Anda di halaman 1dari 20

A.

Pengambilan Keputusan (Decision Making)

1. Pengertian Pengambilan Keputusan (Decision Making)

Keputusan merupakan hasil pemecahan dalam suatu masalah yang harus dihadapi
dengan tegas. Dalam Kamus Besar Ilmu Pengetahuan pengambilan keputusan (Decision
Making) didefinisikan sebagai pemilihan keputusan atau kebijakan yang didasarkan atas
kriteria tertentu. Proses ini meliputi dua alternatif atau lebih karena seandainya hanya
terdapat satu alternatif tidak akan ada satu keputusan yang akan diambil.

2. Pengertian Pengambilan Keputusan (Decision Making) Menutut Para Ahli

Menurut J.Reason, Pengambilan keputusan dapat dianggap sebagai suatu hasil atau keluaran
dari proses mental atau kognitif yang membawa pada pemilihan suatu jalur tindakan di antara
beberapa alternative yang tersedia. Setiap proses pengambilan keputusan selalu menghasilkan
satu pilihan final.

G. R. Terry, mengemukakan bahwa pengambilan keputusan adalah sebagai pemilihan yang


didasarkan kriteria tertentu atas dua atau lebih alternatif yang mungkin.

Claude S. Goerge, Jr, Mengatakan proses pengambilan keputusan itu dikerjakan oleh
kebanyakan manajer berupa suatu kesadaran, kegiatan pemikiran yang termasuk
pertimbangan, penilaian dan pemilihan diantara sejumlah alternatif.

Horold dan Cyril O‟Donnell, mengatakan bahwa pengambilan keputusan adalah


pemilihan diantara alternatif mengenai suatu cara bertindak yaitu inti dari perencanaan, suatu
rencana tidak dapat dikatakan tidak ada jika tidak ada keputusan, suatu sumber yang dapat
dipercaya, petunjuk atau reputasi yang telah dibuat.
P. Siagian, mendefinisikan pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan sistematis
terhadap suatu masalah, pengumpulan fakta dan data, penelitian yang matang atas alternatif dan
tindakan. Pengambilan keputusan merupakan salah satu bentuk perbuatan berpikir dan
hasil dari suatu perbuatan itu disebut keputusan. Pengambilan keputusan dalam
Psikologi Kognitif difokuskan kepada bagaimana seseorang mengambil keputusan. Dalam
kajiannya, berbeda dengan pemecahan masalah yang mana ditandai dengan situasi dimana
sebuah tujuan ditetapkan dengan jelas dan dimana pencapaian sebuah sasaran diuraikan
menjadi sub tujuan, yang pada saatnya membantu menjelaskan tindakan yang harus
dan kapan diambil. Pengambilan keputusan juga berbeda dengan penalaran, yang mana
ditandai dengan sebuah proses oleh perpindahan seseorang dari apa yang telah mereka
ketahui terhadap pengetahuan lebih lanjut.

Suharnan, pengambilan keputusan adalah poses memilih atau menentukan berbagai


kemungkinan diantara situasi-situasi yang tidak pasti. Pembuatan keputusan terjadi di dalam
situasi-situasi yang meminta seseorang harus membuat prediksi kedepan, memilih salah satu
diantara dua pilihan atau lebih, membuat estimasi (prakiraan) mengenai frekuensi prakiraan
yang akan terjadi. Salah satu fungsi berpikir adalah menetapkan keputusan. Keputusan yang
diambil seseorang beraneka ragam. Tapi tanda-tanda umumnya antara lain : keputusan
merupakan hasil berpikir, hasil usaha intelektual, keputusan selalu melibatkan pilihan dari
berbagai alternatif, keputusan selalu melibatkan tindakan nyata, walaupun
pelaksanaannya boleh ditangguhkan atau dilupakan.

Berdasarkan beberapa definisi diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa


Pengambilan Keputusan (Decision Making) merupakan suatu proses pemikiran dari
pemilihan alternatif yang akan dihasilkan mengenai prediksi kedepan. Fungsi Pengambilan
Keputusan individual atau kelompok baik secara institusional ataupun organisasional,
sifatnya futuristik. Tujuan Pengambilan Keputusan tujuan yang bersifat tunggal (hanya satu
masalah dan tidak berkaitan dengan masalah lain) Tujuan yang bersifat ganda (masalah
saling berkaitan, dapat bersifat kontradiktif ataupun tidak kontradiktif).
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam organisasi itu dimaksudkan untuk
mencapai tujuan organisasinya yang dimana diinginkan semua kegiatan itu dapat
berjalan lancar dan tujuan dapat dicapai dengan mudah dan efisien. Namun, kerap kali
terjadi hambatan- hambatan dalam melaksanakan kegiatan.Ini merupakan masalah yang
harus di pecahkan oleh pimpinan organisasi. Pengambilan keputusan di maksud untuk
memecahkan masalah tersebut.

B. Memahami Proses Dan Mekanisme Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan yaitu serangkaian kegiatan yang akan dilakukan dalam


menyelesaikan suatu masalah, pengambilan keputusan merupakan bagian terpenting yang
dihubungkan dalam melaksanakan suatu perencanaan, ada beberapa hal yamg perlu
diperhatikan dalam mengambil keputusan:

1. Pemahaman dan Perumusan Masalah


Dalam mengambil keputusan kita harus menemukan masalah apa yang sebenarnya
terjadi dan bagaiman cara untuk memecahkan masalah tersebut.
2. Pengumpulan Analisa Data Yang Relevan
Setelah menemukan masalah apa yang terjadi, kemudian menentukan rumusan yang
tepat untuk menyelesaikannya berdasarkan data yang relevan.
3. Pemilihan Alternatif Terbaik
Dari data yang telah didapat kita dapat memutuskan, kita dapat memilih alternatif yang
paling baik. Untuk menyelesaikan suatu masalah.
4. Implementasi Keputusan
Melaksanakan keputusan yang telah diambil dan bertanggung jawab melaksanakan,
dengan memperhatikan resiko dan ketidak pastian terhadap keputusan yang diambil.
5. Evaluasi
Implementasi yang telah diambil harus selalu dimonitor secara terus menerus, apakah
berjalan lancar dan memberikan hasil yang diharapkan atau tidak.

Kemampuan yang baik dalam pengambilan keputusan harus tercermin pada tiga hal:
cara, hasil keputusannya dan kemampuan menyampaikan hasil keputusan. Proses pengambilan
keputusan yang dilakukan oleh pemimpin harus dipastikan selaras dengan nilai-nilai dan cita-
cita organisasi atau komunitas. Maka menjadi jelas bahwa proses pengambilan keputusan yang
dilakukan oleh pemimpin harus transparan dan dapat diukur. Proses pengambilan keputusan
yang tidak transparan dan tidak terukur secara hakiki menjadi proses pembusukan sebuah
organisasi atau sebuah komunitas.

Untuk menghasilkan proses pengambilan keputusan yang baik, yang transparan dan
terukur, pemimpin harus menetapkan mekanisme dan nilai-nilai acuan pengambilan yang dapat
diakses oleh orang-orang yang dipimpin. Akses terhadap mekanisme dan nilai-nilai yang
menjadi acuan dalam pengambilan keputusan ini akan memungkinkan terjadinya kontribusi dan
partisipasi yang lebih intens. Kontribusi dan partisipasi yang lebih intens ini akan semakin
memperkokoh legitimasi pemimpin dan kualitas keputusan-keputusan yang dihasilkannya.

Hasil keputusan bisa biasa oleh dua hal. Pertama, informasi yang tidak akurat. Oleh
karena itu seorang atau sekelompok pemimpin harus memiliki kemampuan menghimpun dan
menyeleksi informasi/data dengan baik. Kedua, motivasi dan kepentingan. Data yang baik,
akurat, lengkap dan up to date bisa menghasilkan keputusan melenceng manakala ada motivasi,
kepentingan dan niatan yang salah dari pemimpin. Siapa yang bisa mengontrol motivasi dan
naiatan seseorang? Tentu tidak ada. Maka, setelah proses pengambilan keputusan, produk
keputusan pemimpin harus juga bisa dikontrol. Alat kontrol produk keputusan pemimpin
adalah: Pertama, seberapa sesuai nilai-nilai yang terkandung dalam keputusan dengan nilai-nilai
organisasi atau komunitas. Kedua, seberapa relevan keputusan itu dengan program, tema dan
arah organisasi. Ketiga, seberapa keputusan itu memiliki daya terap (dapat dilaksanakan) bagi
organisasi atau komunitas.
Pada akhirnya, keputusan yang baik adalah keputusan yang dapat dimengerti oleh orang-
orang yang dipimpin. Maka kemampuan mengkomunikasikan hasil keputusan menjadi sangat
penting. Apakah ini sesuatu yang berat? Tentu saja tidak. Karena, ketika proses pengambilan
keputusan bersifat transparan dan terukur, ketika produk keputusan masih terbuka terhadap
control mereka yang dipimpin, maka sudah dengan sendirinya produk keputusan pemimpin
sudah dipahami oleh mereka yang dipimpin. Tetapi sayangnya banyak pemimpin yang karena
sejak proses pengambilan keputusan tidak transparan dan terukur, serta tidak ada ruang
partisipasi, maka hal mengkomunikasikan keputusan menjadi pekerjaan yang berat. Dan ketika
orang-orang yang dipimpin tidak bisa mengerti produk-produk keputusannya, maka dengan
mudah alamat kesalahan diarahkan kepada mereka yang dipimpin. Ketika terjadi situasi
demikian, maka peluang berkembangnya gaya kepemimpinan yang otoriter semakin besar.

CONTOH MEKANISME PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEKOLAH MELALUI


MANAJEMEN STRATEGIK PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1
BANDAR BARU”.

Salah satu contoh kasus yang diambil adalah Pengambilan Keputusan Sekolah Melalui
Manajemen Strategik Pada Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Bandar Baru yang ditulis oleh
Marzuki mahasiswa Magister Administrasi Pendidikan, Pascasarjana Universitas Syiar Kuala.
Dalam contoh kasus ini manajemen strategik merupakan pengelolaan pendidikan yang
berorientasi pada jaminan kepada pelanggan baik internal maupun eksternal dalam pengelolaan
pendidikan pada peningkatan mutu, jelaslah bahwa manajemen strategik haruslah direncanakan
oleh setiap satuan pendidikan. Kemudian mekanisme pengambilan keputusan yang dilakukan
oleh kepala sekolah SMPN 1 Bandar Baru melalui identifikasi awal terhadap unit permasalahan,
merumuskan tujuan penyelesaian masalah, identifikasi berbagai alternatif solusi, menentukan
kriteria pemilihan alternatif solusi, dan menentukan pilihan alternatif solusi serta implementasi
pengambilan keputusan. Dalam penelitian ini subjek penelitian adalah kepala sekolah, wakil
kepala sekolah, guru-guru, dan pihak-pihak yang terkait dalam pelaksanaan kegiatan, dalam
menemukan data peneliti mengunakan teknik observasi, wawancara, dan studi dokumentasi.
Penelitian membuktikan bahwa pengambilan keputusan di SMPN 1 Bandar Baru dilakukan
dengan mengundang dewan guru selanjutnya memaparkan suatu masalah terkait dengan
keputusan yang akan diambil dalam mekanisme pengambilan keputusan mengedepankan pada
musyawarah dewan guru. Implementasi pengambilan keputusan di SMPN 1 Bandar Baru
melalui legalisasi keputusan, rancangan operasional, sosialisasi dan komunikasi, aksi dan
tindakan, pengawasan, review dan evaluasi. Dapat dipahami bahwa mekanisme pengambilan
keputusan diwujudkan dengan mengenal indikator dari suatu permasalahan sehingga alternatif
solusi permasalahan dengan sendirinya harus relevan dengan inti permasalahan yang dihadapi
setelah mekanisme pengambilan keputusan disepakati oleh dewan guru akan dilakukan
sosialisasi secara terbuka dengan masing-masing wakil kepala sekolah selanjutnya disampaikan
kepada seluruh komponen tenaga pendidikan untuk dapat dilaksanakan sesuai rencana.

C. MODEL PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Model proses Pengambilan Keputusan menurut Fisher .Model-model umum


Pengambilan Keputusan :

• Relationalitas Keputusan

• Model-model perilaku pengambilan keputusan

Dua model proses Pengambilan Keputusan menurut Fisher :

1. Model Preskriptif

Pemberian resep perbaikan, model ini menerangkan bagaimana kelompok seharusnya


mengambil keputusan.

2 Model Deskriptif
Model ini menerangkan bagaimana kelompok mengambil keputusan tertentu. Model preskriptif
berdasarkan pada proses yang ideal sedangkan model deskriptif berdasarkan pada realitas
observasi.

D. PENGGOLONGAN DAN GAYA MEMBUAT KEPUTUSAN

Selain model rasionalitas, terdapat pendekatan lain untuk perilaku pengambilan keputusan
berfokus pada gaya yang digunakan manajer dalam memilih alternatif. Ada empat gaya
pengambilan keputusan yaitu :

 Gaya Direktif

Pembuat keputusan gaya direktif mempunyai toleransi rendah terhadap


ambiguitas dan berorientasi pada tugas dan masalah teknis. Pembuat keputusan
ini cenderung lebih efisien, logis, pragmatis, dan sistematis dalam memecahkan
masalah. Pembuat keputusan direktif juga berfokus pada fakta dan
menyelesaikan segala sesuatu dengan cepat.

 Gaya Analitik

Pembuat keputusan gaya analitik mempunyai toleransi yang tinggi untuk


ambiguitas dan tugas yang kuat serta orientasi teknis. Jenis ini suka menganalisis
situasi; pada kenyataannya, mereka cenderung terlalu menganalisis sesuatu.
Mereka mengevaluasi lebih banyak informasi dan alternatif daripada pembuat
keputusan direktif.

 Gaya Konseptual

Pembuat gaya konseptual mempunyai toleransi yang tinggi untuk ambiguitas,


orang yang kuat dan peduli pada lingkungan sosial. Mereka berpandangan luas
dalam memecahkan masalah dan suka mempertimbangkan banyak pilihan dan
kemungkinan masa mendatang. Pembuat keputusan ini membahas sesuatu
dengan orang sebanyak mungkin untuk mendapat sejumlah informasi dan
kemudian mengandalkan intuisi dalam mengambil keputusan.

 Gaya Perilaku

Pembuat keputusan gaya perilaku ditandai dengan toleransi ambiguitas yang


rendah, orang yang kuat dan peduli lingkungan sosial. Gaya ini cenderung
bekerja dengan baik dengan orang lain dan menyukai situasi keterbukaan dalam
pertukaran pendapat yakni cenderung menerima saran, sportif dan bersahabat
serta menyukai informasi verbal daripada tulisan.

E. JENIS-JENIS PENGAMBILA N KEPUTUSAN

Masalah dan konflik terdapat di mana-mana. Beberapa di antaranya bersifat sederhana


dan deterministik, sedangkan yang lain bersifat sangat kompleks dan probabilistik serta dapat
menimbulkan pengaruh yang besar. Pengambilan keputusan dapat bersifat rutin dan memiliki
struktur tertentu atau dapat juga bersifat sangat kompleks dan tidak berstruktur. Terdapat dua
jenis pengambilan keputusan, yaitu :

1. Pengambilan keputusan terprogram :

Keputusan yang diprogram merupakan keputusan yang bersifat rutin dan dilakukan secara
berulang-ulang, sehingga dapat dikembangkan suatu prosedur tertentu. Keputusan yang
diprogram terjadi jika permasalahan terstruktur dengan baik dan orang-orang tahu bagaimana
mencapainya. Permasalahan ini umumnya agak sederhana dan solusinya relatif mudah. Di
perguruan tinggi keputusan yang diprogram misalnya keputusan tentang pembimbingan KRS,
penyelenggaraan Ujian Akhir Semester, pelaksanaan wisuda, dan lain sebagainya (Gitosudarmo,
1997).

Jenis pengambilan keputusan ini.mengandung suatu respons otomatik terhadap


kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah ditetapkan sebelumnya. Masalah yang bersifat
pengulangan dan rutin dapat diselesaikan dengan pengambilan keputusan jenis ini. Tantangan
yang besar bagi seorang analis adalah mengetahui jenis-jenis keputusan ini dan memberikan
atau menyediakan metode-metode untuk melaksanakan pengambilan keputusan yang
terprogram di mana saja. Agar pengambilan keputusan harus didefinisikan dan dinyatakan
secara jelas. Bila hal ini dapat dilaksanakan, pekerjaan selanjutnya hanyalah mengembangkan
suatu algoritma untuk membuat keputusan rutin dan otomatik.

Dalam kebanyakan organisasi terdapat kesempatan-kesempatan untuk melaksanakan


pengambilan keputusan terprogram karena banyak keputusan diambil sesuai dengan prosedur
pelaksanaan standar yang sifatnya rutin. Akibat pelaksanaan pengambilan keputusan yang
terprogram ini adalah membebaskan manajemen untuk tugas-tugas yang lebih penting.

2. Pengambilan keputusan tidak terprogram :

Keputusan yang tidak diprogram adalah keputusan baru, tidak terstrutur dan tidak dapat
diperkirakan sebelumnya. Tidak dapat dikembangkan prosedur tertentu untuk menangani suatu
masalah, apakah karena permasalahannya belum pernah terjadi atau karena permasalahannya
sangat kompleks dan penting. Keputusan yang tidak diprogram dan tidak terstruktur dengan
baik, apakah karena kondisi saat itu tidak jelas,metode untuk mencapai hasil yang diingankan
tidak diketahui,atau adanya ketidaksamaan tentang hasil yang diinginkan(Wijono,1999).

Jenis keputusan dalam sebuah organisasi dapat digolongkan berdasarkan banyaknya waktu yang
diperlukan untuk mengambil keputusan tersebut, bagian mana organisasi harus dapat
melibatkan dalam mengambil keputusan dan pada bagian organisasi mana keputusan tersebut
difokuskan.
Secara garis besar jenis keputusan terbagi menjadi dua bagian yaitu :
1. Keputusan Rutin
Keputusan Rutin adalah Keputusan yang sifatnya rutin dan berulang-ulang serta biasanya
telah dikembangkan untuk mengendalikannya.

2. . Keputusan tidak Rutin


Keputusan tidak Rutin adalah Keputusan yang tidak terencana biasanya diambil pada
saat-saat khusus dan tidak bersifat rutin.

F. .PENDELEGASIAN DAN KEENGGANAN MENDELEGASIKAN WEWENANG

Pendelegasian wewenang merupakan sesuatu yang vital dalam organisasi kantor. Atasan
perlu melakukan pendelegasian wewenang agar mereka bisa menjalankan operasi manajemen
dengan baik. Selain itu, pendelegasian wewenang adalah konsekuensi logis dari semakin
besarnya organisasi. Bila seorang atasan tidak mau mendelegasikan wewenang, maka
sesungguhnya organisasi itu tidak butuh siapa-siapa selain dia sendiri.Bila atasan menghadapi
banyak pekerjaan yang tak dapat dilaksanakan oleh satu orang, maka ia perlu melakukan
delegasi. Pendelegasian juga dilakukan agar manajer dapat mengembangkan bawahan sehingga
lebih memperkuat organisasi, terutama di saat terjadi perubahan susunan manajemen.

Yang penting disadari adalah di saat kita mendelegasikan wewenang kita memberikan otoritas
pada orang lain, namun kita sebenarnya tidak kehilangan otoritas orisinilnya. Ini yang sering
dikhawatirkan oleh banyak orang. Mereka takut bila mereka melakukan delegasi, mereka
kehilangan wewenang, padahal tidak, karena tanggung jawab tetap berada pada sang atasan.
Berikut ada tips bagaimana mengusahakan agar para atasan mau mendelegasikan wewenang.

Ciptakan budaya kerja yang membuat orang bebas dari perasaan takut gagal/salah.

Keengganan seorang atasan/manajer untuk mendelegasikan wewenang biasanya


dikarenakan mereka takut kalau-kalau tugas mereka gagal dikerjakan dengan baik oleh orang
lain. Ini perlu diatasi dengan mendorong mereka untuk berani menanggung resiko. Hanya
dengan berani menanggung resikolah perusahaan akan mendapatkan manajer-manajer yang
handal dan berpengalaman. Ciptakan budaya bahwa pendelegasian wewenang adalah upaya
agar manajer anda menjadi semakin matang. Pendelegasian wewenang bukan sebuah hukuman
yang mengurangi kekuasaan manajer, namun membuka kesempatan bagi pengembangan diri
mereka dan bawahan.Jadikan pendelegasian wewenang sebagai bagian dari proses perbaikan.

Salah satu efek pendelegasian wewenang adalah pengungkapan kelemahan-kelemahan


dalam suatu pekerjaan. Tentu akan sangat tidak mengenakkan bagi seorang manajer bila
kelemahan kerja mereka diketahui. Karenanya, yakinkan bahwa pendelegasian wewenang sama
sekali bukan untuk menghukum mereka, namun sebagai bagian dari proses perbaikan kerja
secara keseluruhan. Mungkin juga sebuah pendelegasian tidak memperbaiki apa-apa, namun
setidaknya mendorong manajer anda untuk berpikir untuk memperbaiki dirinya sendiri.Dorong
agar manajer anda merasa pasti dan aman.

Seringkali ada keinginan pada seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan itu sendiri.
Mereka ingin merasakan kepuasan pribadi bila mengerjakannya sendiri. Biasanya mereka
memiliki kemampuan yang memadai namun tidak merasa pasti akan pekerjaannya. Untuk itulah
anda perlu menunjukkan bahwa pekerjaan yang dihasilkan sebuah tim tidak mengurangi mutu
kerja yang diinginkannya. Tunjukkan keyakinan anda bahwa ia tetap melakukan sesuatu yang
baik meski melalui tangan orang lain. Pastikan pula bahwa anda tidak sedang menarik
wewenang itu darinya, justru kini ia menempati suatu posisi baru yang membuatnya bisa melihat
cakrawala pekerjaan lebih luas.

Pendelegasian (pelimpahan wewenang) merupakan salah satu elemen penting dalam


fungsi pembinaan. Sebagai manajer perawat dan bidan menerima prinsip-prinsip delegasi agar
menjadi lebih produktif dalam melakukan fungsi-fungsi manajemen lainnya. Delegasi
wewenang adalah proses dimana manajer mengalokasikan wewenang kepada bawahannya.

Ada empat kegiatan dalam delegasi wewenang:


1. Manager perawat/bidan menetapkan dan memberikan tugas dan tujuannya kepada
orang yang diberi pelimpahan;

2. Manajer melimpahkan wewenang yang diperlukan untuk mencapai tujuan;

3. Perawat/bidan yang menerima delegasi baik eksplisit maupun implisit menimbulkan


kewajiban dan tanggung jawab.

4. Manajer perawat/bidan menerima pertanggungjawaban (akontabilitas) atas


hasilyang telah dicapai.

Alasan pendelegasian :

Ada beberapa alasan mengapa pendelegasian diperlukan.

1. Pendelegasian memungkinkan manajer perawat/bidan mencapai hasil yang


lebih baik dari pada semua kegiatan ditangani sendiri.

2. Agar organisasi berjalan lebih efisien.

3. Pendelegasian memungkinkan manajer perawat/bidan dapat memusatkan


perhatian terhadap tugas-tugas prioritas yang lebih penting.

4. Dengan pendelegasian, memungkinkan bawahan untuk tumbuh dan


berkembang, bahkan dapat dipergunakan sebagai bahan informasi untuk belajar
dari kesalahan atau keberhasilan.

Hambatan - Hambatan Pendelegasian


Hambatan hambatan pada delegator

1. Kemampuan yang diragukan oleh dirinya sendiri

2. Meyakini bahwa seseorang “mengetahui semua rincian”

3. “Saya dapat melakukannya lebih baik oleh diri saya sendiri” buah pikiran yang keliru.

4. Kurangnya pengalaman dalam pekerjaan atau dalam mendelegasikan

5. Rasa tidak aman

6. Takut tidak disukai

7. Penolakan untuk mengakui kesalahan

8. Kurangnya kepercayaan pada bawahan

9. Kesempurnaan, menyebabkan kontrol yang berlebihan

10. Kurangnya ketrampilan organisasional dalam menyeimbangkan beban kerja

11. Kegagalan untuk mendelegasikan kewenangan yang sepadan dengan tanggung jawab.

12. Keseganan untuk mengembangkan bawahan

13. Kegagalan untuk menetapkan kontrol dan tindak lanjut yang efektif.

Hambatan hambatan pada yang diberi delegasi


1. Kurangnya pengalaman

2. Kurangnya kompetensi

3. Menghindari tanggung jawab

4. Sangat tergantung dengan boss

5. Kekacauan [disorganization]

6. Kelebihan beban kerja

7. Terlalu memperhatikan hal hal yang kurang bermanfaat

Hambatan hambatan dalam situasi

1. Kebijakan tertuju pada satu orang

2. Tidak ada toleransi kesalahan

3. Kekritisan keputusan

4. Urgensi, tidak ada waktu untuk menjelaskan [krisis manajemen]

5. Kebingungan dalam tanggung jawab dan kewenangan.

6. Kekurangan tenaga.

G. KEENGGANAN MEMINTA PENDELEGASIAN KEKUASAAN


Delegasi kekuasaan adalah memberikan sebagian tanggung jawab
organisasi/perusahaan kepada subordinat/ bawahannya untuk di laksanakan dengan penuh
tanggung jawab, seperti yang di kehendaki oleh pemberi delegasi, dengan tujuan agar tujuan
organisasi tercapai sesuai denggan yang sudah di targetkan. Berikut ada beberapa faktor
keengganan bawahan meminta pendelegasian kekuasaan :

1. Kurangnya insentif, Tidak sepadan dengan waktu, tenaga, resiko, dan fikiran
2. Kurangnya pelatihan, Bawahan tidak mampu karena tidak di latih
3. Menghindari Tanggung jawab, tidak menyenangkan dan menimbulkan stres
4. Ketskutan dan ketidakpastian, takut mengecewakan atasannya
5. Bukan pekerjaannya, merasa bukan bagian dari tugasnya
6. Tidak mempercayai manajer dan organisasinya, bawahan menganggap hanya atasan
yang akan mendapat nama.

H. PRAKTEK DAN PENERIMAAN PENDELEGASIAN

Pendelegasian wewenang merupakan sesuatu yang vital dalam organisasi. Atasan perlu
melakukan pendelegasian wewenang agar mereka bisa menjalankan operasi manajemen dengan
baik. Selain itu, pendelegasian pendelegasian wewenang adalah konsekuensi logis dari semakin
besarnya organisasi. Bila seorang atasan tidak mau mendelegasikan wewenang, maka
sesungguhnya organisasi itu tidak butuh siapa-siapa selain diri sendiri.bial atasan menghadapi
banyak pekerjaan yang tidak dapat di laksanakan oleh satu orang, maka ia perlu melakukan
delegasi. Pendelegasian juga di lakukan agar manajer dapat mengembangkan bawahan sehingga
lebih memperkuat organisasi, terutama di saat terjadi perubahan susunan manajemen.
Contoh kasus :

Daalam sautu organisasi besar Direjtur Utama memiliki tugas untuk memberikan
pengarahan kepada staff-staffnya dalam hal kinerja setahun kedepan, namun di hari yang sama
beliau juga ada undangan untuk menghadiri rapat yang akan sangat berpengaruh terhadap
perkembangan organisasinya. Sehingga dalam hal ini Direktur Utama dari organisasi ini
mendelegasikan tugas kepada wakilnya untuk menghadiri seminar tersebut.

Cara atasan mendelegasikan tugas kepada para bawahan :

1. Menerangkan dengan jelas rencana-rencana dan kebijaksanaan-kebijaksanaan, artinya


seorang pegawai bawahan akan menyusun rencana-rencana menurut petunjuk atasannya.
Atasan memberikan penuntun kearah pemikiran rencana-rencana yang tersedia yang dapat
mempengaruhi bidang pengambilan keputusan.
2. Perincikan tugas-tugas pekerjaan dan wewenag secara jelas
3. Memilih orang yang tepat untuk pekerjaan yang di tufaskan, artinya penempatan orang
pada tugas yang tepat
4. Peliharalah garis-garis komunikasi yang terbuka.
5. Tetapkanlah alat-alat pengendalian yang sempurna
6. Berikan lah ganjaran bagi delegasi yang efektiv dan penggunaan wewenang yang sukses
7. Adakanlah human relation yang baik, agar jurang sosial budaya di perkecil.

Tipe-tipe keputusan :

1. Keputusan terprogram (programmed decision)Keputusan yang dibuat untuk menangani


situasi / masalah yang cukup sering terjadi, sehinnga pembuat keputusan dapat membuat
aturan-aturan pembuatan keputusan untuk diterapkan di masa depan. Misalnya keputusan
untuk memesan persediaan ketika persediaan berada pada level tertentu.

2. Keputusan tidak terprogram (nonprogrammed decision)Keputusan yang dibuat dalam


menanggapi situasi yang unik, tidak familier dan tidak terstruktur serta menimbulkan
konsekuensi-konsekuensi penting bagi organisasi.banyak keputusan tidak terprogram
melibatkan perencanaan strategis, karena ketidakpastiannya begitu besar dan keputusan
merupakan hal yang sangat kompleks.

3. Keputusan setengah terprogram Keputusan yang sebagian dapat deprogram, sebagian


berulang-ulang dan rutin dan sebagian tidak terstruktur. Keputusan ini bersifat rumit dan
membutuhkan perhitungan-perhitungan serta analisis yang terperinci.

Anda mungkin juga menyukai