Kumpulan puisi, cerpen, anthology, tugas kuliah, anything can drop their waste here, a good
waste to recycle
Ada 3 kategori Pola pengelolaan keuangan di Perguruan Tinggi Negeri, antara lain :
3).PTN yang mempergunakan pola pengelolaan keuangan negara (Pola PNBP) TIDAK
BOLEH mengelola dana cadangan sendiri baik yang diperoleh dari atau bukan dari dana
masyarakat, pengelolaan keuangannya berpedoman kepada :
UU no 20 tahun 1997 tentang penerimaan negera bukan pajak
-PP No 22 tahun 1997 tentang Jenis dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan
Pajak
(Lampiran IIA item 14 tentang Pendidikan)
-PP no 73 tahun 1999 tentang tatacara penggunaan penerimaan negara bukan pajak
yang bersumber dari kegiatan tertentu.
Jadi kesimpulannya PT yang termasuk kategori 1 dan 2 boleh mengelola dana cadangan
sendiri yang diperoleh dari usaha PT itu sendiri ( yang bukan dari dana masyarakat/jasa layanan
masyarakat).
Menurut Pasal 4 UU PNBP, dinyatakan bahwa seluruh penerimaan negara bukan pajak wajib
disetor langsung secepatnya ke kas Negara, jika tidak diserahkan sesuai dengan aturan, maka
tindakan tersebut merupakan pelanggaran hukum yang berat, sanksi bagi yang tidak menyetorkan
PNBP ke kas Negara dinyatakan dalam Pasal 21, yaitu dipidana 6 (enam) tahun dan denda paling
banyak 4 (empat) kali jumlah PNBP yang terutang .
Mekanisme pengelolaan PNBP dengan sistem APBN sangat menyulitkan bagi sebuah PTN
karena harus menunggu persetujuan melalui Departemen Pendidikan Nasional, Departemen
Keuangan dan DPR-RI. Proses revisi memerlukan waktu lama dan persetujuannya sering terjadi pada
akhir tahun. Mekanisme dan prosedur seperti ini sangat tidak cocok dengan irama kegiatan
perguruan tinggi yang harus melayani jasa pendidikan. Oleh sebab itu beberapa PTN telah
mengambil langkah untuk menjadi Perguruan Tinggi Badan Hukum Milik Negara (yang telah
dijelaskan diatas, dibatalkan)
PPK-BLU (Pola Pengelolaan Badan Layanan Umum)
Badan Layanan Umum, yang selanjutnya disebut BLU, adalah instansi di lingkungan
Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan
barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan
kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.
Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, yang selanjutnya disebut PPK-BLU,
adalah pola pengelolaan keuangan yang memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk
menerapkan praktek-praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat
dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Rencana Bisnis dan Anggaran BLU, yang selanjutnya disebut RBA, adalah dokumen
perencanaan bisnis dan penganggaran yang berisi program, kegiatan, target kinerja, dan anggaran
suatu BLU.
Standar Pelayanan Minimum adalah spesifikasi teknis tentang tolok ukur layanan
minimum yang diberikan oleh BLU kepada masyarakat.
Praktek bisnis yang sehat adalah penyelenggaraan fungsi organisasi berdasarkan kaidah-
kaidah manajemen yang baik dalam rangka pemberian layanan yang bermutu dan
berkesinambungan.
SISI LEGALITAS FORMAL BLU UNIVERSITAS
TUJUAN DAN ASAS BLU
BLU bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka
memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa dengan memberikan
fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi dan produktivitas, dan
penerapan praktek bisnis yang sehat.
Adapun asas-asas dalam BLU adalah
(1) BLU beroperasi sebagai unit kerja kementerian negara/lembaga/pemerintah daerah untuk
tujuan pemberian layanan umum yang pengelolaannya berdasarkan kewenangan yang
didelegasikan oleh instansi induk yang bersangkutan.
(2) BLU merupakan bagian perangkat pencapaian tujuan kementerian
negara/lembaga/pemerintah daerah dan karenanya status hukum BLU tidak terpisah dari
kementerian negara/lembaga/pemerintah daerah sebagai instansi induk.
(3) Menteri/pimpinan lembara/gubernur/bupati/walikota bertanggung jawab atas pelaksanaan
kebijakan penyelenggaraan pelayanan umum yang didelegasikannya kepada BLU dari segi
manfaat layanan yang dihasilkan.
(4) Pejabat yang ditunjuk mengelola BLU bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan
pemberian layanan umum yang didelegasikan kepadanya oleh menteri/pimpinan
lembaga/gubernur/bupati/ walikota.
(5) BLU menyelenggarakan kegiatannya tanpa mengutamakan pencarian keuntungan.
(6) Rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja BLU disusun dan disajikan
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan
dan kinerja kementerian negara/lembaga/SKPD/pemerintah daerah.
(7) BLU mengelola penyelenggaraan layanan umum sejalan dengan praktek bisnis yang sehat.
1. BLU menyusun rencana strategis bisnis lima tahunan dengan mengacu kepada Rencana
Strategis Kementerian Negara/Lembaga (Renstra-KL) atau Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD).
2. BLU menyusun RBA tahunan dengan mengacu kepada rencana strategis bisnis tersebut.
3. RBA disusun berdasarkan basis kinerja dan perhitungan akuntansi biaya menurut jenis
layanannya.
4. RBA BLU disusun berdasarkan kebutuhan dan kemampuan pendapatan yang
diperkirakan akan diterima dari masyarakat, badan lain, dan APBN/APBD.
5. RBA tersebut disusun dengan menganut pola anggaran fleksibel (flexible budget) dengan
suatu persentase ambang batas tertentu.
1. RBA definitif sebagaimana dimaksud dalam poin (6) diatas digunakan sebagai acuan
dalam menyusun DIPA BLU untuk diajukan kepada Menteri Keuangan c.q. Direktur
Jenderal Perbendaharaan.
2. DIPA BLU memuat seluruh pendapatan dan belanja, proyeksi arus kas, jumlah dan
kualitas barang dan/atau jasa yang dihasilkan, rencana penarikan dana yang bersumber
dari APBN, serta besaran persentase ambang batas sebagaimana ditetapkan dalam RBA
definitif.
3. DIPA BLU disampaikan oleh menteri/ pimpinan lembaga kepada Menteri Keuangan c.q.
Direktur Jenderal Perbendaharaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
4. Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perbendaharaan mengesahkan DIPA BLU
selambat-lambatnya tanggal 31 Desember dengan menerbitkan Surat Pengesahan DIPA
BLU (SP-DIPA BLU).
5. Format DIPA BLU diatur lebih lanjut oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan.
1. DIPA BLU yang telah disahkan oleh Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal
Perbedaharaan menjadi dasar bagi penarikan dana yang bersumber dari APBN.
2. Berdasarkan DIPA BLU yang telah disahkan tersebut pimpinan BLU selaku kuasa
pengguna anggaran mengajukan Surat Perintah Membayar Langsung (SPM-LS) kepada
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) untuk:
1. belanja pegawai dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
2. belanja barang dilaksanakan setiap triwulan sebesar selisih (mismatch) antara
jumlah kas yang tersedia ditambah proyeksi arus kas masuk dikurangi proyeksi
arus kas keluar;
3. belanja modal dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3. Berdasarkan SPM-LS tersebut, KPPN menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana
(SP2D) sesuai ketentuan yang berlaku.
Adapun untuk pendapatan yang diperoleh dari jasa layanan yang diberikan kepada
masyarakat, hibah tidak terikat, serta hasil kerja sama BLU dengan pihak lain dan/atau hasil
usaha lainnya dapat dikelola langsung untuk membiayai belanja operasional BLU sesuai dengan
RBA definitif. Sedangkan hibah terikat yang diperoleh dari masyarakat atau badan lain harus
diperlakukan sesuai dengan peruntukannya. (pasal 7 PMK nomor 66/PMK.02/2006).
Dalam rangka pertanggungjawaban penggunaan dana yang bersumber dari pendapatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 PMK nomor 66/PMK.02/2006, setiap triwulan BLU
membuat SPM Pengesahan dan disampaikan kepada KPPN selambat-lambatnya tanggal 10 bulan
berikutnya dengan dilampiri Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja disertai kuitansi
pengeluaran kumulatif yang ditandatangani oleh pimpinan BLU.
Berdasarkan SPM Pengesahan tersebut, KPPN menerbitkan SP2D Pengesahan sebagai dasar
realisasi penggunaan dana yang bersumber dari pendapatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
7. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penarikan dan pertanggungjawaban penggunaan
dana DIPA BLU diatur oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan.
PERUBAHAN/REVISI TERHADAP RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN
Perubahan/revisi terhadap RBA definitif dan DIPA dilakukan apabila:
1. terdapat penambahan atau pengurangan pagu anggaran yang berasal dari APBN; dan/
atau
2. belanja BLU melampaui ambang batas fleksibilitas.
PELAPORAN
Dalam hal pelaporan keuangan, maka:
1. Setiap triwulan BLU wajib membuat laporan keuangan yang terdiri dari laporan realisasi
anggaran/laporan operasional, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan
disertai laporan kinerja. Laporan tersebut disampaikan kepada Menteri/ Pimpinan
Lembaga dan kepada Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perbendaharaan, paling
lambat 15 (lima belas) hari setelah periode pelaporan berakhir.
2. Setiap semesteran dan tahunan BLU wajib membuat laporan keuangan secara lengkap
yang terdiri dari laporan realisasi anggaran/laporan operasional, neraca, laporan arus kas,
dan catatan atas laporan keuangan, disertai laporan kinerja. Laporan tersebut disampaikan
kepada Menteri/ Pimpinan Lembaga untuk dikonsolidasikan ke dalam laporan keuangan
Kementerian/Lembaga paling lambat 1 (satu) bulan setelah periode pelaporan berakhir.
Adapun rekening bank dimaksud, dibuka oleh pimpinan BLU pada bank umum. Sedangkan
pemanfaatan surplus kas sebagaimana dimaksud diatas dilakukan sebagai investasi jangka
pendek pada instrumen keuangan dengan risiko rendah.
Penarikan dana yang bersumber dari APBN/APBD dilakukan dengan menerbitkan Surat Perintah
Membayar (SPM) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
PENGELOLAAN PIUTANG
Dalam pasal 17 UU N0 23 Th 2005, mengenai pengelolaan piutang BLU disebutkan
bahwa BLU dapat memberikan piutang sehubungan dengan penyerahan barang, jasa, dan/atau
transaksi lainnya yang berhubungan langsung atau tidak langsung dengan kegiatan BLU
sepanjang dikelola dan diselesaikan secara tertib, efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggung
jawab serta dapat memberikan nilai tambah, sesuai dengan praktek bisnis yang sehat dan
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Piutang BLU yang sulit ditagih dapat dilimpahkan penagihannya kepada Menteri
Keuangan/gubernur/bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya
Pada implementasi selanjutnya, piutang BLU dapat dihapus secara mutlak atau bersyarat
oleh pejabat yang berwenang, yang nilainya ditetapkan secara berjenjang.
Adapun kewenangan penghapusan piutang secara berjenjjang tersebut ditetapkan dengan
Peraturan Menteri Keuangan/gubernur/bupati/walikota, sesuai dengan kewenangannya, dengan
memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan.
PENGELOLAAN UTANG
Mengenai pengelolaan utang BLU, disebutkan dalam 18 UU N0 23 Th 2005 tentang
pengelolaan BLU, disebutkan BLU dapat memiliki utang sehubungan dengan kegiatan
operasional dan/atau perikatan peminjaman dengan pihak lain sepanjang dikelola dan
diselesaikan secara tertib, efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggung jawab, sesuai
denganpraktek bisnis yang sehat.
Pemanfaatan utang yang berasal dari perikatan peminjaman jangka pendek ditujukan hanya untuk
belanja operasional.
Pemanfaatan utang yang berasal dari perikatan peminjaman jangka panjang ditujukan hanya
untuk belanja modal.
Perikatan peminjaman dilakukan oleh pejabat yang berwenang secara berjenjang berdasarkan
nilai pinjaman. Sedangkan kewenangan peminjamannya diatur dengan Peraturan Menteri
Keuangan/gubernur/bupati/walikota.
Pembayaran kembali utang tersebut merupakan tanggung jawab BLU. Namun hak tagih atas
utang BLU menjadi kadaluarsa setelah 5 (lima) tahun sejak utang tersebut jatuh tempo, kecuali
ditetapkan lain oleh undang-undang. Adapun jatuh tempo dihitung sejak 1 Januari tahun
berikutnya.
PENGELOLAAN BARANG DAN INVESTASI
A. PENGELOLAAN BARANG
Berdasarkan Undang-undang nomor 23 tahun 2005 pasal 20, tentang pengelolaan keuangan
BLU, pengadaan barang/ jasa oleh BLU dilakukan berdasarkan prinsip efisiensi dan ekonomis,
sesuai dengan praktek bisnis yang sehat dimana kewenangan atas pengadaan tersebut
diselenggarakan berdasarkan jenjang nilai yang diatur dalam Peraturan Menteri
Keuangan/gubernur/bupati/walikota.
Dengan kata lain, pengadaan barang/jasa BLU yang sumber dananya berasal dari pendapatan
operasional, hibah tidak terikat, hasil kerjasama lainnya dapat dilaksanakan berdasarkan
ketentuan pengadaan barang/jasa yang ditetapkan pimpinan BLU, tanpa mengikuti ketentuan
Keppres no. 80 tahun 2003 beserta seluruh perubahannya, dengan mengikuti prinsip-prinsip
transparansi, adil,/tidak diskriminatif, akuntabilitas, dan praktis bisnis yang sehat. Sehingga dapat
dibebaskan sebagian atau seluruhnya dari ketentuan mengenai pengadaan barang/jasa, dalam
kaitannya dengan Kepres no. 80 tahun 2003, dengan alasan efektivitas dan efisiensi.
B. INVESTASI
Dalam hal investasi, BLU mengenal dua jenis investasi dalam pengelolaan keuangannya, yaitu:
Dana/kas yang dimiliki suatu badan pemerintahan yang menggunakan sistem BLU dalam
pengelolaan keuangannya tidak dapat melakukan investasi jangka panjang, kecuali atas
persetujuan Menteri Keuangan/gubernur/bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya. Segala
keuntungan yang diperoleh dari pelaksanaan investasi jangka panjang merupakan pendapatan
BLU, sehingga diperuntukkan sesuai tujuan dibentuknya sistem pengelolaan keuangan BLU yaitu
untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat umum. Investasi jangka panjang yang
dimaksud antara lain:
1. Penyertaan modal;
2. Obligasi jangka panjang; dan
3. Investasi langsung (pembentukan perusahaan) atas nama Menteri Keuangan.
Pengelolaan kas BLU dapat pula dilakukan investasi jangka pendek, yang ketentuannya sama
seperti pengelolaan investasi jangka pendek pada umumnya. Hal ini dikarenakan
badan/instansi pemerintahan yang menyelenggarakan sistem BLU sebagai asas pengelolaan
keuangannya diperkenankan untuk memanfaatkan kas yang menganggur (idle cash) jangka
pendek untuk memperoleh pendapatan tambahan. Dengan demikian kas yang dimiliki oleh
badan/instansi pemerintahan yang telah menerapkan sistem BLU dapat berkembang jumlahnya
sehingga dengan jumlah kas yang bertambah diharapkan terjadi peningkatan layanan yang lebih
baik keadaan masyarakat umum.
AKUNTANSI DAN PELAPORAN
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 76/PMK.05/2008 tentang Pedoman
Akuntansi dan Pelaporan Keuangan BLU, sistem akuntansi BLU adalah sebagai berikut:
Sistem akuntansi keuangan BLU memiliki karakteristik antara lain sebagai berikut:
basis akuntansi yang digunakan pengelolaan keuangan BLU adalah basis akrual;
sistem akuntansi dilaksanakan dengan sistem pembukuan berpasangan; dan
sistem akuntansi BLU disusun dengan berpedoman pada prinsip pengendalian intern
sesuai praktek bisnis yang sehat.
Sistem akuntansi aset tetap, yang menghasilkan laporan aset tetap untuk keperluan
manajemen aset tetap yang paling sedikit mampu menghasilkan:
informasi tentang jenis, kuantitas, nilai, mutasi, dan kondisi aset tetap milik BLU; dan
informasi tentang jenis, kuantitas, nilai, mutasi, dan kondisi aset tetap bukan milik BLU
namun berada dalam pengelolaan BLU.
Dalam pelaksanaan sistem akuntansi aset tetap, BLU dapat menggunakan sistem akuntansi
barang milik negara yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
Sistem akuntansi biaya, yang menghasilkan informasi biaya satuan (unit cost) per unit layanan,
pertanggungjawaban kinerja ataupun informasi lain untuk kepentingan manajerial yang paling
sedikit mampu menghasilkan:
1. BLU dapat mengembangkan sistem akuntansi lain yang berguna untuk kepentingan
manajerial yang ditetapkan oleh menteri/pimpinan lembaga.
1. Universitas yang dikelola pihak swasta (private University). Dalam hal ini plaksanaan
akuntansinya dilaksanakan berdasar standar akuntansi yang dikemabngkan oleh FASB tentang
laporan keuangan untuk organisasi nirlaba
2. Universitas yang dikelola pihak pemerintah (public university). Dalam hal ini pelaksanaan
akuntansinya dilaksanakan berdasar standar akuntansi yang dikembangkan oleh GASB
khususnya dalam pernyataan no 15 tentang model pelaporan keuangan untuk universitas.
1. Dana lancar
Dana yang didirikan oleh universitas untuk mengelola kekayaan atau sumber daya yang akan
digunakan dalam rangka membiayai kegiatan operasional sehari-hari. Dana lancar dibagi menjadi
dua:
3. Dana pinjaman
Dana yang didirikan untuk mengumpulkan dana-dana yang akan digunakan untuk memberikan
pinjaman baik kepada pegawai universitas maupun pihak-pihaklain yang terkait dengan
universitas
4. Dana abadi
Dana yang dikumpulkan dan kemudian dikelola oleh universitas tidak untuk penggunaan jangka
pendek. Dana ini diabadikan kemudian dikelola dalam bentuk investasi yang hasilnya
dimanfaatkan untuk pengunaan jangka pendek.
5. Dana anuitas dan pensiun
Semacam dana pensiun yang dikelola oleh universitas
6. Dana pembangunan
Dana yang dikumpulkan dengan tujuan penggunaan berupa pembangunan gedung dan aktiva
tetap lainnya.
Ada tiga laporan keuangan yang harus dibuat oleh suatu universitas
a. Laporan pendapatan, blanja, dan beban lainnya
b. Laporan perubahan saldo dana
c. Neraca kombinasi
Dana lancar tidak terikat mencatat dana yang dapat dibelanjakan untuk menjalankan aktivitas
utama dari universitas dan penggunaannya tidak dibatasi untuk tujuan tertentu. Dasar akuntansi
untuk dana lancar tidak terikat adalah dasar accrual, seperti yang digunakan untuk entitas
komersial. Namun, sebagai ganti laba bersih, selisih antara pendapatan dan belanja, dicatat
sebagai perubahan bersih atas saldo dana
Sehubungan dengan pendapatan dan belanja, dalam akuntansi dana untuk universitas terdapat
beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai berikut:
Transfer wajib adalah transfer dari dan lancar ke dana lainnya untuk memenuhi ketentuan dari
pihak eksternal dalam suatu perjanjian. Transfer tidak wajib adalah transfer serupa namun
ditentukan sendiri oleh pihak universitas untuk berbagai tujuan. Transfer tidak wajib juga dapat
dilakukan dari dana lainnya ke dalam dana lancar. Transfer wajib dan tidak wajib dilaporkan
secara terpisah dalam laporan keuangan yang berhubungan dengan dana lancar seupa dengan
transfer antar dana dalam akuntansi pemerintahan.
Investasi
Investasi dilaporkan pada nilai wajar dalam neraca suatu institusi publik. Pendapatan investasi,
termasuk perubahan dalam nilai wajar inv untuk periode berjalan, harus dilaporkan sebagai
pendapatan dalam laporan operasi entitas yang sesuai.
Sumbangan
Yang perlu diperhatikan adalah pemisahan antara sumbangan yang mengikat dengan sumbangan
yang tidak mengikat. Sumbangan yang mengikat yang diterima dicatat dalam dana lancar terikat
dan dibelanakan sesuai dengan batasannya. Sumbangan yang tidak mengikat dicatat dalam dana
lancar tidak terikat dan dibelanjakan sesuai dengan kebutuhan universitas yang telah ditentukan.
Beberapa pemasukan dapat berbentuk dana abadi dimana pokok dananya harus dikelola selama
periode tertentu. Pemasukan ini dicatat dalam rekeining dana abadi yang terpisah.
Depresiasi
Depresiai harus dilaporkan sebagai belanja dalam dana yang menggunakan aktiva bersngkutn
selama periode berjalan. Serupa dengan dana umum dalam akuntansi pemerintahan, dana lancar
juga dapat mengakuisisi aktiva, namun terbatas pada aktiva lancar/jangka pendek. Jadi, tidak ada
aktiva jangka panjang yang dilaporkan dalam dana lancar. Aktiva jangka panjang dilaporkan
dalam dana pembangunan yang terpisah yang digunakan untuk menvatat akuisisi aktiva tetap
dengan dana yang berasal baik dari dana lancar maupun dana pembangunan sendiri. Akan
tetapi untuk akuisisi aktiva tetap dalam nilai yang besar tidak boleh menggunakan dan
yang berasal dari dana lancar, namun harus menggunakan dana yang berasal dari dan
dicatat sebagai dana pembangunan.
Kas xx
Piutang xx
Belanja-usaha tambahan xx
Penyisihan piutang tak tertagih xx
Pendapatan-usaha tambahan xx
3. Remisi uang kuliah yang telah ditetapkan akhirnya diberikan kepada beberapa mahasiswa
Belanja-beasisiwa xx
Piutang xx
4. Belanja dari unit usaha tambahan milik universitas
Belanja-usaha tambahan xx
Kas xx
5. Mencatat transfer antar dana
Transfer wajib xx
Kas xx
tansfer tidak wajib xx
kas xx
6. Format ayat jurnal penerimaan dana dalam dana lancar teikat adalah sebagai berikut:
Kas xx
Saldo dana xx
7. Format ayat jurnal ketika dana tersebut dibelanjakan adalah sebagai berikut:
Belanja xx
Saldo dana xx
Kas xx
Pendapatan xx
Kas xx
Saldo dana xx
Laporan keuangan untuk organisasi nirlaba terdiri dari laporan posisi keuangan, laporan
aktivitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan tersebut
berbeda dengan laporan keuangan untuk organisasi bisnis pada umumnya. Pernyataan ini
menetapkan informasi dasar tertentu yang harus disajikan dalam laporan keuangan organisasi
nirlaba.
Kas atau aktiva lain yang dibatasi penggunaanya oleh penyumbang harus disajikan
terpisah dari kas atau aktiva lain yang tidak terikat penggunaannya.
Laporan posisi keuangan menyajikan jumlah masingmasing kelompok aktiva bersih
berdasarkan ada atau tidaknya pembatasan oleh penyumbang, yaitu: terikat secara permanen,
terikat secara temporer, dan tidak terikat.
Pembatasan permanen terhadap (1) aktiva, seperti tanah atau karya seni, yang
disumbangkan untuk tujuan tertentu, untuk dirawat dan tidak untuk dijual, atau (2) aktiva yang
disumbangkan untuk investasi yang mendatangkan pendapatan secara permanen dapat disajikan
sebagai unsur terpisah dalam kelompok aktiva bersih yang penggunaannya dibatasi secara
permanen atau disajikan dalam catatan atas laporan keuangan. Pembatasan permanen kelompok
kedua tersebut berasal dari hibah atau wakaf dan warisan yang menjadi dana abadi (endowment).
Pembatasan temporer terhadap (1) sumbangan berupa aktivitas operasi tertentu, (2)
investasi untuk jangka waktu tertentu, (3) penggunaan selama periode tertentu dimasa depan, atau
(4) pemerolehan aktiva tetap, dapat disajikan sebagai unsur terpisah dalam kelompok aktiva
bersih yang penggunaannya dibatasi secara temporer atau disajikan dalam catatan atas laporan
keuangan. Pembatasan temporer oleh penyumbang dapat berbentuk pembatasan waktu atau
pembatasan penggunaan, atau keduanya.
Aktiva bersih tidak terikat umumnya meliputi pendapatan dari jasa, penjualan barang,
sumbangan, dan dividen atau hasil investasi, dikurangi beban untuk memperoleh pendapatan
tersebut. Batasan terhadap penggunaan aktiva bersih tidak terikat dapat berasal dari sifat
organisasi, lingkungan operasi, dan tujuan organisasi yang tercantum dalam akte pendirian, dan
dari perjanjian kontraktual dengan pemasok, kreditur dan pihak lain yang berhubungan dengan
organisasi. Informasi mengenai batasan-batasan tersebut umumnya disajikan dalam catatan atas
laporan keuangan.
Laporan Aktivitas
Tujuan utama laporan aktivitas adalah menyediakan informasi mengenai (a) pengaruh
transaksi dan peristiwa lain yang mengubah jumlah dan sifat aktiva bersih, (b) hubungan antar
transaksi, dan peristiwa lain, dan (c) bagaimana penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan
berbagai program atau jasa, Informasi dalam laporan aktivitas, yang digunakan bersama dengan
pengungkapan informasi dalam laporan keuangan lainnya, dapat membantu para penyumbang,
anggota organisasi, kreditur dan pihak lainnya untuk (a) mengevaluasi kinerja dalam suatu
periode, (b) menilai upaya, kemampuan, dan kesinambungan organisasi dan memberikan jasa,
dan (c) menilai pelaksanaan tanggung jawab dan kinerja manajer.
Laporan aktivitas mencakup organisasi secara keseluruhan dan menyajikan perubahan
jumlah aktiva bersih selama suatu periode. Perubahan aktiva bersih dalam laporan aktivitas
tercermin pada aktiva bersih atau ekuitas dalam laporan posisi keuangan. Laporan aktivitas
menyajikan jumlah perubahan aktiva bersih terikat permanen, terikat temporer, dan tidak terikat
dalam suatu periode.
Laporan aktivitas menyajikan pendapatan sebagai penambah aktiva bersih tidak terikat,
kecuali jika penggunaannya dibatasi oleh penyumbang, dan menyajikan beban sebagai pengurang
aktiva bersih tidak terikat. Sumbangan disajikan sebagai penambah aktiva bersih tidak terikat,
terikat permanen, atau terikat temporer, tergantung pada ada tidaknya pembatasan. Dalam hal
sumbangan terikat yang pembatasannya tidak berlaku lagi dalam periode yang sama, dapat
disajikan sebagai sumbangan tidak terikat sepanjang disajikan secara konsisten dan diungkapkan
sebagai kebijakan akuntansi. Laporan aktivitas menyajikan keuntungan dan kerugian yang diakui
dari investasi dan aktiva lain (atau kewajiban) sebagai penambah atau pengurang aktiva bersih
tidak terikat, kecuali jika penggunaannya dibatasi.
Laporan aktivitas menyajikan jumlah pendapatan dan beban secara bruto. Namun
demikian pendapatan investasi dapat disajikan secara neto dengan syarat beban-beban terkait,
seperti beban penitipan dan beban penasihat investasi, diungkapkan dalam catatan atas laporan
keuangan.
Laporan aktivitas atau catatan atas laporan keuangan harus menyajikan informasi
mengenai beban menurut klasifikasi fungsional, seperti menurut kelompok program jasa utama
dan aktivitas pendukung. Klasifikasi secara fungsional bermanfaat untuk membantu para
penyumbang, kreditur, dan pihak lain dalam menilai pemberian jasa dan penggunaan sumber
daya. Program pemberian jasa merupakan aktivitas untuk menyediakan barang dan jasa kepada
para penerima manfaat, pelanggan, atau anggota dalam rangka mencapai tujuan atau misi
organisasi. Pemberian jasa tersebut merupakan tujuan dan hasil utama yang dilaksanakan melalui
berbagai program utama. Aktivitas pendukung meliputi semua aktivitas selain program
pemberian jasa. Umumnya, aktivitas pendukung meliputi aktivitas manajemen dan umum,
pencarian dana, dan pengembangan anggota.
a. Aktivitas pendanaan:
1. penerimaan kas dari penyumbang yang penggunaannya dibatasi untuk jangka panjang.
2. penerimaan kas dari sumbangan dan penghasilan investasi yang penggunaannya dibatasi untuk
pemerolehan, pembangunan dan pemeliharaan aktiva tetap, atau peningkatan dana abadi
(endowment).
3. bunga dan dividen yang dibatasi penggunaannya untuk jangka panjang.
b. Pengungkapan informasi mengenai aktivitas investasi dan pendanaan nonkas: sumbangan
berupa bangunan atau aktiva investasi.
Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba
Oganisasi Nirlaba terdiri dari entitas pemerintahan dan entitas nonpemerintahan.
Oraganisasi Nirlaba dipandang amat berbeda dengan organisasi komersial oleh pelanggan,
donatur dan sukarelawan, pemerintah, anggota organisasi dan karyawan organisasi nirlaba.
Dalam rangka pertanggungjawaban, organisasi nirlaba harus membuat laporan
pertanggungjawaban khususnya dalam hal penggunaan dana organisasi.
Pada umumnya organisasi nirlaba mengacu pada PSAK Nomor 45. PSAK Nomor
45 (untuk entitas nirlaba nonpemerintah) diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia untuk
memfasilitasi seluruh organisasi nirlaba nonpemerintah. Diluar itu, PSAK dapat menyusun
standar khusus nirlaba, misalnya akuntansi untuk entitas koperasi. Dalam PSAK No.45,
karakteristik entitas nirlaba ditandai dengan perolehan sumbangan untuk sumber daya utama
(asset) penyumbang bukan pemilik entitas dan tak berharap akan hasil, imbalan, atau keuntungan
komersial.
Masing-masing entitas nirlaba memiliki karakteristik yang unik dan masih perlu dilakukan
penyempurnaan berkaitan dengan standarisasi pelaporan keuangannya. Oleh karena itu, laporan
keuangan yang disajikan juga akan disesuaikan dengan karakteristik organisasi namun tetap pada
prinsip akuntansi berterima umum yang berlaku di Indonesia.
Laporan Keuangan yang kami analisis adalah Laporan Posisi Keuangan, Laporan Aktivitas,
dan Laporan Arus Kas. Adapun data Catatan atas Laporan Keuangan tidak kami dapatkan.
a. Aset (Aktiva)
Dalam hal ini Laporan Keuangan Universitas Airlangga untuk Periode yang berakhir
31 Desember 2008, melaporkan masing-masing unsur aset dalam kelompok yang
homogen, seperti: kas dan setara kas, piutang, persediaan, dan aset tetap. Selain itu, informasi
likuiditas juga diberikan dengan cara menyajikan aktiva berdasarkan urutan likuiditas,
mengelompokkan aktiva ke dalam lancar dan tidak lancar, dan mengungkapkan informasi
mengenai likuiditas aktiva termasuk pembatasan penggunaan aktiva.
1) Aset Lancar
Aset Lancar terdiri atas:
b. Kewajiban
Pada Pernyataan Standar Akuntansi Nomor 45, Kewajiban disajikan berdasarkan tanggal
jatuh tempo dan dikelompokan ke dalam kewajiban jangka pendek dan jangka panjang. Namun
pada Laporan Posisi Keuangan yang kami analisis yaitu Laporan Keuangan Universitas
Airlangga Periode yang berakhir pada 31 Desember 2007 terutama Periode yang berakhir pada 31
Desember 2008, Kewajiban disajikan berdasarkan kewajiban lancar dan kewajiban tidak lancar.
Kewajiban lancar terdiri atas hutang pihak ketiga, hutang pajak, biaya yang harus dibayar, dan
pendapatan diterima dimuka. Kemudian dikurangi dengan aset bersih.
Aset bersih umumnya terdiri atas aset bersih terikat dan tidak terikat.. Keterangan ini dapat
dilihat pada Laporan Aktivitas.
Aset bersih :
Tidak terikat 1.172.097.083.772
Terikat temporer 5.133.743.708
Terikat Permanen -
Maka, Jumlah Kewajiban Lancar dikurangi Aset Bersih pada tahun 2008 ialah Rp.
1.201.912.918.815.
2. Laporan Aktivitas
Laporan aktivitas Universitas Airlangga menerapkan bentuk laporan aktivitas yang menyajikan
informasi sesuai dengan klasifikasi dengan tambahan satu kolom untuk jumlah. Bentuk Laporan
Aktivitas menyajikan pembuktian dampak berakhirnya pembatasan penyumbang aktiva tertentu
terhadap reklasifikasi aktiva bersih. Bentuk Laporan Aktivitas memungkinkan penyajian
informasi agregat mengenai sumbangan dan penghasilan dari investasi.
Laporan Aktivitas menyajikan jumlah perubahan aktiva bersih terikat permanen, terikat
temporer, dan tidak terikat dalam suatu periode.
Laporan aktivitas menyajikan pendapatan sebagai penambah aktiva bersih tidak terikat, kecuali
jika penggunaannya dibatasi oleh penyumbang, dan menyajikan beban sebagai pengurang aktiva
bersih tidak terikat. Sumbangan disajikan sebagai penambah aktiva bersih tidak terikat, terikat
permanen, atau terikat temporer, tergantung pada ada tidaknya pembatasan.
Dapat dilihat di Laporan Aktivitas Universitas Airlangga untuk periode yang berakhir 31
Desember 2008, bahwa Penerimaan dan Pendapatan Dana Pemerintah berasal dari
DIPA/APBN Pemerintah, Hibah/PHK Pemerintah, Kontrak Kerjasama dengan Instansi
Pemerintah, dan Penerimaan Pemerintah lainnya. Penerimaan dan Pendapatan Dana Pemerintah
disajikan sebagai penambah aktiva bersih terikat temporer dengan jumlah Rp. 153.143.147.768.
Hal ini menunjukkan bahwa Penerimaan dan Pendapatan Dana Pemerintah di Universitas
Airlangga penggunaanya dibatasi oleh pemerintah.
Aset bersih terikat sendiri terdiri atas aset bersih terikat temporer dan permanen. Aset
bersih tidak terikat adalah aset yang sumber daya penggunaannya tidak dibatasi untuk tujuan
tertentu oleh penyumbang, dalam hal ini penyumbang yang dimaksud adalah masyarakat. Aset
bersih temporer adalah aset yang sumber daya penggunaannya dibatasi untuk tujuan tertentu oleh
penyumbang yang menetapkan agar sumber daya tersebut dipertahankan sampai dengan periode
tertentu atau sampai dengan terpenuhinya keadaan tertentu dalam hal ini penyumbang yang
dimaksud adalah pemerintah . Sedangkan aset bersih permanen adalah aset yang sumber daya
penggunaannya ditetapkan oleh penyumbang agar sumber daya tersebut dipertahankan secara
permanen, tetapi organisasi tetap diizinkan untuk menggunakan sebagian atau semua penghasilan
atau manfaat ekonomi lainnya yang berasal dari sumber daya tersebut, dalam hal ini tidak
disebutkan penggunaan aset bersih terikat secara permanen.
Sedangkan, pada Dana Layanan dan Usaha Universitas, Penerimaan Layanan dan Usaha
Akademik disajikan sebagai penambah aktiva bersih terikat temporer. Penerimaan Layanan
Umum dan Fungsi, dan Penerimaan Pendapatan umum disajikan sebagai penambah aktiva bersih
tidak terikat.
Laporan aktivitas menyajikan keuntungan dan kerugian yang diakui dari investasi dan aktiva
lain (atau kewajiban) sebagai penambah atau pengurang aktiva bersih tidak terikat, kecuali jika
penggunaanya dibatasi.
Pada Laporan Aktivitas (untuk yang tidak terikat), Jumlah Penerimaan dan Pendapatan
(Rp. 211.725.445.973 dan Rp. 201.639.356.226) dikurangi dengan Jumlah Beban dan
Pengeluaran (Rp. 157.472.916.359 dan Rp. 179.250.342.518) menghasilkan perubahan aktiva
bersih (kenaikan aset bersih sebesar Rp. 54.252.529.614 dan Rp. 22.389.013.708). Kenaikan
Aset bersih ini dijumlahkan dengan Aset Bersih Awal Tahun (berasal dari Aset Bersih Akhir
Tahun 2007) yang menghasilkan Aset Bersih Akhir Tahun Tidak Terikat sebesar Rp.
1.172.097.083.772. Aset Bersih Akhir Tahun Tidak Terikat 2008 ditambah dengan Aset Bersih
Akhir Tahun Terikat menghasilkan Aset Bersih Akhir Tahun 2008 (sejumlah Rp.
1.177.230.827.480).
Dapat dilihat di Laporan Aktivitas Universitas Airlangga untuk periode yang berakhir 31
Desember 2007, bahwa Penerimaan dan Pendapatan Dana Pemerintah berasal dari DIPA/APBN
Pemerintah, Hibah/PHK Pemerintah, Kontrak Kerjasama dengan Instansi Pemerintah, dan
Penerimaan Pemerintah lainnya. Hal ini tidak berbeda jauh dengan tahun 2008, yang berbeda
ialah pada periode 2008 tidak ada penerimaan kontrak kerja sama dengan Instansi Pemerintahan.
Penerimaan dan Pendapatan Dana Pemerintah periode yang berakhir 31 Desember 2007 disajikan
sebagai penambah aktiva bersih terikat temporer dengan jumlah Rp. 146.371.405.704 (lebih kecil
dari Penerimaan dan Pendapatan Dana Pemerintah periode yang berakhir 31 Desember 2008).
Hal itu berarti, bahwa Penerimaan dan Pendapatan Dana Pemerintah periode yang berakhir 31
Desember 2008 mengalami kenaikan disbanding tahun sebelumnya.
Dana Masyarakat Universitas Airlangga untuk tahun yang berakhir tanggal 31 Desember
2007 tidak berbeda sumbernya dengan tahun 2008. Yaitu berasal dari Sumbangan Operasional
(Pendidikan), Sumbangan Pengembangan (Pendidikan) dan Sumbangan Masyarakat Lainnya.
Dana Masyarakat disajikan sebagai penambah aktiva bersih tidak terikat (dengan jumlah Rp.
145.800.689.482) yang mana penggunaanya juga seperti tahun 2008, yaitu tidak dibatasi oleh
masyarakat.
Dana Layanan dan Usaha Universitas Airlangga untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31
Desember 2007 lebih kecil dibanding Dana Layanan dan Usaha Universitas untuk tahun yang
berakhir pada tanggal 31 Desember 2008. Itu berarti, pada tahun 2008 mengalami kenaikan Dana
Layanan dan Usaha dibanding 2007.
Jumlah Pengeluaran Penyelenggaraan Pendidikan tidak terikat untuk tahun yang berakhir pada
tanggal 31 Desember 2008 mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya. Sedangkan,
Jumlah Pengeluaran Penyelenggaraan Pendidikan terikat temporer mengalami kenaikan
dibanding 2007. Pada pengeluaran di tahun 2008 terdapat Pengeluaran Penelitian dan Pengabdian
Masyarakat, Pengeluaran Pengembangan Program, dan Pengeluaran Manajemen dan
Pengelolaan. Sedangkan, pada Pengeluaran di tahun 2007, ketiganya tidak ada. Pada tahun 2007
terdapat Pengeluaran Lainnya sebesar Rp. 7.071.663.575 , namun
pada tahun 2008 Pengeluaran Lainnya Rp 0.
Kenaikan Aset Bersih tidak terikat pada tahun yang berakhir 2008 mengalami kenaikan
dibanding tahun 2007. Sedangkan, Kenaikan Aset Bersih mengalami penurunan dibanding 2007.
Aset Bersih Awal Tahun berasal dari Aset Bersih Akhir Tahun 2006. Pada tahun 2007, tidak ada
Koreksi Saldo Aset Bersih Awal Tahun. Jumlah Aset Bersih Akhir Tahun yang berakhir tanggal
31 Desember 2007 ialah Rp. 1.117.844.554.158 (lebih besar dibanding 2008).
Aktivitas investasi adalah perolehan dan pelepasan aktiva jangka panjang serta investasi lain
yang tidak termasuk setara kas. Arus Kas dari Aktivitas Investasi berasal dari jumlah Perolehan
aset tetap. Hasilnya dinamakan Kas Bersih yang digunakan untuk Aktivitas Investasi.
Aktivitas pendanaan (financing) adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam
jumlah serta komposisi modal dan pinjaman perusahaan . Arus kas dari aktivitas pendanaan
hanya berasal dari Hasil Pinjaman Jangka Pendek. Hasil tersebut dinamakan Kas yang diperoleh
dari dan digunakan untuk Aktivitas Pendanaan.
Adapun Pengaruh Selisih Kurs atas Kas dan Setara Kas yang terdapat dalam Laporan
Arus Kas, diperoleh dari Kenaikan Bersih Kas dan Setara Kas. Kenaikan Bersih Kas dan Setara
Kas diperoleh dari selisih Kas dan Setara Kas Pada Awal Periode dengan jumlah Kas dan Setara
Kas Pada Akhir Periode lalu dikurangkan jumlah dari Total Kas Bersih yang Diperoleh dari
Aktivitas Oprasi dikurang Total Kas Bersih yang Digunakan untuk Aktivitas Investasi dan
dikurang Total Kas yang Diperoleh dari Aktivitas Pendanaan.
Berdasarkan analisis Laporan Keuangan yang telah dilakukan, maka kami menyimpulkan
bahwa untuk Laporan Keuangan yang telah disajikan oleh Universitas Airlangga untuk Periode
yang berakhir 31 Desember 2008 dan 2007 telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan No.45 tentang Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba yang meliputi Laporan Posisi
Keuangan, Laporan Aktivitas, dan Laporan Arus Kas. Dalam Laporan Keuangan yang kami
peroleh di Laporan Arus Kas didasarkan pada Pernyataan Standar Akuntansi No.2.
Universitas Airlangga telah menyajikan Laporan Keuangan dengan baik dan sesuai
Pernyataan Standar Akuntansi No.45
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka kami memberikan saran kepada Universitas
Airlangga agar lebih teliti dalam menyajikan Laporan Keuangan agar tidak perlu diadakan
koreksi saldo kembali.
Sedangkan untuk pembaca diharapkan untuk memahami Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan no.45, dan dilampiri dengan Catatan Atas Laporan Akuntansi Keuangan sebagai
keterangan atas aktivitas-aktivitas yang terjadi dalam Laporan Keuangan.
REFERENSI
Modul Divisi Pengembangan Sumber Daya Manusia, Tim Penyusunan Akuntansi Badan
Layanan Umum, Universitas sebelas Maret, Surakarta.
http://www.kopertis12.or.id/2011/01/18/badan-layanan-umum-blu-penerimaan-negara-bukan-
pajak-pnbp.html
Laporan Auditor Independen atas Universitas Airlangga, Surabaya oleh Kantor Akuntan Publik,
Supoyo Edy dan Rekan
Akuntansi Sektor Publik (Edisi 2), Penulis: Deddi Nordiawan, Ayuningtyas Hertianti, Penerbit:
Salemba Empat