.

Dengan menggnakan teknik analisa titrasi, asam yang digunakan lebih


dahulu menetralkan NaOH dan pada saat yang beersamaan mengubah Na2CO3
menjadi NaHCOs konsentrasi total karbonat dapat ditentukan dan selanjutnya jumlah
CO2 yang diserap.

Beberapa hal yang mempengaruhi absorpsi gas ke dalam cairan antara lain
temperatur operasi, tekanan operasi, konsentrasi komponen di dalam cairan,
konsentrasi komponen di dalam gas, luas bidang kontak, lama waktu kontak. Untuk
itu dalam operasi absorpsi harus dipilih kondisi yang tepat sehingga dapat diperolah
hasil optimum. Karakteristik suatu cairan dalam menyerap komponen didalam aliran
gas ditunjukan oleh harga koefesian perpindahan massa antara gas-cairan, yaitu
banyaknya mol gas yang berpindah persatuan waktu per satuan luas serta tiap fraksi
mol

[(gmol)/(detik)(cm2)(fraksional)]A

Untuk menentukan harga koefesian perpindahan massa suatu zat absorbsi


dapat digunakan perhitungan berdasarkan neraca massa. Persamaan untuk kolom
absorbsi adalah:
𝒀𝟎
𝒅. 𝑮. 𝒀
𝑯= ∫
𝑲𝒐𝒈 . 𝒂𝑨. (𝒀′ − 𝒀)
𝒀𝟏

y ialah fralsi mol gas yang berada dalam kestimbangan dengan cairan
disetiapitik dalam kolom, A adalah luas penampang kolom, H adalah tinggi isian dan
a adalah luas spesifik isisan/satuan volume isian.untuk gas encer terkecuali aliran gas
inert, persamaan diatas dapat disederhanakan :

𝒀𝟎
𝑯. 𝒂𝑨. 𝑲𝒐𝒈 𝒅. 𝒀
= ∫ ′
𝑮 (𝒀 − 𝒀)
𝒀𝟏

Ruas kanan dari persamaan diatas sulit di intergrasi. Perhitungan Kog dapat
disederhanakan ( tapi kurang teliti) dengan menggunakan definisi Kog.

𝑁 = 𝐾𝑜𝑔 × 𝑎𝐴𝐻 × log 𝑔𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑔𝑒𝑟𝑎𝑘 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 (𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑎𝑡𝑚)

Dimana N adalah koefesian absorpsi (mol/detik), dan aAH adalah luas perpindahan
massa (m2)

𝑷
𝑵 𝐥𝐨𝐠 𝒊⁄𝑷
𝟎
Jadi, 𝑲𝒐𝒈 = 𝒂𝑨.𝑯 × (𝑷𝒊 −𝑷𝟎 )

Beberapa jenis menara absropsi:

a) Menara Absorpsi dengan Benda Isi (Packing Column)


Menara jenis ini terdiri dengan pisisan khusus, yang gunanya untuk memperbesar
permukaan Kontak dengan jala penyebaran zat cair dan penyebaran gas. Pada zaman
dahulu bahan isian yang sering digunakan adalah kokas, pecahan batu, dsb,
sedangkan sekarang sering digunakan dari bahan tanah liat, porselen polimer, kaca,
logam, dll.

Zat cair disemprotkan dari atas dan mengalir ke bawah sepanjang bahan isian,
sedangkan gas yang akan dibersihkan dimasukan dari dasar kolom dan menyapu
sepanjang kolom teratur/seragam. Bahan isian biasnya dipasang menggantung diatas
dasar kolom untuk memperoleh pembagian gas yang sempurna dan menjaga supaya
bagian pengisian yang paling bawah tidak berada di bawah zat cair absorpsi. Pada
kolom yang tinggi, bagian isian dipasang dalam paket-paket dengan memberikan
jarak antar paket agar aliran zat cair dan gas dapat terbagi kembali. Dengan cara
seperti ini kerugian adanya aliran yang menempel dinding “efek dinding” dalam
kolom biasanya dipasang suatu alat penahan rincikan, yaitu alat unutk mencegah
tetesan air terseret oleh aliran gas.

b) Menara Absorpsi dengan Pelat atau Piringan


Bentuk pelat/piring biasanya pring ayak atau piring berlubang ( sieve tray )
dan pelat golakan (buble cup). Pelat ayak terdiri dari pelat yang berlobang
yang dipasang horizontal dalam kolom dengan besar diameter lubang sebesar
6-25 mm, sedangkan pada sisi tepian diberi tepian limpahan. Zat cair mengalir
malelui tepian ke salam ruang limpahan, zat cair dan atas mengalir ke bawah
dengan gravitasi dengan pola berliku-liku melali pelat. Gas akan mengalir
naik ke atas melalui lubang yang ada pada piring (perforasi) dan kontak denga
cairan membentuk gelmbung-gelembung gas yang kecil-kecil. Laju
alir/tekanan gas harus cukup untuk menembus lubang dialiri air maka bagian
tepian yang menampung air akan kosong sehingga digunakan lewat oleh fasa
gas, akibatnya kontak menjadi sangat jelek dan absorpsi berjalan tidak seperti
yang di harapkan
Pelat golakan (bible cup) berupa lubang-lubang bulat dengan ditambahkan
cup dan aluran atau cerobong kecil diatasnya. Gas yang akan di absorpsi
mengalir lewat lubang dan cerobong dan berkontak dengan cairan. Salah satu
keuntungan dari buble cup ini adalah apabila terjadi penurunan tekanan atau
laju alir gas dalam kolom fasacairnya measih akan tetap tinggal dalam diatas
pelat. Keuntungan lain adalah kontak yang terjadi sedikit lebih baik bila
dibandingkan pelat ayak. Sedangkan kerugiannya adalah biaya konstruksi
pembuatan lebih rumit dan lebih mahal, sleian itu pelat golakan lebih sering
kotor sehingga pembersihannya juga akan memakan waktu.
c) Menara Absorpsi dangan Penyemprot
Cara lain untuk memperolah kontak yang baik adalah dengan cara
menyemprotkan dari atas kolom menjadi percikan kecil-kecil terhadap aliran
gas yang dihembuskan dari bawah. Proses penyemprotan ini dilakukan untuk
memperbanyak luas permukaan dengan bantuan penyemprot. Mengingat ada
kemungkinan terjadi penyemprotan ini dilakukan untuk memperbanyak luas
permukaan dengan bantuan penyemprot. Pembagian zat cair ini diatur agar
menjadi percikan kecil yang banyak. Mengingat ada kemungkinan terjadi
pengumbatan terhadap kepala semprot, penyemprot harus dipasang
sedemikian rupa sehingga dapat dilakukan pembongkaran yang lebih mudah,
pemasangan penyemprot biasanya dialkukan pembongkaran yanglebih
mudah, pemasangan penyemprot biasanya dilakukan diatas tetapi sering pula
di pasang diisi samping. Contoh : Absorpsi ga HCl dalam air.

Laju penyerapan CO2 dapat dihitung dangan rumus

(𝒚𝟏 − 𝒚𝟎 )(𝑭𝟐 + 𝑭𝟑)


𝒚𝟏 =
(𝟏 − 𝒚𝟎 )

Percobaan analisa karbon yang larut dalam air

𝑭𝟐
𝒚𝟏 =
(𝑭𝟐 + 𝑭𝟑)

Jika M adalah konsentrasi penitran, Vs adalah volume sampel yang digunakan untuk
titrasi, maka penentuan jumlah CO2 bebas (CCO2) pada suatu tangk dengan dengan
volume ( Vt volume penitran) adalah:

𝒗𝒕
𝑪𝑪𝑶𝟐 = 𝑴. ⁄𝒗𝒔
BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.4 PERCOBAAN
3.4.1 Alat dan Bahan Praktikum

3.4.1.1 Alat
No. Alat Spesifikasi Jumlah
1. Seperangkat alat absorpsi 1
2. Stop watch 1
3. Botol semprot 1
4. Pipet ukur 10 ml 2
5. Pipet tetes 2
6. Buret 50 ml 1
7. Ember 2
8. Baker glass 250 ml 1

3.4.1.2 Bahan
No. Bahan Spesifikasi
1. Aquadest
2. Udara
3. Gas CO2
4. Larutan NaOH 0,1 N
5. Larutan HCl 0,1 N
6. Phenolptalein
3.4.2. Prosedur Kerja
Skema kerja:

Memasukan 30 liter NaOH 0,1 N ke bak umpan

Menghubungkan ke instalansi listrik dan dan


menghidupkan (on) keran udara dan air

Mengatur laju alir air, udara dan gas CO2

Mengambil sampel pada tangki setiap 10 menit

Meneteskan 3 tetes indikator Phenolptalein (PP)

Mentitrasi sampel dengan pentitran (HCl 0,1 N)

Mencatat volume pentitran yang digunakan

Mencari konsentrasi CO2 bebas dalam sampel

Mencari laju absorpsi CO2 ke dalam air

Gambar 1.4.2 Skema Kerja


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Pengamatan

1. Massa NaOH =120 gram


2. volume air ditangki: 30 liter = 30.000 ml
3. laju alir H2O = 6 L/min
4. laju alir CO2 = 3 L/min
5. laju alir udara = 30 L/min

4.2 Pengolahan Data


𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1000
1. konsentrasi NaOH ditangki = ×
𝑀𝑟 𝑣
120 𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
= 40𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙 × 30.000 𝑚𝑙

= 0,1 N
2. konsentrasi NaOH sebenarnya
Vtitran (HCl 0,1N) = 9 ml
V1N1 = V2N2
9 ml×0,1N = 10 ml×N2
N2 = 0,09N
3. percobaan absorpsi CO2 kedalam air
a. contoh perhitungan volume gas = (F2 + F3) × t
= (30+3) liter/menit × 80 menit
= 2.640 liter = 2.640.000 ml
Laju alir Laju alir Laju alir Volume Volume Perhitungan
air (F1) udara air CO2 gas (V1) NaOH 𝐹2 𝑉2
Y1=𝐹2+𝐹3 Y0=𝑉1
L/min (F2) (F3) ml (V2) ml
L/min L/min
6 30 3 2.640.000 30.000 0,91 0,01
b. konsentrasi CO2 dari tangki (inert)
t = 10 menit
Vsampel CO2 = 10 ml
VHCl × NHCl = VCO2 × NCO2
7,8 ml × 0,1 N = 10 ml × N CO2
N CO2 = 0,078 M
c. Konsentrasi CO2 dari outlet
t = 10 menit
Vsampel CO2 = 10 ml
VHCl × NHCl = VCO2 × NCO2
19,7 ml × 0,1 N = 10 ml ×N2
N2 = 0,057 M

Volume dari Dari tangki Dari awal cairan


saat mulai T V0 (ml) CCO2 (M) Vt (ml) CCO2 (M)
(menit)
10 7,8 0,078 5,7 0,057
20 5,3 0,053 5,2 0,052
30 3,8 0,038 3,8 0,038
40 3,0 0,030 2,1 0,021
50 2,7 0,023 1,4 0,014
60 1,2 0,012 1,2 0,012
70 1,1 0,011 1,1 0,011
80 0,5 0,050 0,5 0,050
4. CO2 yang diserap melalui kolom setiap saat
t = 10 menit
a. aliran inert CO2 terlarut dalam tangki = F1 × NCO2
= 6 L/min × 0,078 mol/L
= 0,468 mol/min
b. aliran outlet CO2 terlarut di outlet = F1 × NCO2 outlet
= 6 L/min × 0,057 mol/L
= 0,342 mol/min
c. kecepatan absorpsi = F1 ((NCO2 × t) – (NCO2 × 0))
= 6 × ( 0,468 – 0,342)
= 0,756 mol/menit
Waktu (CCO2) (CCO2) Aliran Aliran Kecepatan
(menit) tangki outlet inert CO2 inert CO2 absorpsi
(mol/L) (mol/L) terlarut di terlarut di (mol/min)
tangki outlet
(mol/min) (mol/min)
10 0,078 0,057 0,468 0,342 0,756
20 0,053 0,052 0,318 0,317 0,036
30 0,038 0,038 0,228 0,228 0
40 0,030 0,021 0,180 0,126 0,324
50 0,023 0,014 0,162 0,084 0,468
60 0,012 0,012 0,072 0,072 0
70 0,011 0,011 0,066 0,066 0
80 0,050 0,050 0,030 0,030 0

4.3 Pembahasan
a. Riza Yuliawati N. (171411023)
Pada dasarnya absorpsi adalah operasi penyerapan komponen-komponen yang
terdapat didalam gas dengan menggunakan cairan, sehingga tingkat absorpsi
gas akan sebanding dengan daya kelarutan gas tersebut dalam cairan. Tujuan
dari praktikum ini adalah menghitung laju kecepatan absorpsi CO2 kedalam
larutan NaOH 0,1 N dan menghitung jumlah CO2 bebas dalam larutan NaOH.
Dalam melakukan analisa menggunakan metode titrasi asam basa
menggunakan HCl 0,1 N dan indikator PP. Gas CO2 yang terbawa oleh udara
tekan akan diikat oleh NaOH sehingga dihasilkan keluaran cairano NaOH
yang mengandung CO2 karena sudah terjadi kontak antara CO2 dan NaOH di
kolom packing. Reaksi yang terjadi pada proses ini yaitu:
CO2(g) + 2NaOH(aq) NaCO3(aq) + H2O(l)
Kondisi proses yang diperlakukan pada praktikum ini yaitu laju alir NaOH
pada 60 L/min; laju alir udara pada 30 L/min; laju alir gas CO2 pada 3 L/min
( dengan tekanan 1 bar pada suhu 250C). Untuk menganalisa kadar NaOH sisa
dalam jumlah CO2 yang diabsorpsi diambil sampel setiap 10 menit hingga
diperoleh 8 sampel.
Berdasarkan grafik konsentrasi CO2 terhadap waktu dapat disimpulkan bahwa
semakin lama waktu operasi semakin banyak gas CO2 terabsorpsi karena
terjadi kontak yang lebih lama terjadi dalam kolom absorpsi yang ditandai
dengan penurunan konsentasi CO2 bebas.

b. Fathurrahman (171411008)
berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat di ketahui bahwa absorpsi
adalah proses penyerapam komponen-komponen di dalam suatu gas oleh
suatu zat cair ( pelarut). Pada praktikum ini, gas yang diabsorpsi adalah gas
CO2 dengan menggunakan solvent NaOH. Adapun reaksi yang terjadi pada
proses ini adalah
CO2 + 2NaOH ↔ NaCO3 + H2O
Proses absorpsi dilakukan dengan mengalirkan NaOH kedalam packed
column. Hal ini bertujuan untuk memperluas permukaan kontak antara
cairan dengan CO2. Sehingga absorpsi dapat terjadi lebih optimal. Larutan
NaOH mengalir dari bagian atas kolom karena berat jenisnya lebih besar
daripada gas CO2 serta sifat cairan yang mengalir kebawah akibat gravitasi
bumi. Sedangkan gas CO2 mengalir dari bagian bawah kolom. Perbedaan
arah aliran (counter current) ini menyebabkan terjadinya kontak antara
cairan dan gas di dalam kolom gas CO2 di alirkan dengan laju alir tertentu
dan dikontakkan dengan NaOH pada kolom absorpsi sehingga terjadi
perpindahan massa antara CO2 dan NaOH. Menara absorpsi yang digunakan
adalah packing column yaitu kolom absorpsi yang diisi dengan polimer kaca
yang berfungsi sebagai media perpindahan massa. Pada packing tersebut
terjadi kontak antara NaOH sebagai media perpindahan massa. Pada packing
tersebut terjadi kontak antaraNaOH dan CO2, semakin banyak packing yang
digunakan maka perpindahan masa dari CO2 ke NaOH akan semakin efektif.
Laju alir NaOH diatur pada 30 L/min, laju alir udara pada 30 L/min, dan laju
alir CO2 pada 2 L/min, sampel diambil pada 15 menit pertama dan setiap 10
menit sekali selama 70 menit setelahnya. Titrasi dilakukan untuk mengetahui
mol NaOH maka dapat dilakukan dengan titrasi menggunakan larutan HCl
0.1N dan ditambahkan indikator phenolftalein hingga diperoleh warna
transparan pada sampel.

c. Annisa Aulia Anshari (171411001)


Praktikum yang dilakukan kali ini yaitu absorpsi. Absorpsi adalah bentuk
operasi penyerapan komponen-komponen dalam gas menggunakan cairan.
Praktikum ini diawali dengan pembuatan NaOH yang seharusnya 0,1 N
dengan komposisi 30 liter air dicampurkan dengan 120 gr NaOH lalu
dimasukan ke bak penampungan. NaOH disini bertindak sebagai absorben
dan CO2 sebagai absorbat. Pada praktikum yang kami lakukan terdapat
ketidaksesuaian pada saat mencari konsentrasi awal dari sampel di bak
penampungan sebanyak 10 ml dan dititrasi oleh HCl sebanyak 60 mL. Hal
tersebut sangat jauh dari teori sehingga dapat diasumsikan pada saat itu
konsentrasi dari NaOH yang dibuat dan dimasukan ke bak penampungan
sebesar 0,6 N. Sehingga dilakukan pengenceran kembali dari 0,6 N menjadi
0,1 N. Dan pada saat titrasi konsentrasi larutan awal didapat volume titran
sebanyak 17 mL.
Pada proses absorpsi yang dilakukan seharusnya bisa mencapai beberapa
titik hingga NaOH dari larutan habis. Tetapi, yang terjadi pada proses kami
hanyak 1 kali pengambilan sampel sudah habis. Sehingga diperlukan data
dari kelompok sebelumnya. Jadi pada pengolahan data yang digunakan
adalah data kelompok 7.
Konsentrasi NaOH yang sebenarnya didapat sebesar 0,09 N. Volume dari
NaOH yang dibuat sebanyak 30.000 mL sedangkan volume gas yang
dihitung sebesar 2.640.000 mL. Dan pada proses ini pun didapatkan
konsetrasi CO2 inlet dan outlet. Kecepatan absorpsi yang didapat sebesar
0,756 mol/menit pada menit kesepuluh. Pada menit ke 20 kecepatan absorpsi
sebesar 0,036. Pada menit ke 30 kecepatan absorpsi sebesar nol. Pada menit
ke 40 kecepatan absorpsi sebesar 0,324 mol/menit. Pada menit ke 50
kecepatan absorpsi sebesar 0,468 mol/menit, dan pada menit ke 70 dan ke 80
kecepatan absorpsi sebesar nol.
d) Kautsar Yudha P (171411017)
Pada praktikum ini dilakukan proses pemisahan dengan metode absorpsi.
Cara kerja metode absorpsi adalah mengontakkan campuran gas dengan suatu
cairan penyerap yang sesuai, sehingga satu atau lebih komponen dalam
campuran gas larut dalam cairan penyerap. Dalam praktikum ini digunakan
gas CO2 sebagai absorbat dan larutan NaOH 0,1 N sebagai absorben.
Absorbsi yang dilakukan menggunakan NaOH 0,1 N yang dialirkan kedalam
kolom packing, ini bertujuan untuk memperluas permukaan kontak antara
cairan dengan CO2 , sehingga didapatkan proses absorpsi yang optimal.
Variabel yang berhubungan dengan proses absorpsi diantaranya adalah tinggi
kolom, diameter kolom, jenis isian packing, laju alir, konsentrasi cairan dan
lamanya waktu kontak.
Adapun variabel yang digunakan padapercobaan ini adalah perbedaan waktu
proses absorpsi, yaitu mulai t=10 sampai t=80 menit. Pengambilan sampel
dilakukan setiap 10 menit sekali. Didapatkan bahwa semakin lama waktu
operasi, semakin banyak juga gas CO2 terabsorpsi. Hal ini disebabkan oleh
terjadinya kontak yang lebih lama di dalam kolom yang ditandai dengan
penurunan konsentasi CO2 bebas.
BAB IV
SIMPULAN

5.1 KESIMPULAN
1. Prinsip kerja absopsi adalah pengikatan menggunakan larutan. Pada praktikum
yang dilakukan larutan yang mengikatnya adalah NaOH sedangkan gas yang
diikatnya adalah CO2.
2. Reaksi yang terlibat adalah CO2 + 2NaOH ↔ NaCO3 + H2O
3. Kecepatan absorpsi sebesar :
1. 0,756 mol/min pada menit ke 10
2. 0,036 mol/min pada menit ke 20
3. 0 mol/min pada menit ke 30
4. 0,324 mol/min pada menit ke 40
5. 0,468 mol/min pada menit ke 50
6. 0 mol/min pada menit ke 60
7. 0 mol/min pada menit ke 70
8. 0 mol/min pada menit ke 80.
5.2 DAFTAR PUSTAKA
Noviirayanti. 2013. “Indikator Asam Basa”
http://bisakimia.com/2013/11/09/indikator-asam-basa/ (diakses pada tanggal 10
Desember 2018).
2014. Absorpsi CO2 dalam larutan NaOH. Semarang: Universitas Diponogoro.
http://lab. tekim.undip.ac.id/proses/files/2014/09/ABSORBSI-CO2-DENGAN-
LARUTAN-NaOH.pdf. (diakses pada tanggal 10 Desember 2018).
Zehnjung.2015. Laporan Absorbsi. http://dokumen.tips/documents/laporan-
absorbsi.html (diakses pada tanggal 10 Desember 2018).

Anda mungkin juga menyukai