SEPSIS
Disusun Oleh:
Pembimbing :
JAKARTA TIMUR
2018
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmatNya tim kami
mampu menyelesaikan tugas referat ini. Kepada orang tua penulis yang senantiasa
mendoakan dan mendukung majunya pendidikan sehingga pembelajaran dan
penulisan referat ini dapat berjalan lancar.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
LANDASAN TEORI
**Resusitasi cairan dikatakan adekuat bila wedge pressure arteri ≥12 mmHg atau
tekanan vena sentral (central venous pressure) ≥8 mmHg.
2.2 Epidemiologi
Berdasarakan studi yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2010, sepsis
merupakan penyebab kematian utama di ruang perawatan intensif. Sepsis juga Commented [TGC1]: Cari yang paling beru
2.4 Patofisiologi
Sepsis sering kali dipicu akibat bakteri atau fungi yang tidak biasa
menyebabkan penyakit sistemik pada pejamu yang imunokompeten. Untuk
bertahan pada inang yang di tinggalinya, mikroorganisme tersebut akan
mengeksploitasi pertahanan yang didapat dari pertahanan pejamu. Patogen seperti
bakteri bisa saja menghindari pertahan pejamu karena bakteri memiliki sedikit
molekul yang bisa dikenali reseptor pada tubuh pejamu, dan mengelaborasi faktor-
faktor yang toksik dan virulen. Pada kedua kasus pertahan bakteri tersebut, tubuh
pejamu akan meningkatkan reaksi inflamasi yang hebat dan pasien berakhir
mengalami sepsis maupun syok sepsis namun tetap gagal untuk mengeliminasi
mikroorganisme tersebut. Respon dari sepsis tersebut juga bisa di induksi oleh
eksotoksin yang dikeluarkan mikroba sebagai superantigen.1
Pada keadaan pergeseran menuju sel antinflamasi, sel T CD4 yang memiliki
profil anti-inflamasi mengeluarkan IL-10, dan akhirnya menekan aktivasi
makrofag. Yang dirugikan dalam keadaan ini adalah sel –sel endothelial, sel-sel
epitel di organ-organ seperti paru-paru, ginjal dan usus dan sel-sel parenkim seperti
miosit jantung. Ditambah lagi dengan keadaan sel T yang diinduksi oleh keadaan
sepsis dimana stress akan melepas endogen glukokortikoid yang menyebabkan
terjadinya mekanisme potensial apoptosis dan hilangnya kemampuan sel T untuk
berproliferasi atau mengeluarkan sitokin (anergik) sebagai respon terhadap antigen
spesifik yang akhirnya dapat mengganggu respon tubuh terhadap patogen.
Sedangkan kosekuensi reaksi proinflamasi sistemik meliputi kerusakan endotel,
disfungsi mikrovaskuler, gangguan oksigenasi jaringan dan trauma pada organ.
Selain itu proses pro-inflamasi dan anti-inflamasi juga saling mempengaruhi satu
sama lain, menimbulkan perselisihan imunologis yang bersifat destruktif.
Mortalitas sepsis tinggi saat level mediator proinflamasi dan anti-inflamasi tinggi.
Mediator lipid juga berperan dalam patogenesis sepsis dan syok septik.
Pelepasan asam arakidonat (eikosanoid) menyebabkan kerusakan pembuluh darah,
agregasi PMN dan oksigen radikal toksik. Tromboksan menyebabkan
vasokonstriksi dan agregasi trombosit. Prostasiklin menyebabkan vasodilatasi dan
edema perivaskuler. Leukotrien menyebabkan vasodilatasi dan kebocoran
pembuluh darah. Nitric oxide yang dilepas oleh sel endotel, hepatosit dan makrofag
menyebabkan hipotensi dan syok septik karena vasoplegi.
Perjalanan sepsis akibat bakteri diawali oleh proses infeksi yang ditandai
dengan bakteremia selanjutnya berkembang menjadi systemic inflammatory
response syndrome (SIRS) dilanjutkan sepsis, sepsis berat, syok sepsis dan berakhir
pada multiple organ dysfunction syndrome (MODS). 1,4
Selanjutnya pasien akan muncul dengan gejala seperti disfungsi organ atau
sudah terjadi komplikasi. Sepsis biasa menginduksi terjadinya hipotensi yang akan
terus muncul pada pasien sepsis, yang terjadi bersamaan dengan asidosis metabolic,
hiperlaktatsemia, dan acute kidney injury (AKI). Perubahan status mental biasa
muncul pada pasien lansia. Adanya trombositopenia tanpa ada hasil laboratorium
yang mengarah pada disseminated intravascular coagulopathy (DIC) terlihat pada
setengah populasi pasien yang mengalami sepsis. Dan 30% pasien sepsis akan
mengalami acute respiratory distress syndrome (ARDS). 1,4
2.6 Diagnosis
Tanda-tanda infeksi dan disfungsi organ akan sulit dipastikan, dan dengan
demikian, pedoman konsensus internasional terbaru telah memberikan informasi
tentang tanda-tanda bahaya akan awal kemunculan sepsis (Tabel 3)
Tabel 3. Kriteria Diagnosis Untuk Sepsis, Sepsis Parah, dan Renjat SeptikA
Sepsis (infeksi yang terdokumentasi atau terduga terjadi pada pasien ditambah ≥1
poin-poin dibawah ini)B
Variabel-variabel umum
- Demam (suhu ini >38,3ºC)
- Hipotermia (suhu inti <36ºC)
- Peningkatan laju denyut jantung (>90 denyut per menit atau >2 SD
(simpangan baku) diatas batas atas rentang normal sesuai usia)
- Takipnea
- Perubahan status mental
- Edema substansial atau keseimbangan cairan positif (>20 ml/kg berat badan
selama periode 24 jam)
- Hiperglikemia (glukosa plasma >120 mg/dl [6,7 mmol/liter]) walaupun tidak
mengidap diabetes
Variabel-variabel inflamatori
- Lekositosis (hitungan sel darah putih >12.000/mm3)
- Leukopenia (hitungan sel darah putih <4000/mm3)
- Hitungan sel darah putih normal dengan bentuk yang belum matang >10%
- Peningkatan protein C-reaktif plasma (>2 SD diatas batas atas rentang
normal)
- Peningkatan prokalsitonin plasma (>2 SD diatas batas atas rentang normal)
Variabel-variabel hemodinamik
- Hipotensi arterial (tekanan sistolik <90 mmHg; rerata tekanan arterial <70
mmHg; atau penurunan pada tekanan sistolik >40 mmHg pada para individu
dewasa atau sampai >2 SD dibawah batas bawa rentang normal sesuai usia)
- Peningkatan saturasi oksigen vena campuran (>70%)C
- Peningkatan indeks kardiak (>3,5 liter/menit/m2 area permukaan tubuh)D
Variabel-variabel disfungsi organ
- Hipoksemia arterial (rasio tekanan parsial oksigen arterial terhadap fraksi
oksigen yang dihirup, <300)
- Oliguria akut (curah atau output urin <0,5 ml/kg/jam atau 45 ml/jam selama
minimal 2 hari)
- Peningkatan kadar kreatinin, >0,5 mg/dl (>44 µmol/liter)
- Abnormalitas koagulasi (rasio ternormalisasi internasional >1,5; atau waktu
parsial-tromboplastin teraktivasi >60 detik)
- Ileus paralitik (tidak adanya suara usus)
- Trombositopenia (hitungan platelet <100.000/mm3)
- Hiperbilirubinemia (bilirubin total plasma >4 mg/dl [68 µmol/liter)
Variabel-variabel perfusi jaringan
- Hiperlaktatemia (laktat >1 mmol/liter)
- Penurunan tingkat pengisian kapiler
Sepsis parah (sepsis plus disfungsi organ)
Septic shock (sepsis plus hipotensi [refraktori terhadap cairan intravena] atau
hiperlaktatemia)E
A: Data diadaptasi dari Levy dkk.
B: Pada anak-anak, kriteria diagnostik adalah tanda-tanda dan gejala-gejala
inflamasi plus infeksi yang dibarengi dengan hipertermia atau hipotermia (suhu
rektum masing-masing >38,5ºC atau <35ºC), takikardia (dapat saja tidak muncul
ketika terjadi hipotermia), dan minimal salah satu dari indikasi perubahan fungsi
organ berikut ini: perubahan status mental, hipoksemia, peningkatan kadar laktat
serum, atau denyut yang seperti melompat/ kuat.
C: Tingkat saturasi oksigen vena campur yang lebih dari 70% adalah hal yang normal
pada para bayi yang baru lahir dan anak-anak (rentang pediatrik: 75 sampai 80%).
D: Indeks jantung yang berkisar dari 3,5 sampai 5,5 liter per menit per meter kuadrat
adalah hal yang normal pada anak-anak.
E: Hipotensi kambuhan didefinisikan sebagai hipotensi (baik yang bersifat persisten
atau yang disebabkan oleh vasopresor) setelah pemberian bolus cairan intravena).
2.7 Tatalaksana
Menurut Surviving Sepsis Campaign Bundle 20183:
Yang harus terselesaikan dalam waktu 1 jam:
1. Pengukuran level laktat. Ukur ulang bila laktat inisial >2mmol/L.
2. Mengambil kultur darah sebelum pemberian antibiotik
3. Memberikan antibiotik spectrum luas
4. Pemberian cepat kristaloid 30mL/kg untuk hipotensi atau laktat ≥4 mmol/L.
5. Pemberian vasopressor bila pasien hipotensi selama atau setelah resusitas
cairan untuk mengatur MAP ≥65 mmHg
“Waktu nol” atau “waktu presentasi” didefinisikan sebagai waktu triase di
departemen kegawatdaruratan atau jika ada presentasi dari tempat perawatan
lainnya, dari anotasi daftar tabel yang konsisten dengan semua elemen sepsis
(sebelumnya sepsis berat) atau syok septik dipastikan melalui tinjauan bagan. 3
Pengukuran laktat
Karena serum laktat bukan ukuran langsung dari perfusi jaringan, dapat juga
berfungsi sebagai alternatifnya, maka peningkatannya dapat mewakili adanya
keadaan hipoksia jaringan, glikolisis aerobik yang dipercepat oleh meningkatnya
stimulasi beta adrenergik, atau penyebab lainnya yang berkaitan dengan prognosis
yang buruk. Jika laktat inisial meningkat (>2 mmol/L) harus diukur ulang dalam 2-
4 jam untuk panduan resusitasi guna menormalkan laktat pasien. 3
Pengambilan kultur darah sebelum pemberian antibiotik
Terapi antibiotik spectrum luas empiris dengan satu atau lebih antimikroba
intravena untuk menutupi semua jenis pathogen yan kemungkinan ada dapat segera
dilakukan untuk pasien yang menunjukkan adanya sepsis atau syok sepsis. Terapi
ini harus dipersempit ketika pathogen sudah teridentifikasi dan sensitivitas telah
ditegakkan, atau tidak melanjutkannya bila ternyata asien tidak memiliki infeksi. 3
Resusitasi cairan awal yang efektif sangat penting dalam stabilisasi sepsis
yang meninduksi hipoperfusi jaringan atau syok sepsis. Terapi ini segera diberikan
ketika mengetahui pasien dengan sepsis dan atau hipotensi dan terdapat
peningkatan laktat, dan terselesaikan dalam waktu 3 jam setelah pernyataan
keadaan tersebut. Pemberian kristaloid dalam anjuran dikarena adanya bukti yang
mengindikasikan bahwa adanya keseimbangan cairan positif yang dipertahankan
selama tinggal di ICU akan membahayakan, pemberian cairan diluar resusitasi awal
dibutuhkan secara penilaian secara cermat akan kemungkinan pasien tetap responsif
terhadap cairan.3
Pemberian vasopressor
2.8 Prognosis
Pasien yang dapat bertahan dari sepsis, diluar dari seberapa parah sepsis
tersebut, memiliki tingkat mortalitas yang tinggi setelah keluar dari rumah sakit.
Tingkat mortalitas setahun setelah keluar dari rumah sakit akibat sepsis memiliki
angka mortalitas sebesar 7%-43%. Selain itu pasien post sepsis juga meningkatkan
insiden memiliki post traumatic stress disorder, disfungsi kognitif, disabilitas, dan
disfungsi paru yang menetap. 6
BAB III
KESIMPULAN