Anda di halaman 1dari 3

SOP TATALAKSANA EPISTAKSIS

No. Dokumen :
SOP
No. Revisi :-

Tanggal Terbit :2/01/2017

PEMERINTAH : 1/3 PUSKESMAS


KOTA CIMAHI Halaman CIMAHI SELATAN

Ditetapkan Oleh
Kepala TATALAKSANA EPISTAKSIS
Puskesmas Dewi Irawati, dr.
Cimahi Selatan NIP.197708052005012015

1. Pengertian Proses penegakan diagnosa dan memberikan pengobatan


epistaksis
2. Tujuan Untuk menetapkan diagnosis penyakit dan pemberian terapi bagi
pasien
3. Kebijakan
4. Referensi Permenkes No.5 Tahun 2014
5. Prosedur / 1. Petugas melakukan anamnesis dan mencari gejala epistaksis.
Langkah- Pasien datang dengan keluhan keluar darah dari hidung atau ada
Langkah riwayat keluar darah dari hidung. Perhatikan perdarahan berasal
atau bagian hidung yang terbanyak mengeluarkan darah. Penting
ditanyakan riwayat trauma, pengobatan atau penyakit
sebelumnya.

2. Petugas melakukan pemeriksaan fisik, yaitu pemeriksaan


nasofaring anterior dan posterior. Dan pengkuruan tekanan darah
untuk menyingkirkan diagnosis hipertensi, karena hipertensi dapat
menyebabkan epistaksis posterior.

3. Petugas melakukan pemeriksaan penunjang (Pemeriksaan


darah lengkap).

4. Petugas memberikan terapi untuk penyakit epistaksis setelah


menegakkan diagnosa.
Penatalaksanaan.
Tiga prinsip utama dalam menanggulangi epistaksis, yaitu
menghentikan perdarahan, mencegah komplikasi dan mencegah
berulangnya epistaksis.
a. Perbaiki keadaan umum penderita, penderita diperiksa
dalam posisi duduk kecuali bila penderita sangat lemah
atau keadaaan syok, pasien bisa berbaring dengan kepala
dimiringkan.
b. Pada anak yang sering mengalami epistaksis ringan,
perdarahan dapat dihentikan dengan cara duduk dengan
kepala ditegakkan, kemudian cuping hidung ditekan ke
arah septum selama 3-5 menit (metode Trotter).

Bila perdarahan berhenti, dengan spekulum hidung dibuka dan


dengan alat pengisap (suction) dibersihkan semua kotoran dalam
hidung baik cairan, sekret maupun darah yang sudah membeku.

Bila perdarahan tidak berhenti, kapas dimasukkan ke dalam


hidung yang dibasahi dengan larutan anestesi lokal yaitu 2 cc
larutan pantokain 2% atau 2 cc larutan lidokain 2% yang ditetesi
0,2 cc larutan adrenalin 1/1000. Hal ini bertujuan untuk
menghilangkan rasa sakit dan membuat vasokontriksi pembuluh
darah sehingga perdarahan dapat berhenti sementara untuk
mencari sumber perdarahan. Sesudah 10 sampai 15 menit kapas
dalam hidung dikeluarkan dan dilakukan evaluasi.

- Pada epistaksis anterior, jika sumber perdarahan dapat


dilihat dengan jelas, dilakukan kaustik dengan lidi kapas
yang dibasahi larutan nitrasargenti 20 - 30% atau asam
trikloroasetat 10%. Sesudahnya area tersebut diberi salep
untuk mukosa dengan antibiotik.
- Pada epistaksis posterior dilakukan pemasangan tampon
posterior, yang disebut tampon Bellocq. Tampon ini terbuat
dari kasa padat berbentuk bulat atau kubus berdiameter
kira-kira 3 cm. Pada tampon ini terdapat 3 buah benang,
yaitu 2 buah pada satu sisi dan sebuah pada sisi lainnya.
Tampon harus dapat menutupi koana (nares posterior).

5. Kriteria Rujukan
a. Pasien dengan epistaksis yang curiga akibat tumor di
rongga hidung atau nasofaring.
b. Epistaksis yang terus berulang.
6. Diagram Alur
(jika Petugas
dibutuhkan) menganamnesis

Petugas melakukan pemeriksaan fisik

Petugas melakukan pemeriksaan


penunjang

Petugas mengakkan
diagnosa Epistaksis
Bukan Epistaksis

Pertimbangkan Dokter memberikan terapi / tindakan


diagnosis banding

Pasien menuju bagian


farmasi

7. Unit Terkait Pendaftaran, Poli Umum, Laboratorium, Farmasi

Anda mungkin juga menyukai