Sejarah Astronomi
Sejarah Astronomi
PENDAHULUAN
Ilmu didunia ini terdiri dari berbagai maam ilmu pengetahuan, salah satunya
adalah ilmu astronomi. Sebagai salah satu ilmu pengetahuan tertua dalam
peradaban manusia, Astronomi kerap dijuluki sebagai "ratu sains". Astronomi
memang menempati posisi yang terbilang istimewa dalam kehidupan manusia.
Sejak dulu, manusia begitu terkagum-kagum ketika memandang kerlip bintang dan
pesona benda-benda langit yang begitu luar biasa. Awalnya, manusia menganggap
fenomena langit sebagai sesuatu yang magis. Seiring berputarnya waktu dan zaman,
manusia pun memanfaatkan keteraturan benda-benda yang mereka amati di
angkasa untuk memenuhi kebutuhan hidup seperti penanggalan. Dengan
mengamati langit, manusia pun bisa menentukan waktu utuk pesta, upacara
keagamaan, waktu untuk mulai menabur benih dan panen.
PEMBAHASAN
Manusia telah begitu lama ‘berkenalan’ dengan langit, ribuan tahun yang
lalu. Perjalanan panjang yang ditempuh manusia untuk sampai pada era astronomi
modern. Kini aspek ilmu pengetahuan tentang langit terkumpul dalam cabang
keilmuan astronomi. Astronomi dipahami sebagai cabang ilmu pengetahuan yang
dikembangkan berbasis pengamatan. Objek langit yang dikaji dalam astronomi
mencakup tata surya, seperti komet, bulan, meteor, matahari, planet dan asteroid,
bisa juga dalam lingkup galaksi, bintang-bintang dan gugusan bintang.
Tradisi keilmuan ini merupakan sintesa antara Babilonia, Arab kuno, Persia
dan India sehingga memantapkan astronomi dengan pada tempat pergumulan
mereka dalam melahirkan teori-teori astronomi sebagai dasar yang lebih luas
dibanding sebelumnya. Ada banyak observatorium sebagai tempat pergumulan
para ilmuan astronomi guna melahirkan teori-teori astronomi dan merancang
istrumen untuk mendukung kerja ilmiah.
Pada masa ini ilmuan Arab dan muslim di dalam Bait al-Hikmah, yaitu
sebuah lembaga ilmiah yang didirikan oleh kekhalifahan al-Ma’mun pada tahun
815 M. Bait al-Hikmah berfungsi sebagai institusi akademik, perpustakaan, biro
penerjemahan dan observasi pada waktu itu. Dari Bait al-Hikmah ini berhasil
menerjemahkan buku astronomi al-Magest karya Ptolemy dan buku-buku tentang
pergerakan bintang-bintang dari bahasa Yunani ke bahasa Arab, sambil
memanfaatkan secara intensif pengetahuan Persia dan India. Selanjutnya buku-
buku tersebut, terutama al-Magest Ptolemy menjadi bahasan lanjutan beberapa
tahun sesudah itu oleh ilmuwan-ilmuwan Islam, diantaranya Ibnu Sina yang
menelitinya di observatorium Hamadan. Abu al-Wafa menulis dengan versi yang
disederhanakan untuk lebih mudah memahami karya Ptolemy yang ditulis dalam
buku al-Kamil.
Bangsa Yunani kuno juga amat tertarik dengan astronomi. Adalah Thales
yang mengawalinya pada abad ke-6 SM. Menurut dia, bumi itu berbentuk datar.
Phytagoras sempat membantah pendapat itu dengan menyatakan bumi itu bulat.
Dua abad berselang, Aristoteles melahirkan terobosan penting yang menegaskan
menyatakan bahwa bumi itu bulat bundar.
Salah satu bukti dan pengaruh astronomi Islam yang cukup signifikan
adalah penamaan sejumlah bintang yang menggunakan bahasa Arab, seperti
Aldebaran dan Altair, Alnitak, Alnilam, Mintaka (tiga bintang terang di sabuk
Orion), Aldebaran, Algol, Altair, Betelgeus.
Selain itu, astronomi Islam juga mewariskan beberapa istilah dalam "ratu
sains" itu yang hingga kini masih digunakan, seperti alhidade, azimuth, almucantar,
almanac, denab, zenit, nadir, dan vega. Kumpulan tulisan dari astronomi Islam
hingga kini masih tetap tersimpan dan jumlahnya mencapaii 10 ribu manuskrip.
2. Al-Sufi (903-986 M)
3. Al-Biruni (973-1050 M)
Ahli astronomi yang satu ini, turut memberi sumbangan dalam bidang
astrologi pada zaman Renaissance. Ia telah menyatakan bahwa bumi berputar pada
porosnya. Pada zaman itu, Al-Biruni juga telah memperkirakan ukuran bumi dan
membetulkan arah kota Makkah secara saintifik dari berbagai arah di dunia. Dari
150 hasil buah pikirnya, 35 diantaranya didedikasikan untuk bidang astronomi.
Ibnu Yunus juga telah membuat rumus waktu. Ia menggunakan nilai kemiringan
sudut rotasi bumi terhadap bidang ekliptika sebesar 23,5 derajat. Tabel tersebut
cukup akurat, walaupun terdapat beberapa error untuk altitude yang besar. Ibnu
Yunus juga menyusun tabel yang disebut Kitab as-Samt berupa azimuth matahari
sebagai fungsi altitude dan longitude matahari untuk kota Kairo. Selain itu, disusun
pula tabel a(h) saat equinox untuk h = 1, 2, …, 60 derajat.
5. Al-Farghani
6. Al-Zarqali (1029-1087 M)
Adapun karya astronominya antara lain buku berjudul The Book of Astronomy.
8. Umar Khayyaam
Pada periode setelah al-Battani, muncul astronom muslim lainnya, Abu al-
Wafa yang dikenal sebagai seorang ahli astronomi dan ahli matematik Arab paling
terkemuka yang pernah ada. Beliau merupakan salah seorang penterjemah yang
mahir dari Yunani (Greece). Beliau telah mengarang kira-kira 5 buah buku dan
yang terkenal di antaranya ialah,“al-Handasah” dalam ilmu geometri.
Ibnu Abi ar-Rijal adalah seorang ahli astronomi dan matematik dari
Andalusia. Beliau terkenal di kalangan ulama Arab dengan buku, “al-Bari’ fi
Ahkam an-Nujum”. Hasil-hasil karangan beliau telah diterjemahkan ke dalam
bahasa Latin.
11. Abu ar-Raihan al-Bairuni (973-1048 M.)
Abu Jaafar adalah salah seorang ahli astronomi Islam yang terkemuka.
Beliau sangat alim di dalam matematik dan geometri (kajiukur). Beliau juga telah
mengarang lebih dari empat buah buku dan di antara yang terpenting ialah “Al-
Masa’il Al-Adadiah”
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Objek langit yang dikaji dalam astronomi mencakup tata surya, seperti
komet, bulan, meteor, matahari, planet dan asteroid, bisa juga dalam lingkup
galaksi, bintang-bintang dan gugusan bintang. berkembangnya ilmu astronomi
didorong oleh hasrat ingin tahu para ilmuan untuk mengetahui gejala ruang angkasa
termasuk pergerakan tatasurya, tentunya seiring dengan perintah agama untuk
mengkajinya. Tetapi juga peran khusus astronomi dalam kepentingan ritual agama
seperti penentuan arah kiblat dan waktu solat, awal Ramahan dan penetapan puasa-
puasa lainnya, memberikan pengaruh tersendiri dalam perkembangan astronomi.
Salah satu bukti dan pengaruh astronomi Islam yang cukup signifikan
adalah penamaan sejumlah bintang yang menggunakan bahasa Arab, seperti
Aldebaran dan Altair, Alnitak, Alnilam, Mintaka (tiga bintang terang di sabuk
Orion), Aldebaran, Algol, Altair, Betelgeus.
DAFTAR PUSTAKA
http://universitaskehidupanislam.blogspot.co.id/2013/04/sejarah-ilmu-astronomi-
islam.html
http://widodosarono.blogspot.co.id/2011/01/astronomi-islam-menguak-rahasia-
langit.html
http://penjagahati-zone.blogspot.co.id/2011/01/ilmuwan-muslim-dalam-bidang-
astronomi_2297.html