Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan


- Mengetahui proses pengeringan dan membuat kurva laju pengeringan
dengan suhu konstan
- Mempelajari pengaruh variasi laju alir terhadap perilaku pengeringan
padatan basah dengan suhu konstan
- Membuat kurva kadar air Vs waktu
- Membuat kurva kecepatan pengeringan Vs kadar air
- Menghitung waktu pengeringan

1.2 Dasar Teori


1.2.1 Pengeringan
Pengeringan merupakan salah satu unit operasi energi paling intensif
dalam pengolahan pasca panen. Unit operasi ini diterapkan untuk mengurangi
kadar air produk seperti berbagai buah-buahan, sayuran, dan produk pertanian
lainnya setelah panen. Pengeringan adalah proses pemindahan panas dan uap
air secara simultan yang memerlukan panas untuk menguapkan air dari
permukaan bahan tanpa mengubah sifat kimia dari bahan tersebut. Dasar dari
proses pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara karena perbedaan
kandungan uap air antara udara dan bahan yang dikeringkan. Laju pemindahan
kandungan air dari bahan akan mengakibatkan berkurangnya kadar air dalam
bahan tersebut.
Pengeringan adalah pemisahan sejumlah kecil air dari suatu bahan
sehingga mengurangi kandungan sisa zat cair di dalam zat padat itu sampai
suatu nilai rendah yang dapat diterima, menggunakan panas. Pada proses
pengeringan ini air diuapkan menggunakan udara tidak jenuh yang
dihembuskan pada bahan yang akan dikeringkan. Air (atau cairan lain)
menguap pada suhu yang lebih rendah dari titik didihnya karena adanya
perbedaan kandungan uap air pada bidang antar-muka bahan padat-gas dengan
kandungan uap air pada fasa gas. Gas panas disebut medium pengering,
menyediakan panas yang diperlukan untuk penguapan air dan sekaligus
membawa air keluar. Air juga dapat dipisahkan dari bahan padat, secara
mekanik menggunakan cara pengepresan sehingga air keluar, dengan pemisah
sentrifugal, dengan penguapan termal ataupun dengan metode lainnya.
Pemisahan air secara mekanik biasanya lebih murah biayanya dan lebih hemat
energi dibandingkan dengan pengeringan.
Kandungan zat cair dalam bahan yang dikeringkan berbeda dari satu
bahan ke bahan lain. Ada bahan yang tidak mempunyai kandungan zat cair sama
sekali (bone dry). Pada umumnya zat padat selalu mengandung sedikit fraksi
air sebagai air terikat. Kandungan air dalam suatu bahan dapat dinyatakan atas
dasar basah (% berat) atau dasar kering, yaitu perbandingan jumlah air dengan
jumlah bahan kering.
Dasar pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara karena
perbedaan kandungan uap air antara udara dengan bahan yang dikeringkan.
Dalam hal ini, kandungan uap air udara lebih sedikit atau udara mempunyai
kelembaban nisbi yang rendah sehingga terjadi penguapan. Kemampuan udara
membawa uap air bertambah besar jika perbedaan antara kelembaban nisbi
udara pengering dengan udara sekitar bahan semakin besar. Salah satu faktor
yang mempercepat proses pengeringan adalah kecepatan angin atau udara yang
mengalir. Udara yang tidak mengalir menyebabkan kandungan uap air di sekitar
bahan yang dikeringkan semakin jenuh sehingga pengeringan semakin lambat.
Tujuan pengeringan untuk mengurangi kadar air bahan sampai batas
perkembangan organisme dan kegiatan enzim yang dapat menyebabkan
pembusukan terhambat atau bakteri terhenti sama sekali. Dengan demikian
bahan yang dikeringkan mempunyai waktu simpan lebih lama.
Proses pengeringan diperoleh dengan cara penguapan air. Cara tersebut
dilakukan dengan menurunkan kelembapan nisbi udara dengan mengalirkan
udara panas di sekeliling bahan, sehingga tekanan uap air bahan lebih besar dari
tekanan uap air di udara. Perbedaan tekanan itu menyebabkan terjadinya aliran
uap air dari bahan ke udara.
Di Industri kimia proses pengeringan adalah salah satu proses yang
penting. Proses pengeringan ini dilakukan biasanya sebagai tahap akhir sebelum
dilakukan pengepakan suatu produk ataupun proses pendahuluan agar proses
selanjutnya lebih mudah, mengurangi biaya pengemasan dan transportasi suatu
produk dan dapat menambah nilai guna dari suatu bahan. Dalam industri
makanan, proses pengeringan ini digunakan untuk pengawetan suatu produk
makanan. Mikroorganisme yang dapat mengakibatkan pembusukan makanan
tidak dapat dapat tumbuh pada bahan yang tidak mengandung air, maka dari itu
untuk mempertahankan aroma dan nutrisi dari makanan agar dapat disimpan
dalam waktu yang lebih lama, kandungan air dalam bahan makanan itu harus
dikurangi dengan cara pengeringan (Revitasari, 2010).
1.2.2 Dry Bulb Temperature (Temperatur Bola Kering)
Temperatur bola kering yaitu suhu yang ditunjukkan dengan
thermometer bulb biasa, dengan bulb dalam keadaan kering. Satuan untuk suhu
ini biasa dalam Celcius, Kelvin, Fahrenheit. Seperti yang diketahui bahwa
thermometer menggunakan prinsip pemuaian zat cair dalam thermometer. Jika
kita ingin mengukur suhu udara dengan thermometer biasa maka terjadi
perpindahan kalor dari udara ke bulb thermometer. Karena mendapatkan kalor
maka zat cair (misalkan : air raksa) yang ada di dalam thermometer mengalami
pemuaian sehingga tinggi air raksa tersebut naik. Kenaikan ketinggian cairan
ini yang di konversikan dengan satuan suhu (Celcius, Fahrenheit, dll).
1.2.3 Titik Embun
Titik embun adalah suhu yang harus didinginkan, pada tekanan udara
malar supaya uap air yang dikondensasikan menjadi air. Air yang dikondensasi
dinamakan embun (Anonim, 2011).
Embun adalah titik-titik air yang jatuh dari udara (terutama pada malam
hari). Embun adalah uap yang menjadi titik-titik air. Embun merupakan
endapan tetes air yang terdapat pada benda dekat atau di permukaan tanah yang
terbentuk akibat pengembunan uap air dari udara disekitarnya. Embun biasanya
muncul di pagi hari, di sela-sela kaca jendela atau di balik daun. Embun lebih
mengarah ke bentuk cair di bandingkan dengan kabut (Amanda, 2011).
Suhu titik embun adalah suhu pada udara ketika didinginkan, tanpa
mengubah kadar air atau tekanan, hanya kejenuhan. Dengan kata lain, tekanan
uap jenuh pada suhu titik embun adalah sama pada tekanan uap air lingkungan.
1.2.4 Kelembaban
Kelembaban adalah konsentrasi uap air di udara. Angka konsentrasi ini
dapat diekspresikan dalam kelembaban absolut, kelembaban spesifik atau
kelembaban relatif. Alat untuk mengukur kelembaban disebut higrometer.
Sebuah humidistat digunakan untuk mengatur tingkat kelembaban udara dalam
sebuah bangunan dengan sebuah dehumidifier. Dapat dianalogikan dengan
sebuah termometer dan termostatuntuk suhu udara. Perubahan tekanan
sebagian uap air di udara berhubungan dengan perubahan suhu. Konsentrasi air
di udara pada tingkat permukaan laut dapat mencapai 3% pada 30 °C (86 °F),
dan tidak melebihi 0,5% pada 0 °C (32 °F).
1.2.5 Kadar Air
Kadar air adalah persentase kandungan air pada suatu bahan yang dapat
dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) atau berdasarkan berat kering
(dry basis). Kadar air berat basah mempunyai batas maksimum teoritis sebesar
100 persen, sedangkan kadar air berdasarkan berat kering dapat lebih dari 100
persen (Anonim, 2010). Air yang terdapat dalam suatu sampel bahan terdapat
dalam tiga bentuk :
1 Air bebas, terdapat dalam ruang-ruang antarsel dan intergranular dan pori-
pori yang terdapat pada bahan.
2 Air yang terikat secara lemah karena terserap (teradsorbsi) pada permukaan
koloid makromolekulaer seperti protein, pektin pati, sellulosa. Selain itu air
juga terdispersi di antara kolloid tersebut dan merupakan pelarut zat-zat
yang ada di dalam sel. Air yang ada dalam bentuk ini masih tetap
mempunyai sifat air bebas dan dapat dikristalkan pada proses pembekuan.
3 Air yang dalam keadaan terikat kuat yaitu membentuk hidrat. Ikatannya
berifat ionik sehingga relatif sukar dihilangkan atau diuapkan. Air ini tidak
membeku meskipun pada suhu 0oC.
Kadar air bahan menunjukkan banyaknya kandungan air persatuan
bobot bahan. Dalam hal ini terdapat dua metode untuk menentukan kadar air
bahan tersebut yaitu berdasarkan bobot kering (dry basis) dan berdasarkan
bobot basah (wet basis). Dalam penentuan kadar air bahan pangan biasanya
dilakukan berdasarkan obot basah. Dalam perhitungan ini berlaku rumus
sebagai berikut :
KA = (Wa / Wb) x 100%
Keterangan : KA = Kandungan Air (%)
Wa = Berat Bahan Kering (gr)
Wb = Berat Bahan basah (gr)
1.2.6 Laju Pengeringan
Menurut Henderson dan Perry (1995), proses pengeringan mempunyai
dua periode utama yaitu periode pengeringan dengan laju pengeringan tetap dan
periode pengeringan dengan laju pengeringan menurun. Kedua periode utama
ini dibatasi oleh kadar air kritis.
Simmonds et al (1953) menyatakan bahwa kadar air kritis adalah kadar
air terendah saat mana laju air bebas dari dalam bahan ke permukaan sama
dengan laju pengambilan uap air maksimum dari bahan. Pada biji-bijian
umumnya kadar air ketika pengeringan dimulai lebih kecil dari kadar air kritis.
Dengan demikian pengeringan yang terjadi adalah pengeringan dengan laju
pengeringan menurun. Perubahan dari laju pengeringan tetap ke laju
pengeringan menurun terjadi pada berbagai tingkatan kadar air yang berbeda
untuk setiap bahan.
Henderson dan Perry (1955) menyatakan bahwa pada periode
pengeringan dengan laju tetap, bahan mengandung air yang cukup banyak,
dimana pada permukaan bahan berlangsung penguapan yang lajunya dapat
disamakan dengan laju penguapan pada permukaan air bebas. Laju penguapan
sebagian besar tergantung pada keadaan sekeliling bahan, sedangkan pengaruh
bahannya sendiri relatif kecil. Laju pengeringan akan menurun seiring dengan
penurunan kadar air selama pengeringan. Jumlah air terikat makin lama
semakin berkurang. Perubahan dari laju pengeringan tetap menjadi laju
pengeringan menurun untuk bahan yang berbeda akan terjadi pada kadar air
yang berbeda pula.
Pada periode laju pengeringan menurun permukaan partikel bahan yang
dikeringkan tidak lagi ditutupi oleh lapisan air. Selama periode laju pengeringan
menurun, energi panas yang diperoleh bahan digunakan untuk menguakan sisa
air bebas yang sedikit seklai jumlahnya.
Laju pengeringan menurun terjadi setelah laju pengeringan konstan
dimana kadar air bahan lebih kecil daripada kadar air kritis. Periode laju
pengeringan menurun meliputi dua proses yaitu : perpindahan dari dalam ke
permukaan dan perpindahan uap air dari permukaan bahan ke udara sekitarnya.
1.2.7 Tray Dryer

Gambar 1.1 Tray Dryer


Pengering rak (tray dryer) seperti pada gambar 1.1 disebut juga
pengering baki, pengering rak atau pengering cabinet, dapat digunakan untuk
mengeringkan padatan bergumpal atau pasta, yang ditebarkan pada baki logam
dengan ketebalan 10-100 mm. Tray dryer digunakan
untuk mengeringkan bahan-bahan yang tidak boleh diaduk dengan cara termal,
sehingga didapatkan hasil berupa zat padat yang kering. Tray dryer sering
digunakan untuk laju produksi kecil. Pengeringan jenis baki atau wadah adalah
dengan meletakkan material yang akan dikeringkan pada baki yang lansung
berhubungan dengan media pengering. Cara perpindahan panas yang umum
digunakan adalah konveksi dan perpindahan panas secara konduksi juga
dimungkinkan dengan memanaskan baki tersebut.
Rangka bak pengering terbuat dari besi, rangka bak pengering di bentuk
dan dilas, kemudian dibuat dinding untuk penyekat udara dari bahan plat seng
dengan tebal 0,3 mm. Dinding tersebut dilengketkan pada rangka bak pengering
dengan cara di revet serta dilakukan pematrian untuk menghindari kebocoran
udara panas. Kemudian plat seng dicat dengan warna hitam buram, agar dapat
menyerap panas dengan lebih cepat. Pada bak pengering dilengkapi dengan
pintu yang berguna untuk memasukan dan mengeluarkan produk yang
dikeringkan. Di pintu tersebut dibuat kaca yang mamungkinkan kita dapat
mengetahui temperature tiap Rak, dengan cara melihat thermometer yang
sengaja digantungkan pada setiap rak pengering. Di bagian atas bak pengering
dibuat cerobong udara, bertujuan untuk memperlancar sirkulasi udara pada
proses pengeringan.
1.2.8 Batu Bara

Gambar 1.2 Batu Bara


Batu bara seperti pada gambar 1.2 adalah bahan tambang non logam
yang sifatnya seperti arang kayu, tetapi panas yang dihasilkan lebih besar. Batu
bara adalah fosil dari tumbuh-tumbuhan yang mengalami perubahan kimia
akibat tekanan dan suhu yang tinggi dalam kurun waktu lama. Komposisi
penyusun batu bara terdiri dari campuran hidrokarbon dengan komponen utama
karbon.
Batu bara mengandung senyawa dari oksigen, nitrogen, dan belerang.
Batu bara diklasifikasikan menurut kadar kandungan karbon yang ada
didalamnya, yaitu berturut-turut makin besar kadar lignite, bitumen dan antrasit.
Adapun fungsi dan kegunaan batubara adalah sebagai bahan bakar pembangkit
listrik tenaga uap (PLTU) dan bahan bakar untuk industri. Terdapat 3 macam
bahan bakar yang berasal dari tumbuhan-tumbuhan purba adalah antara lain
seperti gambut, batubara muda dan batubara. Adapun proses pembentukan batu
bara dapat melalui tahap pembusukan, pengendapan, dekomposisi, geotektonik
dan erosi. Beberapa faktor yang berpengaruh dalam pembentukan batubara
antara lain material dasar, proses dekomposisi, umur geologi posisi geotektonik
dan lingkungan pengendapan.

BAB II

METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan


2.1.1 Alat dan Bahan yang digunakan :
- Tray dryer UOP 8
- Anemometer
- Hygrometer
- Air
- Batu Bara

2.2 Prosedur Kerja


1. Menghubungkan stop kontak dengan sumber listrik
2. Menghidupkan power, air flow control pada posisi 3 dan temperature
control pada posisi 7
3. Menyalakan neraca digital yang terangkai dengan alat
4. Menimbang tray kosong dan wadah sampel
5. Menaburkan 500 gram batu bara dalam wadah secara merata
6. Menimbang tray yang berisi batu bara
7. Menambahkan air secara merata pada batu bara
8. Menimbang tray yang berisi batu bara basah
9. Menghidupkan stopwatch dan memasukkan tray ke dalam alat
pengering dan menutupnya rapat-rapat
10. Mengukur temperature, dew point, Humidity, laju alir udara, dan berat
awal
11. Menunggu hingga 6 menit kemudian mengukur temperatur, dew point,
Humidity, laju alir udara, dan berat sampel
12. Mengulangi pengambilan data sampai 1 jam
13. Mematikan alat dan memutuskan sumber arus listrik

BAB III

HASIL & PEMBAHASAN

3.1 Data Pengamatan


Tabel 3.1.1 Data Temperatur Bola Kering, Titik Embun (Dew Point),
Kelembaban Relatif (RH), dan Kecepatan Udara
No. Waktu Berat Zat Berat Berat Temp. (°C) Dew Point RH Air Flow
(menit) Padat Cairan Cairan (°C) (%) (m/s)
(basah) + yang yang
Feed Back Feed Back Feed Back
Wadah Tersisa Hilang
(gr) (gr) (gr)
1. 6 588.11 581.13 6.98 27.6 27.6 20.8 20.8 73 73 0.4
2. 12 581.13 574.26 6.87 35.1 39.5 22.1 28.3 67 66 0.4
3. 18 574.26 567.47 6.79 39.0 43.0 23.7 28.7 50 42 0.4
4. 24 567.47 560.81 6.66 39.2 44.3 25.6 28.9 47 37 0.6
5. 30 560.81 554.32 6.49 39.3 47.5 27.3 30.3 45 33 0.6
6. 36 554.32 547.98 6.34 42.6 51.1 28.7 30.7 43 30 0.6
7. 42 547.98 541.74 6.24 46.1 52.2 29.9 31.3 39 27 0.6
8. 48 541.74 535.93 5.81 47.6 56.2 30.1 31.6 35 25 0.8
9. 54 535.93 530.39 5.54 50.1 60.2 30.6 33.1 33 22 0.8
10. 60 530.39 525.08 5.31 54.7 61.6 32.1 33.2 25 17 0.8

Tabel 3.1.2 Data Hasil Kandungan Cairan dan Kecepatan Pengeringan


No. Waktu Kandungan Cairan ( X ) Kecepatan Pengeringan ( N )
(menit) 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 ℎ𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 ℎ𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔
= =
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡.𝑚2

1. 6 0.0140 22.9454 gr/ menit.m2


2. 12 0.0137 11.2919 gr/ menit.m2
3. 18 0.0136 7.4403 gr/ menit.m2
4. 24 0.0133 5.4734 gr/ menit.m2
5. 30 0.0130 4.2669 gr/ menit.m2
6. 36 0.0127 3.4736 gr/ menit.m2
7. 42 0.0125 2.9304 gr/ menit.m2
8. 48 0.0116 2.3874 gr/ menit.m2
9. 54 0.0111 2.0235 gr/ menit.m2
10. 60 0.0106 1.7456 gr/ menit.m2
Ket : Berat zat padat kering = 500.07 gr

3.2 Pembahasan
Praktikum tray dryer ini bertujuan untuk mengetahui proses pengeringan
dan membuat kurva laju pengeringan, mempelajari pengaruh variasi laju alir
terhadap perilaku pengeringan padatan basah, membuat kurva waktu vs kadar
air, membuat kurva kadar air vs kecepatan pengeringan. Bahan yang digunakan
adalah 500,07 gram batu bara. Batu bara dikeringkan menggunakan alat tray
dryer dengan memerhatikan pengaruh apa saja yang terjadi selama proses
pengeringan dengan menggunakan alat tersebut. Selama proses pengeringan
alat yang digunakan adalah hygrometer dan anemometer. Hygrometer
digunakan untuk mengukur kelembaban relatif dan kelembaban mutlak (jumlah
kelembaban). Sedangkan, anemometer digunakan untuk mengukur kecepatan
udara pada tray dryer. Hygrometer dan anemometer dimasukkan ke dalam tray
dryer setiap 6 menit selama proses pengeringan berlangsung, dan berat bahan
juga ditimbang setiap 6 menit untuk mengetahui kandungan air yang hilang
dalam waktu tertentu, setelah itu mencatan semua data.
Berdasarkan tabel 3.1.1 data hasil percobaan, semakin lama waktu
pengeringan menyebabkan temperaturnya semakin tinggi. Pada waktu 6 menit
temperaturnya yaitu 27,6oC. Sedangkan, pada waktu 60 menit temperaturnya
semakin tinggi yaitu 54,7oC. Semakin lama waktu pengeringan juga
menyebabkan temperatur dew point meningkat. Pada waktu 6 menit temperatur
dew point sebesar 20,8oC. Sedangkan, pada waktu 60 menit temperatur dew
point semakin meningkat yaitu 32,1oC. Temperatur dew point semakin
meningkat disebabkan oleh air didalam batu bara menguap sehingga
menyebabkan meningkatnya temperatur udara. Relative humidity (RH)
semakin turun selama proses pengeringan. Pada waktu 6 menit RH yang
didapat sebesar 73%. Sedangkan, pada waktu 60 menit RH yang didapat lebih
rendah yaitu 25%. Seharusnya semakin lama waktu pengeringan maka relative
humiditynya semakin naik. Relative humidity meningkat dikarenakan
kandungan air yang berada didalam batu bara menguap ke udara. Hal ini bisa
terjadi dikarenakan kesalahan penggunaan alat hygrometer ketika
memasukannya ke dalam tray dryer. Hasil pengukuran anemometer
menunjukkan bahwa laju alir udara meningkat seiring bertambahnya waktu
pengeringan. Pada waktu 6 menit laju alir udara sebesar 0,4 m/s. Sedangkan,
pada waktu 60 menit laju alir udara semakin meningkat yaitu 0,8 m/s.

Berdasarkan tabel 3.1.2 data hasil perhitungan, pada waktu 6 menit


kandungan cairan dalam batu bara sebesar 0,0140 dengan kecepatan
pengeringan sebasar 22,9454 gr/menit.m2. Sedangkan, pada waktu 60 menit
kandungan cairan dalam batu bara semakin sedikit yaitu 0,0106 dengan
kecepatan pengeringannya sebesar 1,7456 gr/menit.m2. Kandungan cairan
semakin menurun selama proses pengeringan dikarenakan air yang terdapat
didalam batu bara menguap ke udara. Dapat dilihat pada grafik 1 yaitu
kandungan cairan melawan waktu yang menunjukkan semakin lama proses
pengeringan maka kandungan cairan dalam bahan semakin sedikit. Kecepatan
pengeringan berbanding lurus dengan kandungan cairan yang semakin
menurun selama proses pengeringan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
kecil kandungan cairan dalam batu bara maka semakin kecil juga kecepatan
pengeringannya. Hal ini disebabkan karena semakin sedikitnya partikel air
yang terkandung dalam batu bara maka udara akan semakin sulit mengambil
partikel air didalam batu bara. Dapat dilihat pada grafik 2 yaitu kecepatan
pengeringan melawan kandungan cairan yang menunjukkan semakin besar
kandungan cairan dalam bahan maka kecepatan pengeringannya juga semakin
besar.
BAB IV
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu :
- Pada waktu 6 menit kandungan cairan dalam batu bara sebesar 0,0140
dengan kecepatan pengeringan sebesar 22,9454 gr/menit.m2
- Pada waktu 12 menit kandungan cairan dalam batu bara sebesar 0,0137
dengan kecepatan pengeringan sebesar 11,2919 gr/menit.m2
- Pada waktu 18 menit kandungan cairan dalam batu bara sebesar 0,0136
dengan kecepatan pengeringan sebesar 7,4403 gr/menit.m2
- Pada waktu 24 menit kandungan cairan dalam batu bara sebesar 0,0133
dengan kecepatan pengeringan sebesar 5,4734 gr/menit.m2
- Pada waktu 30 menit kandungan cairan dalam batu bara sebesar 0,0130
dengan kecepatan pengeringan sebesar 4,2669 gr/menit.m2
- Pada waktu 36 menit kandungan cairan dalam batu bara sebesar 0,0127
dengan kecepatan pengeringan sebesar 3,4763 gr/menit.m2
- Pada waktu 42 menit kandungan cairan dalam batu bara sebesar 0,0125
dengan kecepatan pengeringan sebesar 2,9304 gr/menit.m2
- Pada waktu 48 menit kandungan cairan dalam batu bara sebesar 0,0116
dengan kecepatan pengeringan sebesar 2,3874 gr/menit.m2
- Pada waktu 54 menit kandungan cairan dalam batu bara sebesar 0,0111
dengan kecepatan pengeringan sebesar 2,0235 gr/menit.m2
- Pada waktu 60 menit kandungan cairan dalam batu bara sebesar 0,0106
dengan kecepatan pengeringan sebesar 1,7456 gr/menit.m2
HASIL PERHITUNGAN

1. Perhitungan Berat Cairan yang Hilang


Berat Cairan yang Hilang
= ( Berat zat padat basah + Wadah) – ( Berat Cairan Yang tersisa)
A. Waktu 6 Menit
= 588,11 gram – 581,13 gram
= 6,98 gram
B. Waktu 12 Menit
= 581,13 gram – 574,26 gram
= 6,87 gram
C. Waktu 18 Menit
= 574,26 gram – 567,47 gram
= 6,79 gram
D. Waktu 24 Menit
= 567,47 gram – 560,81 gram
= 6,66 gram
E. Waktu 30 Menit
= 560,81 gram – 554,32 gram
= 6,49 gram
F. Waktu 36 Menit
= 554,32 gram – 547,98 gram
= 6,34 gram
G. Waktu 42 Menit
= 547,98 gram – 541,74 gram
= 6,24 gram
H. Waktu 48 Menit
= 541,74 gram – 535,93 gram
= 5,81 gram
I. Waktu 54 Menit
= 535,93 gram – 530,39 gram
= 5,54 gram
J. Waktu 60 Menit
= 530,39 gram – 525,08 gram
= 5,31 gram

2. Perhitungan Kandungan Cairan


𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐶𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 ℎ𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔
Kandungan Cairan ( X ) = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑃𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔

A. Waktu 6 Menit
6,98 𝑔𝑟𝑎𝑚
X= = 0,0140
500,07 𝑔𝑟𝑎𝑚

B. Waktu 12 Menit
6,87 𝑔𝑟𝑎𝑚
X= = 0,0137
500,07 𝑔𝑟𝑎𝑚

C. Waktu 18 Menit
6,79 𝑔𝑟𝑎𝑚
X= = 0,0136
500,07 𝑔𝑟𝑎𝑚

D. Waktu 24 Menit
6,66 𝑔𝑟𝑎𝑚
X= = 0,0133
500,07 𝑔𝑟𝑎𝑚

E. Waktu 30 Menit
6,49 𝑔𝑟𝑎𝑚
X= = 0,0130
500,07 𝑔𝑟𝑎𝑚

F. Waktu 36 Menit
6,34 𝑔𝑟𝑎𝑚
X= = 0,0127
500,07 𝑔𝑟𝑎𝑚

G. Waktu 42 Menit
6,24 𝑔𝑟𝑎𝑚
X= = 0,0125
500,07 𝑔𝑟𝑎𝑚

H. Waktu 48 Menit
5,81 𝑔𝑟𝑎𝑚
X= = 0,0116
500,07 𝑔𝑟𝑎𝑚

I. Waktu 54 Menit
5,54 𝑔𝑟𝑎𝑚
X= 500,07 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 0,0111
J. Waktu 60 Menit
5,31 𝑔𝑟𝑎𝑚
X= = 0,0106
500,07 𝑔𝑟𝑎𝑚

3. Perhitungan Kecepatan Pengeringan ( N )


𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 ℎ𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔
Kecepatan Pengering (N) = 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡.𝑚2

A. Waktu 6 Menit
6,98 𝑔𝑟𝑎𝑚
N = 6 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 𝑋 0,0507 𝑚^2 = 22,9454 gr/menit.m2

B. Waktu 12 Menit
6,87 𝑔𝑟𝑎𝑚
N = 12 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 𝑋 0,0507 𝑚^2 = 11,2919 gr/menit.m2

C. Waktu 18 Menit
6,79 𝑔𝑟𝑎𝑚
N = 18 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 𝑋 0,0507 𝑚^2 = 7,4403 gr/menit.m2

D. Waktu 24 Menit
6,66 𝑔𝑟𝑎𝑚
N = 24 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 𝑋 0,0507 𝑚^2 = 5,4734 gr/menit.m2

E. Waktu 30 Menit
6,49 𝑔𝑟𝑎𝑚
N = 30 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 𝑋 0,0507 𝑚^2 = 4,2669 gr/menit.m2

F. Waktu 36 Menit
6,34 𝑔𝑟𝑎𝑚
N = 36 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 𝑋 0,0507 𝑚^2 = 3,4736 gr/menit.m2

G. Waktu 42 Menit
6,24 𝑔𝑟𝑎𝑚
N = 42 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 𝑋 0,0507 𝑚^2 = 2,9304 gr/menit.m2

H. Waktu 48 Menit
5,81 𝑔𝑟𝑎𝑚
N = 48 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 𝑋 0,0507 𝑚^2 = 2,3874 gr/menit.m2

I. Waktu 52 Menit
5,54 𝑔𝑟𝑎𝑚
N = 52 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 𝑋 0,0507 𝑚^2 = 2,0235 gr/menit.m2

J. Waktu 60 Menit
5,31 𝑔𝑟𝑎𝑚
N = 60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 𝑋 0,0507 𝑚^2 = 3,4736 gr/menit.m2
LAMPIRAN
KURVA HASIL PERCOBAAN

Waktu vs X
0.016
0.014
X (Kandungan Cairan)

0.012
0.01
0.008
0.006
0.004
0.002
0
0 10 20 30 40 50 60 70
Waktu (min)

Grafik 1 Kandungan Cairan Vs Waktu

X vs N
25
N (Kecepatan Pengeringan)

20

15

10

0
0 0.005 0.01 0.015
X (Kandungan Cairan)

Grafik 2 Kecepatan Pengering Vs Kandungan Cairan


DAFTAR PUSTAKA

http://westryantindaon.blogspot.co.id/2013/07/pengeringan.html
https://catatanabimanyu.wordpress.com/2011/08/14/termometer-bola-kering-dan-
termometer-bola-basah/
https://melinarahmaw15.wordpress.com/bahan-kuliah/agroklimatologi/makalah-
agroklimatologi-kejenuhan-dan-titik-embun/
https://id.wikipedia.org/wiki/Kelembapan
https://www.mallardsgroups.com/kadar-air/
http://eprints.undip.ac.id/44622/3/BAB_II.pdf
http://www.alifmh-shagir.com/2017/02/Tray-Dryer-Prinsip-Kerja-
Spesifikasi-Alat-dan-Jenisnya.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Batu_bara

Anda mungkin juga menyukai