1.1 Pendahuluan
Bambu adalah tanaman herba dengan siklus pertumbuhan pendek, yang tersebar luas di
daerah tropis dan subtropis. FT-IR ditambah dengan chemometrics digunakan untuk
menganalisis variasi seluruh komponen bubuk bambu selama proses pelarutan.
Pita pada 3004 cm-1 dapat menunjukkan CeH turunan benzena dari lignin. Pita pada 2970
dan 2874 cm-1 adalah sinyal peregangan metil asimetris dan simetris. Pita pada 2938 dan
2838 cm-1 adalah sinyal dari metilen asimetris dan mode peregangan simetris. Mode
peregangan CeO dalam kisaran 1200 hingga 900 cm-1. Selain itu, sinyal pada 1242 cm-1
terpecah menjadi tiga pita sempit. Semua selulosa, hemiselulosa dan lignin terkait dengan
pita ini. Sinyal ini pada 1640 cm-1 dalam spektrum turunan kedua selulosa berasal dari
mode peregangan OeH.
Menurut identifikasi penyerapan IR, informasi spektrum utama dari komponen yang
mendominasi berkonsentrasi di wilayah 1650 hingga 800 cm-1. Kurva pelarutan yang
digambar oleh skor PC1 menunjukkan proses pelarutan dapat dibagi menjadi tiga tahap.
Pada Tahap I, kandungan relatif selulosa / hemiselulosa dan lignin tidak bervariasi karena
skor PC1 hampir tidak berubah. Disolusi selulosa / hemiselulosa mendominasi tahap
berikutnya, mengingat skor PC1 meningkat secara bertahap. Pada tahap terakhir,
kandungan relatif selulosa dan lignin kembali ke konstan. Pada tahap I, Cl menembus ke
dalam matriks dinding sel. Setelah cukup Cl untuk menembus ke dinding matriks, jaringan
ikatan hydrogen akan hancur, oleh karena itu selulosa dan hemiselulosa diekstraksi dengan
cepat dari dinding sel pada tahap II. Karena kapasitas pelarutan Cl habis atau
selulosa/hemiselulosa diekstraksi, proses pelarutan melangkah ke tahap III. Dapat dilihat
pada gambar di bawah.
Menurut analisis PL-MW2DCOS, proses disolusi juga dapat dibagi menjadi tiga tahap
dengan jelas. Intensitas korelasi band lintas pada Tahap II jauh lebih kuat daripada Tahap I
dan Tahap III, menunjukkan bahwa pembubaran biomassa dominan terjadi di Tahap II.
Dapat dilihat pada gambar 6.